Disusun Oleh
Kelompok 6
1. Putri Aisyah Novita Ayu 212102010035
2. Sofia Irhami Basri 212102010037
3. S. Asurotun Nisa’ 212102010067
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ”Studi Kasus Pernikahan Beda Agama Di Indonesia Serta
Keterkaitan Dengan Fatwa Mui Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Pernikahan
Beda Agama” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah fatwa dan Yurisprudensi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ana Laela Fatikhul
Choiriyah, S.H., M.H .selaku dosen mata kuliah Fatwa dan Yurisprudensi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan dalam kesempatan ini, demi
kesempurnaan makalah kami.
Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN.………………………………………………………….
Indonesia……………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………..……………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an murni berasal dari Allah swt., baik secara lafadz maupun
makna. Diwahyukan oleh Allah swt. kepada Rasul dan Nabi-Nya Muhammad
saw. melalui wahyu al-jaliy (wahyu yang jelas). Yaitu dengan turunnya malaikat
utusan Allah swt. Jibril untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw.
sebagai manusia, bukan melalui jalan wahyu yang lain seperti ilham, pemberian
inspirasi dalam jiwa, melalui mimpi yang benar atau cara lainnya. Didalam al-
Qur’an berisi tentang semua perintah dan larangan-larangan Allah swt,termasuk di
dalamnya ialah perintah untuk melakukan pernikahan bagi orang yang sudah
mampu, baik dari segi jasmani dan rohaninya. 1
1
Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqih Munakahat I (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 2.
2
Adil Fathi Abdullah, Ketika Suami Istri Hidup Bermasalah (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.17
yang lebih dinamis daripada yang terjadi pada masa lampau. Seorang Muslim
sekarang ini lebih berani untuk memilih pendamping hidup non-Muslim. Hal ini
tentu saja dianggap oleh masyarakat kita yang mayoritas beragama Islam sebagai
penyalahan atau pergeseran nilai-nilai Islam yang ada. Tak jarang hal ini sering
menimbulkan gejolak dan reaksi keras di kalangan masyarakat kita. Masalah ini
menimbulkan perbedaan pendapat dari dua pihak pro dan kontra, masing-masing
pihak memiliki argumen yang berasal dari penafsiran mereka masing-masing
terhadap dalil-dalil Islam tentang pernikahan beda agama. Maka dari itu disini
penulis akan membahas secara detail bagaimana pandangan perspektif hukum
islam dan hukum postif di Indonesia memandang permasalah tentang beda agama.
Serta bagaimana pandangan beda agama menurut Fatwa MUI No. 4 tahun 2005.
B. Rumusan Masalah
4 Tahun 2005 ?
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Pernikahan beda agama atau bisa disebut juga pernikahan antar agama
adalah pernikahan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang masing-
masing berbeda agama. Pernikahan antara laki-laki atau perempuan muslim
dengan laki-laki atau perempuam non muslim. Permikahan antar agama ini
kadang disebut “pernikahan campuran”.3
Menurut para ahli Rusli, SH dan R. Tama, SH menyatakan bahwa
perkawinan antar agama merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
seorang wanita, karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutya dua peraturan
yang berlainan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan
sesuai dengan hukum agamanya masing- masing, dengan tujuan untuk
membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut Abdurrahman, menyatakan bahwa perkawian antara agama yaitu
suatu perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang yang memeluk agama dan
kepercayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perkawinan beda agama
adalah perkawinan antara dua orang yang berbeda agama dan masing-masing
tetap mempertahankan agama yang dianutnya. 4
Pernikahan beda agama dinilai haram dan tidak sah. Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menegaskan, hal tersebut didasarkan pada Fatwa MUI
Nomor 4 Tahun 2005 yang mengacu pada konteks kehidupan rumah tangga di
Indonesia dan sejumlah dalil, baik dari Alquran maupun hadis.
MUI dalam Fatwa Nomor 4 Tahun 2005 tentang perkawinan beda agama
memutuskan pertama, perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah.
Kedua, perkawinan laki-laki Muslim dengan wanita ahli kitab, menurut qaul
mu'tamad (pendapat yang diunggulkan), adalah haram dan tidak sah.5
Karena itu, jika ibu berbeda agama, yakni agama Yahudi atau Nasrani,
misalnya, itu akan memengaruhi agama dan budaya anaknya. "Jadi, meski dalam
ayat itu orang Muslim dibolehkan menikah dengan wanita Yahudi dan Nasrani
yang ahli kitab tapi fatwa kita tetap mengharamkan dalam konteks budaya di
Indonesia, peran perempuan atau istri lebih dominan pada pendidikan anak.
