Anda di halaman 1dari 12

MENIKAHI WANITA HAMIL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Masail Fiqhiyah

Dosen Pengampu:

Udin Safala, M.H.I

HKI C

DisusunOleh kelompok 4 materi 5:


FahmiAzka Al Fikri (101220056)
Fania Dwifa Sari (101220062)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


ISLAMFAKULTASSYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2024
KATA PENGANTAR
SegalapujibagiAllahSWTataslimpahanrahmatdanhidayahnyasehinggamakalahyan
gberjudul, “Menikahi Wanita Hamil”dapatPenyusun selesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Penyusun berharap makalah ini dapatmenambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca mengenai macam-macam metode penelitian.

Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan moral maupunmateril
dari berbagai pihak sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.Dalam
kesempatan ini, maka Penyusun menyampaikan rasa hormat dan terimakasihkepada:

1. Udin safala, M.H.I selakudosenmatakuliahMasail FiqhiyahdiInstitut Agama Islam


Negeri Ponorogo.

2. OrangtuayangtelahmemberikanbanyakkontribusidandukungankepadaPenulis.

3. Rekan–rekananggotakelompokempatyangikutbekerjasamadalampenyelesaianmakalah
ini.

Demikianmakalahinikamibuat,apabilaterdapatkesalahandalampenulisan, ataupun
adanya ketidaksesuaian materi yang Penyusun angkat
padamakalahini,Penyusunmohonmaaf.DariPenyusunmengharapkankritikdansaranyangme
mbagunsupayabisadijadikanevaluasidanpembelajaranuntukpembuatanmakalahyang lebih
baik padakesempatan selanjutnya.

Ponorogo,13Maret2024

Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................I
KATA PENGANTAR.......................................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian nikah hamil............................................................................................3
B. Peraturan tentang menikahi wanita hamil dalam KHI.............................................3
C. Dampak sosial perkawinan wanita hamil................................................................4
D. Pandangan imam madzhab empat terhadap wanita hamil.......................................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................7
A. Kesimpulan..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernikahan memiliki posisi sentral dalam ajaran Islam, memainkan peran kunci
dalam membentuk struktur sosial dan keluarga yang kuat. Namun, muncul situasi yang
kompleks, salah satunya adalah ketika seseorang berencana untuk menikahi wanita yang
sedang hamil. Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan hukum fiqhiyah yang menarik
dan memerlukan pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam.Dalam perspektif fiqih,
masail seputar menikahi wanita hamil melibatkan pertimbangan etika, moral, dan hukum
Islam. Pertanyaan tentang status kehamilan, pandangan para imam madzhab, serta
dampak sosial muncul sebagai fokus kajian. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk
menyelidiki pandangan fiqih terkait pernikahan dengan wanita hamil, menguraikan
hukum-hukum yang terkait, dan merinci argumen-argumen dari berbagai sumber fiqih
utama.

Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih


komprehensif tentang tata cara menikahi wanita hamil dalam Islam, mengaitkan teori
fiqih dengan praktik kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya mendukung pengambilan
keputusan individu yang sesuai dengan ajaran agama, tetapi juga merangsang refleksi
kritis terhadap nilai-nilai Islam dalam konteks perubahan sosial dan budaya..

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian nikah hamil?

2. Bagaimana peraturan dalam KHI tentang menikahi wanita hamil?

3. Apa dampak sosial perkawinan wanita hamil ?

4. Bagaiman pandangan imam madzhab empat terhadap wanita hamil?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari nikah hamil.

1
2. Mengetahui peraturan dalam KHI tentang menikahi wanita hamil.

3. Mengetahui dampak negativ dari homoseksual dan lesbian.

4. Mengetahui pandangan agama Islam mengenai homoseksual dan lesbian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nikah Hamil

Pengertian Nikah Hamil secara bahasa merupakan dari dua kata yaitu nikah dan hamil
yang keduanya mempunyai makna yang berbeda. Menurut bahasa, kawin merupakan sinonim
dari kata nikah, nikah adalah kata serapan dari Bahasa Arab yang telah dibakukan menjadi
Bahasa Indonesia. Kata ‫ نكح ينكحو نكاح‬nikah berasal dari yang berarti kawin atau perkawinan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Kawin/Nikah berarti membentuk keluarga
dengan lawan jenis. Disebutkan dalam redaksi lain, yaitu pada Undang-Undang Pernikahan
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri. Dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Adapun pengertian hamil ditinjau dari bahasa adalah kata serapan dari Bahasa Arab yang
telah dibakukan, yaitu dari kata ‫ الحمل‬yang berartikandungan. Dalam KBBI kata hamil berarti
mengandung janin dirahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa. Hamil dalam istilah yaitu
keadaan seseorang wanita yang mengandung anak atau janin didalam rahimnya setelah terjadi
pembuahan dalam rahim akibat hubungan seksual (wati’).

Kawin hamil merupakan kawin dengan seorang wanita yang hamil diluar nikah, bisa
dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya atau bukan yang menghamilinya.Kawin hamil yang
dimasukan disini sudah bisa dipahami sebagai sebuah akad perkawinan yang dilakukan seorang
perempuan yang hamil diluar nikah, baik yang menghamilinya maupun yang bukan
menghamilinya. Dengan demikian kawin hamil berarti perkawinan dengan seorang calon
mempelai perempuan dalam keadaan hamil sebelum terjadinya akad atau qabul.

Bayi yang lahir dari wanita yang dihamili tanpa dinikahi terlebih dahulu, disebut oleh ahli
hukum sebagai istilah anak zina (anak dari orang terlaknat). Jadi istilah tersebut bukan nama bayi
yang lahir itu, tetapi istilah yang dinisabkan kepada kedua orang tuanya yang telah berbuat zina
atau melakukan perbuatan yang terlaknat. Sedangkan bayi yang dilahirkan tetap suci dari dosa
dan tidak mewarisi perbuatan yang telah dilakukan oleh orang tuanya.1
1
Mahjuddin, Masail Al-Fiqih (kasus-kasusAktualDalamIslam), (Jakarta: tp, 2012), 48.

3
Dizaman yang modern tidak sedikit pula problem kawin hamil dikalangan masyarakat di
pedesaan ataupun dikota.Karena pada dasarnya keadaan yang kurang pengawasan dari oraang
tua dan pergaulan yang bebas yang menyebabkan banyaknnya kehamilan sebelum melakukan
pernikahan.

B. Peraturan tentang menikahi wanita hamil dalam KHI

Menurut Kompilasi Hukum Islam, Mengenai pengaturan perkawinan wanita hamil di KHI diatur
dalam BAB tersendiri yaitu BAB VIII khususnya Pasal 53 ayat (1), (2), dan (3).

1. Seorang wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya.
2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut dalam ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa
menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
3. Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan
perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.
Dengan demikian mengenai perkawinan wanita hamil di luar nikah ditetapkan
oleh KHI, bahwa wanita hamil di luar nikah dapat dikawinkan dengan pria yang
menghamilinya dan dapat ditafsirkan pula kata “dapat” bahwa wanita hamil di luar nikah
dapat dikawinkan dengan laki-laki lain yang tidak menghamilinya.2

C. Status Anak Luar Perkawinan

Secara istilah anak yang sah adalah anak yang lahir dari pernikahan yang sah antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan. Sahnya seorang anak akan menentukan hubungan

nasab dengan seorang laki-laki yang menjadi ayahnya. Nasab hanya dapat terjadi dan

diperoleh dengan tiga cara, yaitu melalui pernikahan yang sah, melalui pernikahan yang

fasid, dan melalui hubungan badan secara syubhat3.

Anak di luar nikah dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, anak yang dibuahi

tidak dalam pernikahan yang sah, namun dilahirkan dalam pernikahan yang sah. Menurut

imam Malik dan Syafi’i, anak yang lahir setelah enam bulan dari pernikahan ibu dan
2
FahrulFauzi, “TinjauanKawinHamildalamPerspektifHukum Islam PerspektifHukum Islam”, Journal of
Islamic Law Studies, Vol. 3 No. 2, 2020, 16.
3
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al-Islam Wa Al-Adillatuh,. 681.

4
ayahnya, anak itu dinasabkan kepada ayahnya. Jika anak itu dilahirkan sebelum enam

bulan, maka anak itu dinasabkan kepada ibunya. Berbeda dengan pendapat imam Abu

Hanifah bahwa anak di luar nikah tetap dinasabkan kepada ayahnya sebagai anak yang

sah4. Kedua, anak yangdibuahi dan dilahirkan di luar pernikahan yang sah. Status anak di

luar nikah dalam kategori kedua disamakan statusnya dengan anak zina dan anak li’an.

Anak yang lahir dalam kategori ini memiliki akibat hukum:

1. Tidak memiliki hubungan nasab dengan ayahnya , melainkan mempunyai

hubungan nasab dengan ibunya. Ayah tidak ada kewajiban member nafkah

kepada anak tersebut, namun secara biologis adalah anaknya. Jadi hubungan

yang timbul hanyalah secara manusiawi, bukan secara hukum.

2. Tidak saling mewarisi harta dengan ayahnya, karena hubungan nasab

merupakan salah satu penyebab mendapat warisan.

