Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERITONITIS PELVIS
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ginekologi
Dosen Pengampu: Ketut Resmaniasih, SST., M.Kes

Disusun Oleh:
Dea Cikasa PO62242201
Raudah PO6224220181

FAKULTAS KEBIDANAN
JURUSAN D4-SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini dibuat dengan berbagai observasi
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian

Palangka Raya, 19 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER DEPAN................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Praktikum...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
A. Anatomi Genetalia Eksterna Wanita......................................................................3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................4
A. Pengertian peritonitis velvis...................................................................................4
B. Klasifikasi dan Etiologi peritonitis ........................................................................5
C. Patofisiologi peritonitis ..........................................................................................7
D. Penyebab peritonitis velvis.....................................................................................7
E. Tanda Dan Gejala peritonitis velvis.......................................................................8
F. Diagnosa peritonitis pelvis ....................................................................................8
G. Upaya Mengatasi peritonitis velvis........................................................................9
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

iv
A. Latar Belakang
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik
pada selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih
yang membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi peritonitis
bisa terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau kronik. Peritonitis juga menjadi
salah satu penyebab tersering dari akut abdomen. Akut abdomen adalah suatu
kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah.
Peritonitis secara umum adalah penyebab kegawatan abdomen yang disebabkan
oleh bedah. Peritonitis tersebut disebabkan akibat suatu proses dari luar maupun
dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses
dari dalam misal karena apendisitis perforasi. Peritonitis merupakan suatu
kegawatdaruratan yang biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis. Kejadian
peritonitis akut sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis).
Apabila tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis
dikategorikan sebagai primary peritonitis. Peritonitis dapat diklasifikasikan menjadi
peritonitis primer, peritonitis sekunder, dan peritonitis tersier. Peritonitis primer
disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar getah bening di
peritoneum dan sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus
gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi.
Peritonitis tersier merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung
yang sering terjadi pada pasien immunocompromised dan orang-orang dengan
kondisi komorbid. Peritonitis sekunder umum yang bersifat akut disebabkan oleh
berbagai penyebab. Infeksi traktus gastrointestinal, infeksi traktus urinarius, benda
asing seperti yang berasal dari perforasi apendiks, asam lambung dari perforasi
lambung, cairan empedu dari perforasi kandung empedu serta laserasi hepar akibat
trauma. Peritonitis dapat mengenai semua umur dan terjadi pada pria dan wanita.
Penyebab peritonitis sekunder yang bersifat akut tersering pada anak-anak adalah
perforasi apendiks, pada orangtua komplikasi divertikulitis atau perforasi ulkus
peptikum. Komplikasi peritonitis berupa gangguan pembekuan darah, respiratory
distress syndrome, dan sepsis yang dapat menyebabkan syok dan kegagalan banyak
organ.

v
B. Tujuan Praktikum
1 Untuk mengetahui Peritonitis pelvis
2 Untuk mengetahui pengertian Peritonitis pelvis
3 Untuk mengetahui klasifikasi dan Etiologi Peritonitis
4 Untuk mengetahui Patofisiologi dari peritonitis
5 Untuk mengetahui penyebab Peritonitis pelvis
6 Untuk mengetahui tanda dan gejala Peritonitis pelvis
7 Untuk mengetahui diagnosis Peritonitis pelvis
8 Untuk mengetahui upaya mengatasi Peritonitis pelvis

vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Peritonitis pelvis
Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling komleks yang
terdapat dalam tubuh. Membran serosa tersebut membentuk suatu kantung tertutup
(coelom) dengan batas-batas:
 anterior dan lateral : permukaan bagian dalam dinding abdomen
 osterior : retroperitoneum
 inferior : struktur ekstraperitoneal di pelvis
 superior : bagian bawah dari diafragma

Peritoneum dibagi atas :


 peritoneum parietal
 peritoneum viseral
 peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon,
mesosigmidem, dan mesosalphinx.
 peritoneum bebas yaitu omentum

