Anda di halaman 1dari 43

ANGG

OTA
PRESENTASI
Arini M
KELOMPOK 2 a
Denni M yan Fauni
u
Fitry A lyani
fri
DONOR ASI DAN Ic a S a l d a
Isra Ai na
wa
na
EUTHANASIA
Khairu
nn
Putri R as
ah
Safira Z matika
a
Sinta R hara
ismaya
Ummi ni
Kalsum
Ulya H
usra
DONOR ASI
DEFINISI ASI
ASI merupakan cairan berwarna putih yang menyerupai susu, yang banyak mengandung nutrisi yang
bersumber dari ibu, ketika ibu tersebut sedang hamil dan biasanya dikeluarkan pada saat bayi lahir. Air
susu ibu diproduksi dari alviolli pada bagian awal saluran kecil air susu (Sharon, 2013).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi,
dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, serta sebagai makanan tunggal untuk memenuhi
semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir merupakan
salah satu upaya untuk mencegah penyakit infeksi, masalah kurang gizi, dan kematian pada bayi dan
balita, karena ASI merupakan nutrisi lengkap untuk bayi, yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
karena ASI mengandung zat antibodi serta dapat melindungi bayi dari serangan alergi (Kadir, 2014).
HUKUM DONOR ASI MENURUT PERATURAN
PEMERINTAH
Pada 45 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif telah diatur
mengenal persyaratan untuk pendonor ASI sebagai berikut:
a. Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan
b. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau
keluarga dari Bayi penerima ASI
c. Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI
d. Pendonor ASI dalam kondisi Kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi media
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
e. ASI tidak diperjualbelikan Pemberian ASI oleh pendonor ASI ini tentu saja harus
dilaksanakan norma agama dan mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu
dan keamanan ASI.
HUKUM DONOR ASI MENURUT
ISLAM
“Tempatkanlah mereka (para istri yang dicerai) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. Jika mereka (para istri yang dicerai) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)-mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka; dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu sama-
sama menemui kesulitan (dalam hal penyusuan), maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya” (QS. Ath-Thalâq (65): 6 )
HUKUM DONOR ASI MENURUT
ISLAM
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah
[2]: 233 )
SYARAT KHUSUS DONOR ASI

Syarat Khusus Donor ASI berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32


Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif dalam Pasal 11

1) Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan;


2) Identitas. agama. dan alamat pendonor ASI diketahui denganjelas oleh ibu atau
keluarga dari bayi penerima ASI;
3) Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yangdiberi ASI:
4) Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidakmempunyai indikasi
medis;
5) ASI tidak diperjualbelikan.
1. IBU YANG MENYUSUKAN

Ibu yang menyusukan ini merupakan seorang perempuan yang air susuannya dapat
menyebabkan kemahraman yaitu yang memiliki air susu berlimpah, baik yang
dewasa maupun belum, perempuan yang masih mangalami haid atau sudah tidak
mengalami haid, perempuan yang telah memilki suami atau tidak serta perempuan
dalam keadaan hamil ataupun tidak. Secara hukum, seorang perempuan yang
menyusui seorang bayi maka bayi tersebut sudah seperti anaknya, dengan tiga syarat
sebagai berikut:
1) Sang bayi benar-benar menyusu pada perempuan tersebut;
2) Perempuan yang menyusui sang bayi masih dalam keadaan hidup;
3) Perempuan yang masih bisa melahirkan akibat sebuah hubungan intim.
2. Air susu
Menurut jumhur ulama, air susu yang diminum oleh bayi dari perempuan baik yang
gadis ataupun janda selama dapat mengeluarkan air susu, air susu masuk melalui
kerongkongan dan sampai ke dalam perut bayi dengan penyusuannya langsung
melalui payudara maupun tidak langsung dengan menggunakan botol susu, gelas, dan
lain sebagainya.

3. Bayi yang menyusu


Bayi yang dinyatakan hidup secara normal dan belum berusia dua tahun yang benar-
benar meminum air susu tersebut sampai ke perutnya sehingga bayi dapat merasakan
manfaatnya. Pembatasan mengenai usia bayi ini diterangkan dalam Surah Luqman:
14, "Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi
yang menyempurnakan penyusuan..."
4. Iqrar
Layaknya pengakuan antara laki-laki dan perempuan yang akan melangsungkan
sebuah pernikahan. Pengakuan ini juga dapat dilakukan oleh ibu susuan atau kedua
orang tua kandung karena pengakuan memiliki kekuatan hukum yang sama.

5. Persaksian
Persaksian Syahadah atau persaksian dimaksudkan jika seseorang mengetahui secara
pasti bahwa laki-laki dan perempuan itu merupakan saudara sepersusuan. Dalam hal
jumlah persaksian, para ulama menyepakati minimal dua orang saksi laki-laki atau
satu orang saksi laki-laki dan satu orang saksi perempuan
BANK ASI
TUJUAN BANK ASI
Bank ASI bertujuan untuk mempermudah bayi mendapatkan ASI bagi ibu yang tidak dapat
memberikan ASI karena alasan tertentu, terutama bagi bayi prematur.

MANFAAT BANK ASI


• Dapat memenuhi gizi bayi yang tidak dapat diperoleh dari ibunya sendiri, serta dapat membantu
bayi dengan kondisi prematur atau BBLR untuk pemenuhan kebutuhan ASI
• Bank ASI dapat membantu ibu yang dalam masa menyusui mengalami trauma pasca bencana tanpa
harus menggunakan susu formula untuk pemenuhan kebutuhan bayinya
• Sebagai sarana kepada ibu yang memiliki ASI melimpah sehingga dapat didonorkan ke bayi yang
lebih membutuhkan
• Dapat mengurangi maraknya konsumsi susu formula oleh bayi dibawah usia 2 tahun yang
disebabkan oleh iklan susu formula yang dapat mempengaruhi persepsi ibu
DAMPAK NEGATIF BANK ASI
• Terjadinya percampuran nasab jika distribusi ASI tidak diatur dengan
ketat
• ASI yang disimpan di Bank ASI berpotensi terkena virus dan bakteri
sehingga memengaruhi manfaat ASI
• Dikhawatirkan bagi ibu-ibu dengan ekonomi rendah menjadikan Bank
ASI sebagai peluang penjualan, sebagai gantinyanya mereka memberikan
susu formula kepada anaknya.
• Dari segi kesehatan, donor Asi berasal dari banyak wanita dengan latar
belakang kesehatan dan karakter yang berbeda.
HUKUM BANK ASI DALAM ISLAM
Hukumnya Boleh/Mubah

Bank ASI diperbolehkan karna bayi tidak meminum asi langsung dari ibunya,
melainkan dari kemasan, sehingga tidak dapat menjadi mahram. Menurut Imam Besar
Syeikh Yusuf Al-qardawi bahwa beliau tidak menemukan alasan yang kuat mengapa
Bank ASI tidak diperbolehkan. Bank ASI diperbolehkan asalkan untuk mashlahat
syar'iyah dan untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan menurut beliau wanita yang
mendonorkan ASI untuk anak yang lemah fisiknya mendapatkan ganjaran pahala. Pada
zaman Rasul Saw ASI tidak hanya didonorkan tapi juga dijual untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi.
HUKUM BANK ASI DALAM ISLAM
Hukumnya Haram
Bank ASI diharamkan dengan alasan dapat bercampurnya nasab, fatwa ini beralasan
bahwa larangan ini terjadi karna ASI sampai keperut bayi, meskipun tanpa menyusui
secara langsung. pendapat ini dikemukakan oleh ulama kontemporer seperti Wahbah
Al-zuhayli,

Hukumnya dibolehkan dengan syarat


Bank ASI diperbolehkan dengan syarat yang sangat ketat diantaranya setiap asi yang
disimpan di Bank ASI harus disimpan ditempat khusus dengan menuliskan nama
pemiliknya dan dipisahkan dari ASI yang lain, setiap ASI yang diminumoleh bayi
harus dicatat dan disampaikan kepada pemilik ASI jelas keturunannnya, sehingga
percampuran nasab dapat dihindari.
EUTHANASIA
PENGERTIAN EUTHANASIA
Istilah euthanasia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethanos", terdiri atas eu dan
thanatos. Kata eu berarti baik, bagus, terhormat, tanpa penderitaan, sedangkan kata thanatos
berarti mati. Maka dari itu, arti sebenarnya pada euthanasia bukan untuk menyebabkan
kematian, namun untuk meringankan atau bahkan mengurangi penderitaan pada orang yang
sedang menghadapi kematiannya. Kemudian pengertian ini diperluas dan euthanasia diartikan
sebagai "mengakhiri hidup seseorang tanpa rasa sakit dengan tujuan menghentikan penderitaan
fisik yang berat pada pasien dan sebagai cara menangani pasien yang menderita penyakit yang
tidak memiliki peluang untuk disembuhkan lagi". Sehingga, tindakan euthanasia yang bersifat
kesengajaan, baik dengan tindakan aktif maupun pasif. mengakhiri kehidupan orang lain atas
permintaan yang bersangkutan. Nyatanya hal ini yang membedakan antara euthanasia dengan
bunuh diri, dalam bunuh diri seseorang tidak menggunakan orang lain untuk memperoleh
kematiannya, sedangkan pada euthanasia diperlukan bantuan oleh orang lain.
JENIS-JENIS EUTHANASIA
• Euthanasia murni adalah usaha untuk meringankan kematian seseorang tana memperpendek
hidupnya, di mana termasuk semua usaha perawatan dan pastoral agar yang bersangkutan dapat
mati dengan "baik"
• Euthanasia pasif adalah kalau tidak dipergunakan semua kemungkinan teknik kedokteran yang
sebetulnya tersedia untuk memperpanjang kehidupan
• Euthanasia tidak langsung adalah usaha untuk memperingan kematian dengan efek sampingan
bahwa pasien barangkali meninggal dalam waktu lebih cepat. Disini termasuk pemberian segala
macam obat narkotik, hipnotika, dan anelgetika yang barangkali secara de facto dapat
memperpendek kehidupan walaupun hal itu disengaja
• Euthanasia aktif (mercy killing) adalah proses kematian diringankan dengan memperpendek
kehidupan secara terarah dan langsung. Dalam euthanasia aktif ini masih perlu dibedakan,
apakah pasien menginginkannya, tidak menginginkannya, atau tidak berada keadaan di mana
keinginannya dapat diketahui
HUKUM EUTHANASIA
Pasal 344 KUHP menyatakan, “Barang siapa menghilangkan jiwa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata
dan sunguh-sunguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun
DASAR HUKUM INDONESIA TERKAIT
EUTHANASIA
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 28A: Hak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya Pasal 281: Hak untuk hidup
2. UU HAM, Pasal 9: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupan
3. KUHP, pasal 344 ; Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
HUKUM ATAU PANDANGAN EUTHANASIA DALAM
KEPERAWATAN ATAU DUNIA MEDIS
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal yang menyinggung
masalah euthanasia ini secara pasti tidak ada tetapi satu-satunya pasal yang lebih
cocok yaitu Euthanasia aktif maupun pasif dilarang menurut Pasal-Pasal 304, 338,
344, 345 dan 359 KUHP. Dalam Pasal 344 KUHP menegaskan "Barangsiapa
menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang disebutkannya
dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya
dua belas tahun".
EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF
ISLAM
Tinjauan akan hukum Islam mengenal euthanasia, terutama yaitu euthanasia aktif
adalah diharamkan. Karena euthanasia aktif ini dikategorikan sebagai perbuatan bunuh
diri yang diharamkan dan diancam oleh Allah SWT dengan hukuman neraka selama-
lamanya karena yang berhak mengakhi hidup seseorang hanyalah Allah SWT. Oleh
karena itu, orang yang mengakhiri hidupnya atau orang yang membantu mempercepat
suatu kematian seseorang sama saja dengan menentang ketentuan agama.

Konsep euthanasia yang dirumuskan para ahli, sebenarnya ditemukan pula larangannya
dalam Al-Quran dan Hadits. Misalnya dalam Al-Qur'an pada QS. Al-An'am ayat 151:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu sebab yang benar".
RESUME JURNAL
KESALAHPAHAMAN
EUTHANASIA DALAM
PERSPEKTIF HUMAN
01 RIGHTS DAN HUKUM
ISLAM
Muhammad Andri Alvian
2023
LATAR BELAKANG
Munculnya pro dan kontra seputar euthanasia menjadi beban tersendiri bagi komunitas
hukum, yaitu persoalan "legalitas" euthanasia. Kejelasan tentang sejauh mana hukum
(pidana) positif memberikan regulasi/pengaturan terhadap euthanasia akan sangat
persoalan membantu masyarakat di dalam menyikapi persoalan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menilai terdapat kesalahpahaman terkait praktik
euthanasia jika ditinjau dari perspektif human rights dan hukum Islam. Sebab, kedua
perspektif tersebut merupakan hal fundamental yang sangat mempengaruhi
pembentukan suatu hukum, terlebih lagi sangat memiliki keterkaitan dengan praktik
euthanasia.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini
ialah penelitian kepustakaan. Fokus utama penelitian ini adalah pada normatif
dan hukum Islam, yaitu dalam hal ini penelitian normatif poin utama yang
dikaji adalah aspek teoritis atau aspek normatif, serta menggunakan data
sekunder dari literatur yang berkaitan dengan euthanasia itu sendiri.
HASIL PENELITIAN
Kesalahpahaman praktik euthanasia dalam perspektif human rights di Indonesia
● Eesensi dari hak untuk hidup dalam konsep Hak Asasi Manusia merupakan pemberian dari Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga pencabutannya didasarkan pada ketetapan dan kemauan Tuhan, bukan
kemauan individu. Oleh karena itu, legalisasi euthanasia di Indonesia hanya akan menentang fitrah
manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
● konsepsi euthanasia menitikberatkan pada right to die yang bertentangan dengan konstitusi dan
Pancasila.
● Negara-negara yang melegalkan euthanasia tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk melegalkan
praktik euthanasia di Indonesia. Sebab, Robert B. Saidman dalam teori the law non-transferability of
law menyatakan bahwa hukum yang diterapkan di negara lain, tidak serta merta dapat diadopsi
begitu saja ke dalam suatu negara sebab adanya perbedaan sistem nilai. sedangkan konsepsi HAM
yang diterapkan di Indonesia bersifat partikularisme yang terikat dengan norma agama.
HASIL PENELITIAN

Kesalahpahaman praktik euthanasia dalam perspektif hukum Islam


Berangkat dari teori lingkaran konsentralis yang digagas oleh Muhammad Tahrir Azhary menyatakan
bahwa sistem hukum Indonesia sejatinya sangat dipengaruhi oleh aspek agama. Sehingga politik hukum
dalam melegalisasi euthanasia di Indonesia pun sejatinya harus memperhatikan norma agama yang
bersifat kolektif dengan norma hukum. Dimana dari 6 agama yang diakui di Indonesia, tidak ada satu
pun agama yang membenarkan konsep euthanasia, sebab dikualifikasikan sebagai tindakan bunuh diri
yang menentang ketetapan Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan, dalam sistem hukum di Indonesia menganut
4 norma sekaligus yaitu norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum, dan norma agama yang
bersifat kolektif. Dimana, legalisasi euthanasia sejatinya akan berteNtangan dengan norma-norma yang
ada, termasuk norma agama.
KESIMPULAN
Terdapat kesalahpahaman dalam praktik euthanasia, mulai dari konsep HAM yang tidak
mengakomodir right to die dalam konstitusi, larangan membunuh secara sengaja maupun
tidak sengaja dalam KUHP dan bertentangan dengan kode etik kedokteran yang
berorientasi pada kewajiban seorang dokter untuk melindungi nyawa pasien.Salah satu
kaidah fiqh "dar'ul mafasid muqaddamu 'ala jalbil masholih" sangat menekankan bahwa
mencegah mudharatan lebih diutamakan daripada mengambil keuntungan dari sesuatu.
Sebagaimana uraian di atas, praktik eutanasia adalah tindakan secara sengaja dalam
mengakhiri hidup seseorang yang tidak mewujudkan prinsip-prinsip hifdzu ad-din
(memelihara agama) dan hifdzu an-nafs (memelihara jiwa)
EUTHANASIA (SUNTIK MATI)

02 DALAM PANDANGAN ISLAM

Indah Puspitaningrum, Anastasya Prastiwi,


Mirae Hana Sulistyo, Anisa Safitri
2023
LATAR BELAKANG
Di zaman yang semakin berkembang, mulai banyak bermunculan suatu penyakit. Penyakit-
penyakit tersebut memiliki banyak tingkatan keparahannya, mulai dari muncul penyakit yang
tidak terlalu parah sampai yang sangat parah. Penyakit yang sangat parah tersebut bisa saja
mengantarkan pada kematian. Dengan berkembangnya masyarakat, muncullah suatu praktik
kedokteran yang dikenal dengan istilah euthanasia. Hal ini muncul sebagai akibat dari adanya
pemahaman yang kuat tentang bagaimana kematian terjadi: kematian alamiah (ortodontia),
kematian tidak alamiah (dysthanasia), dankematian terencana (euthanasia). (Rahmawati & Zafi,
2020) Euthanasia adalah pembunuhan yang sampai saat ini masih menjadi kontroversi dan belum
dapat diselesaikan dengan baik atau dicapai kesepakatanantara berbagai pihak. Di satu pihak,
tindakan Euthanasia pada berbagai kasus dan keadaan memang diperlukan. Sebaliknya, mereka
yang berpendapat bahwa itu tidak boleh dilakukan karenamelanggar hukum, moral, dan agama.
(Pradjonggo, 2016)
METODOLOGI PENELITIAN
Pembuatan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prespektif
dari segi hukum dalam Islam mengenaitindakan praktik euthanasia dalam
dunia kedokteran. Penulisan makalah ini menggunakan metode systematic
review
HASIL PENELITIAN

Dalam jurnal yang ditulis oleh Rahmawati & Zafi (2020), menjelaskanbahwa kita sebagai
umat Muslim wajibmengamalkan apa yang tercantum dalam Al Qur‘an sebagai penunjuk
jalan kita ke arah yang seharusnya. Dalam Al-Qur’an, menjelaskan jika masalah kematian
adalah rahasia Allah SWT. Manusia hanya berkewajiban untuk tetap menjaga, memelihara,
menghargai, dan membela kehidupan sendiri maupun kehidupan orang lain. Surat Al-Israa'
ayat 85 yang artinya : “Dan mereka bertanya kepadamutentang roh. Katakanlah: “Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”. Dari
perspektif hukum Islam, melakukan euthanasia secara aktif sama dengan melakukan
pembunuhanberencana. Hal itu melanggar hukum agama dan hak Allah SWT atas hidup dan
mati atas makhluk ciptaan-Nya.
HASIL PENELITIAN
Namun, para ulama tidak setuju dengan euthanasia pasif, yang berarti
menghentikanpengobatan atau tidak memberikannya sama sekali. Dalam agama
Islammengajarkan kita untuk menjaga apa pun yang kita miliki, termasuk jiwa kita
sendiri, karena semua itu diberikan kepada Allah SWT sebagai titipan dan akankembali
kepada-Nya pada akhirnya. "Penggunaan euthanasia aktifyang bertujuan untuk
memudahkan proseskematian tidak sesuai dengan ajaran agama." Hal ini disebabkan oleh
tindakan aktif yang dilakukan oleh dokter dengan niatan untuk mengakhiri kehidupan
pasien dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat dalam dosis
berlebihan.Jenis tindakan semacam ini tetap dianggap sebagai pembunuhan, meskipun
dilakukan dengan dasar rasa simpati terhadap pasien untuk mengurangi penderitaan atau
rasasakitnya.
KESIMPULAN
Euthanasia adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam membantu
seseorang untuk menghilangkan penderitaan dengan cara mengakhiri hidupnya secara mudah
akibat ketidakmampuan seseorang menanggung derita yang cukup lama dan penyakit yangtak
dapat disembuhkan. Berbicara dengan euthanasia ada banyak kontroversi di dalamnya, yang
mana tindakan tersebut menyangkut hak hidup manusia yang secara langsung berhubungan
dengan hak asasi manusia. Berdasarkan perspektif hukum Islam mengenai euthanasia, terutama
euthanasia aktif termasuk tindakan bunuh diri yang sangat diharamkan dalam Islam dikarenakan
hanya Allah SWT yang berhak menghidupkan dan merenggut kembali nyawa hamba-Nya. Oleh
karena itu, orangyang mengakhiri hidupnya sendiri atau yang membantu dengan sengaja
melakukan tindakan yang dapat merenggut nyawa dan mempercepat kematian orang lain adalah
orang yang telah menentang dan melanggar dari ketentuan agama.
TRANSAKSI SUSU ASI DAN
DAMPAKNYA PADA NASAB

03
SESUSUAN PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM

Mahmudin Hasibuan
2023
LATAR BELAKANG
Syari’at Islam telah menjadikan orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan
anak, dengan dasar bahwa anak adalah titipan yang dipercayakan Allah SWT untuk dipelihara dan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Kelahiran seorang bayi merupakan momen penting untuk
mengawali kehidupan yang indah dan penuh dinamika (Ali Qaimi, 2002).Sirkulasi darahnya pun menjadi
berbeda, tidak seperti ketika si anak masih berada di perut sang ibu, dan paru-parunya mulai berfungsi. Si anak
mulai merasakan kebutuhan untuk memperbarui keadaannya, maka dia pun mulai menghisap payudara ibunya
dengan kuat, berusaha untuk memperoleh sebanyak mungkin makanan. Pada saat inilah peran ibu amat
dibutuhkan, kehadiran ibu yang penuh kasih amat penting untuk keberlangsungan hidup seorang bayi karena ibu
memiliki apa yang bayi perlukan yakni ASI (Air Susu Ibu). Salah satu persoalan mengenai keluarga yang saat ini
perlu mendapatkan jawaban hukum Islam adalah mengenai Bank air susu ibu (Bank ASI). Bank ASI saat ini
muncul sebagai akibat dari perubahan sistem keluarga yang membuat kaum ibu turut terjun dalam dunia kerja dan
dunia karir dan akibat peningkatan kesadaran mengenai arti penting susu ibu bagi perkembangan anak. Kebutuhan
terhadap Bank ASI bisa juga muncul karena faktor medis atau fisik, seperti adanya penyakit tertentu atau susu ibu
tidak keluar secara lancar. Di satu sisi muncul hambatan untuk menyusui anak dan di sisi lain kebutuhan dan
kesadaran terhadap pentingnya ASI meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian adalah penelitian pustaka, dengan menelaah kitab-kitab
terdahulu (turast), jurnal-jurnal terdahulu dan karya tulis lainnya yang
berhubungan dengan tema.
HASIL PENELITIAN
Hasil menunjukkan bahwa menjual air susu ini tidak diperbolehkan karena itu sama seperti
menjual daging manusia. Dan Yusuf al-Qaradhawi mengatakan kalau untuk mewujudkan
maslahat syari’iyyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi maka
beliau membolehkannya. Karena bertujuan baik dan mulia dan didukung oleh Islam untuk
memberi pertolongan kepada semua yang lemah. Apalagi berhubungan dengan bayi yang baru
dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan. Dan dampak Bank ASI pada nasab
dalam hukum Islam adalah haram nikah karena sudah dianggap nasab sesusuan dengat syarat
air susu berasal dari manusia, dan masuk ke dalam kerongkongan bayi, dan anak tersebut
berusia di bawah dua tahun, dan terhitung lima isapan secara urf.
BANK AIR SUSU IBU DALAM

04
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Dwi Condro Wulan


2022
LATAR BELAKANG
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan yang paling sempurna, bersih serta mengadung
banyak nutrisi bagi bayi karena pengolahannya dilakukan secara alami dalam tubuh ibu. Saat
seorang ibu tidak dapat memberi ASI karena berbagai sebab, maka ASI bisa didapat dari
pendonor ASI. Fakta tersebut mendorong Ilmuwan Eropa memunculkan gagasan untuk
mendirikan bank ASI yang tidak lain bertujuan untuk membantu para ibu yang tidak bisa
menyusui bayinya secara langsung.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu dalam
menganalisa permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum yang
merupakan data-data sekunder dengan data primer yang diperoleh dari lapangan, dan dianalisis
secara yuridis kualitatif.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menyimpulkan pertama, yang menjadi landasan diperbolehkannya bank ASI adalah
pendapat Al-Imam asy-Syafi‘i yang berkata, “Penyusuan tidaklah menyebabkan keharaman kecuali
lima kali susuan yang terpisah.” Artinya sumber penyusuan yang menyebabkan sepersusuan itu adalah
bayi menyusu langsung ke payudara ibu atau pendonor, sedangkan ASI yang didapat dari Bank ASI
didapatkan dari beberapa ibu yang berbeda atau bahkan dicampur dan pemberian ASI kepada bayi
menggunakan sendok, botol maupun tabung khusus.
Bank ASI bertujuan untuk mempermudah bayi mendapatkan ASI yang ibunya tidak dapat memberikan
ASI kepada bayinya karena alasan tertentu terutama bagi bayi yang lahir prematur karena bayi
prematur diharuskan diberi ASI bukan susu formula. Kedua, pemberian ASI sangat penting diberikan
kepada bayi karena kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang yang optimal,
untuk kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa ia tidak
menemukan alasan untuk melarang pendirian bank ASI asalkan bertujuan untuk mewujudkan maslahat
syar'iyah yang kokoh dan untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi, maka boleh untuk
mendirikan bank ASI.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai