Disusun oleh :
Kelompok 4
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen
Pembimbing mata kuliah Gawat Darurat Maternal dan Neonatal yang telah menugaskan
pembuatan makalah ini dan membimbing penulis dalam menyusun tugas.
Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan penulis tentang “Bendungan ASI dan Heacting Perineum”. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang ikut membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Pengertian Bendungan ASI.........................................................................
B. Penyebab Bendungan ASI...........................................................................
C. Gejala Bendungan ASI................................................................................
D. Pencegahan Bendungan ASI.......................................................................
E. Penatalaksanaan Bendungan ASI................................................................
F. Anatomi Perineum.......................................................................................
G. Konsep Heacting Perineum.........................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang
ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-
6 bulan pertama kehidupannya. Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan,
ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat
fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada
bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan
limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan
alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri.
Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu
teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar
dengan baik.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi,
yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat
berasal dari perineum vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk
hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya
pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan
dengan pemeriksaan dalam atau spekulum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan
persalinan. Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atau jika
perlukaan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya
perlukaan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau
perlukaan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan. Heacting
digunakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan cukup untuk
menahan beban fisiologis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bendungan ASI?
2. Apa penyebab dari bendungan ASI?
3. Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4. Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5. Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?
6. Bagaimana anatomi perineum?
7. Bagaimana konsep heacting perineum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2. Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3. Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI
6. Untuk mengetahui anatomi perineum
7. Untuk mengetahui konsep heacting perineum
BAB II
PEMBAHASAN
D. Pencegahan
a. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan
b. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
c. Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
d. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
e. Menyusui yang sering
f. Memakai kantong yang memadai
g. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2006)
E. Penatalaksanaan
a. Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
b. Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di
isap oleh bayi
c. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
d. Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin
e. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus
F. Anatomi Perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak
antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma
pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis
perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis
dibenuk oleh otot- otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari otot penting, yaitu
m.puborektalis, m.pubokoksigis dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan
penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.( Bonica,
1995).
Perineum berbatas sebagai berikut :
Ligamentum arkuata dibagian depan tengah
Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan
Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang
Tulang koksigis dibagian belakang tengah
Perineal body merupakan struktur perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai
tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persarafan perineum berasal dari
segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung
membentuk nervus pudendus.
Syarat ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui
lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic
minor dan kemudian lewat sepanjang dinding sampai fossa iliorektal dalam suatu ruang
fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, n.pudendus terbagi
menjadi 3 bagian/cabang utama, yaitu n.hemorrhoidalis inferior di regio anal,
n.perinealis yang juga membagi diri menjadi n.labialis posterior dan n.perinealis
profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang
ketiga adalah n.dorsalis klitoris.( Bonica, 1995)
Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan saraf yaitu berasal dari arteri
pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a.hemorrhoidalis
inferior, a.perinealis dan a.dorsalis klitoris.( Bonica, 1995)
b. Etiologi
1. Ruptur perineum spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan
dan biasanya tidak teratur. Robekan perineum ada 2, yaitu :
a. Anterior : labia, vagina anterior, uretra atau klitoris
b. Posterior : dinding posterior vagina, otot perineum, spincter ani, mukosa
rektum.
2. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan
pada perineum. Episiotomi ialah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan
pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum
f. Pathway
Kala II
g. Komplikasi
a. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit
kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu yang disebabkan oleh
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar karena asi tidak dikosongkan
dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu maupun faktor dari
bayi.bendungan asi dapat dicegah dengan Menyusui secara dini, susui bayi segera
mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan, Susui bayi tanpa dijadwal (on demand),
Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi,
Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169), Menyusui yang sering,
Memakai kantong yang memadai, Hindari tekanan local pada payudara.
Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland, 1994).
Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm
(Wiknjosastro, 1999). Heating perineum merupakan cara yang di lakukan untuk menutup
luka/robekan pada perineum melalui jahitan. Pada persalinan dengan kondisi tertentu
perineum dapat terjadi robekan, baik robekan perineum secara spontan dan robekan
perineum secara di sengaja
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna, S.SiT, M.Kes dan Diah Wulandari , SST, M.Keb. 2010. Asuhan
Kebidanan Nifas. Yogyakarta, Nuha Medika.
Dewi, Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta, Salemba
Medika.
Budisantoso. 2006. Panduan Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika,
Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti
Utama Pati.
Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.