Lapisan parietal dari peritoneum membungkus organ-organ viscera membentuk


peritoneum visera, dengan demikian menciptakan suatu potensi ruang diantara
kedua lapisan yang disebut rongga peritoneal.
Normalnya jumlah cairan peritoneal kurang dari 50 ml. Cairan peritoneal terdiri
atas plasma ultrafiltrasi dengan elektrolit serta mempunyai kadar protein kurang
dari 30 g/L, juga mempunyai sejumlah kecil sel mesotelial deskuamasi dan
bermacam sel imun

vii
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian peritonitis velvis
Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). 
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis
yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Peradangan
disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur membran ini.
peritonitis pelvis adalah radang pada peritoneum pelvic, biasanya bersamaan dengan
radang salfingo ovoritis dan alat-alat sekitarnya sekitar pelvic.
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat radang peritoneum parietale dan
viscerale rongga abdomen. Berdasar proses terjadinya dikenal peritonitis primer,
sekunder, dan tersier. Peritonitis sekunder adalah infeksi hasil dari proses intraperitoneal
seperti penyakit radang pelvis (pelvic inflammatory disease/PID)

viii
B. Klasifikasi dan Etiologi peritonitis
Kelainan dari peritoneum dapat disebabkan oleh bermacam hal, antara lain:
1. Perdarahan, misalnya pada ruptur lien, ruptur hepatoma, kehamilan ektopik
terganggu
2. Asites, yaitu adanya timbunan cairan dalam rongga peritoneal sebab obstruksi
vena porta pada sirosis hati, malignitas.
3. Adhesi, yaitu adanya perlekatan yang dapat disebabkan oleh corpus alienum,
misalnya kain kassa yang tertinggal saat operasi, perforasi, radang, trauma
4. Radang, yaitu pada peritonitis

Peritonitis diklasifikasikan menjadi:


A. Menurut agens
1. Peritonitis kimia, misalnya peritonitis yang disebabkan karena asam lambung,
cairan empedu, cairan pankreas yang masuk ke rongga abdomen akibat
perforasi.
2. Peritonitis septik, merupakan peritonitis yang disebabkan kuman. Misalnya
karena ada perforasi usus, sehingga kuman-kuman usus dapat sampai ke
peritonium dan menimbulkan peradangan
B. Menurut sumber kuman
1. Peritonitis primer
Merupakan peritonitis yang infeksi kumannya berasal dari penyebaran
secara hematogen. Sering disebut juga sebagai Spontaneous Bacterial
Peritonitis (SBP). Peritonitis ini bentuk yang paling sering ditemukan dan
disebabkan oleh perforasi atau nekrose (infeksi transmural) dari kelainan
organ visera dengan inokulasi bakterial pada rongga peritoneum. Kasus SBP
disebabkan oleh infeksi monobakterial terutama oleh bakteri gram negatif
( E.coli, klebsiella pneumonia, pseudomonas, proteus) , bakteri gram positif
( streptococcus pneumonia, staphylococcus). Peritonitis primer dibedakan
menjadi:
 Spesifik Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang spesifik,
misalnya kuman tuberkulosa.
 Non- spesifik Peritonitis yang disebabkan infeksi kuman yang non
spesifik, misalnya kuman penyebab pneumonia yang tidak spesifik.

ix
2. Peritonitis sekunder Peritonitis ini bisa disebabkan oleh beberapa penyebab
utama, diantaranya adalah:
 invasi bakteri oleh adanya kebocoran traktus gastrointestinal atau
traktus genitourinarius ke dalam rongga abdomen, misalnya pada :
perforasi appendiks, perforasi gaster, perforasi kolon oleh
divertikulitis, volvulus, kanker, strangulasi usus, dan luka tusuk.
 Iritasi peritoneum akibat bocornya enzim pankreas ke peritoneum saat
terjadi pankreatitis, atau keluarnya asam empedu akibat trauma pada
traktus biliaris.
 Benda asing, misalnya peritoneal dialisis catheters

