Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) merupakan air susu yang keluar dari kelenjar
susu yang ada pada payudara seorang ibu yang telah hamil kemudian
melahirkan seorang bayi. Air susu tersebut merupakan makanan atau
nutrisi yang sangat penting bagi seorang bayi, yakni makanan pertama
setelah ia memasuki dunia di luar Rahim ibunya, nutrisi yang sangat
lengkap dan paling aman sehingga pertumbuhan dan perkembanganya
optimal. Maka ASI merupakan penting atau darurat bagi para bayi.
Dikarenakan sangat penting ASI eksklusif ini bagi para bayi
terutama, maka para ibu atau orang tua manapun tentu tidak ingin
melewatkan hal tersebut terhadap bayinya. Namun terkadang nasib berkata
berbeda, menjadi ujian hidup bagi mereka para keluaraga atau para ibu,
seperti salah satu contoh yang sering melanda seorang ibu yakni tidak
menyusui anaknya sebab terdapat masalah dalam payudaranya ataupun
ada ibu yang bernasib baik ASI nya baik bahkan subur namun karena
kesibukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang juga termasuk bagi si
bayi menjadi maslah yang tidak terelakan lagi.
Dalam kasus tersebut muncullah inisiatif gagasan sebagai jalan
keluarnya yakni mendirikan suatu sistem layanan penyediaan ASI yang
disebut dengan Bank ASI. Yakni penampungan ASI dari ibu yang
memiliki kelebihan ASI dengan cara dibeli dari si ibu setelah diperah dan
kemudian barulah langsung dijual kepada yang memerlukannya. Inisiatif
tersebut pertama kali muncul di daerah eropa setelah 50 tahun sejak
kemunculan inisiatif Bank Darah atau donor darah dan barulah kemudian
menyebar hampir seluruh dunia.
Akan tetapi bagi para muslim terhadap kemunculan gagasan
tersebut tidak langsung diterima sebagai solusi yang efektif sebab terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan syariat Islam
sendiri, yakni bahwa hal ini akan berkaitan bahkan bersinggungan dengan
Radha’ah atau pesusuan. Juga berkaitan dengan hukum kemahraman yang
akan terjadi terhadap bayi dan keluarga si ibu yang menyusuinya dengan
jalan donor ASI ini. Namun memang dalam hal ini vara ulama memiliki
perbedaan pendapat diantaranya yakni ada yang membolehkan dan juga
yang tidak membolehkan dan keduanya pun memiliki alasan atau hujjah
yang kuat.
Kemudian satu hal lagi yang akan dibahas, yakni bahwa dalam hal
perkawinan ialah dari pencampuran atau dipertemukannya sel sperma
dengan sel telur sehingga sel telur terbuahi oleh sperma dengan segal
prosesnya dan menempat di Rahim sampai tumbuh menjadi seorang janin
yang akan menjadi bayi nantinya setelah keluar dari Rahim ibunya. Dan
hal ini merupakan proses penciptaan manusia dan juga menjadi suatu
kebahagiaan bagi orangtua atau sebuah keluarga sebab mereka memiliki
keturunan yang akan meneruskan atau menerima warisan dari apa yang
mereka dapatkan serta lakukan selama hidup, sehingga mereka
meninggalkan semua itu. Termasuk menjalankan tujjuan penciptaan
mereka oleh Sang pencipta.
Namun perkawinan tidak dapat dilakukan ketika salah satu sel
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau ketika perkawinan tidak
dapat dilakukan sebab suatu alasan seperti salah satu alasan kesehatan.
Oleh karenanya tujuan perkawinan tidak dapat tercapai juga menjadi
menumbuhkan masalah yang bahkan sering berkepanjangan maka muncul
juga inisiatif mengenai hal tersebut yakni dengan mengangkat anak,
namun kebanyakan masih tidak puas dengan hal tersebut sebab ingin darah
daging sendiri atau ingin merasakan kehamilan dan melahirkannya dan
muncul lagi inisiatif atau gagasan baru yakni inseminasi sperma bahkan
donor sperma dari layanan Bank Sperma atau penampungan donor sperma.
Kemudian selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai Bank
ASI dan Bank Sperma.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bank ASI dan Bank Sperma?
2. Bagaimanakak perspektif dunia sains terhadap Bank ASI dan Bank
Sperma?
3. Bagaimanakah syariat Islam memandang Bank ASI dan Bank
Sperma?

C. Tujuan Makalah
1. Memahami maksud atau pengertian dari Bank ASI dan Bank
Sperma.
2. Mengetahui dan memahami akan perspektif dunia sains terhadap
masalah Bank ASI dan Bank Sperma.
3. Mengetahui dan memahami akan pandangan Islam terhadap
permasalahan Bank ASI dan Bank Sperma.

BAB II
PEMBAHASAN
Bank Asi dan Bank Sperma

A. Bank ASI

1. Pengertian dan sejarah singkat Bank ASI

Istilah Bank ASI sendiri awal mulanya lahir di daerah Eropa,


dengan bahasa mereka menyebutnya Human Milk Bank dan terjadi sekitar
50 tahun yang lalu setelah munculnya donor danah atau Bank Darah.
Operasionalnya sendiri dilakukan dengan cara membelinya kepada para
ibu yang kelebihan ASI atau yang ingin menghibahkannya kemudian
disimpan lalu dijual atau pun langsung dikeringkan atau juga dikalengkan
dan kemudian dijual kepada konsumen yang membutuhkan. Yang pada
awalnya memang Bank ASI ini adalah sistem penyediaan ASI yang
diperuntukkan bagi bayi prematur yang ibunya tidak dapat menyusukan
anaknya sebab ASI atau payudara si ibunya bermasalah atau ibunya yang
meninggal. Dan kemudian hingga saat ini berkembang menjadi
diperuntukkan terhadap berbagai macam alasan yang melatar belakangi.
Kemudian Bank ASI ini mulai berkembang di Amerika
pertengahan tahun 1985 dengan berdirinya organisasi The Human Milk
Banking Association of North America (HMBANA), kemudian mulai
menyebar ke daerah lainnya sehingga di Indonesia sendiri mula dikenal
pada awal tahun 2008 akan tetapi ada juga yang mengatakan sejak tahun
2007 pula. Pada tanggal 21 April 2007, Mia Sutanto mendirikan sebuah
lembaga yang berfungsi sebagai pengantar atau penyalur ASI yang secara
tidak langsung hampir sama dengan Bank ASI, atau istilahnya yakni “Mak
Comblangnya” yakni dimulai dari milis “ASI For Baby” , hanya sebagai
jembatan penghantarnya. Jadi antara pendonor dan penerima saling
mengetahui sehingga tidak mengahncurkan kemahraman sebab radha’ah
karena masih ada unsur kekeluargaan, saling percaya dan menenal. Sedang
Sebab ia mendirikannya karena ia salah satu orang yang pemerhati ASI
ekslusif yakni bahwa ia sangat peduli terhadap pemberian ASI ekslusif
terhadap bayi makanya ia mendirikan sebuah milis yang ditujukan kepada
ayah atau ibu yang berpikiran sama dan membutuhkannya sehingga ia
berinisiatif untuk itu. Oleh karenanya
Sedangkan donor ASI sendiri Donor ASI atau Persusuan oleh selain
ibu telah dipraktekkan masyarakat Arab sejak sebelum datangnya Islam
dan terus berlanjut dalam masa keislaman. Rasulullah sendiri ketika kecil
disusui oleh Halimah al-Sa’diyah. Rasulullah sendiri mengisyaratkan
pengakuan terhadap persusuan oleh perempuan selain ibu, Dalam sebuah
hadis dijelaskan, yang artinya “Riwayat dari Ibnu Abbas R.A. bahwa Nabi
SAW dikehendaki untuk menikah dengan anak Hamzah, beliau
menjawab:Dia (anak Hamzah) haram bagiku karena dia anak saudara
sesusuanku Diharamkan karena persusuan sebagaimana diharamkan
karena hubungan darah (nasab)”.1
Hadis tersebut menceritakan mengenai perjodohan Nabi
Muhammad dengan anak Hamzah, paman Nabi Muhammad, yang ditolak
oleh Nabi Muhammad. Beliau menolak karena Hamzah, meskipun paman,
tetapi juga saudara sesusuannya. Nabi Muhammad pernah disusui oleh
Tsaubah, hamba Abu Lahab, yang sebelumnya pernah menyusui Hamzah.2
Yang pada intinya bahwa Bank ASI ini ialah layanan atau lembaga
yang menyediakan suatu tempat bagi penyaluran ASI dari pendonor ASI
kemudian disalurkan kepada penerima donor ASI yang membutuhkannya.
Dan bagi si pendonor tentu terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi
demi kesehatan si pendonor maupun si penerima donor ASI, terutama bagi
yang beragama Islam memiliki batasannya tertentu sebab nanti ada
kaitannya dengan kemahraman antara si pendonor dengan si penerima
donor ASI. Dan dalam operasionalnya sendiri dalam hal penyimpanan,
ASI ini ditampung kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin agar
tidak tercemari oleh bakteri.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh si pendonor adalah harus
diskrining dengan hati-hati, non-perokok, tidak minum obat, tidak minum
alcohol, kesehatan baik, dan memiliki kelebihan ASI, kemudian tes darah
negatif hepatitis B, C, HIV, tidak memiliki riwayat TBC aktif, herpes atau
kondisi kesehatan kronis lain seperti riwayat kanker.
ASI sendiri dapat bertahan dalam suhu 19 sampai 25 derajat selsius
sekitar 4 sampai 8 jam, suhu 0 sampai 4 derajat selsius sekitar 1 sampai 2
hari dan suhu dalam pendingin lemari es khusus bisa 3 sampai 4 bulan
lamanya.
Kemudian untuk prosedurnya sendiri antara lain sebagai berikut:
identifikasi dan Screening donor, susu hibah kemudian dikirimkan ke
Bank ASI dengan keadaan membeku, susu selanjutnya dicampurkan
dengan yang lainnya dan dicairkan dan selanjutnya disterilkan dalam suhu
derajat 62,5 selsius selam 30 menit, untuk bakteri yang bermanfaat tetap
dibiakkan untuk menjamin hasil sterilisasi, kemudian menganalisis
kandung susu, setelah disterilkan dibekukan lagi dalam suhu derajat 20
selsius, baru kemudian disalurkan sesuai ketentuan dokter dan si

1
Desrikanti, 2014. Konsep Al-radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI
Menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab. Makassar : Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar.
2
ibid
penodonor tidak memperoleh ganti uang, sedang si penerima membayar
sesuai biaya proses dan pengiriman.
Praktek screening dan tes darah rutin bagi pedonor juga
dipraktekkan di Norwegia. Pedonor setiap tiga bulan dites dari
kemungkinan terjangkit virus HIV,Hepatitis B dan C, CMV, dan virus
leukimia (HTLV) 1 dan 2. Bank ASI harus memiliki sistem untuk melacak
arus donor susu dari pedonor kepada penerima, namun Bank ASI
merahasiakan identitas pedonor dan penerima.3

2. Bank ASI dalam syariat Islam

Sebelum membahas mengenai Bank ASI penulis akan membahas


mengenai donor ASI atau persusuan (Al-Radha’ah), sebab Bank ASI ini
juga berkaitan dengan donor ASI sebagaimana telah disebutkan dalam
pengertiannya sendiri dalam bahasan sebelumnya. Radha’ah ini memiliki
3 rukun yang harus ada sehingga sah mengikuti syariat Islam yakni,
adanya ibu yang menyusui, anak yang disusui dan air susu atau ASI.
Kemudian harus memenuhi syarat antara lain bukti agar tidak terjadinya
kesimpang siuran dalam hal ini yakni, adanya ikrar atau akad melakukan
radha’ah dan juga persaksian yakni dengan 2 orang laki-laki atau 4 orang
wanita jika tidak ada laki-laki.
Kemudian radha’ah ini menimbulkan kemahraman antara si ibu dan
bayi atau anak yang melakukannya, kemahraman tersebut sebagaimana
mahramnya hubungan darah atau nasab. Adapun kemaharaman ini terjadi
jika kadar kesusuan sebagai berikut terpenuhi, menurut jumhur ulama ada
6 syaratnya, antara lain:
 Air susu bersal dari manusia baik gadis, janda maupun masih menikah
atai ibu rumah tangga.
 Air susu masuk melalui kerongkongan baik dengan cara apapun.
Tetapi menurut ulama 4 mazhab dikatakan yang menjadikannya
kemahraman adalah air susu ini menjadi darah, daging, menumbuhkan
tulang si bayi.
 Sampainya susu pada lambung si bayi
 Dilakukan dalam waktu anak atau bayi menyusui yakni sampai 2 tahun
sebagaimana dalam suroh Al-Baqoroh ayat 233.
 Air susunya harus murni tidak boleh tercampur dengan yang lain dan
jika tercampur maka tentukan kedominannya maka baru menjadi
mahram. Hal ini menurut pendapat malikiyyah dan hanifiyyah sedang
menurut syafi’iyyah dan Hanabilah tidak masalah dengan hal ini, yakni
menganggap tetap murni meskipun tercampur dan tetap menjadikan
kemahraman.
3
ibid
 Dilakukan dengan 5 kali isapan yang terpisah. Maksudanya bukan
yang terus menerus mengisapnya. Si bayi berpaling melihat sekitarnya
atau melakukan apapun hanya sebentar seperti bernafas, istirahat aau
hal lainnya, maka masih dihitung 1 kali menyusui. Jadi 5 kali ini
maknanya bukan isapannya tapi waktu menyusuinya, mungkin jika
diibaratkan pada permainan tinju adalah yang disebut dengan ronde,
jadi harus 5 kali ronde. Kemudian jika ada keraguan pada hitungan
atau yang lainnya harus memikirkannya sehingga yakni atau tidak, jadi
tidak boleh ragu.
Dalam hal permasalahan Bank ASI sendiri ini penulis membaginya
menjadi 2, yakni 2 kelompok pendapat Ulama. Sebab dalam hal menyikapi
terhadap Bank ASI ini para ulama menjadi berbeda pendapat pada hal
penjualan ASI, yakni ada yang membolehkan dan juga ada yang tidak
membolehkan. Berikut alasan beserta ulama yang berpendapat mengenai
hal tersebut:

Yang berpendapat tidak membolehkan :


Dalam hal Bank ASI, ulama yang tidak membolehkan ini antara
lain ulama madzhab Hanafi kecuali Abu Yusuf, salah satu pendapat yang
lemah
pada madzhab Syafi’I dan merupakan pendapat sebagian ulama Hanbali.
Dan mengenai alasan atau hujjah dibaliknya, hal pertama yakni
para ulama ini mengatakan bahwa ASI itu haram bagi manusia sebab
disamakan hukum asalnya dengan daging manusia yang bahwa
memakannya adalah haram bagi manusia maka menjualnya juga haram
hukumnya, adapun terkhusus bagi bayi hukumnya menjadi halal sebab
dhoruroh.
Kemudian alasan yang kedua adalah bahwa dengan adanya Bank
ASI ini mengehendaki adanya pencampuran nasab yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Yakni bahwa dalam ajaran Islam ketika seorang bayi
disusui oleh seorang ibu yang lainnya atau bukan ibu yang melahirkannya
maka bayi tersebut akan memiliki hubungan mahram dengan si ibu yang
menyusuinya dan juga anak si ibu tersebut sebab menyusui terhadap orang
atau ibu yang sama, yakni menjadi hubungan mahram sesusuan.
Sedangkan memang dalam prosedur Bank ASI sebagaimana yang
dilakukan di negara barat sendiri menghendaki adanya hal tersebut yakni
bahwa informasi mengenai pendonor dan penerima yang mengetahui
hanyalah lembaga Bank ASI sendiri dan selain itu tidak ada yang tahu
sebab dalam ketentuannya harus dirahasiakan, kemudian terlebih lagi
dalam prosesnya dicampurkan antara ASI yang saru dengan yang lainnya
baru kemudian disterilkan dan dibekukan lagi dan barulah disalurkan pada
orang yang membutuhkan.
Kemudian Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli. Dalam kitab Fatawa
Mu’ashirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu
tidak dibolehkan dari segi syariah. Demikian juga dengan Majma’ al-
Fiqih al-Islamiy melalui Badan Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah
pada tanggal 22–28 Desember 1985 M./10–16 Rabiul Akhir 1406 H..
Lembaga ini dalam keputusannya (qarar) menentang keberadaan bank air
susu ibu di seluruh negara Islam serta mengharamkan pengambilan susu
dari bank tersebut.4

Yang berpendapat membolehkan :


Diantara ulama terdahulu yang berpendapat membolehkan antara
lain adalah Abu Yusuf , Maliki dan Syafi’I, Khirqi dari madzhab Hanbali,
Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah dan juga madzhab
Ibnu Hazm. Yakni antara lain alasan mereka tersebut antara lain :
Imam Syafi’I dan Imam Maliki berpendapat bahwa boleh menjual
ASI dengan diperah karena ASI itu halal untuk diminum maka boleh
menjualnya seperti susu sapi dan sejenisnya bertentangan dengan pendapat
Imam Abu Hanifah.
Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak
menjumpai alasan untuk melarang diadakannya “Bank ASI.” Asalkan
bertujuan untuk mewujudkan mashlahat syar’iyah yang kuat dan untuk
memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi.Beliau cenderung mengatakan
bahwa bank ASI bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam untuk
memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab
kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru
dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.5
Kemudian dalam hal kadar persusuan yang menimbulkan
kemahraman, ia berbeda dengan pendapat jumhur ulama bahwa :
pertama kadar kesusuan dengan ketentuan menumbuhkan daging
dan menguatkan menimbulkan kemahraman bahkan dengan cara apapun
sedang menurutnya bahwa dalam donor darah justru darah lebih cepat dari
menumbuhkan keduanya dibandingkan air susu. Pendapat ini sejalan
dengan pendapat Abu Bakar, Mazhab Daud dan Ata’ al Khurasany.
Kedua bahwa wajur (menuangkan ASI ke tenggorokan melalui
mulut) dan sa’ut (menuangkan ASI melalui hidung) yang menurut ulama
jumhur sebab merupakan jalan membatalkan puasa, sedang menurut
Profesor Qurdawi ini sama saja dengan memasukkan susu ke dalam luka
dan juga mencampurkan susu dengan obat, keduanya tersebut tidak
menimbulkan kemahraman sebab yang merupakan persusuan itu menyusui

4
ibid
5
ibid
yang menetek. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan al-Lais, Abu
Sulaiman yakni Daud, Imam Ahli Zahir dan para Ahli Zahir.
Ketiga keibuan, yakni bahwasannya jika alasan kemahraman dalam
persusuan ini karena keibuan maka ia tidak setuju sebagaimana ari kata
Radha’ah sendiri yang telah dijelaskan sebelumnya. Pendapatnya bahwa
keibuan sendiri bisa terjadi sebab persusuan jika menetek pada ibu yang
menyusuinya sebab lahirnya sifat keibuan tersebut dengan seringnya
menempel pada si ibu yang akhirnya menimbulkan kasih sayang dan si
anak sebab selalu menempel pada si ibu kemudian merasa nyaman.
Pendapat ini juga sejalan dengan Ibnu Hazm.
Keempat hukum meragukan atau syak dalam radha’ah yang
menimbulkan kemahraman. Menurut beliau persyaratan yang disyaratkan
dalam hal persusuan ini oleh jumhur ulama menyebabkan adanya
keraguan justru maka keraguan disini tidak menimbulan kemahraman
sama sekali.
Prof. DR. Ali Mustafa Ya’qub, MA., salah seorang Ketua MUI
Pusat menjelaskan bahwa tidak ada salahnya mendirikan Bank ASI dan
Donor ASI sepanjang itu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup anak
manusia. “Hanya saja Islam mengatur, jika si ibu bayi tidak dapat
mengeluarkan air susu atau dalam situasi lain ibu si bayi meninggal maka
si bayi harus dicarikan ibu susu.6
Namun kemudian menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli lagi tetapi
masuk dalam pendapat yang membolehkan, yakni jika penggunaan ASI
dalam bank ASI dapat dilakukan dengan catatan diharuskan adanya
beberapa syarat yang harus dipatuhi yaitu :
Hendaklah susu itu diberikan kepada anak-anak oleh seorang
wanita saja dan tidak bercampur aduk agar tidak bercampur nasab apabila
ia memberikan susu lebih dari lima kali mengenyangkan. Hendaklah pihak
pengurus bank ASI mengeluarkan catatan “Ibu Susuan” agar bayi yang
menyusu kelak mengetahui ibu susunya dan saudara susuannya.
Sementara wanita yang tidak menikah yang berkeinginan mengambil anak
angkat untuk dijadikan anak susuan harus mematuhi pada kaidah dan
hukum tersebut.
Terlepas dari kedua pendapat yang bertolak belakang tersebut
dengan alasannya masing-masing yang memiliki dasar yang jelas, penulis
paling setuju dengan pendapat Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli yakni bahwa
setelah ia mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan adanya Bank ASI ini
kemudian ia mengatakan boleh asal dengan syarat yang dapat memenuhi
syariat Islam.