"Maka diharamkanlah nikah beda agama. Ini menjadi panduan bagi masyarakat,
Mengenai kewenangan MUI untuk mencegah pernikahan beda agama MUI hanya
sebatas mengimbau melalui fatwa tersebut. Meski demikian, sebetulnya UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku saat ini juga melarang
pernikahan beda agama.6
Jika kita merujuk pada analisis Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2005,
perkawinan beda agama dianggap haram dan tidak sah, meskipun fatwa ini
bersifat tidak mengikat. Pernikahan semacam ini dianggap dapat merusak tujuan-
tujuan syari'ah Islam dan tujuan asal dari pernikahan, yang seharusnya
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Lama kelamaan,
perbedaan dalam praktik beribadah bisa mengaburkan hubungan ini dan merusak
tujuan pernikahan.7
7
Yahya, Syarifah Sofwah, and Ramdan Fawzi. "Tinjauan Fatwa Mui Nomor 4 Tahun 2005 dan
Fikih Munakahat terhadap Praktik Perkawinan Beda Agama di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunung Kidul." Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam (2021): 43-46.
D. Implikasi Pernikahan Beda Agama
8
Departemen agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 1084
agama syirik meskipun Allah mensifati mereka dengan musyrik. Pada hakikatnya
asal muasal agama Nasrani dan Yahudi bukan termasuk yang mengajarkan syirik,
karena agama mereka dibawa oleh Nabi Allah yaitu Musa dan Isa. Kedua Nabi
tersebut adalah utusan Allah yang mengajarkan Tauhid kepada umatnya9.
Akan tetapi, jika melihat fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia bahwa pernikahan laki-laki/wanita Muslim dengan laki-laki/wanita
non-Muslim baik musyrik maupun ahl al-Kitab adalah haram hukumnya. Maka
menurut penulis, status anak yang dilahirkan dari pernikahan tersebut tidak sah
menurut agama, atau status anak tersebut adalah anak haram.
Artinya:” ..... Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”10
Artinya: Seorang muslim tidak mewarisi kepada orang-orang kafir, begitu pula
orang kafir tidak bisa mewarisi kepada orang muslim. (HR. Bukhari dan Muslim).
9
Budi Handrianto, Pernikahan Beda Agama (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), h.66-67
10
Departemen agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 146.
sebelumnya, perbedaan agama tidak bisa untuk saling mewarisi. Dengan demikian
dalam keadaan seperti ini, anak tidak lagi sebagai ahli waris utama karena
terhalang perbedaan agama. Dalam hukum kewarisan, kerabat yang tidak
mendapat pusaka karena ada suatu penghalang bisa mendapatkan harta orang
yang meninggal melalui wasiat wajibah.11
Dampak Psikologis
11
Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997), h.301
b. Pasangan beda agama biasanya bukannya semakin bertambah keimanan mereka
terhadap agamanya. Tapi sebaliknya, semakin melemahkan iman mereka. Dan
demi toleransi dan kerukunan masing-masing meraka melepaskan prinsip-prinsip
aqidah agamanya sendiri tanpa disadari telah terjadi ‘erosi iman’.
Dampak Sosiologis
Dampak Teologis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara dua orang yang berbeda
agama dan masing-masing tetap mempertahankan agama yang dianutnya. Semua
ulama sepakat bahwa pernikahan dengan wanita musyrik adalah haram hukumnya,
sedangkan pernikahan dengan ahl al-Kita>b ada yang membolehkan dan ada juga yang
mengharamkan. Dampak pernikahan beda agama a. Perbedaan agama dalam pernikahan
dapat menimbulkan tekanan psikologis, berupa konflik kejiwaan yang pada gilirannya
mengakibatkan disfungsi pernikahan itu sendiri. b. Perbedaan agama antara ayah dan ibu
dapat membingungkan anak dalam hal memilih agama, apakah ia memilih agama
ayahnya atau memilih agama ibunya.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami
butuh kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat
berguna bagi kami dan pihak lainnya yang berkepentingan pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA