Anda di halaman 1dari 28

CORETAN KULIAH FISIKA

Blog Ini berisi tentang beberapa contoh laporan praktikum fisika, kimia, biologi dan makalah mata kuliah
pendidikan fisika universitas islam negeri alauddin makassar

Posted by Jumran jum September 18, 2014

KONSEP PROFESIONALISME GURU,

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “KONSEP PROFESIONALISME GURU ”

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Citra Guru Profesional atau yang lebih khususnya
Membahas pengertian citra guru yang profesional, faktor-faktor yang mempengaruhi citra guru, serta
identifikasi dan contoh citra guru.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Citra Guru Profesional.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Samata, Gowa 17 September, 2014


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… 2

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………. 3

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 3

C. Tujuan …………………………………………………………………………………… 3

BAB II: PEMBAHASAN

A. Profesinalitas guru ……………………………………………. 4

B. Konsep profesi keguruan ……………………………………... 4

C. Profesionalisme guru …………………………………………. 6

D. Keunikan profesi guru ………………………………………... 11

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………. 12

B. Saran ………………………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 14


BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen
sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Guru adalah
salah satu contoh dari sekian jenis profesi, Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu,
disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang
menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Menjadi profesional dalam suatu profesi adalah
tuntutan yang akhirnya mampu meningkatkan kualitas keprofesian yang kita miliki.

B. RumusanMasalah

1. Apakah profesi itu?

2. Apa saja Kriteria pekerjaan sebagai profesi?

3. Bagaimana konsep dasar profesionalisme itu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang profesi

2. Untuk mengetahui kriteria pekerjaan sebagai profesi

3. Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme


BAB II

PEMBAHASAN

A. PROFESIONALITAS GURU

Profesionalitas berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian.
Profesioanlitas itu sendiri dapat berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau orang yang profesional. Profesionalitas guru dapat berarti guru yang profesional, yaitu
seorang guru yang mampu merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin
proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan memanfaatkan hasil penilaian
kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya dalam penyempurnaan proses belajar mengajar.
(Sahabuddin, 1993:6)

B. KONSEP PROFESI KEGURUAN

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession atau bahasa latin,
profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan
suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis.

Menurut Ornstein dan Levine (1984), menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan sepanjang hayat,
memerlukan ilmu dan keterampilan, menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke
praktik,mempunyai otonomi dalam ruang lingkup kerjanya, bertanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil, mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, menggunakan administrator, mempunyai
organisasi yang dikelola anggota profesi, mempunyai kode etik, memiliki kepercayaan publik yang tinggi,
mempunyai status sosial yang tinggi, ada kelompok elit untuk menilai keberhasilan.

Menurut Volmer dan Mils (1966), Mc Cully (1969), dan Diana W. Kommer (dalam segala, 2000:195-196),
mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialifikasi dari jabatan intelektual yang diperoleh
melalui study dan training (payment).

Menurut Sanusi (1991) menguraikan ciri-ciri utama profesi adalah suatu jabatan yang memiliki fungsi
dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial), menentukan keterampilan dan keahlian tertentu,
memerlukan pendidikan tinggi dengan waktu yang lama, berpegang teguh pada kode etik, memiliki
otonom terhadap masalah yang dihadapinya, bertanggung jawab terhadap tindakannya.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksankan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian
(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Wirawan menyatakan bahwa persyaratan pokok suatu profesi antara lain :

1. Pekerjaan penuh.

2. Ilmu pengetahuan.

3. Aplikasi ilmu pengetahuan.

4. Lembaga pendidikan profesi.

5. Perilaku profesional.

6. Standar profesi.

7. Asosiasi profesi.

8. Kode etik profesi.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi meliputi :

1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

2. Memiliki klien atau objek layanan yang tetap, seperti guru dengan siswanya.

3. Diakui oleh masyarakat dikarenakan jasanya yang diperlukan. Mengajar memerlukan seperangkat
kemampuan.

C. PROFESINALISME GURU

Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah tim yang menjelaskan
bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam
bidangnya atau profesinya.

Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang
sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang
profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap
pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari
kata ” profession ” (pekerjaan ) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda,
profesional lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai
mata pencaharian.(Mc.Leod,1989)

Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ” Mu’alim”, dalam bahasa inggris
”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person whose occuption is teaching others” ( Mc.
Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Undang – undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam bab 1
ketentuan umum pasal 1 ayat 1 sebagai berikut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama,
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan dasar dan menegah.

Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan: “Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi
mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten,
dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses
belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya.

Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak
digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang tercermin
dari sikap dan perilaku mereka. Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia
memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu:

· Pertama, afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama
pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.

· Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan bahwa
seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain
(pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang
datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang
menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja
tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik
menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus.

· Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang
paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar”
yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

· Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah
menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah
kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang kelima, kewajiban sosial (social obligation)
merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

· Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap
profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang
mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur
tersebut secara sempurna.

PROFESIONAL :

· Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.

· Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.

· Hidup dari situ.

· Bangga akan pekerjaannya.

Beberapa pakar mengatakan bahwa pekerjaan guru memerlukan keahlian khusus karena guru adalah
pekerjaan yang sangat mulia, sebab :

1. Untuk menjadi guru harus mempunyai beberapa sifat, diantaranya memiliki bakat dan keahlian,
memiliki kepribadian yang baik dan memiliki mental serta fisik yang kuat.

2. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

3. Seorang warga negara yang baik (Sudjana, 1989:15).

Adapun cara untuk meningkatkan profesionalisme guru, adalah sebagai berikut :

1. Melalui pelatihan yang efektif, setelah pelatihan harus ada umpan balik berupa ujian.
2. Magang pada guru yang profesional.

3. Membaca buku atau hasil penelitian tentang guru yang profesional.

4. Melakukan refleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.

5. Melakukan refleksi diri terhadap perilaku yang ditampilkan di depan kelas dan di sekolah.

6. Melakukan evaluasi diri terhadap kinerja yang telah dicapai.

Aspek laindari profesional guru adalah kemampuan berkomunikasi, yaitu ucapannya jelas
dan mudah dipahami peserta didik. Kalimat yang diucapkan harus jelas dan jika menyampaikan konsep
yang sulit harus diulang-ulang. Kalau bertanya juga harus jelas, demkian pula jika memberi tugas baik
kelompok maupun individu. Kamampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran juga
bervariasi. Guru juga harus mampu membangun minat peserta didik pada mata pelajaran yang
diampunya. Kemampuan ini tidak mudah dicapai, namun bisa dicapai melalui pengalaman yang selalu
dianalisis melalui refleksi diri atau melalui magang pada guru senior yang sukses dalam mengelola
prosess pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif menurut Kindsvatter, Willen, dan Ishler (1996)adalah melalui
prosedur sebagai berikut :

1. Mereview pelajaran yang lalu.

2. Menyajikan pengetahuan atau keterampilan baru.

3. Memberikan latihan dan aplikasi konsep.

4. Memberi umpan balik atau koreksi.

5. Memberi latihan mandiri.

6. Melakukan review mingguan atau bulanan,

Selain itu, untuk meningkatkan profesionalisme guru,kepala sekolah harus memantau


kinerja guru melalui observasi di kelas dan menggali informasi dari peserta didik tentang pelaksanaan
pembelajaran, dan menganalisis hasil ujian sekolah dan hasil ujian nasional. Kepala sekolah harus
bekerja sinergis dengan pengawassekolah dalam membangun guru yang profesional. Untuk itu,
pengawas harus memiliki kemampuan dalam membantu guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Kerja yang sinergis antara kepala sekolah dengan pengawas mutlak diperlukan
dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan berkala membahas pencapaian
kinerja guru dan cara untuk meningkatkannya.

Guru profesioanal adalah yang menguasai bahan ajar, memnguasai peserta didik, terampil dalam
memilih dan menggunakan metode pembelajaran, dan menjadi teladan dalan penampilan maupun
ucapan di kelas dan di sekolah maupun di masyarakat.
D. KEUNIKAN PROFESI GURU

Profesi guru merupakan profesi yang berbeda dengan profesi yang lainnya. Profesi ini adalah
profesi yang unik. Profesi yang menuntut pelakunya memilikikecakapan diberbagai aspek. Profesi yang
mencerdaskan anak manusia, menjadikan manusia lebih mulia, dan membentuk peradaban yang lebih
baik.

Keagungan dan kemuliaan guru muncul tidak begitu saja ada. Keagungan nama guru harus
diciptakan oleh guru itu sendiri. Sepuluh hal yang harus dihindari agar siswa tetap cinta pada guru :

1. Tidak menilai hasil kerja siswa.

2. Memanggil dengan nama yang tidak disukai.

3. Jarang tersenyum.

4. Berpakaian tidak rapi.

5. Suka menghukum fisik.

6. Meremehkan siswa.

7. Sering mengumpat.

8. Pilih-pilih siswa.

9. Menyentuh tubuh siswa.

10. Tidak pernah mendoakan.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan ) yang berarti sangat
mampu melakukan pekerjaan.Sebagai kata benda, profesional lebih berarti orang yang melaksanakan
sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencaharian.(Mc. Leod,1989) Profesionalisme
guru merupakan kondisi,arah ,nilai,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa
yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan
hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena hal inilah yang mendasari
seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki. Guru adalah salah
satu dari profesi, dewasa ini memiliki profesi haruslah mampu menjadi profesional. Karena tuntutan
perkembangan dan hal ini sejalan dengan dinamisasi sistem pendidikan. Menjadi seorang guru harus
profesional karena nantinya guru’lah yang akan melahirkan generasi profesionalisme melalui profesinya
itu.

B. SARAN

Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu penyusun
menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah profesionalisme guru ,setelah membaca
makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Marilah kita belajar untuk menjadi calon guru
yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA
Rahman Muhammat, sofan amri. 2014. Kode Etik Profesi Guru. Jakarta: Prestasi pustaka raya

http://alimudinmakalah.blogspot.com/2009/04/profesionalisme-guru.html

http://mujarodah.blogspot.com/2013/06/makalah-profesionalisme-guru.html

http://mi-kalimulyo.blogspot.com/2011/12/makalah-profesionalisme-guru.html

Share

Labels: Contoh Makalah Konsep Profesionalisme Guru

COMMENTS

POPULAR POSTS

Posted by Jumran jum March 19, 2014

CONTOH LAPORAN, FISIKA DASAR PENGUKURAN,

Share

Post a Comment

Posted by Jumran jum October 07, 2014

LISTRIK DAN MAGNET,

Share

2 comments

Powered by Blogger

Theme images by Matt Vince


Blog Archive

Labels

Report Abuse

CORETAN KULIAH FISIKA

Pendidikan

Pendidikan Karakter, Pendidikan Islam, Pendidikan Nilai, NIlai-nilai Agama Islam, Guru, Pendidikan Anak
Usia Dini, Tafsir, Fiqih, Resensi Buku, Review Buku, Makalah, Kurikulum, Silabus, RPP

Jumat, 22 Mei 2015

Makalah Profesionalisme Guru

PROFESIONALISME GURU

A. PENDAHULUAN

Negara yang maju dapat dilihat dari pendidikan di negara tersebut maju atau tidak. Pendidikan menjadi
sangat penting bagi perkembangan dari suatu negara. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia
dapat terberdayakan dengan baik, sehingga dapat mengelola sumber daya yang ada dalam negara
tersebut dengan baik. Begitu juga di Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting
dan utama. Hal ini dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah
satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan
mempunyai peranan yang besar. Hal ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer
ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanan.
Guru adalah orang yang mentransfer suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau
sekelompok orang. Maka untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan,
kemampuan dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranan-peranannya secara profesional yang
dalam tugasnya guru tidak hanya mengajar, melatih tetapi juga mendidik (Moh. Roqib dan Nurfuadi,
2009: 118).

Guru tidak hanya menyampaikan materi kepada peserta didik namun menjadikan peserta didik belajar.
Dimana adanya suatu perubahan setelah terjadinya proses pembelajaran. Guru menggali potensi yang
ada dalam diri setiap peserta didik, agar potensi mereka dapat terberdayakan dengan baik.

Untuk dapat melaksanakan perannya tersebut, guru harus profesional sebagai modal dasar dalam
mengemban tugas dan kewajibannya. Adapun macam-macam potensi akan dibahas secara terperinci
pada pembahasan selanjutnya.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Guru

Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai ‘maha resi guru’ yakni para pengajar yang bertugas
untuk menggembleng para calon biksu di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para biksu) (Moh Roqib
dan Nurfuadi, 2009: 20).

Dalam hal ini guru dikaitkan dengan pengajaran yang bersifat religius. Tidak hanya agama Hindu, dalam
agama Islam pun terdapat istilah guru, namun dalam bahasa Arab kata guru dikenal dengan beberapa
istilah seperti al-mu’allim atau al-ustadz. Guru mempunyai pengertian sebagai penyampaian ajaran
agama untuk membangun aspek spiritualitas manusia.

