Bank Asi Dan Sperma 07
Bank Asi Dan Sperma 07
Disusun oleh :
ARISKA RAHMA FATUROIVA (20210880260151)
FADILA EKA ANGELINA (20210880260153)
Demikian yang dapat saya sampaikan,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan agar makalah ini dapat ditingkatkan
kedepannya.
Wassalaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena pengolahannya
telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak lahir, makanannya telah
disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir, air susu ibu telah siap untuk
dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada
banyak kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan
berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya
tersita untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk
memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya secara
langsung.
Sejumlah ulama mempertanyakan perbuatan itu atas dasar bahwa perbuatan tersebut
sama dengan rada’ah, yakni menyusui dengan tujuan membantu perkembangan jiwa anak.
Anak yang memperoleh air susu semacam itu, dalam pandangan hukum disebut saudara
sesusu, yakni anak yang menyusui dari wanita yang sama sebagai pendonor untuk anak
tersebut. Kedua anak tersebut tidak dapat menikah.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya adalah untuk
melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa.Namun demikian kadang-kadang
keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul (tidak subur), sedang suami
istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga yang tenang dan
tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur hati.Berdasarkan keadaan tersebut ada
orang yang berupaya untuk mendapatkan anak dengan jalan mengangkat atau memungut
anak, melakukan inseminasi sperma, dan adakalanya dengan jalan menerima sperma dari
donor yang telah tersimpan pada Bank Sperma.1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Di Maksud Mengenai Bank Asi ?
2. Apakah Yang Di Maksud Mengenai Bank Sperma ?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat Mengetahui Pengertian Bank Asi
2. Dapat Mengetahui Pengertian Bank Sperma
1
Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani Press, Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN
2
5Lajnah Min Asatizhi Qismi al-Fiqh al-Maqarin, Qadhaya Fiqhiyyah Mu‟asharah, Juz I (tp, 2006), h. 233.
3
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini (Cet. V; Jakarta:
Kalam Mulia, 2003) h. 120
perempuan atau susu yang masuk kedalam perut dan merangsang otak seorang anak.
Dalam pengertian secara bahasa, tidak dipersyaratkan bahwa yang disusui itu (ar-
radhi‟) berupa anak kecil (bayi) atau bukan. Adapun dalam pengertian secara istilah,
sebagian ulama fiqh mendefinisikan al-radha‟ah sebagai “sampainya (masuknya) air
susu manusia (perempuan) ke dalam perut seorang anak (bayi) yang belum berusia dua
tahun atau 24 bulan.”
2. Pendapat Ulama yang Membenarkan Adanya Bank ASI
Alasan ulama kontemporer yang membenarkan Bank ASI sebagai berikut: Bayi
yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan
yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia
menyusu langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang
mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya. Sedangkan dalam
bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas. Ulama besar semacam
Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak menjumpai alasan untuk
melarang diadakannya “Bank ASI.” Asalkan bertujuan untuk mewujudkan mashlahat
syar‟iyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi. Beliau
cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam
untuk memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab
kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru dilahirkan
yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.4
3. Pendapat Ulama yang tidak Membenarkan Bank ASI
Alasan para ulama untuk tidak membenarkan Bank ASI bahwa Bank ASI ini
akan menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan bisa
terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus dilakukan
penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya. Di antara
ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya Bank ASI adalah Prof. Dr.
Wahbah Az-Zuhayli. Dalam kitab Fatawa Mu‟ashirah, beliau menyebutkan bahwa
mewujudkan institusi bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah. Demikian juga
dengan Majma‟ al-Fiqih al-Islamiy melalui Badan Muktamar Islam yang diadakan di
Jeddah pada tanggal 22–28 Desember 1985 M./10–16 Rabiul Akhir 1406 H.
4
Irmawati, Persepsi Ibu menyusui tentang Bank ASI di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) daerah blang padang
tahun 2013, http://180.241.122.205/dockti/IRMA_WATI-kti.pdf. h. 9 Diakses pada 2 agustus 2014
B. Pengertian Bank Sperma
Lembaga yang menyimpan dan mengawetkan sperma dari donor untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan kepentingan individu yang ingin
memperoleh keturunan. Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu
dibekukan dan disimpan ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas
sperma. Dalam bahasa medis bisa disebut juga Cryiobanking. Cryiobanking adalah suatu
teknik penyimpanan sel cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya,
semua sel dalam tubuh manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan alat
tertentu sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu.5 Dengan adanya
cryobanking ini, sperma dapat disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan lebih dari 6
bulan (dengan tes berkala terhadap HIV dan penyakit menular seksual lainnya selama
penyimpanan). Kualitas sperma yang telah disimpan dalam bank sperma juga sama dengan
sperma yang baru, sehingga memungkinkan untuk proses ovulasi.Selain digunakan untuk
sperma-sperma yang berasal dari donor, bank sperma juga dapat dipergunakan oleh para
suami yang produksi spermanya sedikit atau bahkan akan terganggu. Hal ini dimungkinkan
karena derajat cryosurvival dari sperma yang disimpan tidak ditentukan oleh kualitas
sperma melainkan lebih pada proses penyimpanannya.
Telah disebutkan diatas, bank sperma dapat dipergunakan oleh mereka yang
produksi spermanya akan terganggu. Maksudnya adalah pada mereka yang akan menjalani
vasektomi atau tindakan medis lain yang dapat menurunkan fungsi reproduksi seseorang.
Dengan bank sperma, semen dapat dibekukan dan disimpan sebelum vasektomi untuk
mempertahankan fertilitas sperma.
Bank sperma atau kadang yang sering disebut bank ayah, mulai tumbuh pada awal
tahun 1980, berkembang setelah banyak laki-laki yang menjarangkan anaknya atau
melakukan vasektomi, namun menyimpan spermanya di dalam bank sebagai cadangan
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memiliki anak laki. Bank sperma diawali dari penemuan
seorang pendeta katholik, Spallanzani, tahun 1780 tentang inseminasi buatan (permanian
buatan). Penelitian ini berhasil membuahi seekor anjing betina ke dalam rahim anjing
betina tanpa disetubuhi anjing jantan namun dengan menyuntikkan sprema ke dalam rahim
anjing betina. Sementara itu inseminasi buatan terhadap manusia dilakukan oleh Hunter
seorang sarjana.
5
Kamus Bahasa Indonesia Online, sperma, http://kamusbahasaindonesia.org/ sperma/mirip, (Diakses pada
tanggal 13 Juni 2014).
Selanjutnya inseminasi buatan melebar luas di daratan Eropa setalah di praktekkan tiap-
tiap bangsa. Di Amerika Serikat dan Eropa inseminasi buatan dilakukan untuk menolong
orang yang mandul, sementara di Rusia bertujuan untuk mengembangkan manusia secara
cepat, sebagai akibat persiapan mengalami kelangkaan manusia akibat perang atom.
Kemajuan teknologi yang semakin maju, inseminasi buatan prosesnya juga mengalami
kemajuan.
Latar belakang munculnya bank sperma antara lain adalah sebagai berikut :
1. Keinginan memperoleh atau menolong untuk memperoleh keturunan pada seorang
pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak (mandul).
2. Memperoleh generasi jenius atau orang super.
3. Mengembang biakkan manusia secara cepat untuk menghindarkan kepunahan
manusia.
4. Untuk memilih jenis anak yang ideal sesuai yang dikehendaki.
5. Mengembangkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang kedokteran
6
al-Munawar, Said Agil Husain. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial Cet. 1 ; Jakarta : Pena Madani, 2004
Sebagai akibat dari ketidak hadiran anak dalm satu keluarga, setidaknya
keluarga tersebut akan mencari beberapa alternatif misalnya: Menyerah kepada nasib,
Adopsi, Cerai, Poligami dan Inseminasi buatan. Mengenai alternatif terakhir
(Inseminasi buatan) yang merupakan penemuan di bidang teknologi kedokteran, masih
banyak persoalan, terutama jika ditinjau dari segi hukum.7
Hukum inseminasi buatan menurut pendapat ulama apabila sperma dari suami
sendiri dan ovum dari istri sendiri kemudian disuntikkan ke dalam vagina (uterus) istri,
asal keadaan suami-istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi
buatan untuk memperoleh anak karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak
berhasil memperoleh anak dibolehkan dengan mengacu pada kaidah hukum islam.
7
Abidin, Slamet dan H. Aminuddin. Fikih Munakahat, vol. 1 (Bandung: Pustaka Setia,1999.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pembahasan tersebut dapat di tarik sebuah kesimpulan
sebagai berikut :
1. Bank ASI adalah merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya.
2. Alasan ulama kontemporer yang membenarkan Bank ASI sebagai berikut: Bayi
yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan
yang mempunyai ASI tersebut, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia
menyusu langsung dengan cara menghisap puting payudara perempuan yang
mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi yang menyusu ibunya.
3. Alasan para ulama untuk tidak membenarkan Bank ASI bahwa Bank ASI ini akan
menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan bisa terjadi
dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus dilakukan
penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya.
4. Hukum inseminasi buatan menurut pendapat ulama apabila sperma dari suami
sendiri dan ovum dari istri sendiri kemudian disuntikkan ke dalam vagina (uterus)
istri, asal keadaan suami-istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara
inseminasi buatan untuk memperoleh anak karena dengan cara pembuahan alami
suami istri tidak berhasil memperoleh anak dibolehkan dengan mengacu pada
kaidah hukum islam.
B. Saran
Dari hasil pembahasan makalah penulis tentang di harapkan dapat menambah
wawasan umumnya dan ilmu di bahas ini. Dengan selesainya penyusunan makalah ini,
kami harapkan masukan maupun kritik dan saran dari pendamping pada mata kuliah
ini, agar pembuat makalah selanjutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Lajnah Min Asatizhi Qismi al-Fiqh al-Maqarin, Qadhaya Fiqhiyyah Mu‟asharah, Juz I (tp,
2006), h. 233.
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini (Cet.
V; Jakarta: Kalam Mulia, 2003) h. 120
Kamus Bahasa Indonesia Online, sperma, http://kamusbahasaindonesia.org/ sperma/mirip,
(Diakses pada tanggal 13 Juni 2014).
Abidin, Slamet dan H. Aminuddin. Fikih Munakahat, vol. 1 (Bandung: Pustaka Setia,1999.
al-Munawar, Said Agil Husain. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial Cet. 1 ; Jakarta : Pena
Madani, 2004
Irmawati, Persepsi Ibu menyusui tentang Bank ASI di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA)
daerah blang padang tahun 2013, http://180.241.122.205/dockti/IRMA_WATI-kti.pdf.
h. 9 Diakses pada 2 agustus 2014
Al Baghdadi, Abdurrahman, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Gema Insani Press,
Jakarta