PENDAHULUAN
sarana untuk menciptakan kehidupan yang damai, aman dan sejahtera dalam
suasana cinta dan kasih sayang di antara para anggotanya.1 Keluarga juga
merupakan komunitas terkecil dalam kerangka sosial yang mencakup suami istri
sebagai sumber daya yang penting bagi kelahiran anak dan generasi penerus.
Keluarga yang dimaksud terdiri dari suami istri yang dibentuk oleh perkawinan
yang sah baik secara agama maupun secara nasional, yang terdaftar menurut
Islam, dilakukan oleh pegawai kantor catatan sipil, sebagaimana diatur dalam
Dalam Islam, perkawinan bukan hanya sekedar akad antara dua pihak,
seperti halnya perkawinan dalam budaya modern atau dalam beberapa budaya
Barat, baik akad itu tertulis, dicatat, maupun diucapkan. Namun, pernikahan
dalam Islam adalah perjanjian antara dua keluarga, yang disaksikan oleh dua orang
1
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender Edisi Revisi (Malang: UIN
Maliki Press, 2013), 33.
2
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta : Akademik Presindo,
2010), 114.
1
2
saksi adil dan wali istri.3 Pasangan suami istri yang tepat akan menciptakan rumah
yang dipenuhi kedamaian, cinta, dan kasih sayang. Hal ini diupayakan dengan
mencari calon suami atau istri yang baik menurut agama dan Islam menganjurkan
umat Islam untuk mencari calon istri yang selaras dengan agama yang sama. jika
suami istri berbeda agama dan kepercayaan, maka akan mudah menimbulkan
dan juga golongan yang melarang perkawinan beda agama. Perbedaan pemikiran
ini muncul karena dalil atau argumentasi mengenai perkawinan beda agama masih
perlu digali lebih dalam dan detail. Artinya belum ada kepastian hukum yang jelas,
sehingga diperlukan ijtihad dalam hukum yang membolehkan dan yang melarang.
4Bagi kelompok yang melarang nikah beda agama seperti Umar bin Khattab, dalil
yang dijadikan dasar larangan nikah beda agama mengacu pada QS. al-
kafir dan QS. al-Baqarah ayat 221 yang menyatakan larangan menikah dengan
orang musyrik. Kedua dalil ini digunakan sebagai dasar untuk menolak
Adapun golongan kedua, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu
3
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2016), 40
4
Ibrahim Hosein, Fikih Perbandingan Masalah Perkawinan (Jakarta: Pustaka Firdaus
2003), 289.
3
menikahi wanita Ahl al-Kitab berdasarkan surat al-Baqarah ayat 221 dan
masalah hukum akan menghasilkan produk hukum yang berbeda apabila dalil
tersebut dipahami oleh orang yang berbeda. Maka metode penggalian hukum yang
dilakukan untuk menentukan suatu hukum merupakan kunci yang sangat penting
pandangan tersendiri, namun tetap menjaga hirarki yang ada dalam hukum Islam,
Al Quran, Wahbah az-Zuhaili lebih dominan di bidang fikih, terbukti dari tulisan-
sebagai perbandingan untuk menggali produk yang sahih, yaitu pendapat ulama
menikahi wanita Ahl Al-Kitab. Meskipun dalam perkawinan beda agama Wahbah
beda agama.5
5
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu, vol.7 (Dar al-Fikr, Damaskus, 1985),
147.
4
Isu pernikahan beda agama saat ini menjadi isu nyata yang perlu
perkawinan beda agama karena keragaman agama dan kepercayaan yang ada di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
6
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta :Akademik Presindo,
2010), 123.
5
C. Tujuan
D. Manfaat
Adapun dalam penelitian ini ada dua manfaat yang diperoleh yaitu
1. Manfaat Teoritis
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan referensi bagi para
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi diri dan pedoman
E. Definisi Operasional
1. Analisis
yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga
2. Pemikiran
Pemikiran berasal dari kata pikir atau berpikir yang berarti proses yang
penalaran.8
7
Dewi Kurniasih, Teknik Analisa (Bandung : Alfabeta, 2021), 2.
8
Richards I. Arends, Leraning To Teaching (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), 43.
7
3. Wahbah Az-Zuhaili
Wahbah bin Musthofa Az-Zuhaili adalah salah satu sosok ulama’ ahli
fikih dari Suriah. Lahir pada bulan Maret tahun 1932 M./ 1351 H. di daerah
Fiqhi Al-Islamy.9
Pernikahan beda agama atau bisa disebut juga pernikahan antar agama
non muslim atau sebaliknya. Adapun fokus penelitian ini adalah Pernikahan
antara laki-laki muslim dengan wanita Ahl al-Kitab yaitu wanita yang
Indonesia.
F. Penelitian Terdahulu
9
Dr. Badi’ As Sayyid Al Lahham, Wahbah Az Zuhaily (Damaskus: Dar al-Qolam, 2001),
11.
10
Wahbah Zuhaili, al-fiqh al-Islam wa Adillatuhu, vol.7 (Dar al-Fikr, Damaskus, 1985),
153.
8
kesetaraan atau sama dalam derajat dan martabat antara suami dan istri.
Kesamaan ini terwujud dalam berbagai hal, kecuali agama karena semua
penelitian ini bahwa perkawinan beda agama menurut hukum Islam tidak
perkawinan antar agama karena semua hak dan kebebasan yang tercantum
11
Khoiratul Fauziyah, “Konsep Kafa’ah Dalam Menikah Menurut Hadits Nabi : Kajian
Ma’ani Al-Hadith Dalam Sunan Al-Kabir Karya Al-Baihaqy No. Indeks 13.769”, (Skripsi, UIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2018), 110.
12
Rahma Nurlinda Sari, “Pernikahan Beda Agama Di Indonesia Ditinjau Dari Hukum
Islam Dan HAM”, (Skripsi, UIN Raden Intan, Lampung, 2018), 93.
9
QURAN (Kajian sosio historis terhadap QS. Al- Mumtahanah /60:10) hasil
G. Landasan Teori
1. Pengertian Nikah
kitab-kitab fikih klasik disebut dengan dua kata nikah dan zawaj.16
13
Dede Rihana, “Pernikahan Beda Agama Perspektif Al-Quran : Kajian sosio historis
terhadap QS. Al- Mumtahanah /60:10”, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017), 42.
14
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/ pentafsiran Al-Qur’an, 1973), 468.
15
Amir Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia : Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dan Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Prenada
Media,2004), 38.
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fiqh Munakat dan
Undang-undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2006), 35.
10
maka nikah diartikan sebagai akad yang sangat kuat untuk memenuhi
suatu akad atau perjanjian yang menjadikan hubungan seksual antara seorang
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan sila pertama
sangat penting.
Menurut jumhur ulama, rukun adalah hal-hal yang harus dipenuhi agar
syarat adalah sesuatu yang harus ada, tapi bukanlah bagian dari hakekat.19
17
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh ala Al-Madzahib Al-Arba’ah ,vol.4 (t.t : Dar alFikr, t.th),
2.
18
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam suatu analisis dari UU No. 1 Tahun 1974
dan kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), 1
19
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Damskus: Dear AlFikr, 1980), 36
11
a. Menurut Jumhur Ulama, rukun nikah ada empat, yaitu ijab kabul
calon suami istri halal untuk menikah (tidak ada yang menghalangi satu
sama lain untuk menikah), ijab dan qabul (shighat), saksi, tidak ada
ada penyakit berbahaya antara dua pasutri, dan ada wali nikah.
b. Akad nikah disaksikan oleh para saksi, dalam hal ini saksi yang
20
Ibrahim Mayert dan Abd al-Halim Hasan, Pengantar Hukum Islam di Indonesia,
(Jakarta : Garuda, 1984), 333.
21
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakat, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2003), 49-
50.
12
Jadi orang yang tuli, yang tidur dan yang mabuk tidak bisa menjadi
saksi.
berihram
bukan mahrom, dan tidak dalam masa iddah, merdeka, bebas dari
nikah) yang tidak memenuhi syarat dan rukun akan berakibat batal dan
tidak sah.
13
(mix marriage). Di dalam al-Qur’an terdapat tiga ayat yang secara tekstual
10, mengenai larangan orang Islam menikah dengan orang kafir. Ketiga,
laki-laki Ahl al-Kitab dan kebolehan lelaki orang muslim menikah dengan
tidak boleh menikah dengan non muslim yang musyrik yaitu orang yang
22
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, vol. 7, (Damskus: Dear AlFikr,
1980), 153.
14
laki non muslim, baik dari kalangan musyrik maupun ahl al-kitab.
wanita ahl al-kitab adalah boleh, dan Sebagian ulama’ berpendapat tidak
boleh.
1. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
Maha Esa.
yang berlaku.
atas;
15
ibu/bapak tiri;
kemenakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari
seorang;
H. Metodologi Penelitian
penelitian dengan hasil yang lebih baik. Pada dasarnya penelitian yang penulis
1. Jenis Penelitian
yang berbentuk fikih maupun sumber-sumber lain yang relevan dengan topik
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, Jakarta
: yayasan Peduli Anak Negeri, t.t.
16
2. Fokus Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data itu
diambil. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder.
a. Sumber primer
b. Sumber sekunder
literatur ilmiah, karya ilmiah dan pendapat para ahli sesuai dengan topik
penelitian.
17
Dalam penelitian ini, triangulasi adalah salah satu alat penguji data
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan
I. Sistematika Penulisan
utuh yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain serta merupakan
penulis memaparkan ke dalam empat bab, dimana setiap bab terbagi dalam
BAB I Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
penelitian ini.
BAB II Bab ini berisi landasan teori atau kajian pustaka yang membahas
islam, dalam bab ini akan dibahas pengertian nikah, syarat, rukun
BAB III Bab ini merupakan pembahasan dan hasil penelitian yang berisi
BAB IV Bab ini merupakan penutup yang berarti kesimpulan, dan saran