Tindakan konservatif
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga hasil
metabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan
kalium, fosfat dan produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Gejala seperti
lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangu. Diet yang dianjurkan adalah 40-
80 mEq/hari.
Pengaturan natrium dalam diet memiliki arti penting dalam gagal ginjal.
gram natrium), tetapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik. Asupan
yang terlalu bebas dapat menyebabkan terjadinya retensi cairan, edema perifer
dan paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Disisi lain, bila natrium terbatas
lanjut, karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini
mengenai keadaan hidrasi pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan
kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang
ginjal. Jadi, supan natrium dan cairan harus diatur dengan benar untuk mencapai
keseimbangan cairan.
A. Hemodialisis
(tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah
B.Dialisis peritoneal
C.Transpaltasi ginjal
seluruhnya fungsi ffat ginjal yaitu 100% oleh faat ginjal asli atau alamiah.
TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas meliputi data demografi klien yang terdiri dari nama, usia, alamat,
pekerjaan, jenis kelamin, agama, status pernikahan, Nomor RM, Tanggal masuk rumah
b. Keluhan Utama
Sesak nafas
Klien dengan sindrom uremik datang dengan keluahan sesak nafas yang
Kaji riwayat adanya penyakit infeksi saliuran kemih, peradangan sistem perkemihan,
perkemihan, riwayat pembedahan ginjal, dan juga adanya riwayat adanya nefropati
Kaji riwayat adanya anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan terkait
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Pasien dengan sindrom uremik perlu dikaji adanya mual, muntah dan anoreksia,
peningkatan berat badan yang terjadi sangat cepat akibat adanya edema, adanya rasa
kecap tidak sedap seperti logam dalam mulut atau bernafas dengan berbau amoniak,
h. Pola eliminasi
Perawat perlu menanyakan mengenai kebiasaan eliminasi urin sebelum dan sesudah
MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah dan datang dengan salah satu
Perawat perlu untuk terus mengkaji status pernapasan pasien, edema ekremitas atau
edema generalisata yang dialami pasien, pasien merasa malaise untuk beraktivitas,
kelemahan yang ekstrim. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
Kaji pola tidur pasien sebelum dan sesudah MRS, kebiasaan istirahat, faktor yang
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran,
misalkan pasien seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, tidak dapat menjalani
fungsinya untuk menafkahi istri dan anaknya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa
penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses
berpikirnya. Adapun dari pola sensori yang teganggu tapi jarang yaitu ketika demam
Kebutuhan seksual pasien akan terganggu untuk sementara waktu karena pasien
Pasien yang tidak mengetahui penyebab dan proses dari penyakitnya akan mengalami
stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang
merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
B. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi: kaji adanya edema tubuh (edema generalisata), kaji adanya asites pada
abdomen, Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau anatomi,
adanya vena jugularis, nadi karotis dan adanya penggunaan otot bantu nafas, sianosis
b. Palpasi: kaji CRT, kaji tingkat pitting edema ekstremitas,palpasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat
ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda
melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika
terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak
perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk
menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks
sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan,
letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara
memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk
massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur
tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh
untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua
tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang
di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak
nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak
c. Perkusi : Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang
kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil.
Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif,
diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan)
mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan
saat dilakukan perkusi mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit.
d. Auskultasi : Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-
penting yang terdengar saatauskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru,
terbentuk oleh thorax dan visceraabdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem
C. Keadaan fisik
Mata: inspeksi adanya kelainan anatomi mata dan palpasi andanya konjungtiva
Telinga: inspeksi bentuk telinga simentris atau tidak serta uji dengan tes
Hidung: bentuk hidung, alat bantu yang terpasang pada hidung, pernafasan cuping
hidung.
Mulut: Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau anatomi,
peradangan pada gusi, ulserasi pada mulut, pernafasan berbau amoniak, dan mual
muntah.
Leher: inspeksi kelainan bentuk leher, adanya vena jugularis, nadi karotis dan
Dada
Paru-paru: inspeksi bentuk dada, palpasi, perkusi seluruh lapang dada dan
Jantung: inspeksi iktus qordis, palpasi CRT dan detakan jantung, perkusi batas
Abdomen: inspeksi adanya asites dan kelainan bentuk abdomen, nyeri area
pinggang.
Urogenital: inspeksi bentuk anatomi genital, alat bantu eliminasi yang terpasang.
Ekstremitas: inspeksi kelainan bentuk ekremitas baik bawah maupun atas, fungsi
pergerakan, perubahan bentuk, dan adanya edema daerah ekstremitas, terasa panas
pada telapak kaki, kelemahan pada tungkai, foot drop, penurunan kekuatan otot.
Kulit dan Kuku
Kajian tentang Integritas kulit, echimosis, kulit kering bersisik, adanya edema
kulit abu-abu mengkilat atau terjadi hiperpigmentasi, kebersihan kulit dan kuku,
Keadaan Lokal
Parameter Nilai
membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Mata
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Orientasi baik 5
Bingung 4
respon verbal Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 2
Tidak berespon 1
Mengikuti perintah 6
Gerakan Lokal 5
Fleksi, Menarik 4
Respon Motorik
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1