Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BANK ASI DAN BANK SPERMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


FIQIH KONTEMPORER

OLEH :
KELOMPOK II

1. PENTI AYU AHLI JANNAH


2. ROMI ISWANDI, ST

DOSEN PENGAMPUH : MIKI SUPRIANTO, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH AL-QUR’ANIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari masa kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang
paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karena-Nya saya
dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer ini dengan baik
dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata Kuliah Fiqih
Kontemporer. Dalam proses penyusunan tugas ini penulis menjumpai hambatan,
namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak dan keinginan kuat saya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, oleh karena
itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Besar harapan penulis semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca lain pada
umumnya.
Manna, Maret 2023
Penulis
KELOMPOK II

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Bank ASI 3
B. Radha’ah 5
C. Hukum mendirikan Bank ASI 8
D. Sejarah Bank Sperma 10
E. Hukum mendirikan Bank Sperma 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,
karena pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum
anak lahir, makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu
lahir, air susu ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah
terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini
yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan berbagai alasan
seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya tersita
untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk
memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya
secara langsung.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya
adalah untuk melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun demikian
kadang-kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul
(tidak subur), sedang suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta
suasana jiwa keluarga yang tenang dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai
penghibur hati. Berdasarkan keadaan tersebut ada orang yang berupaya untuk
mendapatkan anak dengan jalan mengangkat atau memungut anak, melakukan
inseminasi sperma, dan adakalanya dengan jalan menerima sperma dari donor
yang telah tersimpan pada Bank Sperma. Maka dari itu, dalam makalah ini
akan dibahas seputar bank asi dan sperma beserta permasalahannya menurut
hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya bank asi ?
2. Bagaimana konsep radha’ah menurut hukum Islam ?
3. Bagaimana hukum mendirikan bank asi ?
4. Bagaimana sejarah bank sperma ?
5. Bagaimana hukum mendirikan bank sperma?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya bank asi
2. Untuk mengetahui konsep radha’ah menurut hukum Islam
3. Untuk mengetahui hukum mendirikan bank asi
4. Untuk mengetahui sejarah bank sperma
5. Untuk mengetahui hukum mendirikan bank sperma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bank ASI


Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari
donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa
memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan
produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam
plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh
bakteri. Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu
pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis seperti
pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak bisa
memberikan ASI pada anaknya.1
Istilah Bank ASI (Human Milk Bank) mengacu kepada sistem
penyediaan ASI bagi bayi yang prematur maupun tidak prematur yang ibunya
tidak memiliki ASI cukup atau tidak bisa menusui karena satu alasan. Bank ASI
yang berjalan selama ini umumnya menerima ASI donor, atau ASI yang
dihibahkan oleh pemiliknya, yaitu ibu atau perempuan yang kelebihan ASI. 2
Bank ASI ini awalnya berkembang di wilayah Amerika Utara, yaitu
Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada. Asosiasi Bank ASI telah berdiri pada
tahun 1985 dengan nama The Human Milk Bank- ing Association of North
America (HMBANA). Asosiasi tersebut dimaksudkan untuk menyediakan
panduan profesional bagi pelaksanaan, pendidikan, dan penelitian mengenai
Bank ASI di Amerika Serikat, Kanada and Meksiko. Asosasi merupakan
kelompok penyedian layanan kesehatan yang berisifat multidisipliner yang
mempromosikan, menjaga, dan mendukung donor Bank ASI dan menjadi
perantara antara Bank-Bank ASI dengan lembaga pemerintah. Asosiasi tersebut
memiliki sekitar 11 anggota Bank ASI.3
1
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
Cet. V, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003),120.
2
Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu dalam tinjauan Hukum Islam, Jurnal IAIN Walisongo
Semarang, pdf hal 85.
3
http://www.neonatologyresearch.comwp- contentuploads201109Human-Milk-Banking

3
4

Keberadaan Asosiasi Bank ASI Amerika Utara tersebut merupakan


bukti bahwa bank ASI telah berkembang pada tahun 1980-an yang kemudian
mengalami perkembangan pesat pada tahun 1990-an. HMBANA kemudian
membuat prosedur penanganan donor ASI.
Prosedur yang dibuat oleh HMBANA antara lain untuk menjaga
kualitas ASI dari pendonor sampai ke tangan yang membutuhkan. Langkah-
langkah tersebut adalah :
1. Identifikasi dan screening donor, termasuk sejarah rinci penyakit dan tes darah
2. Susu hibah dikirimkan kepada bank ASI dalam kondisi membeku
3. Susu kemudian dicairkan dan dicampurkan dengan susu dari donor lainnya

4. Susu disterilkan pada suhu suhu 62,5 ocelcius selama 30 menit


5. Bakteri yang bermanfaat dibiakkan untuk menjamin hasil sterelisasi
6. Analisis kandungan susu, seperti lemak, karbohidrat, dan laktos

7. Susu yang steril dibekukan pada suhu 20o celcius.


8. Susu disalurkan dengan resep dokter.
Biaya yang dikenakan sesuai dengan biaya proses dan pengiriman.
Pendonor tidak memperoleh ganti uang.4
Praktek screening dan tes darah rutin bagi pedonor juga dipraktekkan di
Norwegia. Pedonor setiap tiga bulan dites dari kemungkin- an terjangkit virus
HIV, Hepatitis B dan C, CMV, dan virus leukimia (HTLV) 1 dan 2. Bank ASI
harus memiliki sistem untuk melacak arus donor susu dari pedonor kepada
penerima, namun Bank ASI merahasiakan identitas pedonor dan penerima.
Praktek bank ASI saat ini terus mengalami perkembangan di
berbagai negara. Bank ASI yang awalnya muncul di Wina Austria pada tahun
1909 dan kemudian merambah ke Jerman dan Boston Amerika sepuluh tahun
kemudian, kini telah berkembang di ke berbagai negara. Pada tahun 2009, tercatat
bahwa bank ASI berkembang di 38 negara, dengan lebih dari 300 bank ASI.

diakses pada 4 Oktober 2014.


4
Ibid, 122
5

Perkembangan bank ASI tersebut juga merambah ke negara-negara


berpenduduk muslim, meskipun praktek pemberian susu oleh perempuan bukan
ibu telah berjalan sejak lama di beberapa negara, termasuk di Kuwait. Namun
pelaksanaan bank ASI di negara berpenduduk muslim tidak lepas dari
kontroversi, utamanya menyangkut dampak dari pemberianASI terhadap
hubungan antara pemberi dan penerima ASI dan istilah bank yang digunakan
untuk menyebut institusi yang mengumpulkan dan menyalurkan ASI tersebut.5
Sejauh yang tercatat,ASI yang dikumpulkan dan disalurkan oleh bank
ASI berasal dari donor dengan akad hibah. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa bank ASI beroperasi dengan sistem jual beli ketika
kebutuhan terhadap bank ASI membesar dan menjadi lahan bagi bisnis. Berbagai
persoalan itulah menuntut jawaban dari kalangan muslim agar praktis bank ASI
tidak menimbulkan dampak moral dan hukum bagi umat Islam.

B. Radha’ah
Berdasarkan pembacaan terhadap berbagai karya hukum Islam
klasik, tampak bahwa persoalan bank ASI belum ditemukan pembahasannya.
Hal itu menunjukkan bahwa persoalan bank ASI tidak diatur secara langsung
oleh nash. Persoalan-persoalan yang terkait dengan bank ASI dapat ditemukan
dalam hukum-hukum lain. Persoalan-persoalan tersebut adalah persoalan
radla’ah.
Radha'ah, radha', irdha' penyusuan/menyusui (bahasa Arab, ‫اعة‬FF‫)رض‬
adalah sampainya, masuknya air susu manusia (perempuan) selain ibu kandung
ke dalam perut seorang anak yang belum berusia dua tahun, atau 24 bulan.
Secara etimologis, radha'ah adalah sebuah istilah bagi isapan susu, baik isapan
susu manusia maupun susu binatang. Penyusuan memiliki konsekuensi hukum
mahram antara anak dan perempuan yang menyusui dan anak-anaknya di mana
antara saudara sesusuan tidak boleh menikah begitu juga dengan ibu
5
Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, “Human Milk Banks: The Benefits and Issues in
an Islamic Setting pdf 163-167.
6

susuannya. Seluruh madzhab sepakat tentang sahihnya hadits yang berbunyi :


