Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Analisa Mengenai Bank Asi dan Bank Sperma Menurut Perspektif Hukum

Islam

Mata Kuliah : Masailul Fiqhiyah

Dosen Pengampu : Najmia Nur Izzati S.H.,M.H

Disusun Oleh :
Muhammad Nur Khosyim
2021508074

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “ Analisa Mengenai Bank Asi dan Bank Sperma Menurut Perspektif Hukum
Islam”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Semoga hasil dari makalah ini dapat
bermanfaat untuk berbagai kalangan agar bisa sedikit paham tentang bagaimana hukum hukum
tentang bank asi dan bank sperma ini
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat mengevaluasi makalah yang
kami tulis ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakat dan bisa
lebih paham tentang bank asi dan sperma menurut hukum islam.

Samarinda, 30 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang…………………………………………………………………...1

B.Rumusan Masalah………………………………………………………………..1

C.Tujuan Pembelajaran……………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Bank Asi………………………………………………………….….3

2.Bank Asi menurut perspektif hukum Islam………………….……………….….4

3.Pendapat ulama mengenai bank asi…………………………..………………….6

4.Pengertian Bank Sperma……………………………………….………………..8

5.Bank sperma menurut hukum Islam…………………………….……………….9

6.Larangan menjual belikan sperma………………………………………………11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………….13

Saran……………………………………………………………...………………14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……………..15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Bank asi ataupun bank sperma ialah sebuah inovasi yang diciptakan oleh para ahli yaitu
yang dimana hal ini bertujuan untuk membantu manusia yang memiliki kekurangan baik dari sisi
asi ataupun sperma,inovasi bank asi dan bank sperma sejauh ini sudah banyak sekali membantu
manusia manusia lainnya, karena banyak sekali diluar sana seorang ibu ataupun ayah yang
memang kurang dalam hal tersebut, maka dari itu hadirnya bank asi dan bank sperma ini sangat
sangat membantu banyak sekali manusia. Dan dalam hal ini pun pihak kedokteran dan beberapa
lembaga kemanusiaan setuju dengan adanya inovasi ini, selain dapat membantu seseorang yang
membutuhkan, hal ini juga bermanfaat bagi pendonor, sehingga banyak yang setuju atas adanya
inovasi bank asi dan bank sperma ini. Lalu bagaimana dengan hukum islam sendiri?, dalam
kasus ini banyak sekali pendapat ulama yang berpendapat mengenai bank asi dan sperma ini,
menurut MUI berpendapat bahwa mendonorkan sperma atau menjual belikan sperma itu haram,
sedangkan mendonorkan asi itu diperbolehkan, maka dari itu akan kita bahas mengenai bank asi
dan bank sperma menurut hukum Islam.

B.Rumusan Masalah
1. Apa itu bank Asi?
2. Bagaimana hukum bank asi menurut perspektif hukum islam?
3. Bagaimana pendapat bank asi menurut para ulama?
4. Apa itu bank sperma?
5.Bagaimana hukum bank sperma menurut perspektif hukum islam?\
6. Apakah adanya bank sperma itu dilarang dalam islam?

C. Tujuan Pembelajaran
1.Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Bank Asi
2.Mahasiswa dapat mengetahui dan menganalisa bank asi menurut hukum Islam
3.Mahasiwa dapat mengetahui bank asi menurut para ulama

1
4.Mahasiswa mengetahui pengertian dari Bank Sperma
5.Mahasiswa dapat mengetahui bank sperma menurut hukum Islam
6.Mahasiwa dapat mengetahui ketentuan larangan jual beli sperma

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Bank Asi


Bank ASI adalah sebuah layanan yang mengumpulkan, meneliti, mengolah dan
menyumbangkan ASI yang yang disumbangkan oleh ibu susu yang tak secara biologis memiliki
hubungan dengan bayi penerima. Nutrisi optimum bagi bayi yang baru lahir adalah penyusuan,
jika memungkinan, selama tahun pertama. 1 Bank ASI menawarkan solusi untuk para ibu yang
tak dapat memberikan ASI mereka sendiri kepada anak mereka, karena alasan-alasan seperti bayi
berresiko terkena penyakit dan infeksi dari ibu dengan penyakit tertentu.2

