OTA
PRESENTASI
Arini M
KELOMPOK 2 a
Denni M yan Fauni
u
Fitry A lyani
fri
DONOR ASI DAN Ic a S a l d a
Isra Ai na
wa
na
EUTHANASIA
Khairu
nn
Putri R as
ah
Safira Z matika
a
Sinta R hara
ismaya
Ummi ni
Kalsum
Ulya H
usra
DONOR ASI
DEFINISI ASI
ASI merupakan cairan berwarna putih yang menyerupai susu, yang banyak mengandung nutrisi yang
bersumber dari ibu, ketika ibu tersebut sedang hamil dan biasanya dikeluarkan pada saat bayi lahir. Air
susu ibu diproduksi dari alviolli pada bagian awal saluran kecil air susu (Sharon, 2013).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi,
dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, serta sebagai makanan tunggal untuk memenuhi
semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir merupakan
salah satu upaya untuk mencegah penyakit infeksi, masalah kurang gizi, dan kematian pada bayi dan
balita, karena ASI merupakan nutrisi lengkap untuk bayi, yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
karena ASI mengandung zat antibodi serta dapat melindungi bayi dari serangan alergi (Kadir, 2014).
HUKUM DONOR ASI MENURUT PERATURAN
PEMERINTAH
Pada 45 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif telah diatur
mengenal persyaratan untuk pendonor ASI sebagai berikut:
a. Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan
b. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau
keluarga dari Bayi penerima ASI
c. Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI
d. Pendonor ASI dalam kondisi Kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi media
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
e. ASI tidak diperjualbelikan Pemberian ASI oleh pendonor ASI ini tentu saja harus
dilaksanakan norma agama dan mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu
dan keamanan ASI.
HUKUM DONOR ASI MENURUT
ISLAM
“Tempatkanlah mereka (para istri yang dicerai) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka (para istri yang dicerai) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)-mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu sama-
sama menemui kesulitan (dalam hal penyusuan), maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya” (QS. Ath-Thalâq (65): 6 )
HUKUM DONOR ASI MENURUT
ISLAM
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah
[2]: 233 )
SYARAT KHUSUS DONOR ASI
Ibu yang menyusukan ini merupakan seorang perempuan yang air susuannya dapat
menyebabkan kemahraman yaitu yang memiliki air susu berlimpah, baik yang
dewasa maupun belum, perempuan yang masih mangalami haid atau sudah tidak
mengalami haid, perempuan yang telah memilki suami atau tidak serta perempuan
dalam keadaan hamil ataupun tidak. Secara hukum, seorang perempuan yang
menyusui seorang bayi maka bayi tersebut sudah seperti anaknya, dengan tiga syarat
sebagai berikut:
1) Sang bayi benar-benar menyusu pada perempuan tersebut;
2) Perempuan yang menyusui sang bayi masih dalam keadaan hidup;
3) Perempuan yang masih bisa melahirkan akibat sebuah hubungan intim.
2. Air susu
Menurut jumhur ulama, air susu yang diminum oleh bayi dari perempuan baik yang
gadis ataupun janda selama dapat mengeluarkan air susu, air susu masuk melalui
kerongkongan dan sampai ke dalam perut bayi dengan penyusuannya langsung
melalui payudara maupun tidak langsung dengan menggunakan botol susu, gelas, dan
lain sebagainya.
5. Persaksian
Persaksian Syahadah atau persaksian dimaksudkan jika seseorang mengetahui secara
pasti bahwa laki-laki dan perempuan itu merupakan saudara sepersusuan. Dalam hal
jumlah persaksian, para ulama menyepakati minimal dua orang saksi laki-laki atau
satu orang saksi laki-laki dan satu orang saksi perempuan
BANK ASI
TUJUAN BANK ASI
Bank ASI bertujuan untuk mempermudah bayi mendapatkan ASI bagi ibu yang tidak dapat
memberikan ASI karena alasan tertentu, terutama bagi bayi prematur.
Bank ASI diperbolehkan karna bayi tidak meminum asi langsung dari ibunya,
melainkan dari kemasan, sehingga tidak dapat menjadi mahram. Menurut Imam Besar
Syeikh Yusuf Al-qardawi bahwa beliau tidak menemukan alasan yang kuat mengapa
Bank ASI tidak diperbolehkan. Bank ASI diperbolehkan asalkan untuk mashlahat
syar'iyah dan untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan menurut beliau wanita yang
mendonorkan ASI untuk anak yang lemah fisiknya mendapatkan ganjaran pahala. Pada
zaman Rasul Saw ASI tidak hanya didonorkan tapi juga dijual untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi.
HUKUM BANK ASI DALAM ISLAM
Hukumnya Haram
Bank ASI diharamkan dengan alasan dapat bercampurnya nasab, fatwa ini beralasan
bahwa larangan ini terjadi karna ASI sampai keperut bayi, meskipun tanpa menyusui
secara langsung. pendapat ini dikemukakan oleh ulama kontemporer seperti Wahbah
Al-zuhayli,
Konsep euthanasia yang dirumuskan para ahli, sebenarnya ditemukan pula larangannya
dalam Al-Quran dan Hadits. Misalnya dalam Al-Qur'an pada QS. Al-An'am ayat 151:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu sebab yang benar".
