Dosen Pengampu:
Ibnu Muchlis,M.Hum.
Disusun oleh kelompok: 2
Muh. Ngainunajib 210315326
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Membicarakan soal perkawinan selalu menarik, karena dalam lembaga
yang unik ini penjumlahan dalam matematik tidaklah berlaku : satu tambah
satu sama dengan dua. Dalam lembaga istimewa ini mungkin saja satu tambah
satu sama dengan tiga,lima,tujuh,sepuluh. Yang dimaksud dan yang akan
dilakukan adalah meninjau soal perkawinan dari sudut hukum islam yaitu
hukum yang didasarkan ajaran dan merupakan bagian agama islam.
Dalam hukum islam, kata perkawinan dikenal dengan istilah nikah.
Menurut ajaran islam melaksanakan pernikahan berarti melaksanakan ibadah.
Melakukan perbuatan ibadah berarti juga melaksanakan ajaran agama. “Barang
siapa yang menikah berarti ia telah melaksanakan separuh (ajaran) agamanya,
yang separuh lagi, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah. Demikian sunnah
qauliyah (sunah dalam bentuk perkataan) Rasulullah.
Bahwa agama islam menganjurkan bahkan mewajibkan seseorang
(kalau sudah memenuhi illat atau alasanya) untuk kawin dapat dibaca dalam
Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah yang kini terekam dengan baik dalam kitab-
kitab haditys. Tujuanya jelas agar manusia dapat melanjutkan keturunan,
membina sakinah,mawwadah,warrahmah dalam kehidupan berkeluarga.
Dalam kepustakaan hukum Indonesia, istilah perkawinan campuran
mempunyai arti yang luas. Ke dalamnya termasuk juga perkawinan antara
orang-orang yang berlainan kewarganegaraan, tempat,golongan,dan agama.
Karena perbedaan perbedaan tersebut ,berlainan pula hukum yang mengatur
perkawinan mereka.
B. Rumusan Masalah
Adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu kita dalam
membahas masalah ini, yaitu meliputi:
1. Bagaimana Konsep dan Pengertian Nikah Beda Agama?
2. Apa saja dampak negative pernikahan beda agama?
3. Bagaimana hukum pernikahan beda agama ?
1
22
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Ali Hasan ,Masail Fiqhiyah al-Haditsah: Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), 1-2
2
3
2
M. Ali Hasan ,Masail Fiqhiyah al-Haditsah: Masalah-Masalah Kontemporer
Hukum Islam. 14
4
3
Mohammad Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja grafindo
persada), 66
5
امنا ِ رٞ ة ا ُّم ۡاؤ ِمنَةٌ اخ َۡيٞ او ََل َ َام ن َات ا َحت َّ َٰى ايُ ۡؤ ِم َّا ل اتَن ِك ُحواْ ا ۡٱل ُم ۡش ِر َٰ َك ِا َو َ ا
اٞاو َل اتُن ِك ُحواْ اٱ ۡل ُام ۡش ِر ِاكينَا ا َحات َّ َٰى ايُ ۡؤ ِمنُواْ ا َولَا َع ۡبد َ اولَ ۡو اأ َ ۡع َج َب ۡت ُك ۡۗۡم
َ ُّم ۡش ِر َك ٖة
ارا َاو َّا
ٱّللُا عونَاا ِإلَىاٱلنَّ ِا ُ اولَ ۡواأ َ ۡع َج َب ُك ۡۗۡاماأ ُ ْاو َٰالَ ِئ َكا َي ۡادَ امنا ُّم ۡش ِر ٖك ِ رٞ ُّم ۡؤ ِم ٌناخ َۡي
اس الَا َعلَّ ُه ۡما ِ َّعواْ ا ِإلَى ا ۡٱل َجنَّ ِاة ا َاو ۡٱل َم ۡغ ِف َر ِاة ا ِبإ ِ ۡذ ِن ِهۦا ا َاويَُاب ِي ُن ا َءا َٰ َي ِت ِاهۦ ا ِللن ُ َي ۡد
ا ا٢٢١يَتَذَ َّك ُرونَ ا
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada
manusia supaya mereka mengambil pelajaran” (QS. Al Baqoroh:
221)
4
Masjfuk zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: CV Haji
Mas Agung,1992), 5
7
ل الَّ ُك ۡاماٞ ب ا ِح طعَا ُم اٱالَّذِينَا ااأ ُوتُواْ اٱۡال ِك َٰت َ َا َ لطيِ َٰبَتُا ا َو َّ ٱ ۡليَ ۡو َام اأ ُ ِح َّل الَ ُك ُم اٱ
ص َٰنَتُا ا ِمنَ اٱلَّذِينَاا َ ح ت ا َاوٱ ۡل ُم ۡا ص َٰنَتُا ا ِمنَ اٱ ۡل ُام ۡؤ ِام َٰنَ ِا
َ اوٱ ۡل ُم ۡح ل الَّ ُه ۡم َاٞ اح
ِ ط َعا ُم ُك ۡم َ َو
صنِينَ اغ َۡي َرا ِ ح ن ا ُم ۡا ور ُه َّا
ج َا ب ا ِمن اقَ ۡب ِل ُك ۡم ا ِإذَا ا َءات َ ۡيت ُ ُموهُا َّن ااأ ُ ُا أُوتُواْ اٱ ۡل ِك َٰت َ َا
ط ا َع َملُ اهۥُ ا َاوهُ َواَ ن افَقَا ۡد ا َح ِب او َمنا َي ۡكفُرۡا اِابٱ ۡ ِۡلي َٰ َم ِا َ ان ٖۡۗ َاو َل ا ُمت َّ ِخذِي اأ َ ۡخد َ َس ِف ِحين َ َٰ ُم
ا ا٥ِفياٱ َۡل ِخ َر ِاةا ِمنَ اٱ ۡل َٰ َخس ِِرينَاا
Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan
mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum
kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir
sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka
hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang
merugi”
nabi Isa dan ibunya Maryam bagi umat Kristen, dan kepercayaan Uzair
putra Allah dan mengkultuskan Haikal nabi Suliman bagi umat Yahudi.5
5
Husain M. Yusuf, Motivasi Berkeluarga, (Terjemah), (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
Cet. Ke-4, 1994), 24
10
6
Abd. Mua’al M. Al-Jabri, Perkawinan Antar Agama Tinjauan Islam (Terjemah),
Risalah Gusti, surabaya Cet. Ke-2, 1993), 36
11
BABA III
KESIMPULAN
Secara etimologi, pernikahan berarti “persetubuhan”. Ada pula yang
mengartikannya “perjanjian” (al-Aqdu). Secara terminology pernikahan
menurut Abu Hanifah adalah “Aqad yang dikukuhkan untuk memperoleh
kenikmatan dari seorang wanita yang dilakukan dengan sengaja”.
Pengukuhan disini maksudnya adalah sesuatu pengukuhan yang sesuai
dengan ketapatan pembuatan syari’ah, bukan sekedar pengukuhan yang
dilakukan oleh dua orang yang saling membuat aqad (perjanjian) yang
bertujuan hanya sekedar untuk mendapatkan kenikmatan semata.
Tujuan dari Pernikahan adalah untuk memperoleh ketentraman dan
ketenangan jiwa serta mendapat keturunan yang baik. Namun kebanyakan
keturunan dari pernikahan beda agama hanya sedikit atau tidak mendapatkan
pendidikan agama dan identitas agama dari kedua orang tuanya. maka untuk
kepentingan umat islam Indonesia (MUI) tanggal 1 juni 1980 mengeluarkan
fatwa, “mengharamkan perkawinan laki-laki muslim dengan wanita
nonmuslim (termasuk wanita ahlukitab)”. Dalam kenyataan, banyak
perkawinan antara orang-orang yang berbeda agama berakhir perceraian.
Atau, kalau pernikahan berbeda agama itu dapat berlangsung terus, karena
konflik atau pertentangan yang melekat pada dirinya, kehidupan dalam
keluarga yang demikian, tidak akan harmonis. Berikut ini beberapa macam
pernikahan beda agama:
A. Mengenai masalah pernikahan pria muslim dengan wanita bukan ahli
kitab, islam membedakan hukumnya sebagai berikut:
1. Perkawinan Anatar Seorang Pria Muslim dengan Wanita Musyrik
2. Perkawinan dengan Wanita Majusi
3. Perkawinan dengan Wanita Shabi'ah
4. Perkawinan dengan Wanita Penyembah Berhala
B. Perkawinan Antara Seorang Pria Muslim dengan Wanita Ahlulkitab.
C. Perkawinan Antara Seorang Muslimah dengan Pria Non Muslim.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Masjfuk zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: CV Haji
Mas Agung,1992), 5
Mohammad Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja
grafindo persada), 66