Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses alami yang terjadi pada manusia yang tidak dapat
dihindari. Manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai ke usia
matangnya dan mengalami beberapa masalah penurunan pada tubuh. Selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam,2008). Secara
umum bentuk dan kondisi fisik seseorang yang sudah lanjut usia akan mengalami
beberapa perubahan, sebagian besar perubahan tersebut menyebabkan penurunan nya
fungsi kemampuan fisik tubuh dan perubahan penampilan. Penurunan fungsi pada
kondisi fisik tubuh ini yang akan memunculkan berbagai macam masalah kesehatan.

Lansia cenderung mengalami hambatan dalam melakukan perawatan diri. Maka


dari itu, seseorang yang sudah lanjut usia perlu bantuan orang lain dalam melakukan
perawatan untuk kesejahteraannya. Perawatan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh
Perawat rumah sakit, namun keluarga dirumah juga dapat melakukannya. Perawat dalam
memberikan asuhan keperawatannya harus didasari oleh teori-teori keperawatan yang
ada, seperti salah satunya untuk kasus ini bisa diterapkan dengan perilaku Teori Caring
yang dikembangkan oleh Jean Watson.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Lansia ?
2. Bagaimana Konsep Teori Caring ?
3. Bagaimana Hubungan Teori Caring kepada pasien lansia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Konsep Lansia
2. Untuk mengetahui Konsep Teori Caring
3. Untuk mengetahui Hubungan Teori Caring kepada pasien lansia

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
(Kemenkes RI, 2016). Laslestt dalam Nurhayati (2018) menjelaskan lansia
merupakan suatu proses perubahan biologis yang secara terus menerus dialami oleh
manusia pada semua tingkatan umur dan waktu yang dapat ditandai dengan ciri-ciri
fisik seperti rambut mulai berwarna putih, kulit mengalami keriput, gigi mulai tanggal
dan tulang yang mulai mengalami pengeroposan.

Menurut Santrock (2011), ada dua pandangan para ahli mengenai definisi
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Orang barat mendefinisikan lansia sebagai orang yang yang telah berumur 65
tahun atau lebih, dimana usia ini akan membedakan antara orang dewasa dengan
orang usia lanjut. Berdasarkan pandangan orang Indonesia, istilah lansia pada
umumnya dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri
penuaan.

Berdasarkan beberapa definisi lansia menurut beberapa para ahli, dapat


disimpulkan bahwa lansia adalah proses akhir tumbuh kembang manusia yang
dimulai dari bayi hingga akhirnya menjadi tua, dimana pada masa ini terjadi
penurunan fungsi tubuh baik secara fisik, mental, maupun sosialnya yang
dikategorikan dalam batasan umur 60 tahun atau lebih.

2.1.2 Batasan Umur Lansia

Menurut Effendi (2009) dalam Sunaryo (2016) mengklasifikasikan batasan


batasan umur lansia yang dikutip dari beberapa sumber sebagai berikut:

1. Menurut WHO (World Health Organization) ada beberapa batasan umur lansia,
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) berusia 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (fidely) berusia 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) berusia 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) berusia lebih dari 90 tahun

2. Menurut Koesoemato Setyonegoro menjelaskan masa lanjut usia geriatric


age 65 – 70 tahun yang terbagi dalam tiga batasan umur, yaitu:
a. Young old berusia 70 – 75 tahun
b. Old berusia 75 – 80 tahun
c. Very old berusia lebih dari 80 tahun.

2|Page
3. Menurut Jos Madani (Psikolog UI) terdapat empat fase
a. Fase inventus berusia 25 – 40 tahun
b. Fase virilities berusia 40 – 55 tahun
c. Fase presenium berusia 55 – 65 tahun
d. Fase senium berusia lebih dari 65 tahun

2.1.3 Perubahan Umum pada Lansia


Terdapat dua perubahan umum yang terjadi pasa saat masa lansia (Sunaryo,
2016), yaitu:
1. Perubahan secara fisik
Yaitu perubahan secara biologis dan fisiologis tubuh, seperti perubahan sel,
kardiovaskuler, respirasi, persarafan, muskuloskeletal, genitourinaria,
gastrointestinal, vesika urinaria, pendengaran, pengelihatan, integumen,
endokrin, belajar dan mengingat, intelegensi, pencapaian (achievement),
dan pengaturan (personal and adjustment).

2. Perubahan secara social


Yaitu perubahan yang terjadi secara sosial dan lingkungan. Seperti
perubahan peran, aktifitas, keluarga, teman, pension pekerjaan, ekonomi,
rekreasi, keamanan, transportasi, pendidikan dan agama.

3. Hutapea (2005) dalam Hayati (2010) menambahkan bahwa terdapat


perubahan psikososial yang terjadi pada lansia sehingga menyebabkan rasa
tidak aman, takut, merasa bahwa penyakit selalu mengancam, bingung,
panik, dan depresif

3|Page
2.2 Konsep Caring
2.2.1 Pengertian Caring

Florence Nightingale (1860) dalam Teting (2018) menjelaskan bahwa


caring merupakan tindakan yang menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien
atau klien dalam membantu proses penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,
verifikasi yang baik, dan memberikan ketenangan terhadap pasien atau klien. Caring
merupakan suatu jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan keperawatan guna meningkatkan serta melindungi pasien sebagai
manusia, sehingga akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.

Watson dengan teori of human care mempertegas bahwa caring sebagai jenis
hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi klien sebagai manusia. Bentuk hubungan perawat dan
klien adalah hubungan yang wajib dipertanggungjawabkan secara professional
(Tomey and Alligod, 1994)

Watson meletakkan teorinya pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja
dalam pengembangan teorinya, yaitu:
1. Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
2. Caring bisa dilakukan secara interpersonal
3. Perilaku caring yang efektif dapat meningkatkan status kesehatan serta
perkembangan individu.
4. Caring environment, adalah penyediaan perkembangan potensi serta
memberikan klien atau pasien keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi
diri sendiri dalam waktu yang telah ditetapkan.
5. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai individu saat
ini, tetapi juga bagaimana individu tersebut di masa depan.
6. Caring bersifat healtogenik.
7. Caring merupakan inti dari proses keperawatan.

2.2.2 Perilaku Caring

J. Watson (1997) dalam Teting (2018) membuat kerangka kerja perilaku


caring dalam keperawatan yang didasari oleh 10 faktor karatif. Karatif adalah
sifat dan karakter yang seharusnya dimiliki dan diterapkan oleh perawat dalam
melayani klien. 10 faktor karatif tersebuta yaitu:

1. Pembentukan sistem yang humanistik dan altruistik pada hubungan perawat


dengan pasien.
2. Menumbuhkan harapan pasien.

4|Page
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.
5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif..
6. Penggunaan problem-solving dalam pengambilan keputusan.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar melalui proses interpersonal.
8. Menyediakan lingkungan bio-psiko-sosial dan kultural yang mendukung.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
10. Memberi kesempatan pada klien untuk mempelajari fenomena yang terjadi.

2.3 Hubungan Pasien Lansia dengan Teori Keperawatan Watson

Perubahan dan penurunan fisik yang biasanya dialami pada lansia, membuat
lansia membutuhkan orang lain untuk membantunya melakukan aktivitasnya.
Perubahan dan penurunan ini yang menyebabkan lansia berketergantungan dengan
orang lain dan harus memiliki pendamping atau perawat untuk membantunya.

Masalah yang sering kita lihat sekarang, rata-rata lansia itu ditinggal sendiri,
ditinggal oleh pasangannya, atau oleh anak-anak yang mereka yang sudah dewasa.
Tanpa adanya pendamping ini para lansia tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari
mereka karena keterbatasan akibat penurunan fisik dimasa tua ini jadi mereka
membutuhkan pendamping atau perawat untuk merawat mereka.

Suatu aplikasi Caring yang sudah diterapkan ialah seperti Panti Werdha yang
merupakan lembaga berupa asrama yang menangani dan merawat pasien lansia serta
membantu memenuhi kebutuhan fisik bagi lansia yang dikerjakan oleh orang – orang
yang mempunyai keahlian dan dapat bertindak seperti orang yang ada di rumah sakit
bila memang diperlukan serta dapat membantu lansia untuk beraktivitas sehari-hari.
Di Panti Werdha biasanya tenaga kesehatan (perawat) memberikan banyak
kegiatan-kegiatan keterampilan untuk lansia seperti menyulam untuk
memungkinkan lansia terus produktif dan aktif. Hal ini merupakan salah satu
bentuk caring perawat terhadap komunitas lansia yang ada di Panti Werdha.

Kebanyakan para lansia di Indonesia, lebih banyak menghabiskan waktunya


hanya dengan bersantai dan tidak melakukan ativitas apapun. Hal ini lah yang
membuat kebanyakan para lansia di Indonesia memiliki sifat berketergantungan
dengan orang lain. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan social yang
dialami oleh lansia. Seperti mereka kesepian (Karena ditinggal pasangan dan anak-
anaknya), muncul perasaan atau pikiran kapan akan meninggal, atau mengalami
abuse (kekerasan) verbal atau non verbal berupa bentakan atau tidak diberi makanan.

5|Page
Perlunya peranan dari orang-orang yang benar-benar paham dan mengerti
bagaimana cara merawat lansia, seperti perawat care giver dari panti jompo ataupun
rumah sakit. Merawat lansia memerlukan pengetahuan, ketrampilan, kemauan,
pengabdian dan kesabaran (Siburian, 2006). Tak hanya perawat saja yang bisa
merawat para lansia, namun keluarga pasien pun juga dapat melakukan perawatan.
Keluarga merupakan orang terdekat untuk menjadi care giver. Keluarga memiliki
peranan penting demi memberikan asuhan keperawatan terhadap kesehatan keluarga,
perawatan ini bisa berupa caring dimana keluarga bisa memberikan pertolongan dan
merawat pasien yang tidak dapat merawat dirinya sendiri.

Contoh lain bentuk Caring di bidang keperawatan ialah seperti yang dilakukan
oleh Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang mengadakan
Kegiatan Lansia Caring Nursing Center yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan sarana untuk memberikan pendidikan bagi lansia, melakukan
penyuluhan kesehatan dan melakukan pemeriksaan kepada lansia seperti memeriksa
tekanan darah, menimbang berat badan, cek kadar gula darah, asam urat, kolesterol
dan lain-lain. Selain itu, dalam kegiatan ini mahasiswa juga belajar berkomunikasi
teraupetik yang baik dan benar secara langsung dengan pasien lansia sambil
memberikan asuhan keperawatan.

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan (Sartika, 2010). Perawat perlu mengenali kebutuhan yang paling
mendasar yang perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat
juga harus memberikan informasi kepada klien saat akan memberikan asuhan
keperawatan. Perawat bertanggung jawabkan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Pada tahap ini, peran perawat menjadi sangat penting dalam membina keluarga dan
lansia, terutama dalam hal bantuan/pengaturan aktifitas yang dilakukan keluarga
kepada lansia. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan keperawatan,
memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan
kesehatan.(Muhlisin, 2004; Priambodo, 2014)

Hal yang penting adalah melakukan pendekatan kepada pasien dalam


menyelenggarakan pelayanan.. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap
klien dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien.

Adapun beberapa prinsip asuhan keperawata yang bisa perawat terapkan saat
memberikan asuhan keperawatan :
1. Pengkajian
Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah. System pengkajian sangat
diperlukan karena secara efektif akan mampu menyokong suatu dasar yang kuat bagi
pengetahuan perawat dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir yang kritis

6|Page
yang dibutuhkan dalam ilmu pengetahuan keperawatan, serta memfokuskan perawat
pada promosi kesehatan dari pada pangobatan penyakit.

2. Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan diteliti
atau diukur, serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada
siapa dan bagaimana data akan dikumpulkan.

3. Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi
pengumpulan data.

4. Evaluasi
Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data juga untuk meneliti
interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai.

7|Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perubahan dan penurunan fisik yang biasanya dialami pada lansia, membuat
lansia membutuhkan orang lain untuk membantunya dalam beraktivitas. Maka dari
itu untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup lansia, perlunya peranan dari
orang-orang yang benar-benar paham dan mengerti bagaimana cara merawat lansia,
seperti perawat care giver ataupun dari keluarganya sendiri. Seperti salah satu contoh
bentuk perawatan caring yang dilakukan ialah dengan melakukan pendidikan
kesehatan lansia, penyuluhan kesehatan lansia dan pemeriksaan kesehatan lansia
demi memenuhi kesejahteraan para pasien lansia.

Perawatan Caring ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana interaksi antara perawat
dengan pasien atau klien. Dimana saat berinteraksi, perawat harus memiliki
kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatannya dengan baik. Sepuluh faktor
karatif dari Watson yang dikembangkan bersamaan dengan teori Caring nya ini bisa
membantu para perawat dalam menerapkan perilaku caringnya kepada pasien dan
dapat mengoptimalkan praktik asuhan keperawatannya kepada pasien, terutama
pasien lansia.

8|Page
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, A. M. (2013). Lansia Di Panti Werdha ( Studi Deskriptif Mengenai Proses


Adaptasi Lansia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya ). Jurnal Ilmu
Sosial Dan Politik, 1–13.

Wicaksono, P. Wahyu (2019). Hubungan Caring Perawat Dengan Tingkat Kesepian


Lansia Di Wilayah Kerja Dinas Sosial Surabaya).

Triwijayanti, Renny (2015). Caring Dimensions Inventory Dalam Tatanan Pelayanan


Keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 42-47

Setiawan, dan Dewi Elizadiani Suza (2017). Lansia Caring Nursing Center : Persepsi
Mahasiswa Profesi Keperawatan. Universitas Sumatera Utara. Idea Nursing Journal,
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 - 2445 Vol. VIII No. 3 2017.

9|Page

Anda mungkin juga menyukai