Apa yang diharamkan karena susuan sama dengan apa yang diharamkan
karena nasab. (Hadis Muttafaq 'alaih).
Berdasarkan hadits ini, maka setiap wanita yang haram dikawini
karena hubungan nasab, haram pula dikawini karena hubungan persusuan.
Yang haram karena nasab : Ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara
perempuan, bibi dari aah, bibi dari ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki
dan anak perempuan dari saudara perempuan.6
Perempuan- perempuan diatas diterangkan dalam firman Allah dalam
al qur’an surat an Nisa’ 23 :

‫ت‬ِ ‫ت ااْل ُ ْخ‬ ُ ‫خ َوبَ ٰن‬ ِ َ ‫ت ااْل‬ ُ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم اُ َّم ٰهتُ ُك ْم َوبَ ٰنتُ ُك ْم َواَخ َٰوتُ ُك ْم َو َع ٰ ّمتُ ُك ْم َو ٰخ ٰلتُ ُك ْم َوبَ ٰن‬ ْ ‫حُرِّ َم‬
‫ا ِٕىبُ ُك ُم ٰالّتِ ْي‬Fۤ Fَ‫ ۤا ِٕى ُك ْم َو َرب‬F ‫ت نِ َس‬ُ ‫ا َع ِة َواُ َّم ٰه‬F ‫َّض‬َ ‫ض ْعنَ ُك ْم َواَخ َٰوتُ ُك ْم ِّمنَ الر‬
ٰ
َ ْ‫َواُ َّم ٰهتُ ُك ُم الّتِ ْٓي اَر‬
‫ا َح‬FFَ‫وْ ا َدخ َْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجن‬FFُ‫ا ِ ْن لَّ ْم تَ ُكوْ ن‬F َ‫َخَلتُ ْم بِ ِه ۖ َّن ف‬ ْ ‫ ۤا ِٕى ُك ُم ٰالّتِ ْي د‬F ‫وْ ِر ُك ْم ِّم ْن نِّ َس‬FF‫فِ ْي ُح ُج‬
‫ ْد‬F َ‫ا ق‬FF‫وْ ا بَ ْينَ ااْل ُ ْختَ ْي ِن اِاَّل َم‬FF‫اَل بِ ُك ۙ ْم َواَ ْن تَجْ َم ُع‬F ‫ص‬ ْ َ‫َعلَ ْي ُك ْم ۖ َو َحاَل ۤ ِٕى ُل اَ ْبن َۤا ِٕى ُك ُم الَّ ِذ ْينَ ِم ْن ا‬
‫َسلَفَ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َغفُوْ رًا َّر ِح ْي ًما ۔‬
Artinya : "Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang
perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan,
ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu
sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari
istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
(menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan)
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah terj. Moh Talib, (Bandung: Al Ma’arif, 1990), 99
7

dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada


masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."
Karena itu menurut ayat di atas, ibu-ibu susu sama dengan ibu
kandung. Dan diharamkan bagi laki- laki yang disusui, menikahi dengan ibu
susunya dan dengan semua perempuan yang haram dikawininya dari pihak ibu
kandung. Jadi yang haram dikawininya yaitu7:
1. Ibu-susu, karena telah menyusui maka dianggap sebagai ibu
2. Ibu dari yang menyusui, sebab merupakan neneknya
3. Ibu dari bapak susunya, karena merupakan neneknya juga
4. Saudara perempuan dari ibu susunya, karena menjadi bibi
5. Saudara perempuan bapak susunya
6. Cucu perempuan ibu-susunya
7. Saudara perempuan sesusuan baik sebapak atau seibu atau sekandung.
Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah susuan yang
menyebabkan keharaman untuk dikawini, dan tentang syarat yang ada pada
orang yang disusui dan yang menyusui.
1. Imamiyah mensyaratkan bahwa air susu yang diberikan kepada anak susuan
haruslah dihasilkan dari hubungan yang sah. Jadi, kalau air susu itu
mengalir bukan disebabkan oleh nikah atau karena kehamilan akibat zina,
maka air susu tersebut tidak menyebabkan keharaman. Sementara itu,
Hanafi, Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara
seorang gadis atau janda, yang sudah kawin atau belum, sepanjang dia bisa
mengalirkan air susu yang bisa diminum oleh anak yang disusuinya.8
2. Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa sekali susuan saja dapat
menyebabkan hubungan keharaman. Sedangkan Syafi’i berpendapat lima
kali susuan. Hanbali, diperoleh dari beberapa riwayat, yaitu lima, tiga, dan