3. Ayah tidak dapat menjadi wali bagi anak di luar nikah. Apabila anal di luar

nikah kebetulan seorang perempuan dan sudah dewasa lalu akan menikah,

maka ia tidak berhak dinikahkan oleh ayahnya biologisnya5

D. Pandangan Imam Empat Madzhab Terhadap Menikahi Wanita Kawin Hamil

Berikut adalah beberapa pandangan imam-imam madzhab tentang menikahi wanita hamil.

4
M. Ali Hasan, Azas-Azas Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam di Indonesia
(Jakarta: Raja wali Press, 1997), 81.
5
Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad ( Jakarta: Ciputat Press, 2002),195.

5
1. Mazhab Hanafi

Berpendapat, jika perempuan yang zina tidak hamil, maka sah akad perkawinan
kepadanya dari laki laki yang tidak melakukan zina kepadanya. Begitu juga jika dia hamil
akbiat perbuatan zina tersebut, maka dia boleh dinikahi, menurut Abu Hanifah. Akan tetapi,
dia tidak digauli sampai dia melahirkan anaknya.

2. Mazhab Maliki

Berpendapat, tidak boleh dilaksanakan akad terhadap perempuan yang melakukan


perbuatan zina sebelum dia dibebaskan dari zina dengan tiga kali haid, atau setelah lewat masa
tiga bulan. Jika dilaksanakan akad perkawinan sebelum dia dibebaskan dari zina, maka akad
perkawinan ini adalah sebuah akad yang fasid. Akad ini harus dibatalkan, baik muncul
kehamilan ataupun tidak.

3. Mazhab Syafi’i

Berpendapat, jika dia melakukan hubungan zina dengan seorang perempuan, maka tidak
haram baginya untuk menikahinya. Baik yang menikahinya itu adalah laki-laki yang beerzina
dengannya ataupun orang lain, baik hamil ataupun tidak. Hanyasaja, menyetubuhinya dalam
keadaan hamil hukumnya makruh sampai dia melahirkan.

4. Mazhab Hambali

Berpendapat, jika seorang perempuan melakukan perbuatan zina, maka bagi orang yang
mengetahui hal itu tidak boleh menikahinya, kecuali dengan dua syarat: Pertama, masa Idah-
nya telah selesai. Jika dia hamil akibat perbuatan zina, maka berakhirnya masa Idah-nya adalah
dengan melahirkan anaknya dan dia tidak boleh dinikahi sebelum dia melahirkan anaknya.
Berdasarkan hadis yang telah disebutkan

‫فال يسقن ماءه ولد غيره‬

‚Jangan sampai dia siramkan air spermanya kepada janin milik orang lain. 6

84 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmidzi ..., 369-370.

6
Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Sunan al-Tirmidzi ..., 369-370.

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata homo yang berasaldaribahasa Yunaniberarti sarna, sedangkan seks bermakna
hubungan·badan.Karenaitu secarasederhana homoseks didefinisikan sebagai "keadaan tertarik

7
terhadap orangdari jeniskelamin yang sama.Sedangkan istilah lesbian dalam literatur fiqh dikenal
sebagai al-sihaq, dengan analisis morfologis ‫ سحق‬- ‫سحقا‬yakni aktivitas seks yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih terhadap sesama jenis, dalam hal ini cinta birahi sesama perempuan.
MenurutWimpie Pangkahilaterjadinyahomoseksualdan lesbian
disebabkanolehbeberapafaktorantara lain yaitufaktorfisikataubiologis, Faktor psikodinamika,
faktor sosiokultural, dan faktor lingkungan.
Dampak negative darihomoseksual dan lesbian menurut Dr. Muhammad Rashfi dalam
kitab Al-Islam wa al-Thibantara lain tidaktertarikkepadalawanjenis, elainan jiwanya akibat
mencintai sesama jenis, akan membuat jiwanya tidak stabil, dan timbul tingkah laku yang aneh-
aneh, Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir, kemauan dan semangat, dan
Terkena penyakit AIDS, yang menyebabkan penderitanya kehilangan daya tahan tubuh. Penyakit
ini belum ditemukan obatnya.
Homoseks merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan merupakan jarimah yang
lebih keji daripada zina. Liwath merupakan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak dan
fitrah manusia dan berbahaya bagi manusia yang melakukannya. Para ulama fiqh berbeda
pendapat tentang hukuman homoseks, di antaranya adalah:
1. Dibunuh secara mutlak.
2. Dihad seperti had zina.
3. Bila pelakunya jejakamaka didera dan rajam apabila sudah menikah
Dikenakan hukum ta’zir,

8
DAFTAR PUSTAKA
Saurah, Abi Isa Muhammad bin Isa , Sunan al-Tirmidzi (Libanon: Dar al-Fikr, 2005).

Anda mungkin juga menyukai