Terapi dilakukan dengan pembedahan untuk menghilangkan penyebab


infeksi (usus, appendiks, abses), antibiotik, analgetik untuk menghilangkan
rasa nyeri, dan cairan intravena untuk mengganti kehilangan cairan.
Mengetahui sumber infeksi dapat melalui cara operatif maupun non operatif :
 secara non operatif dilakukan drainase abses percutaneus, hal ini dapat
digunakan dengan efektif sebagai terapi, bila suatu abses dapat
dikeringkan tanpa disertai kelainan dari organ visera akibat infeksi
intra-abdomen
 cara operatif dilakukan bila ada abses disertai dengan kelainan dari
organ visera akibat infeksi intra abdomen Komplikasi yang dapat
terjadi pada peritonitis sekunder antara lain adalah syok septik, abses,
perlengketan intraperitoneal.
3. Peritonitis tersier biasanya terjadi pada pasien dengan Continuous
Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan pada pasien imunokompromise.
Organisme penyebab biasanya organisme yang hidup di kulit, yaitu coagulase
negative Staphylococcus, S.Aureus, gram negative bacili, dan candida,
mycobacteri dan fungus. Gambarannya adalah dengan ditemukannya cairan
keruh pada dialisis. Biasanya terjadi abses, phlegmon, dengan atau tanpa
fistula. Pengobatan diberikan dengan antibiotika IV atau ke dalam
peritoneum, yang pemberiannya ditentukan berdasarkan tipe kuman yang
didapat pada tes laboratorium. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya

x
adalah peritonitis berulang, abses intraabdominal. Bila terjadi peritonitis
tersier ini sebaiknya kateter dialisis dilepaskan.

xi
C. Patofiosiologis peritonitis
Peritonitis merupakan komplikasi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ
abdomen, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum
terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa, kantong-kantong
nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang membatasi infeksi.
Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sehingga menimbulkan obstruksi usus.
Dapat terjadi secara terlokalisasi, difus, atau generalisata. Pada peritonitis lokal
dapat terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme pertahanan
tubuh dengan melokalisir sumber peritonitis dengan omentum dan usus. Pada
peritonitis yang tidak terlokalisir dapat terjadi peritonitis difus, kemudian menjadi
peritonitis generalisata dan terjadi perlengketan organ-organ intra abdominal dan
lapisan peritoneum viseral dan parietal. Timbulnya perlengketan ini menyebabkan
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik. Cairan dan elektrolit
hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan
oliguria. Pada keadaan lanjut dapat terjadi sepsis, akibat bakteri masuk ke dalam
pembuluh darah.
D. Penyebab terjadinya peritonitis pelvis
Peradangan pada peritneum ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau
jamur. Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu peritonitis
primer dan peritonitis sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi yang
memang bermula pada peritoneum. Kondisi ini bisa dipicu oleh gagal hati dengan
asites, atau akibat tindakan CAPD pada gagal ginjal kronis. Sedangkan peritonitis
sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi dari saluran pencernaan. Kedua jenis
peritonitis tersebut sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Pada penderita sirosis,
kematian akibat peritonitis bisa mencapai 40%.

xii
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease) adalah penyakit yang
timbul karena infeksi yang menyerang serviks, uterus, tuba falopi, dan ovarium.
Pada umumnya penyakit ini menyerang wanita yang sudah aktif secara seksual dan
usia rentang dari 15 tahun sampai dengan 24 tahun. penyebab penyakit ini adalah
karena infeksi menular seksual seperti infeksi klamidia dan gonore. Selain menular
secara seksual, beberapa jenis IMS juga bisa menular dengan cara non-seksual
seperti menular melalui darah atau dapat ditularkan dari ibu ke anak selama proses
kehamilan dan persalinan.
E. Tanda dan Gejala peritonitis pelvis
 Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi, dan bau yang abnormal
 Demam
 Pendarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan
di celana dalam)
 Kram karena menstruasi
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
 Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual
 Nyeri punggung bagian bawah
 kelelahan
 Kehilangan nafsu makan
 Haus
 Mual dan muntah
 Urin terbatas
F. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainnya yang bisa
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaaan darah lengkap
 Pemeriksaan cairan dari serviks
 Kuldosentesis
 Raparoskopi USG Panggul

xiii
 Rontgen atau CT scan perut guna memeriksa adanya lubang atau robekan lain
pada saluran pencernaan.
 Analisis cairan peritoneum (paracentesis). Dokter akan mengambil sampel
cairan peritoneum untuk melihat apakah ada infeksi atau peradangan. Kultur
cairan juga bisa dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri

.
G. Upaya Mengatasi peritonitis pelvis
Pencegahan peritonitis tergantung pada faktor risikonya. Misalnya pada pasien
dengan kondisi sirosis dan terdapat asites, dokter dapat memberikan antibiotik untuk
mencegah peritonitis. Sedangkan bagi seseorang yang menjalani CAPD, ada
beberapa langkah untuk menghindari peritonitis, yaitu:
 Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh kateter.
 Bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.
 Simpan perlengkapan CAPD pada tempat yang higienis.
 Kenakan masker melakukan CAPD
 Pencegahan dapat di lakukan dengan mencegah terjadi infeksi yang di sebabkan
oleh kuman penyebab penyakit menular seksual. Terutama chalamidya.
Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini, serta
penanganan yang tepat terhadap infeksi chlamidya berpengaruh besar dalam
menurunkan angka PID.
 Adanya progam penapisan penyakit menular seksual dapat mencegah
terjadinyaPID pada wamita. Mengadakan penapisan terhadap pria perlu di
lakukan untuk mencegah penularan kepada wanita
 Pasien yang telah di diagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual harusdi
terapi hingga tuntas, dan terapi juga di lakukan terhadap pasangannya untuk
mencegah penularan Kembali
 Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun
atau lebih.
 Kontrasepsi oral dilakukan dapat mengurangi resiko PID

xiv
xv
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). 
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis
yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Peradangan
disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur membran ini.
peritonitis pelvis adalah radang pada peritoneum pelvic, biasanya bersamaan
dengan radang salfingo ovoritis dan alat-alat sekitarnya sekitar pelvic.
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat radang peritoneum parietale dan
viscerale rongga abdomen. Berdasar proses terjadinya dikenal peritonitis primer,
sekunder, dan tersier. Peritonitis sekunder adalah infeksi hasil dari proses
intraperitoneal seperti penyakit radang pelvis (pelvic inflammatory disease/PID)

B. Saran
Mahasiswa kebidanan sebaiknya memperdalam ilmu ginekologi lebih optimal
dalam memberikan pelayanan kepada klien. Sehingga banyak informasi yang dapat
diketahui dan dapat berpikir kritis dalam menentukan diagnosa secara dini. Semoga
makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya. Bagi mahasiswa dapat membaca
makalah ini sebagai referensi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dan juga
sebagai referensi untuk ginekologi tentang peritonitis pelvis.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease diakses pada 10


agustus 2022

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi 2. Jakarta. Buku


Kedokteran EGC.

Montravers, et al. (2016). Therapeutic Management of Peritonitis: A Comprehensive


Guide for Intensivists. Intensive Care Medicine, 42(8), pp.1234-1247.

Prakash, et al. (2014). An Introduction of Tertiary Peritonitis. Journals of Emergencies,


Trauma, and Shock, 7(2), pp.121-123.

Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Sudiyanto, Bernard Agung Baskoro, dr. Hendro Wartatmo, SpB-SpBD.2005. Biakan


dan uji sensitifitas bakteri pada peritonitis di Rumah Sakit Sardjito tahun 2004.
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/31430 diakses pada 10 agustus
2022

xvii

Anda mungkin juga menyukai