Anda di halaman 1dari 9

1.

Tindakan konservatif

a. Pengaturan diet protein

Pembatasan asupan protein penting dalam pengobatan gagal ginjal kronik.

Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga hasil

metabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan

kalium, fosfat dan produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Gejala seperti

mual, muntah, dan letih mungkin dapat membaik.

b. Pengaturan diet kalium

Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tiggi kadar kaliumnya dapat

menyebabkan hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagl ginjal

lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangu. Diet yang dianjurkan adalah 40-

80 mEq/hari.

c. Pengaturan diet natrium dan cairan

Pengaturan natrium dalam diet memiliki arti penting dalam gagal ginjal.

Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40-90 mEq/hari (1 hingga 2

gram natrium), tetapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara

individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik. Asupan

yang terlalu bebas dapat menyebabkan terjadinya retensi cairan, edema perifer

dan paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Disisi lain, bila natrium terbatas

pada titik keseimbangan natrium negatif, akan terjadi hipovolemia, penurunan

GFR, dan pemburukan fungsi ginjal.

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal

lanjut, karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini
mengenai keadaan hidrasi pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan

kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang

dari optimal dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan pemburukan fungsi

ginjal. Jadi, supan natrium dan cairan harus diatur dengan benar untuk mencapai

keseimbangan cairan.

2. Terapi penggantian ginjal

A. Hemodialisis

Hemodialisis adalah pengendalian darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser

(tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah

kembali lagi kedalm tubuh pasien.

B.Dialisis peritoneal

Salah satu bentuk dialisis yang menggunakan membran peritoneum yang

bersifat semipermeabel. Melalui membran tersebut darah dapat difiltrasi.

C.Transpaltasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi mengganti ginjal dengan mengambil alih

seluruhnya fungsi ffat ginjal yaitu 100% oleh faat ginjal asli atau alamiah.
TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Identitas meliputi data demografi klien yang terdiri dari nama, usia, alamat,

pekerjaan, jenis kelamin, agama, status pernikahan, Nomor RM, Tanggal masuk rumah

sakit,diagnosa medis, dan tingkat pendidikan.

b. Keluhan Utama

Sesak nafas

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan sindrom uremik datang dengan keluahan sesak nafas yang

berkepanjangan, mengalami edema atau anasarka, anuria, pruritus uremik. Bahkan

pasien juga mengalami penurunan kesadaran hingga bahkan koma.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat adanya penyakit infeksi saliuran kemih, peradangan sistem perkemihan,

adanya gangguan hipertensif vaskuler, gangguan kongenital herediter sistem

perkemihan, riwayat pembedahan ginjal, dan juga adanya riwayat adanya nefropati

toksis yang mendukung terjadinya gagal gunjal dan sindrom uremik.

e. Riwayat penyakit keluarga

Kaji riwayat adanya anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan terkait

dengan masalah gangguan sistem perkemihan.

f. Pengkajian pola fungsi Gordon

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Bagaimana persepsi dan pendapat klien terkait dengan penyakit yang dideritanya,

serta penanganan pertama dalam mengatasi masalah kesehatannya.

g. Pola nutrisi dan metabolisme

Bagaimana pola pemenuhan nutrisi setiap harinya. Perawat perlu melakukan

pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.

Pasien dengan sindrom uremik perlu dikaji adanya mual, muntah dan anoreksia,

peningkatan berat badan yang terjadi sangat cepat akibat adanya edema, adanya rasa

kecap tidak sedap seperti logam dalam mulut atau bernafas dengan berbau amoniak,

serta adanya dehidrasi.

h. Pola eliminasi

Perawat perlu menanyakan mengenai kebiasaan eliminasi urin sebelum dan sesudah

MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah dan datang dengan salah satu

keluhan anuria, oliguria, gangguan eliminasi urin.

i. Pola aktivitas dan latihan

Perawat perlu untuk terus mengkaji status pernapasan pasien, edema ekremitas atau

edema generalisata yang dialami pasien, pasien merasa malaise untuk beraktivitas,

kelemahan yang ekstrim. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan

pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

j. Pola tidur dan istirahat

Kaji pola tidur pasien sebelum dan sesudah MRS, kebiasaan istirahat, faktor yang

mengganggu waktu istirahat. Kondisi insomnia atau gelisah atau somnolen.


k. Pola hubungan dan peran

Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran,

misalkan pasien seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, tidak dapat menjalani

fungsinya untuk menafkahi istri dan anaknya. Disamping itu, peran pasien di

masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan

interpersonal pasien.

l. Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba

mengalami sakit. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa

penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien

mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.

m. Pola sensori dan kognitif

Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses

berpikirnya. Adapun dari pola sensori yang teganggu tapi jarang yaitu ketika demam

dan sesak napas yang mengakibakan kelemahan.

n. Pola reproduksi seksual

Kebutuhan seksual pasien akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien

berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.

o. Pola managemen stress dan koping

Pasien yang tidak mengetahui penyebab dan proses dari penyakitnya akan mengalami

stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang

merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

p. Pola tata nilai dan kepercayaan


Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan

menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.

B. Pengkajian Fisik

a. Inspeksi: kaji adanya edema tubuh (edema generalisata), kaji adanya asites pada

abdomen, Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau anatomi,

adanya vena jugularis, nadi karotis dan adanya penggunaan otot bantu nafas, sianosis

pada wajah, adanya purpura pada seluruh tubuh.

b. Palpasi: kaji CRT, kaji tingkat pitting edema ekstremitas,palpasi dibagi menjadi 3

jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat

ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda

melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika

terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak

perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk

menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks

sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan,

letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara

memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk

massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur

tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh

pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar. Sedangkan palpasi dalamdigunakan

untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua

tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang

di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak
nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak

nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.

c. Perkusi : Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang

dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung

kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil.

Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif,

diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan)

mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan

costovertebral angle (CVA) ginjal.Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada

saat dilakukan perkusi mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit.

Sehingga perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan

dengan hati-hati dengan memperhatikan ekspresi klien.

d. Auskultasi : Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-

paru, jantungpembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya,

auskultasi adalah teknikterakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara

penting yang terdengar saatauskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru,

terbentuk oleh thorax dan visceraabdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem

kardiovaskular. Suara terauskultasidijelaskan frekuensi (pitch), intensitas

(keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya.Pemeriksa akan

mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suaraaliran

udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.

C. Keadaan fisik

umum lainnya dapat dikaji dengan keadaan fisik, yang meliputi:


Kepala: ispeksi bentuk kepala, distribusi rambut, warna rambut, dan kulit kepala

Mata: inspeksi adanya kelainan anatomi mata dan palpasi andanya konjungtiva

anemis atau tidak

Telinga: inspeksi bentuk telinga simentris atau tidak serta uji dengan tes

pendengaran normal atau tidak

Hidung: bentuk hidung, alat bantu yang terpasang pada hidung, pernafasan cuping

hidung.

Mulut: Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau anatomi,

peradangan pada gusi, ulserasi pada mulut, pernafasan berbau amoniak, dan mual

muntah.

Leher: inspeksi kelainan bentuk leher, adanya vena jugularis, nadi karotis dan

adanya penggunaan otot bantu nafas.

Dada

Paru-paru: inspeksi bentuk dada, palpasi, perkusi seluruh lapang dada dan

auskultasi suara nafas.

Jantung: inspeksi iktus qordis, palpasi CRT dan detakan jantung, perkusi batas

jantung, dan auskultasi suara jantung abnormal

Abdomen: inspeksi adanya asites dan kelainan bentuk abdomen, nyeri area

pinggang.

Urogenital: inspeksi bentuk anatomi genital, alat bantu eliminasi yang terpasang.

Ekstremitas: inspeksi kelainan bentuk ekremitas baik bawah maupun atas, fungsi

pergerakan, perubahan bentuk, dan adanya edema daerah ekstremitas, terasa panas

pada telapak kaki, kelemahan pada tungkai, foot drop, penurunan kekuatan otot.
Kulit dan Kuku

Kajian tentang Integritas kulit, echimosis, kulit kering bersisik, adanya edema

generalisata, adanya pruritus akibat penumpukan ureum dalam sirkulasi, warna

kulit abu-abu mengkilat atau terjadi hiperpigmentasi, kebersihan kulit dan kuku,

serta kaji CRT >3 detik, kuku tipis dan rapuh.

Keadaan Lokal

Gasglow Coma Scale (GCS)

Parameter Nilai
membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Mata
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Orientasi baik 5
Bingung 4
respon verbal Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 2
Tidak berespon 1
Mengikuti perintah 6
Gerakan Lokal 5
Fleksi, Menarik 4
Respon Motorik
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1

Anda mungkin juga menyukai