Tidak semua ibu yang melahirkan dapat memproduksi ASI yang cukup untuk buah
hatinya. Ada bahkan yang tidak bisa memproduksi ASI sama sekali karena faktor tertentu. Selain
itu, ada juga kasus dimana bayi tidak mendapatkan akses untuk memperoleh ASI. Padahal, ASI
adalah sumber makanan utama selama 6 bulan pertama dan nutrisi penting bagi tumbuh
kembang bayi. Karena alasan ini maka muncullah gerakan untuk menyumbangkan ASI. Ketika
isu ini semakin membesar, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
kemudian terlibat lebih jauh.

Dibuatlah sebuah sistem agar proses sumbang-terima ASI dapat dilakukan dengan
metode yang paling aman dan sehat bagi ibu menyusui maupun bayi. Jadi tidak membahayakan
kedua belah pihak baik secara kesehatan maupun personal. Nah, dari sinilah kemudian lahir
sebuah institusi untuk menjembatani kebutuhan antara mereka yang membutuhkan ASI dan yang
mau menyumbangkan ASI. Institusi ini disebut Bank ASI dan sudah berjalan secara institusional
dengan regulasi serta standarisasi internasional dari WHO.

Bertino, Enrico; Giuliani, Francesca; Occhi, Luciana; Coscia, Alessandra; Tonetto, Paola; Marchino, Federica; Fabris,
Claudio (October 2009). "Benefits of donor human milk for preterm infants: Current evidence". Early Human
Development. 85 (10): S9–S10.
2
When Not to Breastfeed: Safety Issues for You and Baby". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-17. Diakses
tanggal 2019-08-31.

3
Sejauh ini, beberapa sumber menyebutkan bahwa praktik donor-terima ASI dalam
kacamata Islam boleh dilakukan. Ini karena ada banyak kisah dan riwayat dalam Islam yang
menampilkan bagaimana praktik serupa juga dilakukan di zaman nabi. Terutama karena
tujuannya untuk memastikan keberlangsungan hidup seorang anak. Selebihnya, hukum lainnya
lebih mengatur terkait kesehatan. Tujuannya untuk menjamin proses donor-terima ASI dapat
berlangsung dengan aman. Itu sebabnya akan ada banyal persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menjamin kondisi ASI dan kondisi bayi perima donor ASI dalam keadaan sehat.

2.Bank Asi Menurut Perspektif Hukum Islam

Perempuan yang diharamkan untuk dinikahi di antaranya akibat hubungan persusuan


sama dengan para perempuan yang diharamkan akibat hubungan nasab. 3 Ibnu Sayuti di dalam
kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa di dalam kaidah disebutkan bahwa di antara
prinsip dasar Islam adalah

"Kemudaratan itu tidak dapat tertolak dengan kemudaratan pula bahkan akan menambah
masalah."

Kaitannya dengan pembahasan ini yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu
kemudaratan, maka memberi ASI bagi bayi yang dijual di bank ASI adalah kemudaratan pula.
Maka apa yang tersisa dari bertemunya kemudaratan kecuali kemudaratan. Karena Fiqih
bukanlah pelajaran fisika dimana bila bertemu dua kutub yang sama akan menghasilkan hasil
yang berbeda. Maka tindakan karena darurat terhadap sesuatu yang dianggap darurat pula maka
tidak dibenarkan dalam Islam.4

Berdasarkan Majma’ Fiqh Islam, Majelis penelitian di bawah koordinasi OKI dalam
muktamar Islam yang diadakan pada tanggal 22 – 28 Desember 1985 menyimpulkan: “Setelah
dipaparkan penjelasan secara fiqih dan ilmu kedokteran tentang bank ASI, terbukti bahwa bank
ASI yang telah diujicoba di masyarakat Barat menimbulkan beberapa hal negatif, baik dari sisi
teknis dan ilmiah. Sehingga mengalami penyusutan dan kurang mendapatkan perhatian. Dalam
masyarakat Islam, masih memungkinkan untuk mempersusukan anak kepada wanita lain secara

