Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh

Nurhaida

NIM. PO7124319140

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEBIDNAN PROGRAM STUDI

DIV KEBIDANAN PALU

2019
A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan adalah suatu proses berkelanjutan yang mengupayakan

transfer kekuasaan yang didasari penguatan modal social(kepercayaan), patuh

aturan (peran) dan jaringan, negosiasi dan komunikasi aktif dengan metode

bottom-up yang didasari masyarakat untuk mengubah dan menentukan nasibnya

untuk mencapai tujuan tertentu (kesejahtraan ekonomi).

Menurut Widjaja( 2003), pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan

kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat , sehingga masyarakat dapat

mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan

dan mengembangkan diri secara mandiri baik di bidang ekonomi, social, agama

dan budaya.

B. Berbagai Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Jim dan Frank (2008) , ada enam dimensi pengembangan atau

pemberdayaan masyarakat dan kesemuanya berinteraksi satu dengan yang

lainnya dalam bentuk – bentuk yang kompleks. Keenam dimensi tersebut antara

lain:

1. Pengembangan social

2. Pengembangan ekonomi

3. Pengembangan politik

4. Pengembangan budaya

5. Pengembangan lingkungan

6. Pengembangan personal/spiritual.
Menurut Schuler, Hashemi dan Riley dalam ( Edi Suharto2008),mengembangkan

beberapa indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai Empowerment

index pemberdayaan antara lain:

1. Kebebasan mobilisasi : kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau

wilayah tempat tinggalnya. Tingkat mobilisasi ini dianggap tinggi jika

individu mampu pergi sendiri.

2. Kemampuan membeli komoditas ‘kecil’ kemampuan individu individu untuk

membeli barang – barang kebutuhan keluarga sehari – hari, kebutuhan

dirinya. Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia

dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta iji pasangannya, terlepas

jika ia dapat membeli barng- barnag tersebut dengan menggunakan uangnya

sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas ‘ besar’ kemampuan individu untuk

membeli barang- barnag sekunder atau tersier. Seperti halnya indicator diatas,

poin tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan

sendiri tanpa meminta ijin dari pasangannya, terlebih jika ia membeli barnag

– barang tersebut menggunkan uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam membuat keputusan – keputusan rumah tangga, mampu

membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai

keputusan – keputusan keluarga .

5. Kebebasan relatife dari dominasi keluarga


6. Kesadaran hukum dan politik, mengetahui nama salh seorang dari pegawai

pemerintah desa/ kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, mengetahui

nama presiden, mengetahui pentingnya memiiki surat nikah dan hukum-

hukum waris.

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes – protes, seseorang dianggap

berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain

melakukan protes.

8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, memiliki rumah, tanah,

asset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika

memiliki aspek – aspek tersebutsecara sendiri atau terpisah dari pasangannya.

Sedangkan menurut Nugroho (2008), mengemukakan indicator pemberdayaan

yaitu:

1. Akses, dalam arti kesamaan hak dala mengakses sumber daya – sumber daya

produktif di dalam lingkungan.

2. Partisipasi, yaitukeikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber

daya yang terbatas tersebut.

3. Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang

sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatansumber daya tersebut.

4. Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan permpuan harus sama – sama menikmati

hasil – hasil pemanfaatan suber daya atau pembangunan secara bersama dan

setara keberhasilan.
Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operatif, maka perlu

diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu

berdaya atau tidak. Singga ketika sebuah program pemberdayaan diberikan

segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek – aspek apa saja dari sasaran

perubahan yang perlu dioptimalkan.

C. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras

atau matra pemberdayaan (empowerment setting) ( Suharto,2005) yaitu :

1. Matra Micro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,

konseling, stress managemen, crisis intervention. Yujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas – tugas

kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat

pada tugas (Task centered approach)

2. Matra Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekolompok klien. Pemberdayaan

dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.

Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan dan keterampilan dan

sikap-sikap klien agar dapat memiliki kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihadapinya.


3. Matra Macro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large system

strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang

lebih luas, perumusan kebijakan, perencanaan social, kampanye, aksi social,

lobbying, pengorganisasian masyarakat, managemen konflik, adalah

beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang

klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situai –

situai mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang

tepat untuk bertindak.

Anda mungkin juga menyukai