PADA BAYI
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
1. Riski Wallidaiya (213110141)
2. Selvia Wima Dinata (213110143)
3. Silvi Yulia Delsi (213110145)
4. Siti Aisyah Alfira (213110147)
5. Sukma Nada Permata (213110149)
6. Syanel Medina (213110151)
7. Try Ulfa Iwara (213110153)
8. Vioni Petricia (213110155)
9. Yani Silvia Hakim (213110157)
10. Zainatul Hasnah (213110159)
KELAS : IA
DOSEN PEMBIMBING :
Herwati,SKM.M.Biomed
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun
diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Proses Organ Pencernaan”.
Meskipun dalam pembuatannya banyak hambatan yang kami alami,akhirnya makalah ini dapat diseleseikan
tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, selaku dosen mata kuliah keperawatan
anak yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan ide yang baik, dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyeleseikan pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang menunjang kami untuk membuat makalah ini dengan tujuan memberikan
informasi dan pengetahuan luas tentang bagaimana proses organ pencernaan dalam tubuh manusia.Oleh karena
itu, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi semua pembaca. Kami mohon maaf apabila makalah ini
memiliki kekurangan. Karena itu, Kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
Bab II Pembahasan...........................................................................................................1
A.
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari
payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Bukti
eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Para pakar masih
memperdebatkan seberapa lama periode menyusui yg paling baik dan seberapa jauh risiko penggunaan susu
formula. Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode
terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO,
Akademi Dokter Anak Amerika (American Academy of Pediatrics), dan Departemen Kesehatan. Ketika
bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli,
melalui saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di belakang areola, lalu
ke dalam mulut bayi.
ASI menjadi faktor penting bagi pertumbuhan bayi. Permasalahan yang sering dihadapi ibu menyusui
adalah merasa ASI tidak cukup, padahal masalah yang sebenarnya karena kurang dukungan dari orang terdekat,
masalah fisik dan emosi, pilihan ibu yang membatasi ASI, dan kekhawatiran ASI kurang. Untuk mewujudkan
anak yang berkualitas, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan strategi Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) antara lain merekomendasikan standar emas PMBA yakni melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
memberikan ASI Eksklusif, memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan meneruskan
pemberian ASI sampai berusia 2 tahun atau lebih. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Kirana Pritasari,
MQIH mengatakan setelah bayi berusia 6 bulan, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi,
sehingga perlu makanan tambahan (MP-ASI)
Berdasarkan global standard infant and young child feeding, MP-ASI harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Tepat waktu (Timely) : MP-ASI mulai diberikan pada saat kebutuhan energi dan zat gizi lain
melebihi yang didapat dari ASI
b. Adekuat (Adequate) : MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein dan zat gizi mikro
c. Aman (Safe) : Penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan MP-ASI harus higenis.
d. Tepat cara pemberian (Properly) : MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan
yang ditunjukan bayi serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi
Sebaiknya lakukan pada pagi hari. Sebelum mulai memerah ASI, cuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir serta bersihkan payudara mama dengan handuk kecil basah dan sabun. Siapkan wadah yang
terbuat dari alumunium atau plastik, atau kaca. Si kecil sangat membutuhkan lemak ASI untuk
pertumbuhannya.
Pompa Manual
Pemerahan ASI dengan pompa manual dipilih oleh mama yang melakukan pompa sesekali saja. Langkah awal
memerah ASI dengan pompa manual sama dengan memerah dengan tangan, mulai dari membersihkan tangan
dan payudara, dan rangsang pengeluaran ASI dengan memerahnya dengan tangan. Bila dirasa ASI sudah mulai
mengalir, maka mulai gunakan pompa manual untuk melanjutkannya. Bila aliran ASI sudah mulai melemah,
coba lakukan pemerahan ASI dengan tangan kembali kemudian lanjutkan kembali dengan pompa bila sudah
kembali mengalir.
Pompa Elektrik
Keunggulan ASI
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik,
aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.
a. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-
hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat
dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.Komposisi ASI :
5. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut.
6. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
7. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih
banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.
8. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
9. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi
sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat
terjadinya gangguan pada retina mata.
10. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA
dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam
linoleat).
b. Aspek Imunologik
1. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
2. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori
Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. Coli dan berbagai virus
pada saluran pencernaan.
3. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
4. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
5. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri
dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,
Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary
Asociated Lym
6. Pocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
7. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
C. Aspek Psikologik
1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
2. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
3. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d.Askep Kecerdasan
1. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
2. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi
baru lahir dapat lebih sempurna.
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi
berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula
dan peralatannya.
D.Manfaat Menyusui
ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa.
ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi
selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. ASI juga
menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A
terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan tubuh
pasif terhadap infeksi. Terdapat faktor bifidus di dalam air susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari
Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia)
penyebab diare. Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran
pernapasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi
saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis.
Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih
lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula, dapat mengurangi dan
memperlambat terjadinya alergi.
Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan kontraksi rahim, mencegah
involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan setelah melahirkan. Wanita yang menyusui,
menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai dengan
lamanya waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan
patah tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan. Meyusui dapat
menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi yang juga dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemakaian
susu formula. Menyusui memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga
menjadi suatu bentuk KB alamiah.
Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala dan badan
bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui dengan nyaman. Selain itu posisi ibu pun
harus nyaman. Cara menyusui yang benar adalah :
1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi
sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang
dengan mudah
2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga
bayi akan melekat sempurna dengan payudara.
3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu
dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian
atas bayi dengan jari ibu
4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi
terlebih dahulu
5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan
lingkaran gelap di sekitar puting, puting ibu sebaiknya berada pada
langit-langit mulut bayi
6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan
lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan
secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena
akan menimbulkan luka pada puting.
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis,
maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal
ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu
pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat
pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan
ketebalan karet dot.
Bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh
karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk,
disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui
4.Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-
langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa
kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih
kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
6.Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi
bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-
muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi
duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek
dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya
untuk “mengurut” puting dengan optimal. Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu
dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan
memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara
penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar tetapi ada juga yang mempunyai keinginan kuat untuk tetap
memberikan ASI pada bayinya. Namun demikian, ada beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi ASI baik
langsung maupun tidak langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat operasi, psikologi ibu. Ibu dengan pasca
persalinan sesar tetap dapat memberikan ASI nya. Hal yang perlu diperhatikan pada kondisi ini adalah :
2. Ibu Sakit.
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan
melindungi bayi dari penyakit. Perlu diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan bantuan dari orang lain untuk
mengurus bayi dan rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap mendapatkan istirahat yang cukup. Periksalah ke
tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun bayi.
Masih ada perbedaan pandangan mengenai penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis melalui ASI dari ibu
penderita kepada bayinya. Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS atau Hepatitis tidak
diperkenankan untuk menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu penderita tetap dianjurkan
memberikan ASI kepada bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan ekonomi, aspek kesehatan
ibu.
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan melalui
ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan pada bayi dengan
menggunakan masker. Bayi diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan pada ibu dilakukan kurang lebih 3
bulan kemudian dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi
dengan vaksinasi BCG.
Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula darahnya tetap dimonitor.
6. Ibu hamil.
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu maupun bayi,
asalkan asupan gizi pada saat menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan adanya
hal-hal yang dapat dialami antara lain: puting susu lecet, keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan dapat
terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi.
BAB II
PENUTUP
A.
DAFTAR PUSTAKA