Anda di halaman 1dari 6

kondisi dimana terjadi penurunan GFR kurang dari 10-15 ml/menit.

A. Epidemilogi

Sindrom uremik terjadi seiring dengan jumlah penderita penyakit gangguan

fungsi ginjal seperti gagal ginjal baik akut maupun kronik. Jumlah pasien yang menderita

penyakit sindrom uremik hampir seimbang atau sama dengan kejadian penderita penyakit

gagal ginjal, dimana pasien yang mengalami gagal ginjal cenderung mengalami sindrom

manifestasi klinis yang dinamakan dengan sindrom uremik ini. menurut Badan Kesehatan

Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2013 jumlah pasien dengan sindrom

uremik mengalami peningkatan hingga 50 % dari tahun sebelumnya(Depkes, 2016).

Berdasarkan pusat data dan informasi rumah sakit seluruh indonesia mengatakan

bahwa jumlah penyakit ginjal kronik stadium akhir menjadi sindroma uremik

diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60 % persennya menunjukkan

penderita dengan usia dewasa dan usia lanjut. Di Indonesia sendiri telah mencapai 350

per satu juta penduduk. Saat ini telah ada 70000 orang penderita dengan gagal ginjal yang

menjalani terapi hemodialisis.

B. Etiologi
Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerulus dan penurunan

LFG terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan

elektrolit, sistem hematopoesisi dan hemodinamik, fungsi ekskresi dan fungsi metabolik

endokrin. Sehingga mnyebabkan munculnya beberapa gejala klinis secara bersamaan,

disebut sebagai sindrom uremia (Suwitra, 2006).

Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prarenal, renal dan post

renal. Uremia prerenal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi glomerulus.

Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal (syok, dehidrasi dan

kehilangan darah) dan peningkatan katabolisme protein. Uremia renal terjadi akibat gagal

ginjal apabila fungsi ginjal menurun dengan cepat yang dapat menyebabkan gngguan

ekskresi urea sehingga urea akan tertahan di dalam darah menyebabkan intoksikasi oleh

urea dalam konsentrasi tinggi yang disebut uremia. Sedangkan uremia postrenal terjadi

oleh obstruksi saluran urinari dibawah ureter (vesica urinaria atau urethra) yang dapat

menghambat ekskresi urin. Obstruksi dapat berupa batu/ kristaluria, tumor serta

peradangan.

C. Manifestasi Klinis

Pasien dengan gangguan sindrom uremia akan mengalami atau menunjukkan

tanda dan gejala berupa:

1. Sistem Kardiovaskuler
Konsentrasi darah yang pekat akibat penumpukan elektrolit dalam darah

menimbulkan perpindahan cairan di ekstra vaskuler kedalam intravaskuler, kondisi

ini menyebabkan terjadinya peningkatan cairan dan elektrolit dalam darah secara

sistemik. Seluruh sirkulasi tubuh mengalami gangguan sirkulasi akibat kondisi ini,

tidak terkecuali dengan di jantung, akibatkan pembuluh darah di jantung mengalami

peningkatan vaskuler, peningkatan tekanan darah, penurunan kontraksi jantung,

sehingga jantung menjadi kongestif dan berpotensi menimbulkan gagal

jantung(Nurarif AH, & Kusuma Hardhi. 2015)

2. Sistem Pernafasan

Gangguan biokimia ini mengakibatkan tubuh mengalami asidosis metabolik. Pada

kondisi ini terjadi peningkatan asam bikarbonat, sehingga tubuh mengkompensasi

dengan meningkatkan pernafasan (hiperventilasi) dengan tujuan meningkatkan

ekskresi karbon dioksida dalam tubuh.

3. Sistem Gastrointestinal

Pasien yang menderita sindrom uremi akan mengalami mual muntah, anoreksia,

adanya rasa kecap logam pada mulut, pernafasan yang berbau amonia, serta adanya

peradangan hingga perdarahan pada gastrointestinal akibat peningkatan uremia

yang mempengaruhi adhesi platelet yang berkepanjangan pada saluran atau sistem

pencernaan.

4. Sistem neurologi

Peningkatan uremia dalam darah diseluruh tubuh dapat menembus hingga

kelapisan otak, kondisi ini menyebabkan ensepalopati. Kondisi ensepalopati yang

terjadi dimanifestasikan dengan kelelahan yang berlebihan, malaise, sakit


kepala,polineuritis, kejang, perubahan status mental penderita, pingsan hingga

bahkan koma.

5. Sistem Hematologi

Sindrom uremia akan menyebabkan terjadinya anemia normasitik dan

normokromik. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penurunan pembentukan sel

darah merah akibat kondisi peningkatan urea dalam darah dan juga ginjal

menyebabkan penyebabkan gangguan pada aktivitas pembuatan hormaon

eritropietin (Brunner & Suddarth, 2005).

6. Sistem Dermatologi

Sindroma uremik akan mengakibatkan penimbunan pigmen urin yaitu terutama

urokrom bersama dengan terjadinya anemia pada insufisiensi ginjal lanjut akan

menyebabkan kulit penderita seakan-akan berlilin kekuning-kuningan. Selain itu,

kulit akan menjadi kering dan bersisir yang dinamakan dengan mengalami frost

uremik pada permukaan kulit akibat prningkatan kadar natrium.

D. Patofisiologi

Pada penyakit sindrom uremik ini diawali dengan adanya cedera sel-sel endotel

ginjal ataupun glomerulus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dn lain-lain,

kerusakan jaringan glomerulus itu sendiri, ataupun kerusakan dan gangguan fungsi

saluran urin seperti uterer, kandung kemih ataupun uretra. Kondisi tersebut akan

berkembang secara paralel dengan terjadinya fungsi ginjal atau bahkan mengalami gagal

ginjal. Hilangnya fungsi ginjal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan GFR

terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan elektrolit dan

juga fungsi metabolik. Kekacan fungsi pengaturan cairan dan elektrolit inilah yang
menyebabkan adanya zat atau elektrolit yang seharusnya tidak boleh terdapat dalam

darah menyebar keseluruh pembuluh darah, termasuk salah satunya urea yang tertahan di

dalam darah. Manifestasi ini dapat dikatakan sebagai sindrom uremik.

Sindrom uremik dapat menyebabkan intoksikasi oleh urea dalam konsentrasi

tinggi. Hal ini terjadi akibat gangguan biokimia dalam tubuh. Sindrom uremik dapat

dengan mudah mempelopori terjadinya perburukan kondisi tubuh yaitu mengalami

perubahan keseimbangan cairan akut, seperti diare, mual dan muntah, dehidrasi cepat,

kelebihan beban sirkulasi, edema serta komplikasi terjadinya gagal jantung kongestif

(Brunner & Suddarth, 2005).

E. Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi

a. Anemia Kronis

Kondisi peningkatan uremia atau sindrom uremia menyebabkan terjadinya

penurunan aktivitas eritropoietin dalam merangsang pembentukan sel darah merah,

hal ini terjadi karena fungsi ginjal khususnya kapiler peritubular mengalami tekanan

atau gangguan dalam memproduksi hormon eritropoietin. Akibatnya, jumlah sel

darah merah berkurang termasuk juga oksigen yang dibutuhkan tubuh sangat

berkurang.

b. Trombositopenia

Peningkatan uremia dalam vaskuler juga berdampak pada penurunan trombosit.

Kondisi ini meningkatkan resiko terjadinya perdarahan diseluruh tubuh akibat tidak

ada lagi kempuan dalam melakukan pembekuan darah.

c. Resistensi insulin
Ketika sindrom uremia terjadi maka akan dikuti dengan penurunan filtrasi dalam

ginjal, sehingga kondisi ini mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit temasuk juga kadar gula darah dalam tubuh. Pemberian insulin untuk

membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh seakan tidak berdampak.

d. Hiperamonemia

Sindrom uremia ini berawal dari terjadinya kegagalan ginjal dalam melakukan

fungsinya. Kegagalan ginjal mengekskresikan ureum merangsang atau menyebabkan

enzin usus urease mengubah kelebih ureum tersebut menjadi amonia sehingga

terjadilah hiperamonia dalam tubuh.

Prognosis

Anda mungkin juga menyukai