Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Bayi Tabung

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Etika & Hukum Kesehatan
Dosen Pengampu : Teti Rosiati, S.Psi., SST., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Fayza Putri Sepwita NIM : 2101001 Kebidanan


2. Siti Lailatul Fadillah NIM : 2101002 Kebidanan
3. Al Lail Yuli Wijayanti NIM : 2101003 Kebidanan
4. Dita Lutfiani NIM : 2101004 Kebidanan
5. Umaemah NIM : 2101005 Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN AISYIYAH BANTEN


Jl. Raya Cilegon No.KM.8, Pejaten, Kecamatan. Kramatwatu, Serang, Banten

Tahun 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Bayi
Tabung”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah Etika
& Hukum Kesehatan yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan makalah ini. Selain itu,
saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah singkat ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Kramatwatu, 4 Desember 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian Bayi Tabung................................................................................ 6
B. Sudut Pandang Etik ...................................................................................... 6
C. Sudut Pandang Hukum ................................................................................. 7
D. Sudut Pandang Sosial ................................................................................... 8
E. Sudut Pandang Agama .................................................................................. 8
BAB III .................................................................................................................10
PENUTUP ............................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bayi Tabung adalah upaya jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur
diluar tubuh (in vitro fertilization). Setelah terjadi konsepsi hasil tersebut dimasukkan kembali
ke dalam rahim ibu atau embrio transfer sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknya kehamilan biasa. Dalam artian, mereka yang melakukan hal tersebut berarti ikut
campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak progresif tuhan. Pelaksanaan bayi
tabung tersebut diatur dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Teknologi Reproduksi Buatan. Penetapan seorang anak sebagai anak sah adalah berdasar pada
pasal 42 Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Untuk membuktikan secara
hukum bahwa seorang anak adalah anak sah dari pasangan suami istri, yang dibutuhkan adalah
sebuah akta kelahiran dari anak tersebut. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127
menyebutkan bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dpat dilakukan oleh pasangan
suami istri yang sah.

Kasus tersebut akan menimbulkan sikap tidak etis, karena sperma yang diperoleh sama
halnya dari sperma pendonor, sehingga akan menyebabkan persoalan dalam masyarakat seperti
status anak yang tidak jelas. Selain itu juga akan ada pandangan negatif kepada wanita itu
sendiri dari masyarakat sekitar, karena telah mempunyai anak tanpa menikah dan belum
bersuami. Sekelompok agamawan menolak teknologi reproduksi (inseminasi buatan) karena
mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya bertentangan dengan ajaran Tuhan
yang merupakan Sang Pencipta. Tuhan adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan
campur tangan dalam pekerjaannya termasuk pada awal perkembangan embrio untuk
meningkatkan kesehatan atau untuk meningkatkan ruang terjadinya kehamilan, namun perlu
diingat Tuhan adalah Sang pemberi hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bayi tabung?

2. Bagaimana issue bayi tabung dari sudut pandang etik, sosial, hukum, dan agama?

3. Bagaimana issue bayi tabung dari sudut pandang Agama Islam?

C. Tujuan
1. Tujuan umum

a. Untuk memenuhi tugas Etika & Hukum Kesehatan

b. Mahasiswa dapat mengerti issue bayi tabung dari berbagai sudut pandang.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mengerti dan memahami pengertian dari bayi tabung.

b. Mahasiswa dapat memahami issue bayi tabung dari sudut pandang etik, sosial, hukum,
dan agama
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bayi Tabung
Adalah suatu teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita.
Proses pembuahan dilakukan dalam sebuah tempat khusus sejenis tabung atau cawan petri
berisi medium kultur. Tabung tersebut dikondisikan sedemikian rupa sehingga menyerupai
tempat pembuahan yang asli yaitu rahim wanita.

Tidak semua pasangan usia subur (PUS), memiliki reproduksi yang sehat dalam
pengertian memiliki kesuburan yang siap dibuahi atau membuahi. Untuk mengatasi hal
tersebut sebagian besar PUS memilih untuk mendapatkan anak melalui konsepsi buatan.
Berdasarkan aturan yang berlaku di Indonesia yaitu dengan memperhatikan dari berbagai
sudut pandang etik, sosial, hukum, dan agama.

B. Sudut Pandang Etik


Komisi Etik dari berbagai Negara memberi pandangan dan pegangan terhadap hak
reproduksi dan etika dalam rana reproduksi manusia dengan memperhatikan beberapa asas
yaitu:

1. Niat untuk berbuat baik.

2. Bukan untuk kejahatan.

3. Menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir.

4. Tidak bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku.

Melakukan bayi tabung melalui sperma dari pasangan nikah yang sah. Karena hal
tersebut tidak melanggar etika, dan secara biologis anak yang nanti lahir dari hasil bayi
tabung merupakan anak kandung, yang secara phisikologis memiliki hubungan kasih
sayang timbal balik yang sempurna antara anak dan orang tua (ayah). Dari pada anak yang
dilahirkan dari sperma donor akan menimbulkan hubungan kasih sayang semu antara anak
dan orang tuanya.
C. Sudut Pandang Hukum
1. Ketentuan program bayi tabung di Indonesia
Pelaksanaan bayi tabung tersebut diatur dalam Undang-Undang nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Reproduksi Buatan. Dalam
kedua peraturan tersebut pelaksanaan bayi tabung yang diperbolehkan hanya kepada
pasangan suami isteri yang sah, lalu menggunakan sel sperma dan sel telur dari
pasangan tersebut yang kemudian embrionya ditanam dalam rahim istri yang sah. Hal
ini dilakukan untuk menjamin status anak tersebut sebagai anak sah dari pasangan
suami isteri tersebut.
Penetapan seorang anak sebagai anak sah adalah berdasar pada pasal 42 Undang-
Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Untuk membuktikan secara hukum
bahwa seorang anak adalah anak sah dari pasangan suami istri, yang dibutuhkan adalah
sebuah akta kelahiran dari anak tersebut.
Karena anak hasil bayi tabung merupakan anak sah, maka hak dan kewajiban dari
anak yang dilahirkan dengan menggunakan program bayi tabung sama dengan anak
yang tidak menggunakan program bayi tabung. Sehingga anak hasil bayi tabung dalam
hukum waris termasuk kedalam ahli waris golongan I yang diatur dalam pasal 852
KUH Perdata.
2. Pandangan hukum medis
UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya kehamilan
di luar cara alamiah hanya dpat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan :
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanam
dalam rahim istri dari mana ovum itu berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.
c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu
D. Sudut Pandang Sosial
Posisi anak menjadi kurang jelas dalam tatanan masyarakat, terutama bila sperma yang
digunakan berasal dari bank sperma atau sel sperma yang digunakan berasal dari pendonor,
akibatnya status anak menjadi tidak jelas. Selain itu juga, di kemudian hari mungkin saja
terjadi perkawinan antar keluarga dekat tanpa di sengaja, misalnya antar anak dengan
bapak atau dengan ibu atau bisa saja antar saudara sehingga besar kemungkinan akan lahir
generasi cacat akibat inbreeding.

Kasus tersebut akan menimbulkan sikap tidak etis, karena sperma yang diperoleh sama
halnya dari sperma pendonor, sehingga akan menyebabkan persoalan dalam masyarakat
seperti status anak yang tidak jelas. Selain itu juga akan ada pandangan negatif kepada
wanita itu sendiri dari masyarakat sekitar, karena telah mempunyai anak tanpa menikah
dan belum bersuami.

Lain halnya dengan kasus seorang janda yang ditinggal mati suaminya, dan dia ingin
mempunyai anak dari sperma beku suaminya. Hal ini dianggap etis karena sperma yang
digunakan berasal dari suaminya sendiri sehingga tidak menimbulkan masalah sosial,
karena status anak yang dilahirkan merupakan anak kandung sendiri.

E. Sudut Pandang Agama


Sekelompok agamawan menolak teknologi reproduksi (inseminasi buatan) karena
mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya bertentangan dengan ajaran Tuhan
yang merupakan Sang Pencipta. Tuhan adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja
melakukan campur tangan dalam pekerjaannya termasuk pada awal perkembangan embrio
untuk meningkatkan kesehatan atau untuk meningkatkan ruang terjadinya kehamilan,
namun perlu diingat Tuhan adalah Sang pemberi hidup.

Sedangkan menurut pandangan agama Islam lepas dari teknis pelaksanaan bayi tabung,
dapat disebutkan berbagai macam pelaksanaannya:

1. Sperma dari suami, ovum dari donor, dan ditanam pada istri.

2. Sperma dari donor, ovum dari istri, dan ditanam pada istri

3. Sperma dari suami, ovum dari istri, dan ditanam pada perempuan lain.
a. Sperma dari oran lain, ovum dari orang lain, dan ditanam pada istri.

b. Sperma dari suami, ovum dari istri, dan ditanam pada istri kedua.

c. Sperma dari suami, ovum dari istri, dan ditanam pada istri.

Dari keenam macam cara ini, hanya bagian terakhirlah yang dibolehkan oleh
syari'at Islam, sedangkan yang lainnya tampak ada intervensi pihak ketiga, baik sebagai
donor sperma atau ovum, maupun sebagai penyedia rahim (yang mengandung dan
melahirkan).

Cara selain nomor terakhir, jelas menimbulkan kekacauan dalam masalah nashab,
dan sebagaimana sabda Nabi SAW hukumnya bila janin itu yang dititipkan pada wanita
lain yang bukan istrinya, maka haram hukumnya.

“Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan akhirat menyirami airnya
ke ladang orang lain” (HR. Ab Daud dari Ruwaifi' ibnu tsabit Al-Anshori)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi tabung adalah suatu teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh
wanita. Dari sudut pandang etik Komisi Etik dari berbagai Negara memberi pandangan dan
pegangan terhadap hak reproduksi dan etika dalam rana reproduksi manusia dengan
memperhatikan beberapa asas yaitu: niat untuk berbuat baik, bukan untuk kejahatan,
menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir, tidak bertentangan dengan kaidah
hukum yang berlaku.

Pada intinya issue bayi tabung dari berbagai sudut pandang, bayi tabung diperbolehkan
asalkan sperma dan sel telurnya dari suami istri yang sah

B. Saran
Dalam melakukan praktek bayi tabung khususnya bagi tenaga kesehatan yang berwenang
melakukannya, hendaknya dalam melaksanakan praktek bayi tabung mempertimbangkan dari
berbagi sudut pandang baik dari aspek etik, sosial, hukum, dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/81158015/Print-Bayi-Tabung

https://www.scribd.com/doc/86452176/Apa-Hukum-Bayi-Tabung-Menurut-Islam

Anda mungkin juga menyukai