3
Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islam Waadilatuhu Jilid 9.( Jakarta: Gema Insani, 2011),hlm.132
4
Ibid

4
alami. Keadaan ini menunjukkan tidak perlunya Bank ASI. OKI memutuskan untuk menentang
keberadaan bank ASI di seluruh Negara Islam serta mengharamkan pengambilan susu dari bank.5

Kerusakan yang ditimbulkan dari pendirian bank ASI: Pertama, terjadinya pencampuran
nasab jika distribusi ASI tidak diatur secara ketat. Kedua, pendirian bank ASI memerlukan biaya
yang sangat besar dan terlalu berat untuk ditanggung oleh Negara berkembang seperti Indonesia.
Ketiga, ASI yang disimpan dalam bank berpotensi terkena virus dan bakteri yang berbahaya,
bahkan kualitas ASI bisa menurun drastis dibandingkan dengan ASI yang langsung dihisap bayi
dari ibunya. Keempat, dikhawatirkan ibu dari keluarga miskin akan berlomba-lomba untuk
menjual ASI-nya kepada bank dengan harga tinggi, mingkin anak mereka diberi susu formula.
Kelima, para wanita karir yang sibuk dan punya uang akan semakin malas untuk menyusui bayi
mereka. Allah swt. berfirman:

ِ ‫ات ٱُأْل ْخ‬


‫ت‬ ُ ‫ات ٱَأْل ِخ َو َب َن‬ ُ ‫ت َع َل ْي ُك ْم ُأ َّم ٰ َه ُت ُك ْم َو َب َنا ُت ُك ْم َوَأ َخ ٰ َو ُت ُك ْم َو َع ٰ َّم ُت ُك ْم َو ٰ َخ ٰ َل ُت ُك ْم َو َب َن‬
ْ ‫حُرِّ َم‬
ٰ ٰ
‫ت نِسَٓاِئ ُك ْم َو َر ٰ َٓبِئ ُب ُك ُم ٱلَّتِى فِى‬ ُ ‫ض َع ِة َوُأ َّم ٰ َه‬ َ ٰ َّ‫ضعْ َن ُك ْم َوَأ َخ ٰ َو ُت ُكم م َِّن ٱلر‬ َ ْ‫َوُأ َّم ٰ َه ُت ُك ُم ٱلَّت ِٓى َأر‬
ٓ َ ‫ُور ُكم مِّن ِّنسَٓاِئ ُك ُم ٱ ٰلَّتِى‬
‫دَخ ْل ُتم ِب ِهنَّ َفاَل ُج َنا َح َع َل ْي ُك ْم َو َح ٰ َلِئ ُل‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫دَخ ْل ُتم ِب ِهنَّ َفِإن لَّ ْم َت ُكو ُن‬
ِ ‫ُحج‬
‫ان َغفُورً ا‬ َ ‫ف ۗ ِإنَّ ٱهَّلل َ َك‬ َ ‫ْن ِإاَّل َما َق ْد َس َل‬ ‫ُأْل‬
ِ ‫ُوا َبي َْن ٱ ْخ َتي‬ ۟ ‫ِين ِمنْ َأصْ ٰ َل ِب ُك ْم َوَأن َتجْ َمع‬ َ ‫َأ ْب َنٓاِئ ُك ُم ٱلَّذ‬
ً ‫رَّ حِي‬
‫ما‬

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;


saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui
kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

5
www. Pendapat OKI pada bank ASI.

5
3.Pendapat ulama mengenai bank asi

Ulama berbeda pandangan dalam menentukan hukum berdirinya BANK ASI. Setidaknya
ada tiga pandangan mengenai hal ini:

Pendapat Pertama bahwa mendirikan bank ASI hukumnya boleh. Dengan alasan bahwa
bayi yang mengambil air susu dari bank ASI tidak bisa menjadi mahram bagi perempuan yang
mempunyai ASI, karena susuan yang mengharamkan adalah jika dia menyusu langsung dengan
cara menghisap langsung pada perempuan yang mempunyai ASI, sebagaimana seorang bayi
yang menyusu pada ibunya. Dalam bank ASI, sang bayi hanya mengambil ASI yang sudah
dikemas. Ulama besar seperti Prof.Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa dia tidak
menjumpai alasan untuk melarang diadakannya “Bank ASI.” Asalkan bertujuan untuk
mewujudkan mashlahat syar’iyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib
dipenuhi.6

Prof.Dr. Yusuf Al-Qardhawi juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan
sebagian ASI untuk makanan golongan anak-anak lemah akan mendapatkan pahala dari Allah
swt. dan terpuji di sisi manusia. Bahkan wanita boleh menjual ASI 7 bukan sekadar
menyumbangkannya. Sebab di masa Nabi (Muhammad) saw. para wanita yang menyusui bayi
melakukannya karena faktor mata pencaharian. Sehingga hukumnya memang diperbolehkan
untuk menjual ASI. 8

Pendapat Kedua menyatakan bahwa mendirikan Bank ASI hukumnya haram. Alasannya
bahwa bank ASI akan menyebabkan tercampurnya nasab, karena susuan yang mengharamkan
bisa terjadi dengan sampainya susu ke perut bayi tersebut, walaupun tanpa harus dilakukan
penyusuan langsung, sebagaimana seorang ibu yang menyusui anaknya. Di antara ulama
kontemporer yang tidak membenarkan adanya Bank ASI adalah Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhayli.

6
Beliau cenderung mengatakan bahwa bank ASI bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam untuk memberikan
pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah
bayi yang baru dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan
7
Selain Al-Qaradhawi, yang menghalalkan bank ASI adalah Al-Ustadz Asy-Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi, ulama besar
Al-Azhar Mesir. Beliau menyatakan bahwa hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus
melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu
saksi laki-laki.
8
Bahkan Al-Qardhawi memandang bahwa institusi yang bergerak dalam bidang pengumpulan “air susu” itu yang
mensterilkan serta memeliharanya agar dapat dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak patut mendapatkan ucapan
terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh pahala

6
Dalam kitab Fatawa Mu’ashirah, menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak
dibolehkan dari segi syariah.

Demikian juga dengan Majma’ al-Fiqih al-Islamiy melalui Badan Muktamar Islam yang
diadakan di Jeddah pada tanggal 22–28 Desember 1985 M./10–16 Rabiul Akhir 1406 H.
Lembaga ini dalam keputusannya (qarar) menentang keberadaan bank air susu ibu di seluruh
negara Islam serta mengharamkan pengambilan susu dari bank tersebut.9

Pendapat Ketiga menyatakan bahwa pendirian Bank ASI dibolehkan jika telahmemenuhi
beberapa syarat yang sangat ketat, di antaranya : setiap ASI yang dikumpulkan di Bank ASI,
harus disimpan di tempat khusus dengan menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI
yang lain. Setiap bayi yang mengambil ASI harus ditulis juga dan harus diberitahukan kepada
pemilik ASI, supaya jelas nasabnya.

Dengan demikian, percampuran nasab yang dikhawatirkan oleh para ulama yang
melarang bisa dihindari. Terjadinya perbedaan pandangan ulama mengenai hal tersebut di atas
disebabkan adanya perbedaan dalam memahami tentang makna “radha’ah”, berapa batasan
umur, bagaimana cara menyusui dan berapa kali susuan. Pendirian bank ASI akan membawa
akibat yang tidak baik dan berbahaya bagi kita dan juga umat Islam. Beberapa kemudaratan yang
sangat menonjol dari proses bank ASI. Pendirian bank ASI merupakan pintu dosa, baik kepada
penjual atau pembeli. Bank ASI dari berbagai jenis golongan sehingga sangat mungkin berakibat
fatal terhadap bayi yang meminum ASI, karena pertumbuhan bayi juga ditentukan oleh kualitas
ASI yang dikonsumsi. Rasulullah saw. menganjurkan agar manusia tidak menyusui pada orang
yang lemah pemikirannya (idiot) karena akan membawa pengaruh pada dirinya. Bank ASI juga
mencampur antara asi dari orang Islam ataupun kafir, dari orang yang baik atau buruk akhlaknya
sehingga mengakibatkan terjadinya pewarisan mental yang tidak baik pada bayi.

Timbulnya penyakit merupakan hal yang sangat masuk akal jika wanita yang diambil
ASI nya oleh bank merupakan wanita yang tidak sehat dan mengidap penyakit tertentu bahkan
bisa saja penyakit yang kronis. Hal ini mengakibatkan bayi yang meminum asinya akan tertular
penyakit tersebut. Bahkan kadang kala penyakit tidak dapat diobati dengan kecanggihan ilmu
kedokteran sekarang. Seperti penyakit HIV-AIDS misalnya dan pakar kedokteran juga telah
9
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat Khitbah, Nikah, dan Talak
( Jakarta: Amzah, 2009).hlm.152..

7
mengingatkan bahwa penyakit ini bisa menular melalui konsumsi ASI. Bercampurnya keturunan
yang mengakibatkan rusaknya perkawinan dan lahirnya generasi yang lemah melalui
perkawinan. Dkhawatirkan suatu saat nanti seorang lelaki akan mengawini wanita yang
merupakan saudara sesusuannya namun mereka tidak menyadarinya karena bank ASI.
Pemberian ASI dari seorang ibu kandung kepada anaknya bagian dari menguji kemulian
perempuan. Otoritas gender yang keras bergaung akan semakin terhina jika proses bank ASI ini
berjalan.

4.Pengertian bank sperma

Bank sperma adalah pengambilan sperma dari donor sperma lalu dibekukan dan disimpan
ke dalam larutan nitrogen cair untuk mempertahankan fertilitas sperma. Dalam bahasa medis
bisa disebut juga Cryiobanking. Cryiobanking adalah suatu teknik penyimpanan sel
cryopreserved untuk digunakan di kemudian hari. Pada dasarnya, semua sel dalam tubuh
manusia dapat disimpan dengan menggunakan teknik dan alat tertentu sehingga dapat bertahan
hidup untuk jangka waktu tertentu.10

Teknik yang paling sering digunakan dan terbukti berhasil saat ini adalah metode
Controlled Rate Freezing, dengan menggunakan gliserol dan egg yolk sebagai cryoprotectant
untuk mempertahankan integritas membran sel selama proses pendinginan dan pencairan. Teknik
cryobanking terhadap sperma manusia telah memungkinkan adanya keberadaan donor sperma,
terutama untuk pasangan-pasangan infertil. Tentu saja, sperma yang akan didonorkan perlu
menjalani serangkaian pemeriksaan, baik dari segi kualitas sperma maupun dari segi pendonor
seperti adanya kelainan-kelainan genetik. Dengan adanya cryobanking ini, sperma dapat
disimpan dalam jangka waktu lama, bahkan lebih dari 6 bulan (dengan tes berkala terhadap HIV
dan penyakit menular seksual lainnya selama penyimpanan). Kualitas sperma yang telah
disimpan dalam bank sperma juga sama dengan sperma yang baru, sehingga memungkinkan
untuk proses ovulasi. Selain digunakan untuk sperma-sperma yang berasal dari donor, bank
sperma juga dapat dipergunakan oleh para suami yang produksi spermanya sedikit atau bahkan
akan terganggu. Hal ini dimungkinkan karena derajat cryosurvival dari sperma yang disimpan
tidak ditentukan oleh kualitas sperma melainkan lebih pada proses penyimpanannya.

10
Abdul Helim, Bank Sperma Perspektif Hukum, http://www.abdulhelim.com/2012/06/banksperma-dalam-
perspektif-hukum. html, (Diakses pada tanggal 25 Agustus 2014).

8
Telah disebutkan diatas, bank sperma dapat dipergunakan oleh mereka yang produksi
spermanya akan terganggu. Maksudnya adalah pada mereka yang akan menjalani vasektomi atau
tindakan medis lain yang dapat menurunkan fungsi reproduksi seseorang. Dengan bank sperma,
semen dapat dibekukan dan disimpan sebelum vasektomi untuk mempertahankan fertilitas
sperma.11

5.Bank sperma menurut perspektif hukum islam

Berdasarkan pengalaman yang kita tahu yang namanya bank adalah mengumpulkan dan
di tabung apabila berupa uang tetapi dalam hal ini berbeda yang di kumpulakan bukan lagi uang
tetapi sperma dari pe-donor sebanyak mungkin, yang perlu dinyatakan untuk menentukan hukum
ini adalah pada tahap pertama yaitu cara pengambilan atau mengeluarkan sperma dari si pe-
donor dengan cara masturbasi (onani). Secara umum islam memandang melakukan onani
merupakan tergolong perbuatan yang tidak etis. Mengenai masalah hukum onani fuqaha berbeda
pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak dan ada yang mengharamkan pada suatu hal-
hal tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi
makruh.

Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Malikiyah, Syafi`iyah, dan Zaidiyah menghukumi


haram. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa Allah SWT memerintah kan menjaga kemaluan
dalam segala keadaan kecuali kepada isteri dan budak yang dimilikinya. Hanabilah berpendapat
bahwa onani memang haram, tetapi kalau karena takut zina, maka hukumnya menjadi wajib,
kaidah usul :

"Mengambil yang lebih ringan dari suatu kemudharatan adalah wajib"

Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani hukumnya haram. Ibnu hazim
berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak berdosa tetapi tidak etis. Al-Hasan justru
mengatakan bahwa orang-orang islam dahulu melakukan onani pada masa peperangan. Mujahid
juga mengatakan bahwa orang islam dahulu memberikan toleransi kepada para pemudanya
melakukan onani. Hukumnya adalah mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan.

11
Subkhan Faqih, Bank Asi dan Bank Sperma, http://subkhan-faqih. blogspot. Com /2012/09/ bank-asi-dan-bank-
sperma.html (Diakses pada tanggal 4 September 2014)

9
Tahapan yang kedua setelah bank sperma mengumpulkan sperma dari bebera pe-donor
maka bank sperma akan menjualnya kepada pembeli dengan harga tergantung kwalitas
spermanya setelah itu agar pembeli sperma dapat mempunyai anak maka harus melalui proses
yang dinamakan enseminasi buatan yang telah dijelaskan diatas. Hukum dan pendapat
inseminasi buatan menurut pendapat ulama` apabila sperma dari suami sendiri dan ovum dari
istri sendiri kemudian disuntukkan kedalam vagina atau uterus istri, asal keadaan kondisi suami
isteri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami isteri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini
sesuai dengan kaidh hukum fiqh islam :

"Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukkan hal-hal yang
terlarang."

Diantara fuqaha yang memperbolehkan/menghalalkan inseminasi buatan yang bibitnya


berasal dari suami-isteri ialah Syaikh Mahmud Saltut, Syaikh Yusuf al-Qardhawy, Ahmad al-
Ribashy, dan Zakaria Ahmad al-Barry. Secara organisasi, yang menghalalkan inseminasi buatan
jenis ini Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara`a Depertemen Kesehatan RI, Mejelis
Ulama` DKI jakarta, dan lembaga islam OKI yang berpusat di Jeddah .

Praktek jual beli sperma melalui bank sperma menurut Hukum Islam adalah haram.
Karena pembeli yaitu perempuan yang memasukkan sperma yang dibelinya dari bank sperma ke
dalam alat kelaminnya agar bisa hamil dengan inseminasi buatan yaitu suatu cara atau teknik
memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan, padahal sperma yang dimasukkan tadi ke
dalam alat kelamin perempuan adalah harus dengan seks dalamsuatu ikatan perkawinan. Oleh
karena itu menggunakan sperma bukan melalui melakukan hubungan seks dalam suatu ikatan
perkawinan disebut zina dan didalam Islam terdapat beberapa yang dibenarkan oleh syariat untuk
dijadikan barang jual beli seperti dalam syarat sahnya perjanjian jual beli yang salah satunya
adalah benda-benda yang dapat dijadikan sebagai objek jual beli haruslah memenuhi persyaratan
yaitu adalah dapat dimanfaatkan karena barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat,
karena sperma manusia bukanlah barang maka tidak boleh menjualnya.

10
Mengingat sperma tersebut bukan barang jadi tidak dibolehkan bagi kita mengambil
manfaat atau Intifa’dengan sperma tersebut sehingga mengambil manfaat dari sperma adalah
haram karena bukanlah suatu barang yang diperbolehkan menjualnya.Teknik inseminasi buatan
dari bank sperma menurut Hukum Islam adalah boleh jika dilakukan dengan sperma dan ovum
suami istri, baik dengan cara mengambil sperma suami yang disuntikkan ke dalam vagina istri,
maupun dengan cara pembuahan dilakukandiluar rahim, kemudian buahnya (vertilezed ovum)
ditanam didalam rahim istri, ini dibolehkan asal keadaan suami istri tersebut benar-benar
memerlukannya tapi teknik inseminasi buatan yang melibatkan pihak ketiga hukumnya haram
karena alasan syariat tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut
merujuk kepada maksud larangan berbuat zina dan teknik inseminasi buatan lebih disebabkan
karenafaktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena sperma suami yang lemah atau tidak
terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan sel telur atau inseminasi buatanyang
dilakukan untuk menolong pasangan yang mandul.

6.Larangan jual beli sperma

Mengenai larangan jual beli sperma banyak dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW, di
antaranya:

“Menceritakan kepadaku Musadad, menceritakan kepadaku Abdul warits dan Ismail bin
Ibrohim, dari Ali bin Hakam, dari Nafi’ dari Ibnu Umar-semoda Allah SWT meridhoi keduanya-
Ibnu Umar berkata,”Nabi saw melarang mengambil upah dari sperma hewan pejantan
(H.R.Bukhori ).

Hadits ini, berdasarkan perbedaan pendapat memiliki beberapa konotasi sebagai mana berikut:

a. Nabi saw melarangan menjual dan menyewakan sperma atau mengawinkan pejantan, pendapat
ini disampaikan segolongan sahabat diantaranya Ali bin Abu Tholib dan Abu Huroiroh,
4demikian juga Mayoritas Ulama ahli fiqh seperti Imam al-‘Auzai, Abu hanifah, alSyafii dan
Imam Ahmad .

b. Nabi saw melarang menjual sperma sebagaimana pendapat Hujah alIslam bahwa yang
dimaksud dengan “asbun” adalah Air mani yang keluar dari pejantan, kata jual dipahami dengan
mengirakan lafadz “tsaman”

11
Menurut ashabu al-Syafii,”larangan menjual sperma dikarenakan sperma merupakan
materi yang tidak dapat diukur kadarnya, ditambah ketika perkawinan sperma yang keluar tidak
dapat dipastikan apakah sperma yang dibenihkan pada betina nantinya akan menjadi janin atau
tidak. Imam Malik memperbolehkan menjual sperma jika sperma tersebut dikeluarkan dan
diletakkan di antara ruas mata kayu, kemudian dibenihkan kepada betina, karena jika demikian
kadar sperma dapat terlihat jelas dan diketahui kadarnya.

c. Nabi melarang mengambil upah atas perkawinan unta, pendapat ini berpendapat demikian
berlandaskan argumentasi, bahwa pasa redaksi ini ada pembuangan idhofah yaitu lafadz kiroo’
dan kata kata usbun dita’wil dengan dengan kata “dhirob”

Akhir-akhir ini banyak aksi jual beli sperma guna memiliki keturunan menanggapi hal ini
penulis berpendapat bahwa menjual sperma manusia haram secara mutlaq, karena sperma adalah
seorang istri tidak halal dikeluarkan kecuali dengan kerelaan istri sebagaimana sabda Nabi:

“Bercerita padaku Imar bin Nashr, bercerita padaku Baqiyah, dari Abu Bakar bin Abu Maryam
daru al-Haitsam bin Malik al-Thoi dari Nabi saw, Nabi saw bersabda tiada dosa yang lebih besar
setelah mensekutukan Allah SAW dari pada seorang laki-laki yang meletakkan pada rahim yang
tidak halal baginya (H.R Abu Bakar bin Abu al-Dunya) “.

Bahkan dalam kitab Faidhu al-Qodir dijelaskan barang siapa yang melakukan demikian
berani menantang terhadap Allah SAW guna merusak nasab dengan mencampur adukannya,
dengan cara yang terhormat. Sedangkan kategori mani yang keluar dengan cara terhormat adalah
seperti Ihtilam (Mimpi basah) dan Onani dengan tangan istrinya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

12
Donor ASI melalui bank ASI, berpotensi menimbulkan hal yang subhat dalam hubungan
mahram atau persaudaraan karena sepersusuan. Pendonor hanya sekedar memberikan identitas
dirinya secara umum, seperti seseorang yang akan mendonorkan darahnya. Selanjutnya tidak
dapat dilacak siapa saja bayi-bayi yang pernah mengkonsumsi ASI-nya, sehingga tidak jelas bagi
seseorang siapa bermahram dengan siapa. Akibatnya, akan terjadi kelak di kemudian hari,
seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita yang ternyata pernah mengkonsumsi ASI dari
seorang wanita pendonor ASI yang sama. Bila hal ini terjadi, berarti pasangan laki-laki dan
perempuan telah menjadi saudara, maka haram menikahi mahram yang terjadi akibat ikatan
saudara sepersusuan. Inilah bahaya yang nyata dari keberadaan donor ASI yang disimpan di
bank ASI.

Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan yang sedang menggodok peraturan yang
berkaitan dengan donor ASI dan bank ASI, harus memperhatikan kaidah-kaidah syariat Islam
yang berkaitan dengan hubungan nasab sepersusuan. Jangan sampai kaum muslimin yang
merupakan mayoritas penduduk negeri ini terjerumus dalam dosa yang turun temurun ke anak
cucu.

Dalam permasalahan jual beli sperma masih menjadi kontroversi ulama namun pendapat
yang dapat dijadikan pegangan dan pedoman bagi kita bahwa menjual sperma hukumnya haram
baik manusia atau hewan sebab sperma tidak layak diperjual belikan dan factor-faktor
penghalang sebagai mana paparan diatas, serta dilihat dari keumuman hadits bahwa Rasulullah
melarang jual beli sperma.

Saran

13
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

14
Al-Qur’an Dan terjemah Departeman Agama RI

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat Khitbah,
Nikah, dan Talak ( Jakarta: Amzah, 2009)

Hamid Laonso, Hukum Islam Alternatif Terhadap Masalah Fiqih Kontemporer, (Jakarta : Restu
Ilahai, 2005)

Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif.1986).

www. Pendapat OKI pada bank ASI.

Yusuf Qardawi, halal haram dalam Islam, Jakarta: Akbar, 2005 cet. Kedua

Hasan, M. Ali, 1995, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Anshary, Makmum. “Bank Sperma Menurut Hukum Islam,


http://makmumanshory.blogspot.com (28 february 2011).

15

Anda mungkin juga menyukai