RESUME JURNAL
KESALAHPAHAMAN
EUTHANASIA DALAM
PERSPEKTIF HUMAN
01 RIGHTS DAN HUKUM
ISLAM
Muhammad Andri Alvian
2023
LATAR BELAKANG
Munculnya pro dan kontra seputar euthanasia menjadi beban tersendiri bagi komunitas
hukum, yaitu persoalan "legalitas" euthanasia. Kejelasan tentang sejauh mana hukum
(pidana) positif memberikan regulasi/pengaturan terhadap euthanasia akan sangat
persoalan membantu masyarakat di dalam menyikapi persoalan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menilai terdapat kesalahpahaman terkait praktik
euthanasia jika ditinjau dari perspektif human rights dan hukum Islam. Sebab, kedua
perspektif tersebut merupakan hal fundamental yang sangat mempengaruhi
pembentukan suatu hukum, terlebih lagi sangat memiliki keterkaitan dengan praktik
euthanasia.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini
ialah penelitian kepustakaan. Fokus utama penelitian ini adalah pada normatif
dan hukum Islam, yaitu dalam hal ini penelitian normatif poin utama yang
dikaji adalah aspek teoritis atau aspek normatif, serta menggunakan data
sekunder dari literatur yang berkaitan dengan euthanasia itu sendiri.
HASIL PENELITIAN
Kesalahpahaman praktik euthanasia dalam perspektif human rights di Indonesia
● Eesensi dari hak untuk hidup dalam konsep Hak Asasi Manusia merupakan pemberian dari Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga pencabutannya didasarkan pada ketetapan dan kemauan Tuhan, bukan
kemauan individu. Oleh karena itu, legalisasi euthanasia di Indonesia hanya akan menentang fitrah
manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
● konsepsi euthanasia menitikberatkan pada right to die yang bertentangan dengan konstitusi dan
Pancasila.
● Negara-negara yang melegalkan euthanasia tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk melegalkan
praktik euthanasia di Indonesia. Sebab, Robert B. Saidman dalam teori the law non-transferability of
law menyatakan bahwa hukum yang diterapkan di negara lain, tidak serta merta dapat diadopsi
begitu saja ke dalam suatu negara sebab adanya perbedaan sistem nilai. sedangkan konsepsi HAM
yang diterapkan di Indonesia bersifat partikularisme yang terikat dengan norma agama.
HASIL PENELITIAN
Dalam jurnal yang ditulis oleh Rahmawati & Zafi (2020), menjelaskanbahwa kita sebagai
umat Muslim wajibmengamalkan apa yang tercantum dalam Al Qur‘an sebagai penunjuk
jalan kita ke arah yang seharusnya. Dalam Al-Qur’an, menjelaskan jika masalah kematian
adalah rahasia Allah SWT. Manusia hanya berkewajiban untuk tetap menjaga, memelihara,
menghargai, dan membela kehidupan sendiri maupun kehidupan orang lain. Surat Al-Israa'
ayat 85 yang artinya : “Dan mereka bertanya kepadamutentang roh. Katakanlah: “Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”. Dari
perspektif hukum Islam, melakukan euthanasia secara aktif sama dengan melakukan
pembunuhanberencana. Hal itu melanggar hukum agama dan hak Allah SWT atas hidup dan
mati atas makhluk ciptaan-Nya.
HASIL PENELITIAN
Namun, para ulama tidak setuju dengan euthanasia pasif, yang berarti
menghentikanpengobatan atau tidak memberikannya sama sekali. Dalam agama
Islammengajarkan kita untuk menjaga apa pun yang kita miliki, termasuk jiwa kita
sendiri, karena semua itu diberikan kepada Allah SWT sebagai titipan dan akankembali
kepada-Nya pada akhirnya. "Penggunaan euthanasia aktifyang bertujuan untuk
memudahkan proseskematian tidak sesuai dengan ajaran agama." Hal ini disebabkan oleh
tindakan aktif yang dilakukan oleh dokter dengan niatan untuk mengakhiri kehidupan
pasien dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat dalam dosis
berlebihan.Jenis tindakan semacam ini tetap dianggap sebagai pembunuhan, meskipun
dilakukan dengan dasar rasa simpati terhadap pasien untuk mengurangi penderitaan atau
rasasakitnya.
