Anda di halaman 1dari 9

BANK ASI DAN BANK SPERMA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur


Mata Kuliah Masailul Fiqhiyah 1

Dosen Pengampu : Saeful Millah, M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Iis Sofiyatunnisa : 2103003982
Mustofa Kamil : 2103003962
Septiani : 2103003937

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Bank ASI dan Bank Sperma ...................................................... 2
B. Hukum Bank ASI dan Bank Sperma ...................................................... 2
C. Dampak Adanya Bank ASI dan Bank Sperma ....................................... 4
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 7

Masailul Fiqhiyah 1 | i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang kedokteran adalah salah satu bidang terpenting dalam setiap aspek
kehidupan. Dengan banyaknya perubahan dan perkembangan teknologi setiap
tahunnya, bidang kedokteran juga mengalami berbagai inovasi dan pembaruan
diberbagai bidangnya. Tak terpungkiri, bidang kedokteran menjadi salah satu
bidang keilmuan yang mendapatkan perhatian besar dari para ulama seluruh
dunia. Dalam menentukan hukum haram-halalnya suatu temuan ilmiah
termasuk dalam bidang kedokteran pada zaman Nabi dapat dengan mudah
terselesaikan. Sedangkan pada masa-masa berikutnya, umat muslim berpegang
kepada ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadits.
Pada masa teknologi canggih seperti sekarang ini, para ulama dihadapkan
dengan masalah yang rumit dikarenakan banyaknya kasus kedokteran yang
tidak ada penegasan baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits juga literatur fikih
karena hal serupa belum diformulasikan oleh ahli fikih (Fukaha) terdahulu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam peulisan makalah ini ialah:
1. Apa itu Bank ASI dan Bank sperma?
2. Bagaimana hukum Bank ASI dan Bank sperma?
3. Apa saja dampak dari adanya Bank ASI dan Bank sperma?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1. Dapat mengetahui dan memahami definisi Bank ASI dan Bank sperma.
2. Dapat mengetahui hukum dari Bank ASI dan Bank sperma.
3. Dapat mengetahui dampak Bank ASI dan Bank sperma.

Masaiul Fiqhiyah 1 | 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bank ASI dan Bank Sperma
1. Definisi Bank ASI
Bank ASI (Air Susu Ibu) adalah lembaga yang beroperasi untuk
mengumpulkan donor ASI, memverifikasi keamanan ASI tersebut untuk
digunakan dan mendistribusikan kepada mereka yang meminta. Bank
ASI juga didefinisikan sebagai pengumpulan, pengelolaan,
penyimpanan dan pengualaran ASI manusia yang disumbangkan oleh
seorang ibu yang memiliki persedian ASI berlimpah.
Yūsuf al-Qarḍāwī mendefinisikan Bank ASI sebagai sebuah
lembaga yang memfokuskan kinerjanya dalam bidang pengumpulan “air
susu” untuk mensterilkan dan memeliharanya hingga aman dikonsumsi
oleh bayi-bayi atau anak-anak. Dengan demikian, Bank ASI merupakan
sebuah lembaga alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
khususnya bagi bayi prematur. (Jannah, 2020)
2. Definisi Bank Sperma
Bank sperma adalah pengambilan sperma, lalu dibekukan dan
disimpan kedalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas
sperma. Dalam bahasa medis biasa disebut juga CryoBanking.
CryoBanking adalah suatu teknik penyimpanan sel cryopreserved untuk
digunakan dikemudian hari. Pada dasarnya, semua sel dalam tubuh
manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan alat tertentu
sehingga dapat bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu. Selain
digunakan untuk sperma-sperma yang berasal dari donor, Bank sperma
juga dapat dipergunakan oleh para suami yang produksi spermanya sedikit
atau bahkan akan terganggu. Hal ini dimungkinkan karena derajat
cryosurvival dari sperma yang disimpan tidak ditentukan oleh kualitas
sperma melainkan lebih pada proses penyimpanannya. (Abbas, 2017)
B. Hukum Bank ASI dan Bank Sperma
1. Hukum Bank ASI

Masaiul Fiqhiyah 1 | 2
Ulama berbeda pandangan dalam menentukan hukum
berdirinya Bank ASI. Setidaknya ada tiga pandangan mengenai hal ini:
Pendapat Pertama bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya
boleh. Dengan alasan bahwa bayi yang mengambil air susu dari Bank ASI
tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang mempunyai ASI, karena
susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan
cara menghisap langsung pada perempuan yang mempunyai ASI,
sebagaimana seorang bayi yang menyusu pada ibunya. Dalam Bank ASI,
sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah dikemas. Ulama besar seperti
Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak menjumpai
alasan untuk melarang diadakannya “Bank ASI.” Asalkan bertujuan untuk
mewujudkan mashlaha syar’iyah yang kuat dan untuk memenuhi
keperluan yang wajib dipenuhi.
Pendapat Kedua menyatakan bahwa mendirikan Bank ASI
hukumnya haram. Alasannya bahwa Bank ASI akan menyebabkan
tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan bisa terjadi
dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus
dilakukan penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui
anaknya. Di antara ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya
Bank ASI adalah Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli. Dalam kitab Fatawa
Mu’ashirah, menyebutkan bahwa mewujudkan institusi Bank susu tidak
dibolehkan dari segi syariah.
Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI
dibolehkan jika telah memenuhi beberapa syarat yang sangat ketat, di
antaranya : setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI, harus disimpan
ditempat khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari
ASI-ASI yang lain. Setiap bayi yang mengambil ASI harus ditulis juga
dan harus diberitahukan kepada pemilik ASI, supaya jelas nasabnya.
Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan oleh para
ulama yang melarang bisa dihindari. (Nurliana, 2020)
2. Hukum Bank Sperma

Masaiul Fiqhiyah 1 | 3
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Seperti
halnya dengan donor sperma yang terdapat pada Pasal 127 sesuai
dengan ayat 1 yang menyatakan bahwa upaya kehamilan di luar acara
alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah
dengan beberapa ketentuan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi. Secara khusus, reproduksi dengan bantuan atau kehamilan
di luar cara alamiah dicantumkan pada Bab V Pasal 40 sampai dengan
Pasal 46. Ditegaskan pada Pasal 41 bahwa pasangan suami isteri yang
ingin menggunakan pelayanan reproduksi dengan bantuan atau
kehamilan di luar cara alamiah harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu juga harus didahului dengan konseling dan persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent) pada Pasal 42 Ayat (1).
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Reproduksi dengan Bantuan Atau
Kehamilan di Luar Cara Alami. Pada Pasal 1 Angka 1 dijelaskan
bahwa pelayanan reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar
cara alamiah yang selanjutnya disebut dengan pelayanan teknologi
reproduksi berbantu adalah upaya memperoleh kehamilan di luar cara
alamiah tanpa melalui proses hubungan suami istri (sanggama) apabila
cara alami tidak memperoleh hasil, dengan mempertemukan
spermatozoa suami dengan sel telur istri di dalam tabung. Ketentuan
tersebut menjelaskan bahwa kehamilan di luar cara alamiah yang
disahkan pemerintah dengan sel sperma dan sel telur yang berasal dari
suami isteri bersangkutan sehingga belum jelas mengenai sel sperma
dari orang ketiga atau pendonor.
d. Donor Sperma Melalui Perspektif Hukum Islam. Dalam hukum agama
Islam, berdasarkan putusan MUI, donor sperma difatwakan haram
karena statusnya disamakan dengan hubungan antar lawan jenis di luar
pernikahan yang sah (zina). (Gyra & dkk, 2023)
C. Dampak Adanya Bank ASI dan Bank Sperma

Masaiul Fiqhiyah 1 | 4
1. Dampak Adanya Bank ASI
Bank ASI yang berkembang sekarang tidak melakukan pemisahan
secara ketat masing-masing air susu donator, bahkan mencampur seluruh
air susu yang diterima lembaga ini. Dengan demikian sulit dilacak
identitas wanita donator asi tersebut, yang akibatnya bisa diduga keras
akan terjadi perkawinan antara anak yang mengkonsumsi air susu yang
berasal dari Bank ASI dan wanita keturunan yang bertalian darah
dengannya. Perkawinan seperti ini dilarang secara tegas bahkan
dinyatakan sebagai perkawinan yang dilarang untuk selamanya
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’ Ayat 23. Oleh
sebab itu menurut As-Sakari madharat dari Bank ASI lebih besar
dibanding manfaat yang dihasilkannya. (Nurun, 2019)
2. Dampak Adanya Bank Sperma
Secara prinsip, keberadaan bank sperma dan inseminasi buatan,
maka demi kehati-hatian ulama mengharamkannya. Misalnya, sperma dari
orang lain ditanam pada rahim isteri. Di antara yang mengharamkan
adalah Lembaga fikih Islam OKI, Majelis Ulama (MUI), Muktamar Tarjih
Muhammadiyah ke-21 di Klaten pada 6-11 April 1980, Muktamar NU ke-
28 pada November 1989, Mahmud Syaltut, Yusuf al-Qardhawy, al-
Ribashy dan Zakaria Ahmad al-Barry dengan pertimbangan dikhawatirkan
adanya percampuran nasab dan hal-hal yang tidak diinginkan (SK MUI
Nomor: Kep-925/MUI/XI/1990).

Masaiul Fiqhiyah 1 | 5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Bank ASI (Air Susu Ibu) adalah lembaga yang beroperasi untuk
mengumpulkan donor ASI, memverifikasi keamanan ASI tersebut untuk
digunakan dan mendistribusikan kepada mereka yang meminta. Bank
sperma adalah pengambilan sperma, lalu dibekukan dan disimpan kedalam
larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas sperma.
 Donor ASI melalui Bank ASI, berpotensi menimbulkan hal yang subhat
dalam hubungan mahram atau persaudaraan karena sepersusuan. Pendonor
hanya sekedar memberikan identitas dirinya secara umum, seperti
seseorang yang akan mendonorkan darahnya. Selanjutnya tidak dapat
dilacak siapa saja bayi-bayi yang pernah mengkonsumsi ASI-nya,
sehingga tidak jelas bagi seseorang siapa bermahram dengan siapa. Dalam
hukum negara Indonesia sendiri, praktik donor sperma ini tidak
diperbolehkan. Meski tidak disebutkan secara terang-terangan hukum
di Indonesia melarang praktik donor sperma ini secara spesifik, tetapi
adanya peraturan yang menyebutkan bahwa segala upaya kehamilan di
luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang
sah menjadi jawaban bahwa praktik donor sperma ini tidak diperbolehkan
di Indonesia.
 Dampak dari Bank ASI lebih banyak madharatnya di banding manfaatnya,
akibatnya bisa diduga keras akan terjadi perkawinan antara anak yang
mengkonsumsi air susu yang berasal dari Bank ASI dan wanita keturunan
yang bertalian darah dengannya. Keberadaan bank sperma dan inseminasi
buatan, maka demi kehati-hatian ulama mengharamkannya dengan
pertimbangan dikhawatirkan adanya percampuran nasab dan hal-hal yang
tidak diinginkan. (Mibtadin, 2016)

Masaiul Fiqhiyah 1 | 6
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. (2017). JUAL BELI SPERMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM


ISLAM. ASAS : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 77.
Gyra, N., & dkk. (2023). Donor Spermadalam Persfektif Hukum Islam dan
Hukum Negara Indonesia. Journal Islamic Education, 263-266.
Jannah, S. (2020). PANDANGAN AL-QUR'AN MENGENAI BANK ASI. T-
TAISIR: Jurnal Kajian Tafsir Indonesia , 48.
Mibtadin. (2016). Mencari Formulasi Baru antara Agama dan Sains:. Shahih, 133.
Nurliana. (2020). Bank ASI Perspektif Hukum Islam. Jurnal Al-Himayah, 8-10.
Nurun, F. (2019). IMPLIKASI BANK ASI TERHADAP KETENTUAN.
DAKWAH, 80.

Masaiul Fiqhiyah 1 | 7

Anda mungkin juga menyukai