Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

DONOR ASI PADA BAYI MENURUT PANDANGAN ISLAM

NAMA MAHASISWA

GIGIH PRASETYA

PROGRAM PROFESI S1 KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Kajian Klinik
Keislaman (KKI) ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik
klinik Keperawatan di Rumah Sakit.
Adapun sumber-sember dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh
karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Kebumen, 1 Oktober 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,
karena pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu.
Sebelum anak lahir, makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga
begitu anak itu lahir, air susu ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian
kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak
kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya
dengan berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan
serta karena waktunya tersita untuk bekerja, maka muncullah gagasan
untuk mendirikan Bank ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI balita yang
ibunya tidak bisa menyusui anaknya secara langsung.
Gagasan untuk mendirikan bank ASI ini sebenarnya telah
berkembang di Eropa kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Gagasan itu
muncul setelah adanya bank darah. Mereka melakukannya dengan
mengumpulkan ASI dari wanita dan membelinya kemudian ASI tersebut
dicampur di dalam satu tempat untuk menunggu orang yang membeli ASI
tersebut dari mereka.
Hooker dalam buku Islam Madzhab Indonesia : Fatwa-fatwa dan
Perubahan Sosial (2003 : 254) menyatakan bahwa pada awal 1970-an
rumah sakit Jakarta mendirikan bank air susu manusia dimana ibu-ibu
yang mempunyai kelebihan air susu dapat memberikan kelebihan itu dan
menyimpannya untuk bayi-bayi yang ibunya kekurangan air susu.
Sejumlah ulama mempertanyakan perbuatan itu atas dasar bahwa
perbuatan tersebut sama dengan rada'ah, yakni menyusui dengan tujuan
membantu perkembangan jiwa anak. Anak yang memperoleh air susu
semacam itu, dalam pandangan hukum disebut saudara sesusu, yakni anak
yang menyusui dari wanita yang sama sebagai pendonor untuk anak
tersebut. Kedua anak tersebut tidak dapat menikah. Lebih jauh lagi, jika
pendonor itu tidak diketahui maka kemungkinan terjadinya pergaulan yang
melanggar susila atau hubungan seksual sesama saudara pasti ada.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya
adalah untuk melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun
demikian kadang-kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si
suami mandul (tidak subur), sedang suami istri menginginkan anak,
sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga yang tenang dan tenteram,
karena tidak ada anak sebagai penghibur hati. Berdasarkan keadaan
tersebut ada orang yang berupaya untuk mendapatkan anak dengan jalan
mengangkat atau memungut anak, melakukan inseminasi sperma, dan
adakalanya dengan jalan menerima sperma dari donor yang telah
tersimpan pada Bank Sperma.
Daniel Rumondor memberikan isyarat bahwa inseminani buatan
agaknya di ilhami oleh keberhasilan syaikh-syaikh Arab memperanakkan
kuda sejak tahun 1322. Begitu juga karena Rusia sangat mencemaskan
akibat dari perang atom, maka Stalin menyetujui pendapat yang
dilontarkan oleh Prof. Dr. I. I. Kuperin untuk mendirikan Bank Ayah atau
Bank Sperma. Bahkan pada tahun 1968 Khruschov, dengan adanya Bank
Sperma itu, ingin mengumpulkan sperma orang-orang yang jenius dalam
lapangan ilmu pengetahuan, peperangan, sastra dan lain-lain yang akan
dikembangbiakkan kepada gadis-gadis yang sehat, cantik, serta ber-IQ
tinggi agar nantinya terbentuk generasi yang jenius. Bank sperma didirikan
untuk memenuhi keperluan orang yang menginginkan anak, tetapi dengan
berbagai sebab, sperma suami tidak mungkin dibuahkan dengan sel telur
(ovum) si isteri. Dengan demikian, atas kesepakatan suami isteri, dicarikan
donor sperma.
Ibu - ibu yang berkategori sehat dan memiliki kelebihan produksi
ASI bisa menjadi pendonor ASI , ini juga merupakan hal yang patut kita
pertimbangkan . ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri.
Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah
satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat
krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui
stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya.
Semua ibu donor diskrining dengan hati-hati. Ibu donor harus
memenuhi syarat, yaitu non-perokok, tidak minum obat dan alkohol,
dalam kesehatan yang baik dan memiliki kelebihan ASI.
Berapa lama ASI dapat bertahan dalam bank ASI tersebut, ini
merupakan hal yang perlu kita kaji jangan sampai membuat sesuatu yang
belum teruji sehingga dapat dipastikan akan menimbulkan sesuatu yang
mudharat, walaupun sebenarnya tujuan bank ASI itu sendiri mulia.
Setelah kita membaca dan memperhatikan berbagai pendapat yang
disampaikan oleh para ulama, penulis memiliki pandangan bahwa adanya
larangan terhadap pendirian bank ASI juga ada yang membolehkan
pendirian nya oleh sebab itu mari kita bahas bersama pembahasan ini agar
tidak terjadi perpecahan di antara ummat muslim itu sendiri.
Berdasarkan hal di atas maka makalah ini akan membahas tentang
pengertian bank ASI dan donor ASI, syarat donor dan pendonor ASI, cara
donor ASI, peraturan donor ASI, syarat bank ASI, juga akan membahas
hukum mendirikan bank ASI di tinjau dari pandangan hukum islam dan
kesehatan, dan hukum menjual belikan ASI.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud donor asi dan bank asi?
2. Bagaimana tindakan untuk melakukan donor asi dan bank asi?
3. Apa hukum jual beli ASI?
4. Bagaimana pentingnya bank asi dan donor asi dilihat dari sudut
pandang kesehatan?
5. Hukum pendirian bank ASI dilihat dari sudut pandang Islam ?

KASUS :

SEORANG IBU BAYI R, BERTANYA KEPADA PERAWAT APAKAH HARAM ATAU


TIDAK APABILA BAYINYA MENGGUNAKAN ASI PENDONOR, ADAKAH
SYARAT-SYARAT TERTENTU ATAU ATURAN TERTENTU, DAN APAKAH HAL
ITU DIBOLEHKAN OLEH ISLAM ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Syarat Donor ASI dan Pendonor ASI


Pemberian ASI pada bayi jelas sangat dianjurkan sebab ASI
makanan terbaik bayi. Kecuali bila ibu mengalami sakit berat dan
mengonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan "mencemari" ASI. Donor
ASI dapat dilakukan kepada bayi yang benar-benar tidak bisa
mendapatkan air susu ibunya sendiri. Misalkan dalam keadaan :
- Ibu meninggal setelah melahirkan
- Ibu yang mengidap Hepatitis B parah
- Ibu yang positif mengidap AIDS
- Ibu yang sedang dalam proses pengobatan kanker
- Ibu dengan masalah jantung
- Ibu yang mengalami Gangguan Hormon

2. Syarat Pendonor ASI


Tidak semua ibu bisa mendonorkan ASI nya. Ada beberapa
persyaratan untuk menjadi seorang pendonor ASI. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi, antara lain adalah :
- Melahirkan anak dengan cara normal dan sehat
- ASI untuk anak sendiri sudah mencukupi dan berlimpah
- Tidak sedang hamil
- Tidak merokok
- Tidak minum alkohol
- Tidak minum kopi/kafein (toleransi 150-200 ml/hari)
- Tidak mengkonsumsi narkoba
- Bukan vegetarian

3. Peraturan Donor ASI


Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu
Ibu (ASI) terus digodok Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Peraturan mengenai donor ASI tersebut akan terangkum dalam PP
No.33 tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif,
pendonor ASI, pengaturan penggunaan susu formula bayi dan produk bayi
lainnya, pengaturan bantuan produsen atau distributor susu formula bayi,
saksi terkait, serta pengaturan tempat kerja dan sarana umum dalam
mendukung program ASI Eksklusif.
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang
Pemberian ASI Eksklusif sebenarnya telah menetapkan persyaratan-
persyaratan khusus untuk para pendonor dan penerima donor ASI, yaitu;
- Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga
bayi yang bersangkutan.
- Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu
kandung atau keluarga bayi penerima ASI.
- Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas
bayi yang diberi ASI.
- Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis.
- ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap ketentuan ini
akan dikenai.
4. Logika Yang Mengharamkan Bank ASI
ASI manusia tidak sama seperti benda-benda yang boleh
diperjualbelikan. ASI adalah barang istimewa. Bayi mengonsumsi ASI
karena mereka tidak bisa memperoleh gizi dengan cara lain. Berarti, bagi
bayi, meminum ASI adalah keterpaksaan (darurat). Buktinya, jika bayi
sudah tumbuh besar dan kuat, ia tidak boleh lagi minum ASI. Sedangkan
dalam prinsip fiqh disebutkan, benda yang tidak boleh dimanfaatkan
kecuali dalam keadaan darurat, ia tidak termasuk kategori harta (maal)
yang boleh dijual-belikan. ASI tidak dijual bebas di pasaran karena ia tidak
termasuk harta-benda. Kemudian, ASI merupakan bagian dari tubuh
manusia. Sedangkan manusia beserta seluruh organ tubuhnya adalah
terhormat. Maka, menjualbelikan ASI sama saja dengan menjatuhkan
derajat kemuliaan manusia.

5. Logika Yang Membolehkan


ASI itu suci dan bisa diambil manfaatnya (intifa’) sehingga boleh
dijual seperti halnya air susu hewan. Mengenai tidak adanya budaya jual-
beli ASI, hal itu tidak bisa menjadi landasan bahwa ASI tidak boleh dijual.
ASI sangat bermanfaat. ASI adalah gizi bagi manusia (bayi) sehingga
boleh dijual. Sama seperti beras dan lauk-pauk yang merupakan pemasok
gizi bagi kehidupan manusia.
Selain itu, terdapat prinsip fiqh bahwa: Benda yang tidak haram
dikonsumsi, berarti tidak haram mengonsumsi hasil penjualannya. Karena
ASI boleh dikonsumsi, otomatis boleh pula dijual dan hasil penjualannya
tidak haram.
Secara literal, imunisasi berasal dari kata ‘imun’ yang berarti kebal
terhadap suatu penyakit. Dengan demikian ‘imunisasi’ berarti pengebalan
terhadap suatu penyakit. Prosedur pengebalan tubuh terhadap penyakit
melalui teknik vaksinasi. Kata ‘vaksin’ itu sendiri berarti senyawa antigen
yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh
terhadap virus. Itulah sebabnya imunisasi identik dengan vaksinasi. Vaksin
terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan
tambahan seperti formaldehid dan thyrmorosal.
6. Hukum Mendirikan Bank ASI
Setelah kita memperhatikan pembahasan yang lalu, dimana kita
menganggap bahwa pendapat yang lebih kuat yaitu pendapat yang tidak
membolehkan menjual ASI. Maka dengan sendirinya kita dapat
mengatakan bahwa mendirikan bank yang mengumpulkan ASI wanita ke
dalam satu wadah yang dicampur antara satu dengan lainnya adalah
haram. Ini dikarenakan ASI tersebut berasal dari anggota tubuh manusia
dan manusia beserta seluruh tubuhnya dimuliakan maka tidak boleh
menjadikan bagian tubuhnya itu sebagai barang jual beli.
Selain itu kita juga melihat efek yang buruk dari pendirian bank
ASI ini, karena akan membawa bahaya kepada kita semua, mulai dari
bahaya fisik atau rusaknya hubungan darah antara manusia yang
dikarenakan bank susu tersebut tidak bisa mengontrol sejauh mana
pembelian dan penjualan susu tersebut.
Karlany berkata bahwa di dalam pembolehan menjual ASI itu ada
kemunkaran karena bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang
disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal tersebut tidak dapat
diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum ASI yang dijual bank
ASI tersebut. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI
tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi
karena kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang
cukup baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang
diderita ibu tersebut. Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena
kemudaratan yang ditimbulkan lebih besar dari manfaatnya yaitu
terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam menganjurkan kepada
manusia untuk selalu menjaga nasabnya. Kaidah ushul juga menyebutkan
bahwa :
‫ح‬ ‫ب اللصم ص‬
‫صاَلح ح‬ ‫ضصراحر اصلوصلىَ حملن صجلل ح‬
‫صدلفعع ال ض‬
Menolak kemadharatan lebih utama dari pada menarik
kemaslahatan.

Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan


bahwa di dalam kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam
adalah :
‫صال ض‬
‫ضصراعر لص يعصزاعل حباَل ض‬
‫ضصراحر‬
Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan
lagi.
Hal ini jelas, karena akan menambah masalah. Kaitannya dengan
pembahasan kita yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu
kemudaratan, maka memberi bayi dengan ASI yang dijual di bank ASI
adalah kemudaratan pula. Maka apa yang tersisa dari bertemunya
kemudaratan kecuali kemudaratan. Karena Fiqih bukanlah pelajaran fisika
dimana bila bertemu dua kutub yang sama akan menghasilkan hasil yang
berbeda. Maka penulis sependapat dengan perkataan Ibn Karlany yang
mengatakan bahwa hendaknya kita melihat mana yang lebih besar
manfaatnya daripada kerusakannya.

7. Dalil Pendapat yang Tidak Membolehkan Jual Beli ASI


Masalah boleh tidaknya menjual susu manusia (ASI) telah
menimbulkan perdebatan yang panjang antara yang membolehkan dengan
yang tidak membolehkan yang didasari argumen logika, berikut
petikannya :
Menurut pihak pertama (yang melarang) ASI manusia bukanlah
harta benda maka tidak boleh menjualnya, dan dalil bahwasannya ASI
tersebut bukan harta benda adalah tidak dibolehkan bagi kita mengambil
manfaat (Intifa') dengan ASI tersebut. ASI tersebut dibolehkan karena
dharurat saja kepada anak bayi karena mereka tidak bisa memperoleh gizi
dengan cara lain, dan apa yang tidak dibolehkan mengambil manfaat
kecuali dharurah tidaklah dianggap bagian harta seperti babi dan
narkotika. Selain itu ASI tersebut juga tidak dijual di pasar karena tidak
dianggap bagian dari harta.
Pendapat ini ditentang oleh pihak kedua (yang membolehkan).
Mereka mengatakan bahwa, ASI itu suci dan bisa diambil manfaat
sehingga boleh menjualnya seperti susu kambing. Adapun sebab tidak
dijualnya ASI tersebut di pasaran bukanlah landasan barang tersebut tidak
boleh dijual karena ada juga barang yang tidak ada di pasaran dan boleh
jual beli barang tersebut.
Kelompok pertama juga beralasan bahwa ASI merupakan bagian
dari manusia dan manusia beserta seluruh organnya adalah terhormat maka
menjual jual beli ASI tadi dapat menjatuhkan derajat kemuliaan manusia.
Pernyataan itu ditentang oleh pihak kedua. Ibnu Qudamah berkata
bahwa seluruh tubuh manusia dapat dijual seperti bolehnya menjual
budak. Sedangkan yang tidak boleh menjualnya adalah orang merdeka dan
diharamkan pula menjual anggota tubuh yang sudah terpotong karena
tidak bermamfaat.
Qiyas dari kelompok pertama menentang bantahan tersebut, beliau
berkata bahwa manusia tidak halal kecuali budak dan budak tidak halal
kecuali hidup sedangkan ASI itu bukanlah sesuatu yang hidup maka tidak
boleh dujual.
Pendapat kelompok pertama mengatakan bahwa susu manusia itu
adalah restan (sisa) dari manusia maka tidak boleh menjualnya seperti air
mata, keringat dan ingus.
Pendapat ini ditentang dengan mengatakan bahwa mengqiyaskan
ASI dengan keringat adalah tidak tepat karena keringat, ingus dan air mata
tidak bermanfaat. Hal ini seperti keringat kambing yang tidak boleh kita
menjualnya, sedangkan susunya tetap boleh.
Selanjutnya kelompok pertama mengatakan bahwa daging manusia
tidak boleh untuk dimakan maka tidak boleh menjual ASI-nya seperti susu
keledai betina. Daging keledainya tidak bisa dimakan maka susunya juga
haram.
Pendapat ini ditolak oleh pihak kedua, mereka kembali
mengatakan bahwa ini adalah qiyas yang tidak sesuai karena ASI manusia
suci sedangkan susu keledai najis.
Kelompok pertama kembali beralasan bahwasannya dengan adanya
proses menyusui tadi, maka diharamkan bagi kita untuk menikahi saudara
sesusu dan ibu susu. Maka pada proses jual beli ASI ini akan membuka
peluang terjadinya perkawinan yang tidak dibenarkan secara syariat karena
ASI tadi dicampur sehinnga kita tidak mengetahui ASI siapa saja yang
diminum oleh bayi.

8. Dalil Pendapat yang Membolehkan Menjual ASI


Golongan kedua yang membolehkan menjual ASI berpegang kepada al-
Quran, Hadits dan logika.
Dalil al-Quran yaitu firman Allah pada surat 2 [al-Baqarah] ayat 275 yaitu:

َ‫ك بحأ صنضهعلم صقاَعلوُلا إحنضصما‬ ‫الضحذيصن يصألعكعلوُصن الررصباَ لص يصعقوُعموُصن إحلض صكصماَ يصعقوُعم الضحذيِ يصتصصخبضطعهع الضشلي ص‬
‫طاَعن حمصن اللصم ر‬
‫س صذلح ص‬
‫ف صوأصلمعرهع‬ ‫ظةة رمن ضربرحه صفاَنتصهصصىَ فصلصهع صماَ صسلص ص‬‫اع اللبصليصع صوصحضرصم الررصباَ فصصمن صجاَءهع صملوُحع ص‬ ‫اللبصليعع حملثعل الررصباَ صوأصصحضل ا‬
‫ب الضناَحر هعلم حفيصهاَ صخاَلحعدوصن‬
‫صصحاَ ع‬ ‫اح صوصملن صعاَصد فصأ علوصلـَئح ص‬
‫ك أص ل‬ ‫إحصلىَ ا‬

275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil
riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (QS. 2 [al-Baqarah]:275)
Ayat tersebut menurut Ibnu Hazm mengisyaratkan bahwa seorang
wanita memerah ASI-nya dan mengumpulkannya di dalam suatu bejana
kemudian diminumkan pada bayi dan ASI ini adalah milik wanita tersebut
yang diberikan kepada bayi, maka sesuai landasan hukum, apa saja yang
kepemilikannya boleh berpindah kepada orang lain maka boleh dilakukan
jual beli.
Sedangkan di dalam hadits juga terdapat suatu dalil yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud dari Ibn Abbas, beliau
berkata, aku melihat Rasulullah duduk di suatu sudut maka beliau
mengangkat pandangan ke langit kemudian tersenyum lalu bersabda,
"Allah swt. Melaknat golongan yahudi karena tiga perkara. Sesungguhnya
Allah mengharamkan kepada mereka lemak namun mereka menjualnya
dan memakan hasil penjualannya, dan Allah jika mengharamkan suatu
kaum untuk memakan sesuatu maka Allah mengharamkan pula memakan
harta yang diperoleh darinya (HR Bukhari dan Abu Dawud).
Mawardi berkata bahwa apa yang tidak diharamkan memakannya
maka tidak diharamkan memakan hasil penjualannya, oleh karena itu ASI
manusia boleh dimakan maka otomatis boleh dijual maka tidaklah haram
hasil penjualannya.
Pendapat ini ditentang oleh kelompok pertama. Mereka
mengatakan bahwa ASI manusia juga dilarang meminumnya, tetapi
karena dharurah dibolehkan. Buktinya, jika seorang bayi telah kuat
dengan tidak meminum ASI maka tidak boleh lagi ia meminumnya.
Mengambil manfaat dari ASI juga haram. ASI juga tidak dianggap barang
yang berharga, dia sama seperti bangkai, yang menjadi gizi hanya ketika
darurat saja, dan bukanlah suatu harta yang diperbolehkan menjualnya.
Kemudian mereka juga mengatakan bahwa setiap yang suci itu belum
tentu dapat dijual. Seperti air, ia tidak boleh dijual kecuali sudah kita olah
dan jaga.

BAB III
PENUTUP
Pada awalnya, dalam wawancara tersebut, penulis berpendapat
bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya boleh dengan syarat-syarat yang
sangat ketat, ternyata pendapat tersebut sudah disampaikan oleh beberapa
ulama di Timur Tengah yang terangkum dalam pendapat ketiga.Namun
demikian, setelah memperhatikan madharat-madharat yang akan muncul
dengan berdirinya Bank ASI di negara-negara Islam, maka akhirnya
penulis cenderung untuk mengatakan : sebaiknya tidak usah didirikan
Bank ASI selama hal tersebut tidak darurat.
Diantara madharat-madharat yang akan ditimbulkan dari pendirian
Bank ASI adalah:
Pertama : Terjadinya percampuran nasab, jika distribusi ASI
tersebut tidak diatur ini secara ketat.
Kedua : Pendirian Bank ASI memerlukan biaya yang sangat besar,
terlalu berat ditanggung oleh negara-negara berkembang, seperti
Indonesia.
Ketiga : ASI yang disimpan dalam Bank, berpotensi untuk terkena
virus dan bakteri yang berbahaya, bahkan kwalitas ASI bisa menurun
drastis, sehingga kelebihan-kelebihan yang dimiliki ASI yang disimpan ini
semakin berkurang, jika dibandingkan dengan ASI yang langsung dihisap
bayi dari ibunya.
Keempat : Dikhawatirkan ibu-ibu yang berada dalam taraf
kemiskinan, ketika melihat peluang penjualan ASI kepada Bank dengan
harga tinggi, mereka akan berlomba-lomba untuk menjual ASI-nya dan
sebagi gantinya mereka memberikan susu formula untuk anak mereka.
Kelima : Ibu-ibu yang sibuk beraktivitas dan mempunyai kelebihan
harta, akan semakin malas menyusui anak-anak mereka, karena bisa
membeli ASI dari Bank dengan harga berapapun.

DAFTAR PUSTAKA

http://yustianaoktavia17.blogspot.com/2015/09/makalah-agama-tentang-
donor-asi-dan.html

http://www.academia.edu/199247/MAKALAH_PANDANGAN_ISLAM_

http://www.academia.edu/8858886/Makalah_bank_asi_dan_bank_sperma

Anda mungkin juga menyukai