KESIMPULAN
Euthanasia adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam membantu
seseorang untuk menghilangkan penderitaan dengan cara mengakhiri hidupnya secara mudah
akibat ketidakmampuan seseorang menanggung derita yang cukup lama dan penyakit yangtak
dapat disembuhkan. Berbicara dengan euthanasia ada banyak kontroversi di dalamnya, yang
mana tindakan tersebut menyangkut hak hidup manusia yang secara langsung berhubungan
dengan hak asasi manusia. Berdasarkan perspektif hukum Islam mengenai euthanasia, terutama
euthanasia aktif termasuk tindakan bunuh diri yang sangat diharamkan dalam Islam dikarenakan
hanya Allah SWT yang berhak menghidupkan dan merenggut kembali nyawa hamba-Nya. Oleh
karena itu, orangyang mengakhiri hidupnya sendiri atau yang membantu dengan sengaja
melakukan tindakan yang dapat merenggut nyawa dan mempercepat kematian orang lain adalah
orang yang telah menentang dan melanggar dari ketentuan agama.
TRANSAKSI SUSU ASI DAN
DAMPAKNYA PADA NASAB
03
SESUSUAN PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM
Mahmudin Hasibuan
2023
LATAR BELAKANG
Syari’at Islam telah menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan
anak, dengan dasar bahwa anak adalah titipan yang dipercayakan Allah SWT untuk dipelihara dan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Kelahiran seorang bayi merupakan momen penting untuk
mengawali kehidupan yang indah dan penuh dinamika (Ali Qaimi, 2002).Sirkulasi darahnya pun menjadi
berbeda, tidak seperti ketika si anak masih berada di perut sang ibu, dan paru-parunya mulai berfungsi. Si anak
mulai merasakan kebutuhan untuk memperbarui keadaannya, maka dia pun mulai menghisap payudara ibunya
dengan kuat, berusaha untuk memperoleh sebanyak mungkin makanan. Pada saat inilah peran ibu amat
dibutuhkan, kehadiran ibu yang penuh kasih amat penting untuk keberlangsungan hidup seorang bayi karena ibu
memiliki apa yang bayi perlukan yakni ASI (Air Susu Ibu). Salah satu persoalan mengenai keluarga yang saat ini
perlu mendapatkan jawaban hukum Islam adalah mengenai Bank air susu ibu (Bank ASI). Bank ASI saat ini
muncul sebagai akibat dari perubahan sistem keluarga yang membuat kaum ibu turut terjun dalam dunia kerja dan
dunia karir dan akibat peningkatan kesadaran mengenai arti penting susu ibu bagi perkembangan anak. Kebutuhan
terhadap Bank ASI bisa juga muncul karena faktor medis atau fisik, seperti adanya penyakit tertentu atau susu ibu
tidak keluar secara lancar. Di satu sisi muncul hambatan untuk menyusui anak dan di sisi lain kebutuhan dan
kesadaran terhadap pentingnya ASI meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian adalah penelitian pustaka, dengan menelaah kitab-kitab
terdahulu (turast), jurnal-jurnal terdahulu dan karya tulis lainnya yang
berhubungan dengan tema.
HASIL PENELITIAN
Hasil menunjukkan bahwa menjual air susu ini tidak diperbolehkan karena itu sama seperti
menjual daging manusia. Dan Yusuf al-Qaradhawi mengatakan kalau untuk mewujudkan
maslahat syari’iyyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi maka
beliau membolehkannya. Karena bertujuan baik dan mulia dan didukung oleh Islam untuk
memberi pertolongan kepada semua yang lemah. Apalagi berhubungan dengan bayi yang baru
dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan. Dan dampak Bank ASI pada nasab
dalam hukum Islam adalah haram nikah karena sudah dianggap nasab sesusuan dengat syarat
air susu berasal dari manusia, dan masuk ke dalam kerongkongan bayi, dan anak tersebut
berusia di bawah dua tahun, dan terhitung lima isapan secara urf.
BANK AIR SUSU IBU DALAM
04
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu dalam
menganalisa permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum yang
merupakan data-data sekunder dengan data primer yang diperoleh dari lapangan, dan dianalisis
secara yuridis kualitatif.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menyimpulkan pertama, yang menjadi landasan diperbolehkannya bank ASI adalah
pendapat Al-Imam asy-Syafi‘i yang berkata, “Penyusuan tidaklah menyebabkan keharaman kecuali
lima kali susuan yang terpisah.” Artinya sumber penyusuan yang menyebabkan sepersusuan itu adalah
bayi menyusu langsung ke payudara ibu atau pendonor, sedangkan ASI yang didapat dari Bank ASI
didapatkan dari beberapa ibu yang berbeda atau bahkan dicampur dan pemberian ASI kepada bayi
menggunakan sendok, botol maupun tabung khusus.
Bank ASI bertujuan untuk mempermudah bayi mendapatkan ASI yang ibunya tidak dapat memberikan
ASI kepada bayinya karena alasan tertentu terutama bagi bayi yang lahir prematur karena bayi
prematur diharuskan diberi ASI bukan susu formula. Kedua, pemberian ASI sangat penting diberikan
kepada bayi karena kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang optimal,
untuk kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa ia tidak
menemukan alasan untuk melarang pendirian bank ASI asalkan bertujuan untuk mewujudkan maslahat
syar'iyah yang kokoh dan untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi, maka boleh untuk
mendirikan bank ASI.
TERIMAKASI
H