Sementara guru dalam bahasa Jawa menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua
peserta didik dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh peserta didik. Seorang guru harus ditiru,
artinya seorang guru harus menjadi suri teladan bagi semua peserta didiknya (Moh. Roqib dan Nurfuadi,
2009: 20).

Guru dalam bahasa Jawa dikenal dengan singkatan dari digugu dan ditiru seperti yang telah disampaikan
diatas. Adapun hal yang digugu dan ditiru adalah hal-hal yang baik dari guru tersebut. Untuk itu guru
dituntut uintuk menjadi seorang yang mempunyai kepribadian yang baik karena menjadi contoh dalam
segala hal oleh peserta didiknya. Segala tingkah laku guru akan disorot oleh masyarakat dan peserta
didiknya.

KH. M. Hasyim Asy’ari (1922: 29) menyebutkan dalam kitabnya Adabul ‘Alim wa Al-Muta’alim bahwa:
‫للطا لب ان يقدم النظر ويستخير ا تعا لى فيمن ياء خذ العلم عنه ويكتسب حسن ال خلقا والدااب منه وليكن ان امكن ممن ثبتت اهليته‬
‫تحققت شفقته وطهرت مروءته واشتهرت صيا نته وكان احسن تعلما واجودا تفهيما فعن بعض السلف هذا العلم داين فانظر واعمن تاءخذون‬
‫داينكم‬

Artinya: Seorang peserta didik hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu dengan memohon
petunjuk kepada Allah SWT tentang seorang yang dianggap paling baik untuk menjadi gurunya dalam
menimba ilmu pengetahuan dan yang bisa membimbing terhadap akhlak yang mulia, jika
memungkinkan, ia hendaknya berupaya mencari guru yang benar-benar ahli dibidangnya, memiliki
kecakapan dan kredibilitas yang baik, dikenal kehati-hatiannya dalam berpikir dan bertindak, serta tidak
sembrono dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, seyogyanya seorang peserta didik mencari
figur guru yang dikenal memiliki kemampuan yang cukup baik dalam memberikan pengajaran serta
memiliki pemahaman yang mendalam di bidangnya (Hasyim Asy’ari, penerjemah Mohamad Kholil, 2007:
27).

Dalam hal ini KH. M. Hasyim Asy’ari menganggap guru adalah seorang yang mempunyai peran penting
untuk mempengaruhi jalan hidup seseorang. Untuk itu dibutuhkan pemilihan yang selektif terhadap
calon guru yang akan mengajarkan kita banyak hal. Peserta didik dihimbau oleh beliau untuk mencari
sosok guru yang tidak hanya cukup dengan pengetahuan yang memadai namun lebih menekankan pada
kemuliaan akhlak dan agamanya.

Paul D. Travers (1990: 1) mengatakan bahwa:

“teachers despite differing personality types, must have some common traits. Superior intelligence,
compassion, humor, respect for children, and patience are necessary ingredients for good teachers”.

“Guru memang memiliki karakter yang berbeda-beda, namun pada umumnya harus
memiliki ciri sebagai berikut: kecerdasan yang tinggi, kasih sayang, humor, kewibawaan, dan kesabaran
untuk menjadi guru yang baik”.

Kepribadian yang baik perlu dimiliki oleh setiap guru agar peserta didik dapat menghomati
serta mematuhi perintah guru. Menjadi seorang guru tidak hanya cukup dengan kecerdasan yang
memadai, namun perlu adanya kasih sayang terhadap peserta didik agar mereka merasa nyaman dalam
mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran perlu diselingi dengan humor, agar peserta didik tidak
merasa bosan. Peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda untuk itu perlu adanya
kesabaran dalam menghadapi tingkah laku peserta didik di dalam atau di luar kelas.

Dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Bab 1 ayat 1 tentang Ketentuan Umum,
disebutkan pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Martinis Yamin, 2008:
194).
Guru disini mempunyai tugas yang besar bagi peserta didiknya , melihat banyak sekali tugas
yang diemban oleh guru. Tidak sembarang orang boleh menjadi guru, guru perlu disiapkan sejak dini,
untuk itu jika seseorang menjadi guru sudah sepantasnya mengenyam pendidikan profesi.

2. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan di
tekuni oleh seseorang . Profesi juga juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis dan
intensif ( Kusnandar, 2010:45).

Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu
pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak data dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran , atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi.

Profesi menunjukan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan
khusus yang mendalam, seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan, dan sebagainya.
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus di
persiapakan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain. Profesi seseorang yang mendalami hukum adalah ahli hukum , seperti jaksa, hakim dan
pengacara. Profesi seseorang yang mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu orang yang
menggeluti dunia pendidikan ( mendidik atau mengajar) adalah guru dan profesi lainya.

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu suatu keahlian (skill)
dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan
keahlian) tertentu yang secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis dan intensif. Profesi
biasanya bekaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi
(keahlian dan kewenanagan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan
tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.

Sementara itu yang dimaksud profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas, suatu
keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.

b. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan sebuah kondisi arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pengajaran dan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi
mata pencaharian. Sementara itu guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kopetensi di sisni meliputi
pengetahuan, sikap dan ketrampilan professional baik yang bersifat pribadi, sosial atau akademis.
Dengan kata lain penegertian guru professional adalah orang yang mempunyai keahlian dan kemampuan
khusus dalam bidang kegurun sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya dalam bidangnya.

c. Cirri-ciri dan konsep Guru Profesional

Suatu pekerjaan professional memerlukan persaratan khusus, yakni (1) meneunut adanya ketrampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam ; (2) menekankan pada suatu kehlian
dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang
memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakanya ;
(5) memungkinkan perkembangna sejalan dengan dinamika kehidupan . Selain persyaratan diatas
usman menambahkan, yaitu; (1) memilik kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya; (2) memiliki klien/objek layanan yang tetap seperti dokter dengan pasienya, guru dengan
muridnya; (3) diakui oleh mayarakat karena memang di perlukan jasanya di masyarakat.

Menurut surya, guru yang profesional akan tercemin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang di
tandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukn melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdianya. Guru yang professional hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai Guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
Bangsa, Negara dan Agamanya. Guru professional mempunyai tanggung jawab pribadi, social,
intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung
jawab social diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungn social serta memiliki kemampuan interktif dan efektif. Tanggung jawab
intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengtahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui
penampilan guru sebagai mahluk beragama yang perilakunya senantisa tidak menyimpang dari norma-
norma agama dan moral.

d. Makna Profesionalisme Guru

Lebih lanjut Surya berpendapat bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: (1)
Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2)
Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini
dianggap oleh sebagian besar masyarakat rendah ; (3) Profesionalisme memberikan kemungkinan
perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik
mungkin dan memaksimalkan kompetensinya, kualitas profesionalisme guru dapat ditunjukan lima sikap;
(1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal (2)) meningkatkan dan
memelihara citra profesi; (3) keinginn untuk senantiasa untuk mengejar kesempatan pengembangan
professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilanya; (4)
mengajar kualitas dan cita-cita dalam profesi; (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya . yaitu dirinya adalah pribadi yang di
panggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus menerus
bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru dinggal
untuk menemukan peneyebabnya dan mncari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkanya
atau malahan menyalahkanya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal
diri dan kehendak untuk memurnikan keguruanya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk
menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru.
Kerasan dan kebanggaan atas keguruanya adalah langkah untuk menjadi guru yang professional.
( Kusnandar, 2010:49)

Soedijarto berpendapat bahwa guru sebagai jabatan professional memerlukan pendidikna dan latihan
khusus (advanced education and special training) maka guru sebagai profesiaonal, seperti dokter dan
lawyer, memerlukan pendidikan pasca sarjana. Namun pascasarjana bagi jabatan professional bukanlah
progam akademik, tetapi progam profesioanal yang mengutamakan pratik. Seperti halnya dokter setelah
menjadi sarjana kedokteran, para dokter belajar praktik menjadi dokter selama dua tahun. Di Amerika
Serikat, calon guru baik SD, SMP, maupun kesemuanya B.A dan progam pasca BA ( graduate progame)
tetapi bukan untuk mendapatkan master melainkan untuk mendapatkan “credential” melalui
penguasaan ilmu-ilmu keguruan dan praktik keguruan selama setahun lebih.

Dalam upaya memajukan jabatan guru sebagai jabatan professional, kita belum sepenuhnya menganut
pendidikan professional seperti yang dianaut oleh jabatan professional lainya yang lebih tua, seperti
dokter. Namun dengan adanya direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
yang khusus menangani urusan mutu pendidikan dan keguruan, untuk menuju profesionalitas jabatan
guru dan pengelolaan pendidikan menjadi semakin terbuka.

Guru adalah pendidik profesional dengn tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarhkn
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksnkan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (1) Memiliki bakat minat
panggilan jiwa dan idealism;(2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan
ketaqwaan dan ahlak mulya;(3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belkang pendidikn sesui dengan
bidang tugas;(4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;(5) memiliki tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;(6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan profesi kerja;(7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara kelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat;(8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksankan tugas
secara keprofesionalan;(9) memiliki organisasi profesi yang memiliki kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Pemberdayaan profesi guru atau dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan
secara demokratis , berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai natural, dan kemajemukan bangsa.
Pemerintaah melalui Presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004
guru sebagai profesi dikembangkan melalui: (1) system pendidikan (2) sistem penjaminan mutu; (3)
system manajement; (4) system remunerasi dan (5) system pendukung profei guru. Dengan
pengembangan guru sebagai profesi diharapkan mampu diharapkan mampu; (1) membentuk,
membangun dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang tinggi di tengah msyarakat; (2)
meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera dan; (3) meningkatkan mutu pembelajaran yang mampu
mendukung terwujudnya lulusan yang kompeten terstandar dalam kerangka pencapaian visi, misi dan
tujuan pendidikan nasional pada masa mendatang. Selain itu juga diharapkan akan mendorong
terwujudnya guru, yang cerdas, berbudaya, bermartabat, sejahtera, canggih dan professional. Guru masa
depan diharapkan lebih konsisten dalam mengedepankan nilai-nilai budaya, mutu, keterbukaan,
demokratis dan menjunjung akuntabilitas dalam melaksakan tugas dan fungsi sehari-hari.

Seorang guru yang professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain ; memiliki
kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuwan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif dan mempunyai etos kerja dan komitment tinggi terhadap profesinya dan selalu
melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continuous improvement) melalui organisasi
profesi internet, buku, seminar dan semacamnya. Dengan persyaratan semacam ini maka tugas guru
bukan lagi knowledge based seperti sekarang ini, tetapi lebih bersifat competency based yang
menekankan pada penguasaan secara optimal konsep ilmuwan dan perekayasaan yang bersandar pada
nilai-nilai ahlak dan moral. Konsekuensinya seorang guru tidak lagi menggunakan komunikasi satu arah
yang selama ini dilakukan, melainkan menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga terjadi
komunikasi dua arah secara demokratis anatara guru dengan siswa. Dengan kondisi yang demikian
diharapkan mampu menggali potensi dan kreativitas peserta didik.

Dengan profesionalisme guru maka guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher),
seperti fungsinya yang menonjol selama ini tetapi beralih sebagai pelatih (counselor) dan manager
belajar (learning manager). Sebagai pelatih seorang guru akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia
mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar memotivasi sisa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa menghrgai nilai belajar dan pengetahuan sebagai
pembimbing atau konselor, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi
yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manager belajar, guru akan
membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya
dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan kreativitas, dan
mendorong adanya penemuan keilmuwan dan teknologi yang inovatif sehingga para siswa mampu
bersaing dalam masyarakat global.

Sementara itu, sikap dan sifat-sifat guru yang baik adalah: (1) bersikap adil; (2) percaya dan suka kepada
murid-muridnya ; (3) sabar dan rela berkorban (4) memiliki wibawa di hadapan peserta didik; (5)
penggembira; (6) bersikap baik terhadap guru lainya; (7) bersikap baik terhadap masyarakat; (8) benar-
benar menguasai mata pelajaranya; (suka dengan mata pelajaran yang diberikanya dan; (9)
berpengetahuan luas (Ngalim Purwanto, 2002:30).7
Kemampuan Dasar Profesionalisme Guru

No

Kemampuan Dasar

Pengalaman Belajar

Menguasai Bahan

1.1 Menguasai bahan mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

1.1.1 Mengkaji bahan kurikulum mapel.

1.1.2 Mengkaji isi buku-buku teks mapel yang bersangkutan.

1.1.3 Melaksakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mapel yang bersangkutan.

1.2 Menguasai bahan pendalaman/aplikasi pelajaran.

1.2.1 Mempelajari ilmu yang relevan.

1.2.2 Mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu yang lain (untuk program-program studi
tertentu.

1.2.3 Mempelajari cara menilai kurikulum mapel.

Mengelola Progam Belajar Mengajar.

2.1. Merumuskan tujuan intruksional.


2.1.1 Mengkaji kurikulum mapel.

2.1.2 Mempelajari cirri-ciri rmusan tujuan intruksional.

2.1.3 Mempelajari cara menilai kurikulum mapel

2.1.4 Merumuskan tujuan intruksional mapel yang bersangkutan.

2.2. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.

2.2.1 Mempelajari macam-macam metode mengajar.

2.2.2 Menggunakan macam-macam metode mengajar.

2.3 Memilih dan menyusun prosedur intruksional yang tepat.

2.3.1 Mempelajari criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

2.3.2 Menggunakan criteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

2.3.3 Merencanakan progam pelajaran.

2.3.4 Menyusun satuan pelajaran.

2.4 Melaksakan progam belajar mengajar.

2.4.1 Mempelajari fungsi dan peran guru dalam intruksi belajar mengajar.

2.4.2 Menggunakan alat bantu criteria pemilihan materi dan produser mengajar.

2.4.3 Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

2.4.4 Memonitor proses belajar siswa.

2.4.5 Menyesuaikan rencana progam pengajaran dengan situasi kelas.

2.5 Mengenai kemampuan anak didik.

2.5.1 Mempelajari factor-faktor yang memengaruhi pencapaian prestasi belajar.

2.5.2 Mempelajari prosedur dan teknik mengedentifikasi kemampuan siswa.


2.5.3 Menggunakan prosedur dan teknik mengidentifiksi kemampuan siswa.

2.6 Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial

2.6.1 Mempelajari factor-faktor penyebab kesulitan belajar.

2.6.2 Mendiagosis kesulitan belajar.

2.6.3 Menyusun pengajaran remedial

2.6.4 Melaksanakan pengajaran remedial.

Mengelola Kelas

3.1 Mengatur tata ruang kelas.

3.1.1 Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan
tujuan intruksional yang hendak di capai.

3.1.2 Mempelajari criteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan.

3.2 Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.

3.2.1 Mempelajari factor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang seerasi.

3.2.2 Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif.

3.2.3 Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif.

3.2.4 menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifa kuratif.

Menggunakan media sumber


4.1 Mengenal, memilih dan menggunakan media.

4.1.1 Mempelajari macam-macam media pendidikan.

4.1.2 Mempelajari criteria pemilihan media pendidikan.

4.1.3 Menggunakan media pendidikan.

4.1.4 Merawat alat-alat bantu belajar mengajar

4.2 Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.

4.2.1 Menengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu.

4.2.2 Mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar.

4.2.3 Membuat perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar

4.3 Menggunakan dan mengelola labortorium dalam rangka proses belajar mengajar.

4.3.1 Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium.

4.3.2 Mempelajari cara-cara dan aturan pengalaman kerja di laboratorium.

4.3.3 Berlatih menata ruang laboratorium.

4.3.4 Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.

4.4 Mengembangkan laboratoium.

4.4.1 Mempelajari fungsi laboratorium dalam proes belajar mengajar.

4.4.2 Mempelajari kriteria pemilian alat.

4.4.3 Mempelajari berbagai laboratorium.

4.4.4 Menilai keefektifan laboratorium.

4.4.5 Mengembangkan eksperimen baru.


4.5 Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

4.5.1 Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar.

4.5.2 Mempelajari macam-macam sumber perpustakaan.

4.5.3 Menggunakan macam-macam perpustakaan

4.5.4 Mempelajari criteria pemilihan sumber macam-macam sumber perpustakaan.

4.5.5 Menilai sumber-sumber perustakaan.

4.6 Menggunakan micro teching unit dalam proses belajar mengajar.

4.6.1 Mempelajari fungsi mikro teaching dalam proses belajar mengajar.

4.6.2 Menggunakan mikro teaching unit dalam proses belajar mengajar.

4.6.3 Menyusun progam micro teaching dengan atau tanpa hardware.

4.6.4 Melaksanakan progam mikro teaching dengan atau tanpa hardware.

4.6.5. Menilai progam dan pelaksanaan mikro teaching

4.6.6 Mengembangkan progam-progam baru.

Menguasai Landasan Pendidikan.

5.1 Menguasai landasan pendidikan.

5.5.1 Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis,
filosofis, historis dan psiologis.

5.5.2 Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan
masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat.

Mengelola Interaksi Belajar Mengajar.


6.6.1 Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.

6.6.2 Menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.

6.6.3 Mempelajari macam-macam bentuk belajar.

6.6.4 Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara cepat.

6.6.5 Mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah.

6.6.6 Mengkaji factor-faktor positif dan negative dalam proses belajar.

6.6.7 Mempelajari cara-cara berkomunikasi antar lembaga.

6.6.8 Menggunakan cara-cara berkomunikasi antar pribadi.

Menilai Prestasi Siswa Untuk Kepentingan Pengajaran.

7.7.1 Mempelajari fungsi penilaian.

7.7.2 Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian.

7.7.3 Menyusun teknik dan prosdur penilaian.

7.7.4 Mempelajari criteria penilaian teknik dan prosedur .

7.7.5 Menggunakan teknik dan prosedur penilian.

7.7.6 Mengolah dan menginterprestasikan hasil penilaian.

7.7.7 Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar.

7.7.8 Menilai teknik dan prosedur penilaian.

7.7.9 Menilai keefektifan progam pengajaran

Mengenal Fungsi Dan Progam Pelayanan BP


8.1 Mengenal fungsi dan progam layanan.

8.1.1 Mempelajari fungsi BP di sekolah.

8.1.2 Mempelajari progam layanan BP.

8.1.3 Mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan
pembimbing disekolah.

8.2 Menyelenggarakan progam layanan BP di sekolah.

8.2.1 Mengidentifiksi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.

8.2.2 Menyelenggarakan progam layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar.

Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

9.1 Mengenal, menyelenggarakan administrasi sekolah.

9.1.1 Mempelajari struktur organisasi dan admiistrasi sekolahan.

9.1.2 Mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepaa sekolah, dan kantor wilayah
Depdiknas.

9.1.3 Mempelajari peraturan-peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan guru pada
khususnya.

9.2 Menyelenggarakan administrasi sekolah

9.2.1 Menyelenggarakan admnistrasi sekolah.

9.2.2 Mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan progam akademik.

10

Memahami Prinsip-Prinsip dan Mentafsirkan Hasil-Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan


Pengajaran.s

10.1 Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiyah dalam peneliian pendidikan.


10.2 Mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan, terutama, sebagai konsumsi hasil-hasil
penelitian pendidikan

10.3 Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.

C. PENUTUP

Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan implementasi kurikulum, Karena gurulah yang
pada akhirnya akan melaksanakan kurikulum di dalam kelas. Gurulah garda terdepan dalam
implementasi kurikulum. Guru adalah kurikulum berjalan sebaik apapun kurikulum dnsitem pendidikan
yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat maka semuanya akan sia-sia. Peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia tidak cukup dalam pembenahan di bidang kurikulum saja, tetapi juga
harus diikuti dengan peningkatan mutu guru di tingkat-tingkat dasar dan menengah. Tanpa upaya
meningkatkan mutu guru, semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang diinginkan.

Oleh karena itu, keberadaan guru yang profesional tidak bisa di tawar-tawar lagi. Guru yang profesional
adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang dperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat
kompetensi tersebut di atas dibuktikan dengan sertifikasi pendidik melalui uji sertifikasi guru. Guru
profesional mencerminkan sosok guru yang mempunyai wawasan tentang pendidikan secara luas, baik
yang sifatnya mikro atau makro.
DAFTAR PUSTAKA

KH. M. Hasyim Asy’ari, 1922. Adabul ‘alim wa al-muta’allim. Jombang: Madrasah Tsurats Al-Islamiyah.

KH. M. Hasyim Asy’ari, 1922. Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim: Etika Pendidikan Islam. Terjemahan:
Mohamad Kholil. Yogyakarta: Titian Wacana.

Kunandar, 2008. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Martinis Yamin, 2008. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.

Moh. Roqib dan Nurfuadi, 2009. Kepribadian Guru. Purwokerto: STAIN Press.

Paul D. Travers. 1990. Foundations of Education Becoming a Teacher. New Jarsey: Prentice Hall.

Purwanto, ngalim. 1990. Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mustangin Buchory di 09.40

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Mustangin Buchory

Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai