Anda di halaman 1dari 17

KONSEP LANSIA

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu: Ns. Chandra Tri Wahyudi, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh:

Siti Rosita 1810701002

Fanny Montia Fransisca 1810701008

Dwi Permata Yusuf 1810701013

Ainur Rofikoh Lubis 1810701014

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Selawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya hingga pada umatnya
sampai akhir zaman.

Makalah yang berjudul Konsep Lansia ini ditulis untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang diampu oleh Ns. Chandra Tri
Wahyudi, S.Kep., M.Kes Makalah ini akan membahas berkenaan tentang
pengertian lansia, batasan usia lansia, teori menua, masalah kesehatan pada lansia,
pendekatan pada lansia, tempat pelayanan bagi lansia, pelayanan sosial dikeluarga,
foster care service, pusat santunan keluarga, panti sosial lansia.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkan kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak dan narasumber yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, baik
tanda baca, tata bahasa, maupun isi. Kami mohon maaf atas segala kekurangan yang
ada di makalah ini. Semoga para pembaca dapat memakluminya dan mendapat
manfaat setelah membaca makalah ini.

Jakarta,15 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seseorang dikatakan usia lanjut bila seseorang telah mencapai
usia 60 tahun keatas dan memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi
biologis, psikologis, dan sosial. Hasil penelitian memberikan penjelasan
definisi lansia bahwa seseorang dikatakan lansia bukan hanya dari
kronologis usianya tetapi menunjukkan tugasnya sebagai orang tua itu juga sudah
terpenuhi. Penurunan tidak hanya dilihat dari kemampuan fisiknya tetapi juga
kemampuan sosial dan psikologis, didukung oleh Mubarak (2010)
menjelaskan pertambahan usia akan terjadi perubahan struktur dan
fisiologis dari berbagai sel, jaringan, organ dan sistem pada manusia itu di mana
akan terjadi kemunduran fisik dan psikis. Klasifikasi lansia pada
penelitian teridentifikasi lansia dibagi menjadi prasenilis, senilis,
lansia resiko tinggi, lansia potensial, dan lansia non potensial. Hasil penelitian
menjelaskan lansia potensial dikatakan sebagai lansia yang masih dapat memenuhi
kebutuhan hidup sendiri dengan melakukan aktivitas dan bermanfaat untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya, sedangkan lansia yang non potensial dijelaskan
semua kebutuhan tergantung dari orang lain.Hasil penelitian sudah sesuai dengan
konsep, tetapi konsep belum memaparkan klasifikasi lansia resiko tinggi atau tidak.
Hal ini dikarenakan banyak lansia yang tinggal bersama dengan anggota
keluarganya selain mengalami penurunan fungsi fisiologis, sosial dan psikologis
tetapi juga rentan terhadap penyakit sehingga perlu diidentifikasi adakah lansia
beresiko terhadap penyakit atau tidak.
Karakteristik lansia dalam penelitian ini teridentifikasi dalam tiga hal yaitu
dari segi usia, rentang sehat sakit dan kebutuhan dasar pada lansia. Maryam (2008)
memaparkan karakteristik lansia meliputi berusia lebih dari dari 60 tahun,
kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat sampai sakit dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga maladaptive dan
lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. Tipe lansia yang teridentifikasi pada
penelitian meliputi tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe ketergantungan dan tipe
pasrah. Nugroho (2000) dalam Maryam (2008) menjelaskan tipe lansia yang ada
dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe
tidak puas, tipe pasrah dan tipe binggung. Dari hal tersebut dapat dikatakan
bahwa terdapat persamaan antara hasil penelitian dengan teori yang ada
di mana yang sama pada tipe lansia arif bijaksana, tipe mandiri dan tipe
pasrah.
Populasi lansia meningkat sangat cepat. Tahun 2020, jumlah lansia
diprediksi sudah menyamai jumlah balita. Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk
dunia adalah lansia (WHO, 2013). Populasi penduduk Indonesia merupakan
populasi terbanyak keempat sesudah China, India dan Amerika Serikat. Menurut
data World Health Statistic 2013, penduduk China berjumlah 1,35 milyar, India
1,24 milyar, Amerika Serikat 313 juta dan Indonesia berada di urutan keempat
dengan 242 juta penduduk (WHO, 2013). Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik
(2013) pada 2018 proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas sebesar 24.754.500 jiwa
(9,34%) dari total populasi. Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi
berisiko (population at risk) yang semakin meningkat jumlahnya. Allender, Rector,
dan Warner (2014) mengatakan bahwa populasi berisiko (population at risk) adalah
kumpulan orang-orang yang masalah kesehatannya memiliki kemungkinan akan
berkembang lebih buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang memengaruhi.
Stanhope dan Lancaster (2016) mengatakan lansia sebagai populasi berisiko ini
memiliki tiga karakteristik risiko kesehatan yaitu, risiko biologi termasuk risiko
terkait usia, risiko sosial dan lingkungan serta risiko perilaku atau gaya hidup.

1.2. Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi untuk dikaji lebih lanjut dalam makalah ini. Identifikasi
masalah tersebut diantaranya sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Apa yang dimaksud teori menua?
3. Apa saja masalah kesehatan pada lansia ?
4. Bagaimana cara pendekatan pada lansia?
5. Apa saja tempat pelayanan bagi lansia?
6. Bagaimana pelayanan sosial dikeluarga?
7. Apa yang dimaksud Foster Care Service?
8. Apa yang dimkasud pusat santunan keluarga dan panti sosial lanjut usia?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai
penulis dalam sebuah penulisan. Oleh karena itu, tujuan penulisan ini adalah untuk
memperoleh data empiris tentang konsep lansia dari beberapa sumber.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2. Pengertian Lansia
Sesorang dikatan usia lanjut bila seseorang telah mencapai usia 60 tahun
keatas dan memiliki tanda-tanda terjadinya penuruan fungsi biologis, psikologis
dan sosial. Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan setiabudhi, 1999;B). Pada Lanjut Usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normal nya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constanitinides, 1994). Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan
Martono, 1999;4)
Menurut (Fatmah, 2010)lansia merupakan proses alamiah yang terjadi
secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua seseorang
akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.

Menurut Setianto (2004), seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila


usianya 65 tahun ke atas. Lansia menurut Pudjiastuti (2003), lansia bukan penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
menurut Hawari (2001), adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

2.3. Klasifikasi Lansia


Menurut pendapat sebagian ahli dalam Effendi (2009), batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia sebagai berikut:
1) Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas”.
2) Menurut WHO, usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut: usia
pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very
old) ialah diatas 90 tahun.
3) Menurut Dra. Jos Masdani (psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia.
4) Menurut Prof.Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (getriatric
age): >65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getriatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun),
old (75-80 tahun), dan very old (>80 tahun) (Effendi 2009).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur


kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008)

2.4. Teori Menua


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakas proses sepanjang bidup tidak hanya
dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
WHO dan UU Nomor 13/Tahun 1996 menyebutkan bahwa 60 tahun
merupukan usia permulaan tua Menua bukanlah suatu penyakit, tetap merupakan
proses yang berangsir-angsur mengakihatkan perutahan yang kumulatif,
merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir derngan kematian
Teori menua ada 3 yaitu teori menua biologis,psikologis,dan sosiologis
a) teori biologis
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir
sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat
dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Sebagaimana dikemukakan
oleh menrt (1980), bahwa teori biologis dalam proses menua mengacu pada
asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup. Menurut Hayflick (1977), Fokus dari teori
ini adalah mencari determinan determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme yang dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/memberi
dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan
peningkatan usia kronologis.
Teori biologis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Teori stokastik dan Teori
Nonstokastik
1. Teori Stokastik
Teori ini mengatakan bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang
terjadi secara acak atau random dan akumulasi setiap waktu. Bagian dari
teori Stokastik adalah Teori Kesalahan (Error Theory), Teori Keterbatasan
Hayflick (Hayflick Limit Theory), Teori Pakai dan Usang (Wear & Tear
Theory), Teori Imunitas (Immunity Theory), Teori Radikal Bebas (Free
Radica0l Theory), dan Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory).

a. Teori Kesalahan (Error Theory )


Teori kesalahan dikemukakan oleh Goldteris dam Brocklehurts (1989)
dalam Darmojo dan Martono (1999) dan Kane (1994) dalam Tamher S.
Dan Noorkasiani (2009), yang didasarkan pada gagasan manakala
kesalahan dapat terjadi dalam rekaman sintesis DNA. Jika proses
transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan
akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian. Peningkatan usia
mempengaruhi perubahan sel dimana sel sel nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
b. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory )
Teori ini dikemukakan oleh Hayflick (1987) dalam Darmojo dan
Martono (1999). Dalam teori ini, protein mengalami metabolisme tidak
normal sehingga banyak produksi sampah dalam sel dan kinerja
jaringan tidak dapat efektif dan efisien. Menurut Hayflick dan
moorehead (1961) dalam Luecknote (1996) bahwa sel-sel mengalami
perubahan kemampuan produksi sesuai dengan bertambahnya usia.
Teori Hayflick menekankan bahwa perubahan kondisi fisik pada
manusia dipengaruhi oleh adanya kemampuan reproduksi dan
fungsional sel organ yang menurun sejalan dengan bertambahnya usia
tubuh setelah usia tertentu.
c. Teori Pakai dan Usang (Wear and Tear Theory)
Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup
manakala sel-sel tersebut digunakan secara teruz-menerus. Teori ini
dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa
kematian merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena
dianggap tidak diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel
tersebut secara mandiri.
d. Teori Imunitas (Immunity Theory)
Dalam teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan
fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limfosit-T, di samping perubahan juga terjadi pada Limfosit-B.
Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang
dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk: (a) menurunkan
resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker, (b)
menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara
agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap patogen, (c)
meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin
meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmun.
e. Teori Radikal Bebas (Free Radikal Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Christiansen dan Grzybowsky (1993), yang
menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan
ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk
metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sangat
reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat
menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya.
Radikal bebas di sini adalah molekul yang memiliki tingkat afinitas
yang tinggi, merupakan molekul, fragmen molekul, atau atom dengan
elektron yang bebas tidak berpasangan.
f. Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Oen (1993), yang dikutip dari Darmojo dan
Martono (1999). Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan
seperti mesin sehingga perlu adanya perawatan. Penuaan merupakan
hasil dari penggunaan.
2. Teori Nonstokastik
Teori ini dikemukakan oleh John Wiley&Sons dalam Ross (1996). Dalam
teori ini dikatakan bahwa proses penuaan disesuaikan menurut waktu
tertentu. Termasuk teori memua dalam lingkup proses menua biologis dan
bagian dari Teori Nonstokastik adalah Programmed Theory dan Immunity
Theory.
a. Programmed Theory, dikemukakan oleg Barataidhaya (1993). Teori
ini mengemukakan bahwa pembelahan sel dibatasi oleh waktu
sehingga suatu saat tidak dapat meregenerasi kembali.
b. Immunity Theory, dikemukakan oleh Adler W.H (1990). Teori ini
mengemukakan bahwa mutasi yang berulang atau perubahan protein
pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri.
b) teori sosiologis
Teori ini dikemukakan oleh Lemon (1972). Teori sosial meliputi Teori
Aktifitas, Teori Pembebasan, dan Teori Kesinambungan. Teori Aktifitas
menyatakan lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan mengikuti
banyak kegiatan sosial. Sedangkan Teori Pembebasan (Disengagrment Theory)
menerangkan bahwa dengan berubahnya usia seseorang, secara berangsur-
angsur orang tersebut mulai mrlepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif
maupun kualitasnys sehingga sering terjadi kehilangan ganda, yaitu kehilangan
peran, hambatan kontrol sosial, dan berkurangnya komitmen.
Teori kesinambungan yaitu teori yang mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannya kelak akan pada saat menjadi lansia.
c) teori psikologis
1. teori kebutuhan dasar manusia
Teori kebutuhan dasar manusia Menurut hierarki Maslow tentang
kebutuhan dasar manusia, setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya,
setiap individu memiliki prioritas. Seorang individu akan berusaha
memenuhi kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat
piramida di hawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggi
adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses menua ia akan
berusaha memenuhi kebutuhan di piramida tertinggi yaitu aktualisasi diri.
2. teori individualisme Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanva berorientasi pada
dunia luar namun juga pengalaman pnbadi Kesembangan merupakan faktor
yang sarigat penting untuk menjaga kiesehatan mental, Menurut teori ini
proses menua dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat ke dalam
dan nilai dirnya lebih dari sekedar kehilangan stau pembutasan fisiknya
Teori pusat kehidupan manusia Teon ini berfokus pada identitikasi dan
pencapaian tujuan kehidupan
3. teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan
seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu:
 Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistic.
 Remaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup
yang spesifik.
 Dewasa tengah,mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit dan
berusaha untuk mewujudkannya.
 Usia pertengahan melihat ke belakang, mengevaluasi tujuan yang
dicapai.
 Lansia, saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup.
4. teori tugas perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas perkembangan
lansia adalah niegrity zersus despair. Jika lansia dapat menemukan arti dari
hidup yang dijalanınya, maka lansia akan memiliki integritas ego untuk
menyesuaikan dan mengatur proses menua vang dialaminya. Jika lansia
tidak memiliki integritas maka ta akan marah, depresi dan merasa tidak
adekuat, dengan kata lain mengalamı keputusasaan.

2.5. Masalah Kesehatan Pada Lansia

2.6. Pendekatan Pada Lansia


a. pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat
dibagi atas dua bagian, yakni :
 Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan
sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
 Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui
dasar perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat
penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang diperhatikan.
b. pendekatan psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara
perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka
dapat merasa puas dan bahagia.
c. pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
lajut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya
jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu
dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar
radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para pasien
lanjut usia.

2.7. Tempat Pelayanan Bagi Lansia


Pelayanan kesehatan pada lansia diperlukan untuk memelihara dan mengatasi
masalah pada lanjut usia. Dasar hukum pembinaan kesehatan pada lansia
adalah Undangundang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lansia, Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004
Tentang Komisi Nasional Lansia, dan Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun
2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut Usia. Pelayanan
kesehatan yang baik pada lansia bertujuan memperpanjang usia harapan hidup
dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya,
terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Posyandu Lansia
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu di suatu wilayah tertentu
dan digerakkan oleh masyarakat agar lansiayang tinggal disekitarnya
mendapatkan pelayanan kesehatan.
 Sasaran langsung
1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
 Sasaran tidak langsung
1) Keluarga dimana usia lanjut berada
2) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
3) Masyarakat luas
 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yang
bahagia & berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
 Tujuan khusus
1)Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri
kesehatannya
2)Meningkatkan kemampuan & peran serta masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan lansia secara optimal
3)Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia
4)Meningkatnya jenis dan mutu pelayanan kesehatan lansia
 Mekanisme pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan sistem lima meja yaitu:
a. Meja 1: Pendaftaran Lansia datangberkunjung ke Posyandu lansia
dan mendaftarkan diri lansia, sendiri atau disertai pendamping dari
keluarga atau kerabat, lansia yang sudahterdaftar di buku register
langsung menuju meja selanjutnya yakni meja 2.
b. Meja 2: Pelayanan Kesehatan oleh Kader
c.Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
tekanan darah pada lansia.
d. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) Kader
melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh,
tekanan darah, berat badan, tinggi badan lansia.
e. Meja 4: Penyuluhan kesehatan oleh Petugas Kesehatan dari
Puskesmas, Dinas kesehatan, Kementrian kesehatan, atau Instansi lain
yang bekerja sama dengan Posyandu Lansia. Penyuluhan kesehatan
perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan,
ataupun materi mengenai tindakan promotif dan preventif terhadap
kesehatan Lansia.
f. Meja 5: Pelayanan medis Pelayanan oleh tenaga professional yaitu
petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan: pemeriksaan
dan pengobatan ringan untuk preventif, rehabilitatifdan kuratif.

Anda mungkin juga menyukai