Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PROFESI PENDIDIKAN

OLEH :
KELOMPOK I

1. ROMI ISWANDI, ST
NIM : 20.01.0085

DOSEN PENGAMPUH : WIWIT AKRIANI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH AL-QUR’ANIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari masa kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang
paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karena-Nya saya
dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan ini dengan baik
dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata Kuliah Profesi
Pendidikan. Dalam proses penyusunan tugas ini penulis menjumpai hambatan,
namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak dan keinginan kuat saya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, oleh karena
itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah
SWT, meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Besar harapan penulis semoga
Makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan bagi pembaca lain pada
umumnya.
Manna, Maret 2023
Penulis
KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi 3
B. Jenis-Jenis Profesi Pendidikan 5
C. Syarat-syarat Profesi Kependidikan 7
D. Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/Kependidikan 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi menunjuk kepada suatu pekerjaan oleh pelaku agar dasar suatu
janji publik dan sumpah bahwa mereka akan menjalankan tugas sebagaimana
mestinya. Seseorang dikatakan profesional jika orang tersebut dapat
mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik dan dapat memuaskan orang lain,
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok bukan sekedar mengisi waktu
luang dan pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan.
Suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi jika ia lakukan full time,
didasarkan panggilan hidup, terikat norma dan aturan memiliki derajat otonomi
tinggi, melakukan pengembangan diri secara terus menerus, dan memiliki kode
etik profesi. Kode etik profesi merupakan norma-norma atau aturan yang harus
ditaati. Tujuan dari kode etik menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para
anggota profesi dan meningkatkan harga diri (kehormatan suatu organisasi
profesi).
Tenaga pendidikan merupakan anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat menunjang penyelenggaraan pendidikan, selain
itu bertugas untuk melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan.
Tenaga kependidikan terdiri dari pendidik, pengelola suatu pendidikan,
penitik/pengawas, peneliti, dan pengembanagn dibidang pendidikan,
pustakawan laboran, dan teknisi sumber belajar.
Salah satu contoh pendidik adalah guru. Seorang dikatakan sebagai
guru karena ia berada di muka kelas dan berhubungan langsung dengan peserta
didik dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus
memiliki profesionalisme (merupakan sikap dari seorang professional). Sasaran

1
2

dari sikap professional yaitu peraturan perundang-undangan, organisasi profesi


(PGRI), teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin, dan pekerjaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Profesi ?
2. Apa saja Jenis-jenis Profesi Kependidikan ?
3. Apa saja Syarat-syarat Kependidikan ?
4. Bagaimanakah sejarah perkembangan profesi keguruan/ kependidikan ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
A. Untuk mengetahui Pengertian Profesi
B. Untuk mengetahui Jenis-jenis Profesi Kependidikan
C. Untuk mengetahui Syarat-syarat Kependidikan
D. Untuk mengetahui Bagaimanakah sejarah perkembangan profesi keguruan/
kependidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi
Istilah “profesi” sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan
senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan
suatu jabatan professional. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang seseorang. Akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi  karena profesi menuntut keahlian
para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau
jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan
tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk itu. Ada beberapa istilah lain yang bersumber dari
istilah “profesi” yaitu istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan
profesionalisasi.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise) menggunakan teknik-teknik ilmiah,
serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang
khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Ciri-ciri profesi, yaitu adanya :
1. Standar untuk kerja.
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut
dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab.
3. Organisasi profesi.
4. Etika dan kode etik profesi.
5. Sistem imbalan.
6. Pengakuan masyarakat.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut professional.
“Profesional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang

3
4

dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan


penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik secara formal
maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau
lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan
organisasi profesi. Secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat
luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan
“Guru Profesional” adalah guru yang telah mendapat pengakuan formal
berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun
latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk
surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya, baik yang menyangkut
kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan “Guru Profesional” juga dapat
mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja
seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan
demikian, sebutan “professional” didasarkan pada pengakuan formal terhadap
kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (Pasal 1 Ayat 4) dinyatakan bahwa :
“Profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian
dan pengabdian diri kepada pihak lain”.
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang
memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta
komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional
melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya
senantiasa memberikan makna professional.
“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan
demikian sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan”
5

derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian


yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
“Profesionalisasi” adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.

B. Jenis-jenis Profesi Kependidikan


Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Yang pertama ada tenaga pendidik
yaitu tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik (pengajar). Macam-
macam tenaga pendidik antara lain ada guru, dosen, tutor, konselor dan ustadz.
Menurut undang-undang no.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10
ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru untuk
mengelola pembelajaran peserta didik. Misalkan disini seorang guru mampu
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi
atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Disini seorang guru harus
menjadi contoh dan teladan yang baik bagi siswanya. Ada peribahasa yang
mengatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Peribahasa ini ingin
mengatakan bahwa seorang guru yang baik harus bisa merubah dirinya terlebih
dahulu sebelum dia merubah orang lain. Seorang guru juga dituntut untuk
mempunyai kompetensi sosial yakni disini seorang guru harus mampu
berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru yang profesional
berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua murid sehingga
terjadi komunikasi dua arah. Dan yang terakhir ada kompetensi profesional
6