B. Bank Sperma
6
ibid
1. Pengertian Bank Sperma

Merupakan tempat yang melayani pembekuan dan


penyimpanan sperma. Donor sperma akan disimpan dalam tabung
pendingin berisi nitrogen cair dengan suhu -196 °C.[2] Umumnya, sperma
tersebut dapat disimpan selama lima tahun.[2] Untuk menjadi donor
sperma, laki-laki harus melewati uji kesehatan untuk mendeteksi
kemungkinan menderita berbagai penyakit, seperti hepatitis, kanker,
kesehatan jiwa, TBC, hingga HIV/AIDS. Uji kesehatan pendonor
umumnya berlangsung selama enam minggu, kemudian baru dilakukan
pemeriksaan kesehatan sampel sperma. Sperma hanya diterima bila dalam
kondisi sehat dan memiliki jumlah minimal 20 juta sel per satu
ml sperma. Sperma yang disimpan dalam bank sperma biasanya digunakan
oleh pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan, pasangan yang
kemungkinan dapat melahirkan keturunan dengan kelainan
genetik atau penyakit menular (contohnya AIDS), dan wanita
yang lesbi ataupun tidak memiliki pasangan.
Lembaga yang menyimpan dan mengawetkan sperma dari donor
untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan kepentingan individu
yang ingin memperoleh keturunan
Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu
dibekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk
mempertahankan fertilitas sperma. Dalam bahasa medis bisa disebut juga
Cryiobanking. Cryiobanking adalah suatu teknik penyimpanan sel
cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya, semua
sel dalam tubuh manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan
alat tertentu sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu.
Teknik yang paling sering digunakan dan terbukti berhasil saat ini
adalah metode Controlled Rate Freezing, dengan menggunakan gliserol
dan egg yolk sebagai cryoprotectant untuk mempertahankan integritas
membran sel selama proses pendinginan dan pencairan. Teknik
cryobanking terhadap sperma manusia telah memungkinkan adanya
keberadaan donor sperma, terutama untuk pasangan-pasangan infertil.
Tentu saja, sperma yang akan didonorkan perlu menjalani serangkaian
pemeriksaan, baik dari segi kualitas sperma maupun dari segi pendonor
seperti adanya kelainan-kelainan genetik.
Dengan adanya cryobanking ini, sperma dapat disimpan dalam
jangka waktu lama, bahkan lebih dari 6 bulan (dengan tes berkala terhadap
HIV dan penyakit menular seksual lainnya selama penyimpanan). Kualitas
sperma yang telah disimpan dalam bank sperma juga sama dengan sperma
yang baru, sehingga memungkinkan untuk proses ovulasi.
Selain digunakan untuk sperma-sperma yang berasal dari donor,
bank sperma juga dapat dipergunakan oleh para suami yang produksi
spermanya sedikit atau bahkan akan terganggu. Hal ini dimungkinkan
karena derajat cryosurvival dari sperma yang disimpan tidak ditentukan
oleh kualitas sperma melainkan lebih pada proses penyimpanannya.
Telah disebutkan diatas, bank sperma dapat dipergunakan oleh
mereka yang produksi spermanya akan terganggu. Maksudnya adalah pada
mereka yang akan menjalani vasektomi atau tindakan medis lain yang
dapat menurunkan fungsi reproduksi seseorang. Dengan bank sperma,
semen dapat dibekukan dan disimpan sebelum vasektomi untuk
mempertahankan fertilitas sperma

2. Bank Sperma dalam syariat Islam

C. Dampak Bank ASI dan Bank Sperma


BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai