Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

PENGORGANISASIAN DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Strategi pemberdayaan kader dan dukun

Oleh

Nurhaida

NIM. PO7124319140

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEBIDNAN PROGRAM STUDI

DIV KEBIDANAN PALU

2019
A. Strategi Pemberdayaan Kader dan Dukun

Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras

atau matra pemberdayaan (empowerment setting) ( Suharto,2005) yaitu :

1. Matra Micro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,

konseling, stress managemen, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas – tugas

kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat

pada tugas (Task centered approach)

2. Matra Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekolompok klien. Pemberdayaan

dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.

Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan dan keterampilan dan

sikap-sikap klien agar dapat memiliki kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihadapinya.

3. Matra Macro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large system

strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang

lebih luas, perumusan kebijakan, perencanaan social, kampanye, aksi social,

lobbying, pengorganisasian masyarakat, managemen konflik, adalah

beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang


klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situai –

situai mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang

tepat untuk bertindak.

B. Pembinaan kader

1. Pengertian kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki – laki atau wanita yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah – masalah kesehatan

perseorangan maupun masyarakat untuk bekerja dalam hubungan yang amat

dekat dengan tempat – tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan

masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan

untuk kader yang dimaksudkan untuk mneingkatkan pengetahuan,

menurunkan angka kematian ibu anak. Para kader kesehatan masyarakat itu

memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan

mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana.

2. Peran fungsi kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat.

a. Perilaku hidup bersih dan sehat

b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa

c. Upaya penyehatan dilingkungan

d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita

e. Permasyarakatan keluarga sadar gizi


Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas –

tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hamper sama tugasnya

debeberapa negara yaitu:

a. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang

ringan

b. Melaksanakan pengobatan yang sederhana

c. Pemberian motivasi dan saran – saran pada ibu –ibu sebelum dan sesudah

melahirkan

d. Menolong persalinan

e. Pemberian motivasi dan saran – saran tentang perawatan anak

f. Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi

g. Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan

h. Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan

i. Melakukan penyuntikan imunisasi

j. Pemberian motivasi KB

k. Membagikan alat – alat KB

l. Pemberina motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan

dan kebiasaan sehat secara umum

m. Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan rujukan

n. Pemberian motivasi tentang perlunya fail up pada penyakit menular dan

perlunya memastikan diagnosis

o. Penanganan penyakit menular


p. Membantu kegiatan di klinik

q. Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS

r. Membina kegiatan UKS secara teratur

s. Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu

pencatatan dan pelaporan

3. Pembentukan kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini

disebabkan Karen kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan

pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa

yang telah ditetapkan sebelumnya telah dilaksankan kegiatan persiapan

tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan

bersama untuk melaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan

kemampuan dan kemauan berjumlah 4 -5 orang untuk tiap posyandu.

4. Strategi menjaga eksistensi kader

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka

dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.

a. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksankan

oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegitn

posyandu

b. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan

rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu


c. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana

semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan

bisa juga diberikan rewards

C. Pembinaan dukun

1. Definisi

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang

wanita yang mendapat kepercayaa serta memiliki keterampilan menolong

persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan

cara turn – temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus

kearah peningkatanan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatn.

2. Tujuan bimbingan dukun

a. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan keterampilan dukun bayi

b. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan

dukun dalam merawat bumil, bulin dan bunas

c. Sebagai bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas

puskesams

3. Langkah – langkah pembinaan dukun

Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun agar bersedia

mengikuti pelatihan – pelatihan dukun yang diselenggarakan. Mengajak

dukun bayi yang sudah dilatih untuk ikut serta memberikan penyuluhan dan

membantu melakukan deteksi dini ibu resiko tinggi di posyandu maupun

pada kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat.


4. Pelaksana bimbingan

a. Dokter

b. Bidan

c. Petugas imunisasi

d. Petugas gizi

5. Tempat pelaksanaan bimbingan dukun bayi

a. Posyandu pada hari buka oleh petugas Pembina posyandu

b. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas

c. Home to home

6. Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi

a. Saat kunjungan supervise petugas puskesmas di posyandu di desa tempat

tinggal dukun

b. Pertemuan rutin yang telah disepakati

c. Waktu – waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi

d. Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

7. Ciri – ciri dukun

a. Pada umumnya adalah seseorang anggota masyarakat yang cukup dikenal

di desa

b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf

c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari unag

tetapi karena panggilan atau melalui mimpi – mimpi dengan tujuan untuk

menolong sesame
d. Disamping menjadi dukun mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang

tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa

pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.

e. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kamampuan

dari masing – masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang

diterima tidak sama setiap waktunya.

8. Kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun

a. Kelebihan, dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putuss,

kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama, persalinan dilakukan dirumah,

biayanya murah dan tidak ditentukan

b. Kekurangan, dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam

menolong persalinan, dukun tidak mengenal keadaan patologis dan

kehamilan, persalinan , nifas dan bayi baru lahir.

9. Langkah pembinaan dukun bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan

peraturan dari masing – masing daerah atau dukun berasalllllll, karena tidak

mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa

langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai

berikut:

a. Fase I Pendaftaran dukun


Semua dukun yang brperktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar.

Dilakukan assessment mengenai pengertahuan/keterampilan dan sikap

merak dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II pelatihan

Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil asesmen. Diberikan sertifikat.

Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan

kesehatan ibu. Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek

c. Fase III pelatihan oleh tenaga terlatih

Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga terlatih. Pendidikan

10. Klasifikasi pembinaan dukun bayi

Berikut adalah klasifikasi materi yang diberikan untuk melakukan pembinaan

dukun:

a. Promosi bidan siaga

Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan

melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja

sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan

jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke

tempat bidan. Bukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan bayi baru

lahir. Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan

kesadaran dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melakukan

persalian di tenaga kesehatan. Ibu dan bayi selamat derajat kesehatan ibu

dan bayi diwilayah tersebut semakin meningkat.


b. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan rujukan

Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan

pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil

berisiko tinggii, tanda bahaya kehamilan, persalinan , nifas dan rujukan

agar dukun bayi dapat melakukan detekdi dini kegawatan atau tanda

bahaya pada ibu hamil, bersalin, dan nifas dan segera mendapatkan

rujukan cepat dantepat.

11. Hambatan dalam pembinaan dukun

a. Sikap dukun yang kurang kooperatif

Adanya perasaan malu apabila dlatih oleh bidan, dukun merasa tersaingi

oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan

yan dilakukan.

b. Kultur yang kuat

Dukun bayi biasanya adalah orang yang dikenal masyarakat setempat.

Kepercayaan masyarakat terhadap dukun diperoleh secara turun temurun.

Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di

pedesaan. Masyarakat masi terbiasa dengan cara – car tradisional.

c. Sosial ekonomi

Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah atau miskin dengan

pendidikan yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada

dukun. Mereka beranggapan bahwa untuk melhirkan di tenaga kesehatan


harus mengeluarkan biaya yang sangat besar, sehingga mereka merasa

enggan untuk pergi ketenaga kesehatan.

d. Tingkat pendidikan

Kebayakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus dihormati

dan mepunyai latar belakang pendidikan rendah, oleh karena dukun

memilki latar belakang pendidikan rendah ssehingga tidak jarang dukun

sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai