PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI (Air Susu Ibu) merupakan air susu yang keluar dari kelenjar
susu yang ada pada payudara seorang ibu yang telah hamil kemudian
melahirkan seorang bayi. Air susu tersebut merupakan makanan atau
nutrisi yang sangat penting bagi seorang bayi, yakni makanan pertama
setelah ia memasuki dunia di luar Rahim ibunya, nutrisi yang sangat
lengkap dan paling aman sehingga pertumbuhan dan perkembanganya
optimal. Maka ASI merupakan penting atau darurat bagi para bayi.
Dikarenakan sangat penting ASI eksklusif ini bagi para bayi
terutama, maka para ibu atau orang tua manapun tentu tidak ingin
melewatkan hal tersebut terhadap bayinya. Namun terkadang nasib berkata
berbeda, menjadi ujian hidup bagi mereka para keluaraga atau para ibu,
seperti salah satu contoh yang sering melanda seorang ibu yakni tidak
menyusui anaknya sebab terdapat masalah dalam payudaranya ataupun
ada ibu yang bernasib baik ASI nya baik bahkan subur namun karena
kesibukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang juga termasuk bagi si
bayi menjadi maslah yang tidak terelakan lagi.
Dalam kasus tersebut muncullah inisiatif gagasan sebagai jalan
keluarnya yakni mendirikan suatu sistem layanan penyediaan ASI yang
disebut dengan Bank ASI. Yakni penampungan ASI dari ibu yang
memiliki kelebihan ASI dengan cara dibeli dari si ibu setelah diperah dan
kemudian barulah langsung dijual kepada yang memerlukannya. Inisiatif
tersebut pertama kali muncul di daerah eropa setelah 50 tahun sejak
kemunculan inisiatif Bank Darah atau donor darah dan barulah kemudian
menyebar hampir seluruh dunia.
Akan tetapi bagi para muslim terhadap kemunculan gagasan
tersebut tidak langsung diterima sebagai solusi yang efektif sebab terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan syariat Islam
sendiri, yakni bahwa hal ini akan berkaitan bahkan bersinggungan dengan
Radha’ah atau pesusuan. Juga berkaitan dengan hukum kemahraman yang
akan terjadi terhadap bayi dan keluarga si ibu yang menyusuinya dengan
jalan donor ASI ini. Namun memang dalam hal ini vara ulama memiliki
perbedaan pendapat diantaranya yakni ada yang membolehkan dan juga
yang tidak membolehkan dan keduanya pun memiliki alasan atau hujjah
yang kuat.
Kemudian satu hal lagi yang akan dibahas, yakni bahwa dalam hal
perkawinan ialah dari pencampuran atau dipertemukannya sel sperma
dengan sel telur sehingga sel telur terbuahi oleh sperma dengan segal
prosesnya dan menempat di Rahim sampai tumbuh menjadi seorang janin
yang akan menjadi bayi nantinya setelah keluar dari Rahim ibunya. Dan
hal ini merupakan proses penciptaan manusia dan juga menjadi suatu
kebahagiaan bagi orangtua atau sebuah keluarga sebab mereka memiliki
keturunan yang akan meneruskan atau menerima warisan dari apa yang
mereka dapatkan serta lakukan selama hidup, sehingga mereka
meninggalkan semua itu. Termasuk menjalankan tujjuan penciptaan
mereka oleh Sang pencipta.
Namun perkawinan tidak dapat dilakukan ketika salah satu sel
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau ketika perkawinan tidak
dapat dilakukan sebab suatu alasan seperti salah satu alasan kesehatan.
Oleh karenanya tujuan perkawinan tidak dapat tercapai juga menjadi
menumbuhkan masalah yang bahkan sering berkepanjangan maka muncul
juga inisiatif mengenai hal tersebut yakni dengan mengangkat anak,
namun kebanyakan masih tidak puas dengan hal tersebut sebab ingin darah
daging sendiri atau ingin merasakan kehamilan dan melahirkannya dan
muncul lagi inisiatif atau gagasan baru yakni inseminasi sperma bahkan
donor sperma dari layanan Bank Sperma atau penampungan donor sperma.
Kemudian selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai Bank
ASI dan Bank Sperma.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bank ASI dan Bank Sperma?
2. Bagaimanakak perspektif dunia sains terhadap Bank ASI dan Bank
Sperma?
3. Bagaimanakah syariat Islam memandang Bank ASI dan Bank
Sperma?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami maksud atau pengertian dari Bank ASI dan Bank
Sperma.
2. Mengetahui dan memahami akan perspektif dunia sains terhadap
masalah Bank ASI dan Bank Sperma.
3. Mengetahui dan memahami akan pandangan Islam terhadap
permasalahan Bank ASI dan Bank Sperma.
BAB II
PEMBAHASAN
Bank Asi dan Bank Sperma
A. Bank ASI
1
Desrikanti, 2014. Konsep Al-radha’ah dan Hukum Operasional Bank ASI
Menurut Pandangan Ulama Empat Mazhab. Makassar : Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Alauddin Makassar.
2
ibid
penodonor tidak memperoleh ganti uang, sedang si penerima membayar
sesuai biaya proses dan pengiriman.
Praktek screening dan tes darah rutin bagi pedonor juga
dipraktekkan di Norwegia. Pedonor setiap tiga bulan dites dari
kemungkinan terjangkit virus HIV,Hepatitis B dan C, CMV, dan virus
leukimia (HTLV) 1 dan 2. Bank ASI harus memiliki sistem untuk melacak
arus donor susu dari pedonor kepada penerima, namun Bank ASI
merahasiakan identitas pedonor dan penerima.3
4
ibid
5
ibid
yang menetek. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan al-Lais, Abu
Sulaiman yakni Daud, Imam Ahli Zahir dan para Ahli Zahir.
Ketiga keibuan, yakni bahwasannya jika alasan kemahraman dalam
persusuan ini karena keibuan maka ia tidak setuju sebagaimana ari kata
Radha’ah sendiri yang telah dijelaskan sebelumnya. Pendapatnya bahwa
keibuan sendiri bisa terjadi sebab persusuan jika menetek pada ibu yang
menyusuinya sebab lahirnya sifat keibuan tersebut dengan seringnya
menempel pada si ibu yang akhirnya menimbulkan kasih sayang dan si
anak sebab selalu menempel pada si ibu kemudian merasa nyaman.
Pendapat ini juga sejalan dengan Ibnu Hazm.
Keempat hukum meragukan atau syak dalam radha’ah yang
menimbulkan kemahraman. Menurut beliau persyaratan yang disyaratkan
dalam hal persusuan ini oleh jumhur ulama menyebabkan adanya
keraguan justru maka keraguan disini tidak menimbulan kemahraman
sama sekali.
Prof. DR. Ali Mustafa Ya’qub, MA., salah seorang Ketua MUI
Pusat menjelaskan bahwa tidak ada salahnya mendirikan Bank ASI dan
Donor ASI sepanjang itu dibutuhkan untuk kelangsungan hidup anak
manusia. “Hanya saja Islam mengatur, jika si ibu bayi tidak dapat
mengeluarkan air susu atau dalam situasi lain ibu si bayi meninggal maka
si bayi harus dicarikan ibu susu.6
Namun kemudian menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli lagi tetapi
masuk dalam pendapat yang membolehkan, yakni jika penggunaan ASI
dalam bank ASI dapat dilakukan dengan catatan diharuskan adanya
beberapa syarat yang harus dipatuhi yaitu :
Hendaklah susu itu diberikan kepada anak-anak oleh seorang
wanita saja dan tidak bercampur aduk agar tidak bercampur nasab apabila
ia memberikan susu lebih dari lima kali mengenyangkan. Hendaklah pihak
pengurus bank ASI mengeluarkan catatan “Ibu Susuan” agar bayi yang
menyusu kelak mengetahui ibu susunya dan saudara susuannya.
Sementara wanita yang tidak menikah yang berkeinginan mengambil anak
angkat untuk dijadikan anak susuan harus mematuhi pada kaidah dan
hukum tersebut.
Terlepas dari kedua pendapat yang bertolak belakang tersebut
dengan alasannya masing-masing yang memiliki dasar yang jelas, penulis
paling setuju dengan pendapat Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli yakni bahwa
setelah ia mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan adanya Bank ASI ini
kemudian ia mengatakan boleh asal dengan syarat yang dapat memenuhi
syariat Islam.
B. Bank Sperma
6
ibid
1. Pengertian Bank Sperma