Anda di halaman 1dari 9

SYARAT SAH PERNIKAHAN

Nama : Kharisma Widiyarti

NIM : 221221092

Kelas : BKI 2C

Dosen Pengampu: Dr. H. Kholilurrohman, M.Si

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan penyatuan dua lawan jenis anak adam dalam sebuah
ritual agama yang menghalalkan hubungan biologis keduanya serta menyatukan
antara kedua keluarga pasangan tersebut. Namun ada pula yang mendefinisikan
pernikahan merupakan suatu hal yang religious dimana suatu hubungan antara dua
insan manusia yaitu laki-laki dan perempuan yang telah dewasa memiliki hasrat
untuk bersatu dan berjanji dalam ikatan yang suci sebagai suami isteri untuk
membentuk keluarga yang bahagia serta memperbanyak keturunan. 1 Tujuan dari
pernikahan yaitu membuat lebih dekat dengan Allah SWT, bukan malah menjadi
jauh dan lupa akan kewajibannya.
Dalam menentukan pasangan Rasulullah SAW menganjurkan empat hal
yang harus diperhatikan yaitu hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya dan utamakan dia yang beragama dalam hal ini berarti menjalankan
syariat agama islam. Walaupun letak agama itu paling terakhir namun Rasulullah
SAW sangat menganjurkan sekali untuk menikahi seseorang paling diutamakan
atau diperhatikan adalah berdasarkan agamanya, dia yang menjalankan agama,
yaitu agama Islam.

1
Makalew, Jane Marlen.2013.Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia. Lex
Privatum 2 (1).hlm 131

1
Umar pernah berkata kepada Hudzaifah yaitu bila orang-orang islam
mengawini perempuan kitabiyah, maka siapakah yang mengawini perempuan
islam? Dan beliau melarang pernikahan seorang muslim menikahi perempuan
kitabiyah. Arti maksud kitabiyah disini yaitu seseorang yang bukan agama Islam.
Perkataan Umar ini menunjukkan bahwasanya wajib bagi seorang beragama islam
menikah dengan agama islam pula.2
Namun pada kenyataanya, zaman sekarang sudah tidak asing dengan kabar
bahwasanya orang muslim menikah dengan orang bukan islam. Baik itu laki-laki
muslim yang menikah dengan perempuan non-islam atau perempuan islam yang
menikah dengan laki-laki non islam. Tentu sudah menjadi berita yang wajar saja.
Banyak kalangan manusia yang dengan nekat menikah dengan beda agama tanpa
memikirkan akibat setelahnya. Dari beberapa orang tersebut dengan memakai
alasan cinta.
Padahal dari pernikahan beda agama itu akan menimbulkan berbagai
masalah. Akibat yang timbul pada pernikahan beda agama yaitu memudarnya
rumah tangga yang telah dibina belasan tahun. Dan masalah pernikahan beda
agama apabila dikaruniai keturunan, tentunya akan berpengaruh pada kedudukan
anak serta anak bagaimana menjaga hubungan baik antara anak dan orang tua.
Masalah yang timbul disini adalah berebut pengaruh agar anaknya mengikuti
agama yang diyakininya. Kalau ayahnya islam, maka dia ingin anaknya juga islam.
Begitupun dengan ibunya, ibunya yang memiliki agama katolik ia pun
menginginkan anaknya beragama katolik pula. Maka anak pun terbebani mentalnya
dalam memilih atau menganut agama mana yang akan dianutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Rukun dan syarat pernikahan?
2. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan beda agama?
3. Bagaimana hukum pernikahan beda agama?

2
Isnawati.Pernikahan Beda Agama.hlm 7

2
C. Pembahasan
1. Rukun dan Syarat Pernikahan
a. Rukun Pernikahan
Menurut jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri dari:
1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
2) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
3) Adanya dua orang saksi.
4) Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak perempuan, dan dijawab oleh calon pengantin laki-
laki.3
b. Syarat Pernikahan
Menurut ulama Hanafiyah syarat pernikahan ada beberapa macam,
diantaranya:
1) Syurut al in’iqad, yaitu syarat yang menentukan terlaksananya suatu
akad perkawinan. Dalam hal ini yaitu akad.
2) Syurut as sihhah, yaitu sesuatu yang keberadaanya menentukan dalam
perkawinan. Apabila syarat ini tidak atau belum terpenuhi, maka
perkawinan tidak sah atau batal. Contohnya yaitu mahar dalam setiap
perkawinan.
3) Syurut an nufuz, yaitu syarat yang menetukan kelangsungan suatu
pernikahan. Dalam hal ini seperti wali.
4) Syurut al luzum, yaitu syarat yang menentukan kepastian suatu
pernikahan, dalam hal ini kelanjutan berlangsungnya suatu perkawinan
tergantung pada syarat itu. Dalam hal ini suami sekufu dengan istrinya.

Secara garis besar bahwa syarat pernikahan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

3
Slamet Abidin dan H. Aminuddin. Fiqih Munakahat 1. (Bandung:CV.Pustaka Setia.1999)hlm.72

3
1) Calon mempelai wanita halal dinikahi laki-laki yang ingin
menjadikannya istri.
2) Akad nikahnya dihadiri para saksi, dalam hal ini saksi yang menghadiri
akad nikah haruslah dua orang laki-laki, islam, baligh, berakal, melihat,
mendengar dan mengerti (paham) akan maksud dan tujuan akad nikah.4
2. Faktor yang Mengakibatkan Pernikahan Beda Agama
a. Pergaulan hidup sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Indonesia
memang merupakan masyarakat yang heterogen atau terdiri dari atas
beranekaragam suku, agama, dan ras. Dalam pergaulan kehidupan sehari-
hari, kita tidak pernah dibatasi dalam masalah bergaul. Hal ini sangat
berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat yang ada di Indonesia yang
sudah terlalu erat dalam bergaul tanpa melihat perbedaan agama yang satu
dengan yang lainnya sehingga perasaan cinta yang tidak dapat dihindari.
b. Pendidikan tentang agama yang minim. Banyak orang tua yang jarang
maupun tidak pernah mengajarkan anak-anaknya sedini mungkin tentang
agama.Sehingga dalam pertumbuhannya menjadi dewasa ia tidak
mempersoalkan agama yang diyakininya. Sehingga dalam kehidupannya
sehari-hari tidak mempermasalahkan apabila memiliki pasangan yang
berbeda agama hingga sampai kejenjang perkawinan.
c. Latar belakang orang tua. Faktor ini juga sangat penting, karena pasangan
yang menikah beda agama tentu tidak lepas dari adanya latar belakang
orang tua. Banyak pasangan yang menikah dengan pasangan yang berbeda
agama karena melihat orang tuanta juga adalah pasangan yang berbeda
agama.
d. Kebebasan memilih pasangan. Tentu sekarang asalah zaman yang mofrtn,
tidak seperti dulu yang dinamakan dengan zaman siti nurbaya, yang pada

4
Ja’far, Kumedi.2021.Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia.Bandar Lampung:Arjasa Pratama.hlm
35-37.

4
zaman tersebut orang tua masih saja mencarikan jodoh untuk anak-anaknya.
Sekarang adalah zaman modern dimana para laki-laki dan perempuan
dengan mudah dan bebas dalam memilih pasangan sesuai dengan
keinginannya.5
3. Hukum Menikah Beda Agama
a. Menurut Hukum di Indonesia
Undang-undang perkawinan relatif jelas tidak memperbolehkan orang
yang memiliki perbedaan agama itu melangsungkan pernikahan, karena
dianggap sah apabila kedua mempelai tunduk pada suatu hukum yang tidak
ada larangan pernikahan dalam agamanya, hal ini tidak berarti lepas dari
masalah. Sebaliknya, ia mengundang banyak penafsiran. Penafsiran
terhadap ketentuan itu akan memunculkan penafsiran, yaitu Tafsiran bahwa
perkawinan beda agama merupakan larangan terhadap UU No.1/1974 pasal
2 ayat 1, yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu. Dalam
penjelasan UU ditegaskan bahwa dengan perumusan pasal 2 ayat 1 ini tidak
ada perkawinan diluar hukum masing-masing agama dan kepercayaannya
itu.
Secara normatif, perkawinan beda agama dalam KHI dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1) Perbedaan agama sebagai kekurangan syarat perkawinan.
Pada pasal 44 menerangkan larangan seorang wanita islam dilarang
menikahi seorang pria non islam.
2) Perbedaan agama sebagai alasan pencegahan perkawinan.
3) Beda agama sebagai alasan pembatalan perkawinan.6
b. Menurut hukum Islam

5
Makalew, Jane Marlen.2013.Akibat Hukum Dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia.Lex
Privatum, 2 (1): 138-139
6
Zainal Arifin.2019.Perkawinan Beda Agama.Jurnal Lentera, 1 (18).hlm 151-153

5
Tentunya dalam islam menikah beda agama atau berbeda keyakinan
itu sangat dilarang. Allah sudah berfirman pada beberapa surat dalam Al
Quran yaitu pada QS. Al Baqarah: 221, QS. Al Maidah: 5, Al Mumtahanah:
10. Pada ketiga surat tersebut sudah jelas-jelas melarang bahwa tidak boleh
menikah dengan berbeda agama. Berikut arti dari ketiga surah diatas.
1) QS. Al Baqarah: 221
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik
dari pada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan
beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki
yang beriman lebih baik dari pada laki-laki musyrik meskipun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah
mengajak ke surge dan ampunan dengan izin-nya. (Allah) menerangkan
ayat-ayatnya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang musyrik dan
kafir tidak boleh dinikahi oleh orang muslim, demikian pula ahli kitab
pada zaman sekarang, karena dianggap melenceng dari ayat tersebut.
Pada kata musyrik pada arti surah ini juga memiliki makna yang senada
dengan QS. Al Baqarah: 105 yang berbunyi “orang-orang kafir yang
ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan (diturunkannya
suatu kebaikan kepadamu dari tuhan).” Serta pada QS. Al Bayyinah: 11
yang berbunyi “orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan
(agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.”7

7
Suhadi.2006.Kawin Lintas Agama Perspektif Kritik Nalar Islam.Yogyakarta:LKis.hlm 22

6
2) QS. Al Maidah: 5
“Pada hari ini, dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi
mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan
yang menjaga kehormatan diantara perempuan-perempuan yang
beriman dan perempuan perempuan yang menjaga kwhrmatan diantara
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar
maskawin mereka untuk menikahinya, tidak maksud berzina dan bukan
untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa kafir setelah
beriman, maka sungguh sia-sia amal mereka dan diakhirat dia termasuk
orang-orang yang rugi”.
3) QS. Al Mumtahanah: 10
“Wahai orang-orang beriman! Apabila perempuan-perempuan mukmin
datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; jika kamu
telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah
kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir (suami-suami
mereka). Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang
kafir itu tidak halal bagi

Dari ketiga ayat diatas bisa kita artikan bahwasanya menikah dengan
berbeda agama. Baik itu wanita muslimah tidak boleh menikah dengan pria non-
islam, termasuk dengan ahli kitab. Pria muslim pun tidak boleh menikah dengan
wanita non-islam.

D. Kesimpulan

Pernikahan merupakan penyatuan antara laki laki dan perempuan dari anak
adam dalam ikatan yang sah. Adapun rukun nikah, antara lain: Adanya calon suami
dan istri yang akan melakukan perkawinan, adanya wali dari pihak calon pengantin

7
wanita, adanya dua orang saksi dan sighat akad nikah. Adapun syarat pernikahan
yaitu wanita yang dinikahinya merupakan yang bukan maghram bagi pihak pria
dan pernikahan tersebut dihadiri oleh para saksi, tujuan dari pada adanya saksi
tersebut agar tidak terjadinya fitnah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pernikahan beda agama, yaitu pengaruh pergaulan kehidupan sehari-hari dalam
kehidupan bermasyarakat, pendidikan tentang agama yang minim, latar belakang
orang tua, kebebasan memilih pasangan serta meningkatnya hubungan social anak-
anak muda Indonesia dengan anak-anak muda dari mancanegara. Hukum
pernikahan beda agama, disini dalam perspektif hukum di Indonesia dan hukum
islam. Pada hukum di Indonesia diatur pada undang-undang perkawinan yang
menyebutkan bahwasanya tidak diperbolehkan orang yang berbeda agama untuk
melangsungkan perkawinan. Tidak berbeda dengan hukum islam, pada hukum
islam sendiri juga tidak memperbolehkan adanya pernikahan beda agama.

DAFTAR REFERENSI

Isnawati.Pernikahan Beda Agama.Jakarta:Lentera Islam

Ja’far, Kumedi.2021.Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia.Bandar Lampung:Arjasa


Pratama

Makalew, Jane Marlen.2013.Akibat Hukum dari Perkawinan Beda Agama di


Indonesia. Lex Privatum

Abidin, Slamet dan H. Aminuddin.1999.Fiqih Munakahat 1. (Bandung:CV.Pustaka


Setia.

Suhadi.2006.Kawin Lintas Agama Perspektif Kritik Nalar Islam.Yogyakarta:LKis

Arifin, Zainal.2019.Perkawinan Beda Agama.Jurnal Lentera. Diakses di


http://www.ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/lentera/article/view/175

8
9

Anda mungkin juga menyukai