7
Ibid; 100
8
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B. dkk,
( Jakarta:Lentera, 2013), 340
8

sekali susuan. Imamiyah mensyaratkan bahwa keharaman dianggap ada


ketika sia anak yang disusui telah menerima air susu dari wanita yang
menyusuinya selama sehari semalam, dan tidak diselingi oleh makanan
lainnya.9
3. Para Imam madzhab sepakat bahwa laki-laki yang mempunyai payudara,
lalu disusui oleh bayi, maka tidak menjadikan muhrim. Mereka juga sepakat
tentang haramnya menghirup susu ke hidung dan menuangkannya ke dalam
kerongkongan. Namun ada sebuah riwayat Hambali yang mensyaratkan
susuan itu langsung dari puting susu. 10
4. Imamiyah, Syafi’i, Maliki dan Hambali mengatakan bahwa usia maksimal
anak yang menyusu adalah dua tahun, sedangkan Abu Hanifah mengatakan
sampai usia dua setengah tahun.11

C. Hukum mendirikan Bank ASI


Bahwa di dalam kebolehan menjual ASI itu ada kemungkaran karena
bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang
sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita
meminum ASI yang dijual bank ASI tersebut. 12
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI tersebut
membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena kita
melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup baik
karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut.
Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan yang ditimbulkan
lebih besar dari manfaatnya yaitu terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam
menganjurkan kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya. Kaidah ushul
juga menyebutkan bahwa :
9
Ibid; 341
10
Muhammad Abdurrahman ad Dimasyqi, Fiqih Empat Madhab terj. Abdullah Zaki Alkaf,
(Bandung: Hasyimi, 2013), 387
11
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B. dkk, 341
12
Masjfuk, Zuhdi,  Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Cet. XI ( Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2000), 312
9

‫ح‬ َ ‫ب ا ْل َم‬
ِ ِ ‫ص ال‬ َّ ‫َد ْف ُع ال‬
ِ ‫ض َرا ِر اَ ْولَى ِمنْ َج ْل‬
Menolak kemadharatan lebih utama dari pada menarik kemaslahatan.

Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa


di dalam kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam adalah :

َّ ‫ض َرا ُر الَ يُ َزا ُل بِال‬


‫ض َرا ِر‬ َّ ‫اَل‬
Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan lagi.
Hal ini jelas, karena akan menambah masalah. Berhubungan dengan
pembahasan ini yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu
kemudaratan, maka memberi bayi dengan ASI yang dijual di bank ASI adalah
kemudaratan pula. Maka apa yang tersisa dari bertemunya kemudaratan kecuali
kemudaratan.13
Sebagian ulama kontemporer membolehkan pendirian bank ASI ini,
diantara mereka adalah Dr. Yusuf al-Qardhawi. Mereka beralasan14 :
a. Bahwa kata kata radha' (menyusui) di dalam bahasa Arab bermakna
menghisap puting payudara dan meminum ASI-nya. Maka oleh karena itu
meminum ASI bukan melalui menghisap payudara tidak disebut menyusui,
maka efek dari penyusuan model ini tidak membawa pengaruh apa-apa di
dalam hukum nasab nantinya.
b. Yang menimbulkan adanya saudara sesusu adalah sifat "keibuan", yang
ditegaskan Al-Qur'an itu tidak terbentuk semata-mata diambilkan air
susunya, tetapi karena menghisap teteknya dan selalu lekat padanya
sehingga melahirkan kasih sayang si ibu dan ketergantungan si anak. Dari
keibuan ini maka muncullah persaudaraan sepersusuan. Jadi, keibuan ini
merupakan asal (pokok), sedangkan yang lain mengikutinya.
c. Alasan yang dikemukakan oleh beberapa madzhab dimana mereka
memberi ketentuan berapa kali penyusuan terhadap seseorang sehingga
13
Ibid
14
Cholil Uman,  Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2000), 311
10

antara bayi dan ibu susu memilki ikatan yang diharamkan nikah, mereka
mengatakan bahwa jika si bayi hanya menyusu kurang dari lima kali
susuan maka tidaklah membawa pengaruh di dalam hubungan darah.

D. Sejarah Bank Sperma


Negara–negara maju menawarkan konsep keluarga yang bervariasi
dan hal ini menurut mereka adalah sebuah penghargaan terhadap hak asasi
manusia, maka dengan alasan kesetaraan gender maka seorang wanita dapat
memiliki anak tanpa adanya seorang suami, berbagai sarana telah dipersiapkan,
dari berhubungan seksual tanpa menikah hingga adanya Bank Sperma, atau
seorang perempuan boleh tidak menikah tanpa adanya tekanan dari masyarakat
sekitarnya, bahkan jika ada dua pasang kekasih yang memiliki kelamin yang
sama telah menjadi hal yang dilegalkan, kerusakan ini yang mereka tularkan
kepada negara-negara yang berkembang.15
Bank Sperma didirkan oleh Dr. Robert Graham, jutawan California
yang menyediakan sperma-sperma unggul dari peraih “Nobel” di dunia
sehingga anak yang dihasilkan dari seorang wanita dapat kecerdasan di atas
rata-rata, dengan demikian seorang wanita tidak perlu menikah guna
mendaptkan anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dan dengan
bebas menggunakan jasa Bank Sperma.16
Bank Sperma didirikan untuk memenuhi keperluan orang yang
menginginkan anak, akan tetapi dengan berbagai sebab, salah satunya adalah
sperma suami tidak mungkin membuahi sel telur (ovum), dengan demikain atas
kesepakan suami isteri, dicarikan donor sperma yang terdapat di Bank Sperma
sebagai jalan keluar hal tersebut17, bank sperma kini dapat menyimpan sperma

15
. Jurnal Al-Insan Edisi 1 Tahun 1, Al-Qur’an dan Serangan Orientalis , (Depok; Gema
Insani, 2005), 138
16
. Jurnal Al-Insan Nomor 3 Volume 2, Wanita dan Keluarga Citra Sebuah Peradaban,
(Jakarta; Lembaga Kajian dan Pengembangan Al Isnan, 2006), 12
17
. M Ali Hasan, Masail Fiqhiayah Al-Haditsah, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada,
1998),164
11

manusia dalam keadaan subur hingga 10 tahun18, akan tetapi timbul berbagai
permasalahan yang mengakibatkan hukum anak tersebut, dalam hal waris,
pewalian dan lainnya.

E. Hukum Bank Sperma


Pembaharuan dalam bidang teknologi telah memecah Islam dalam tiga
golongan dalam memandang kemajuan teknologi pada saat ini, yaitu :
1. Musuh-musuh tajdid yang menghendaki yang lama harus tetap pada
fungsinya. Slogan mereka adalah “Tidak mungkin menciptakan yang lebih
baik dari yang sudah ada”, sehingga tajdid atau permbahruan adalah bid’ah
dan kelompok ini disebut zahiriah yang lebih kepada pemahaman secara
harfiah.
2. Kaum radikal dan ekstrim mereka yang ingin memangkas yang lama dengan
alasan kebutuhan masyarakat saat ini dengan pembaharuan bergaya barat.
3. Kelompok ketiga adalah penengah dari dua kelompok sebelumnya,
menimbang dan menyelaraskan ijtihad dan tajdid yang ada sehingga tidak
ada kesalah pahaman dalam melaksanakan hasil ijtihad tersebut19.

Surat Al-Baqarah Ayat 187

ُ ‫اسٌ لَّه َُّن ۗ َعلِ َم ٱهَّلل‬FFَ‫ث ِإلَ ٰى نِ َسٓاِئ ُك ْم ۚ هُ َّن لِبَاسٌ لَّ ُك ْم َوَأنتُ ْم لِب‬ُ َ‫ُأ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ ٱلصِّ يَ ِام ٱل َّرف‬
‫ا‬FF‫وا َم‬F ۟ F‫رُوهُ َّن َوٱ ْبتَ ُغ‬F‫ا عَن ُك ْم ۖ فَ ْٱلَٰٔـنَ ٰبَ ِش‬FFَ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعف‬
َ ‫َأنَّ ُك ْم ُكنتُ ْم ت َْختَانُونَ َأنفُ َس ُك ْم فَت‬
‫ َو ِد‬F‫ ِط ٱَأْل ْس‬F‫طُ ٱَأْل ْبيَضُ ِمنَ ْٱلخَ ْي‬F‫ُوا َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْٱلخَ ْي‬ ۟ ‫وا َوٱ ْش َرب‬ ۟ ُ‫َب ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكل‬
َ ‫َكت‬
ۗ ‫ ِج ِد‬F‫ونَ فِى ْٱل َم ٰ َس‬FFُ‫رُوهُ َّن َوَأنتُ ْم ٰ َع ِكف‬F‫وا ٱلصِّ يَا َم ِإلَى ٱلَّ ْي ِل ۚ َواَل تُ ٰبَ ِش‬ ۟ ‫ِمنَ ْٱلفَجْ ر ۖ ثُ َّم َأتِ ُّم‬
ِ
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون‬ ٰ َ ‫تِ ْل‬
ِ َّ‫ك ُح ُدو ُد ٱهَّلل ِ فَاَل تَ ْق َربُوهَا ۗ َك َذلِكَ يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ َءا ٰيَتِ ِهۦ لِلن‬

18
. Supardan, Ilmu, Teknologi dan Etika, (Jakarta; Gunung Mulia, 1996), 23
19
. Yusuf Qardawi, Membangun Masyarakat Baru, (Jakarta; Gema Insani, 1997), 72/74
12

Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah,
maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.

Surat Al Hujurat ayat 13

‫ا َرفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن‬FFF‫عُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬FFF‫ر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُش‬FFF ٰ ٓ


ٍ ‫ا ٱلنَّاسُ ِإنَّا خَ لَ ْقنَ ُكم ِّمن َذ َك‬FFFَ‫ٰيََأيُّه‬
‫َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

QS. Al-Qiyamah Ayat 38

َ َ‫ثُ َّم َكانَ َعلَقَةً فَ َخل‬


‫ق فَ َس ٰ ّو ۙى‬
13

Artinya : kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah


menciptakannya, dan menyempurnakannya.

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa halal bagi seorang pria bergaul


dengan istrinya yang sah dan begitu juga sebaliknya, sehingga dalam hal
penggunaan bank sperma guna mendapatkan keturunan bisa diperbolehkan jika
sperma tersebut dari suaminya yang sah, sedangkan dalam hal Insiminasi
buatan yang didapatkan dari bank sperma selain sperma suaminya hukumnya
adalah haram, hal ini dikarenakan sperma yang didapatkan dari hasil orang lain
sama halnya dengan zina sehingga status anak tersebut adalah anak zina dan
hal ini berdampak pada hukum kewarisan, perwalian anak tersebut.
Hukum kewarisan anak hasil insiminasi buatan yang didapatkan dari
Bank Sperma, bernasab kepada ibunya dikarenkan insiminasi buatan tersebut
disamakan dengan anak hasil zina yang menggunakan sperma orang lain dalam
rahim wanita tersebut, sehingga dalam hal perwalian anak hasil dari insiminasi
juga tidak berhak mendaptkan perwalian dari ayahnya melainkan dengan cara
wali hakim, hal ini disebabkan ayah tersebut bukanlah orang tua biologisnya,
sehingga Islam memandang dalam hal menggunakan Bank Sperma bukanlah
sebagai jalan keluar mendapatkan keturunan.20
Kemudian ada satu permasalahan lagi yang memerlukan pemecahan,
yaitu sperma seorang suami yuang disimpan pada Bank Sperma dan sesudah
suaminya meninggal, isterinya ingin mempunyai anak lagi. Jika dilihat sepintas
tidak ada pelanggaran hukum, karena sperma tersebut berasal dari suaminya,
akan tetapi hal tersebut akan menimbulkan fitnah bagi wanita itu, alangkah
baiknya wanita bersetatus janda tersebut tidak menggunakannya agar terhindar
dari fitnah dan hal ini selaras dengan kaidah hukum Islam.

20
. M Ali Hasan, Masail Fiqhiayah Al-Haditsah, 164
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Bank ASI pada awalnya berkembang di wilayah Amerika Utara, yaitu
Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada. Asosiasi Bank ASI telah berdiri
pada tahun 1985 dengan nama The Human Milk Bank-ing Association of
North America (HMBANA). Namun sebelum berkembang di daerah
Amerika Utara, Bank ASI ini lebih dahulu muncul di wilayah Wina Austria
pada Tahun 1909 dan kemudian merambah ke Jerman dan Boston Amerika
sepuluh tahun kemudian, kini telah berkembang di ke berbagai Negara. Hingga
tahun 2009 ini tercatat 38 negara telah mengembangkan Bank ASI dengan lebih
dari 300 Bank ASI.
2. Mengenai konsep Radha’ah dalam hukum Islam, para ulama sepakat bahwa setiap
wanita yang haram dikawini karena hubungan nasab, haram pula dikawini
karena hubungan persusuan, ini sesuai hadist :
Apa yang diharamkan karena susuan sama dengan apa yang diharamkan
karena nasab.
3. Pada hakikatnya didirikannya Bank ASI dapat menimbulkan rusaknya
pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal tersebut tidak
dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum ASI yang dijual
bank ASI tersebut. Mengenai hukumnya ulama berbeda pendapat,
berdasarkan kaidah ushul fiqh, maka Bank ASI tidak diperbolehkan, sedang
salah satu ulama kontemporer yakni Dr. Yusuf al-Qardhawi membolehkan
adanya Bank ASI.
4. Sejarah adanya Bank Sperma diawali oleh Dr. Robert Graham, jutawan
California yang menyediakan sperma-sperma unggul dari peraih “Nobel” di
dunia sehingga anak yang dihasilkan dari seorang wanita dapat kecerdasan
di atas rata-rata, dengan demikian seorang wanita tidak perlu menikah guna
mendaptkan anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dan dengan
bebas menggunakan jasa Bank Sperma. Untuk kemudian Bank Sperma ini

14
15

berkembang ke berbagai Negara berkembang.


5. Hukum Bank Sperma terbagi menjadi dua, yakni :
a. Boleh, jika sel sperma itu berasal dari suaminya sendiri
b. Haram, jika sel sperma tersebut bukan dari suaminya sendiri, melainkan
dari sperma orang lain, sehingga sama saja dengan zina.
DAFTAR PUSTAKA

Ahwan Fanani. Bank Air Susu Ibu dalam tinjauan Hukum Islam. Jurnal IAIN
Walisongo Semarang. pdf..
Cholil Uman.  2000. Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).
Jurnal Al-Insan Edisi 1 Tahun 1. 2005. Al-Qur’an dan Serangan Orientalis.
(Depok: Gema Insani).
Jurnal Al-Insan Nomor 3 Volume 2. 2006. Wanita dan Keluarga Citra Sebuah
Peradaban. (Jakarta: Lembaga Kajian dan Pengembangan Al Isnan.
M Ali Hasan. 1998. Masail Fiqhiayah Al-Haditsah. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada).
Mahjuddin. 2003. Masailul Fiqhiyah : Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum
Islam Masa Kini, Cet. V. (Jakarta: Kalam Mulia).
Masjfuk, Zuhdi.  2000. Masail Fiqhiyah : Kapita Selekta Hukum Islam, Cet. XI.
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada).
Muhammad Abdurrahman ad Dimasyqi. 2013. Fiqih Empat Madhab terj.
Abdullah Zaki Alkaf. (Bandung : Hasyimi)
Muhammad Jawad Mughniyah. 2013. Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B.
dkk. (Jakarta : Lentera).
Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, “Human Milk Banks : The Benefits and
Issues in an Islamic Setting
Sayyid Sabiq. 1990. Fikih Sunnah terj. Moh Talib. (Bandung: Al Ma’arif).
Supardan. 1996. Ilmu, Teknologi, dan Etika. (Jakarta : Gunung Mulia).
Yusuf Qardawi. 1997. Membangun Masyarakat Baru. (Jakarta: Gema Insani).

Anda mungkin juga menyukai