yakni seorang guru disini harus mampu dan menguasai materi pelajaran yang
luas dan mendalam serta pemahaman terhadap metode dan teknik mengajar
yang sesuai yang di pahami oleh murid. Tenaga pendidik yang lain ada dosen.
Dosen disini merupakan tenaga pendidik dalam jenjang pendidikan tinggi.
Dosen menjadi tenaga pendidik di perguruan tinggi seperti universitas, institut
dan perguruan tinggi lainnya. Kualifikasi akademik minimum yang harus
dimiliki seorang dosen :
 Lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana;
dan
 Lulusan program doktor untuk program pasca sarjana.
Kemudian ada tutor. Tutor adalah guru yang bertugas pada pendidikan
anak usia dini, pendidikan kesetaraan, dan pendidikan keaksaraan. Selanjutnya
ada konselor, konselor disini bertugas dan bertanggung jawab memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
Konselor merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga
pendidik. Dan yang terakhir ada ustadz. Ustadz disini merupakan seorang
tenaga pendidik yang tugasnya mengajar di lembaga atau sekolah-sekolah yang
berbau keagamaan dilembaga formal maupun non formal. Lembaga formal
disini ada sekolah madrasah dan yang non formal sendiri adalah seperti di
musholah, mesjid ataupun dipondok pesantren.
Kemudian Tenaga kependidikan merupakan pegawai yang bekerja
pada satuan pendidikan selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Masing-masing tenaga kependidikan disini mempunyai kompetensinya
masing-masing. Misalkan ada :
 Kepala sekolah harus mempunyai kompetensi kepribadian, Kompetensi
managerial, Kompetensi sosial, Kompetensi super visi
 Pengawas sekolah harus mempunyai kompetensi kepribadian, managerial,
akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta
kompetensi sosial
7

 Kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah adalah


kompetensi kepribadian. Sosial, dan teknis
 Tenaga pustakawan adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan
membantu orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain. Pendidikan
untuk menjadi seorang pustakawan, seseorang perlu menempuh pendidikan
tentang perpustakaan setingkat S2 maupun D2.
 Kompetensi yang harus dimiliki seorang laboran adalah kompetensi
kepribadian, sosial, managerial dan professional.
 Petugas Layanan Khusus antara lain ada Penjaga Sekolah, tukang Kebun,
tenaga Kebersihan, pengemudi, dan pesuruh.

C. Syarat-syarat Profesi Kependidikan


Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba
menyusunnya. Misalnya National Education Association (NEA) (1948)
mensyaratkan kriteria bentuk :
 Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
 Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
 Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
 Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanent.
 Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
 Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
 Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.

D. Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/Kependidikan


Perkembangan Profesi Keguruan Kalau kita ikuti perkembangan
profesi keguruan Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru indonesia
diangkat dari orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk
memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia,
Nasution (1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan guru di Indonesia.
Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan
8

khusus yang ditambah dengan orang-orang yang lulus dari sekolah guru
(kweek school) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena
mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat
lima macam guru yaitu :
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang
penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon
guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari
warga yang perna mengecap pendidikan.
Di indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di
DPR/MPR. Dalam sejarah pendidikan guru indonesia, guru pernah mempunyai
status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai wibawa yang sangat
tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak
hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat masyarakat
untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial.
Namun, wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman, 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang
meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar
pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh
berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di
9

Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar


sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC
(1996) bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu :
1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para
guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui
perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini
melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan
penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan
fenomena alam.
2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru
sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran,
pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke
pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun
mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat
memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting,
konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap
pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan
representasi apa yang bisa membantu siswa belajar.
3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para
guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk
pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan
memilih profesi guru, mereka telah berkomit menuntuk belajar sepanjang
masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan
terus untuk belajar.
4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk
guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan
untuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan
profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan. Apabila guru di Indonesia
telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlaku di
Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin
baik.
10

Selain memiliki standar professional guru sebagaimana uraian di atas,


di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational
Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwan untuk menjadi
profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal :
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada siswa
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
cara evaluasi
d. Guru Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya
e. seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global,
karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap
dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiper kompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang
berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-
aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan
keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus
mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai
profesional. Akadum (1999) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua
masalah yang memiliki mutualkorelasi yang pemecahannya memerlukan
kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan :
1. Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya.
Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya
2. Profesionalisme guru masih rendah. Akadum (1999) juga mengemukakan
bahwa ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru yaitu :
11

a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total


b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan
c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati
dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari
masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan
kependidikan
d. masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi
ajar yang diberikan kepada calon guru
e. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya
secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.
Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan,
terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI
sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggotanya.
Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternative untuk
meningkatkan profesi guru. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan
tinggi.
Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi
guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun
demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara
entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain diadakannya
penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program
sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk
meningkatkan profesionalisme guru,  misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan
KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
12

pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam


kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk
penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan
masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,
peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan
pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru. Dari beberapa upaya
yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-
guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan
banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan
pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi
kebutuhannya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga
tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-
negara ketiga. Di Indonesia telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman
kolonial Belanda. Setelah memasuki jaman orde baru semua berubah sehingga
kini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutan terbawah dari urutan
profesi lainnya seperti dokter dan jaksa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari  pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan :
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan
dan keahlian khusus yang didapatkan pada pekerjaan sebelumnya. Profesi
adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengertian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi.
Dilihat dari sejarah, pada awalnya orang-orang diangkat menjadi guru
belum berpendidikan khusus keguruan, dan secara perlahan-lahan tenaga guru
ditambah dengan mengangkat dari lulusan guru (kweek school) yang pertama
kali didirikan di Solo pada tahun 1852. karena kebutuhan penambahan
sejumlah guru yang semakin mendesak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:


CV.Budi Utama.
Suyanto, Jihad Asep. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru
Profesional. Yogyakarta : Multi Pressindo
Husein, Latifah. 2017. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Saud, Udin Syaefudin. 2010. Pengembangan Profesi Guru cetakan ke-3. Bandung
: Alfabeta.
Mulyasa, E.2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Long. Sara. 2014. Makalah Konsep Dasar Profesi Kependidikan. Di akses dan di
unduh pada tanggal 05 Maret 2023 jam 19.55 WIB melalui
https://www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai