Anda di halaman 1dari 4

a.

Hiperamonemia
Sindrom uremia ini berawal dari terjadinya kegagalan ginjal dalam melakukan fungsinya.
Kegagalan ginjal mengekskresikan ureum merangsang atau menyebabkan enzin usus urease
mengubah kelebih ureum tersebut menjadi amonia sehingga terjadilah hiperamonia dalam
tubuh.
2.6.2 Prognosis
Sindrom uremik ini berprognosis jelek apabila tidak segera mendapatkan penatalaksanaan
yang tepat dan sesuai karena kondisi ini didukung penuh oleh ketidakmampuan ginjal dalam
melakukan fungsinya secara optimal atau bahkan secara total. Terjadi kematian kemungkinan
terjadi secara cepat akibat komplikasi kondisi yang menyerang seluruh sistem organ tubuh.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat penurunan faal
ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit termasuk semua faktor
pemburuk faal ginjal.
a. Pemeriksaan faal ginjal (LFG)
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum, dan asam urat serum sudah cukup memadai sebagai
uji saring untuk faal ginjal (LFG).
b. Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan immodiagnosis.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit
Progesivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan pemeriksaan
lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal ginjal (LFG).

2. Pemeriksaan BUN
Urea adalah produk akhir metabolisme protein dan asam amino yang mengandung nitrogen.
Pada penurunan fungsi ginjal kadar nitrogen urea darah (BUN) meningkat. Sehingga dengan
demikian peningkatan BUN akan menjadi salah satu ukuran atau tanda adanya gangguan fungsi
ginjal dalam mengeliminasi elektrolit tersebut.
3. Kreatinin Serum
Konsentrasi kreatinin dalam plasma relatif tetap dari hari ke hari. Konsentrasi normalnya
sekita 0,7 per 100 ml darah. Kadar yang yang lebih besar dari nilai normal diatas
mengisyaratkan adanya ganggun fungsi ginjal. Peningkatan kadar kreatinin dua kali lipat dari
nilai normal mengnindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebasar 50%.
4. Urinalisis
Sampel dalam pememriksaan urin dilakukan untuk mengevaluasi adanya sel darah merah,
protein, glukosa, dan leukosit yang pada kondisi normal tidak terdapat dalam urin. Selain itu,
osmolalitas (berat jenis spesifik) dapat diukur dan harus menunjukkan besaran anatar 1,015
sampai dengan 1,025.

2.8 Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
a. Pengaturan diet protein
Pembatasan asupan protein penting dalam pengobatan gagal ginjal kronik. Pembatasan
protein tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga hasil metabolisme protein
toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan kalium, fosfat dan produksi ion
hidrogen yang berasal dari protein. Gejala seperti mual, muntah, dan letih mungkin dapat
membaik.
b. Pengaturan diet kalium
Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tiggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan
hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagl ginjal lanjut sehingga asupan
kalium harus dikurangu. Diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari.
c. Pengaturan diet natrium dan cairan
Pengaturan natrium dalam diet memiliki arti penting dalam gagal ginjal. Jumlah natrium
yang biasanya diperbolehkan adalah 40-90 mEq/hari (1 hingga 2 gram natrium), tetapi
asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara individual pada setiap pasien untuk
mempertahankan hidrasi yang baik. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan
terjadinya retensi cairan, edema perifer dan paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Disisi lain, bila natrium terbatas pada titik keseimbangan natrium negatif, akan terjadi
hipovolemia, penurunan GFR, dan pemburukan fungsi ginjal.
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut, karena
rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini mengenai keadaan hidrasi
pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema,
dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang dari optimal dapat menyebabkan dehidrasi,
hipotensi dan pemburukan fungsi ginjal. Jadi, supan natrium dan cairan harus diatur dengan
benar untuk mencapai keseimbangan cairan.
2. Terapi penggantian ginjal
a. Hemodialisis
Hemodialisis adalah pengendalian darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser (tabung
ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi
kedalm tubuh pasien.
b. Dialisis peritoneal
Salah satu bentuk dialisis yang menggunakan membran peritoneum yang bersifat
semipermeabel. Melalui membran tersebut darah dapat difiltrasi.
c. Transpaltasi ginjal
Trnasplantasi ginjal merupakan terapi mengganti ginjal dengan mengambil alih
seluruhnya fungsi ffat ginjal yaitu 100% oleh faat ginjal asli atau alamiah.
BAB 3. TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Identitas Pasien
Identitas meliputi data demografi klien yang terdiri dari nama, usia, alamat, pekerjaan,
jenis kelamin, agama, status pernikahan, Nomor RM, Tanggal masuk rumah sakit,diagnosa
medis, dan tingkat pendidikan.
2. Keluhan Utama
Sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan sindrom uremik datang dengan keluahan sesak nafas yang berkepanjangan,
mengalami edema atau anasarka, anuria, pruritus uremik. Bahkan pasien juga mengalami
penurunan kesadaran hingga bahkan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat adanya penyakit infeksi saliuran kemih, peradangan sistem perkemihan,
adanya gangguan hipertensif vaskuler, gangguan kongenital herediter sistem perkemihan,
riwayat pembedahan ginjal, dan juga adanya riwayat adanya nefropati toksis yang
mendukung terjadinya gagal gunjal dan sindrom uremik.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat adanya anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan terkait dengan
masalah gangguan sistem perkemihan.
6. Pengkajian pola fungsi Gordon
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Bagaimana persepsi dan pendapat klien terkait dengan penyakit yang dideritanya, serta
penanganan pertama dalam mengatasi masalah kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Bagaimana pola pemenuhan nutrisi setiap harinya. Perawat perlu melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien. Pasien dengan sindrom uremik
perlu dikaji adanya mual, muntah dan

Anda mungkin juga menyukai