Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP PROFESI KEGURUAN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Etika Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Moh. Sholihin, M.Pd.I

Oleh:

1. Khusnul Khotimah (6932)


2. Moh. Fery (6890)

KELAS C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG

2021
PEMBAHASAN

KONSEP PROFESI KEGURUAN

A. Pengertian dan Syarat Profesi Keguruan

Profesi keguruan mengandung unsur dua kata yakni Profesi dan Keguruan.
Profesi dalam bahasa inggris adalah profession yang memiliki arti ‘pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. 1
Definisi ini menyiratkan bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan atau
jabatan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah.
Profesi merupakan suatu pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Perbedaan tersebut terletak pada penguasaan disiplin ilmu atau keahlian tertentu
yang menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai syarat untuk
menjadi guru.2 Contoh mudahnya dari maksud di atas yakni profesi dan pekerjaan
adalah dua hal yang berbeda, misalnya seorang akuntan mampu melakukan
pekerjaan sebagai tukang potong rumput, namun tukang potong rumput tidak
mungkin mampu melakukan pekerjaan seperti akuntan.

Suatu profesi secara teori tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak dilatih, tidak memiliki ilmu pengetahuan, yang dibuktikan dengan surat
pengakuan dari pemerintah atau masyarakat dalam hal ini ijazah keguruan yang
bersangkutan. Jadi profesi bukanlah sembarang pekerjaan tetapi pekerjaan yang
berlandaskan pada keahlian, yang diperoleh melalui pendidikan melalui suatu
lembaga dalam waktu yang lama. Oleh sebab itu mempunyai prinsip antara lain:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan bersifat idealisme.

2. Memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan,


pengajaran yang dilandasi dengan keamanan, ketakwaan, dan keikhlasan.

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai


dengan bidang tugas.

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

1
Dr. rulam ahmadi, M. Pd., profesi keguruan hal. 37
2
Ibid, 38
2
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesian.

6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesian secara


berkelanjutan dengan prinsip belajar sepanjang hayat.

8. Memiliki perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesiannya.

9. Memiliki organisasi professional yang mempunyai kewenangan mengatur


yang berkaitan dengan tugas kewenangannya.3

Sedangkan dalam bahasa latin, profesi berasal dari kata proffesio. Proffesio
mempunyai dua pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan. 4 Definisi ini
menjadi tajukan dari pengertian yang dikemukakan oleh Sikun Pribadi (1976)
bahwa “Profesi pada hakikatnya suatu pekerjaan atau janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada sesuatu jabatan atau pekerjaan”.5

Maksud dari janji terbuka yakni pernyataan sungguh-sungguh yang keluar dari
lubuk hati seseorang yang memegang jabatan atau tugas tersebut. Pernyataan
demikian mengandung norma-norma atau nilai-nilai etika, yakin dan sadar bahwa
pernyataan yang dibuat adalah baik. Baik dalam arti bermanfaat bagi orang
banyak dan bagi dirinya sendiri. Pernyataan janji itu bukan hanya diucapkan,
tetapi merupakan ekspresi kepribadian yang tampak pada tingkah laku sehari-hari.

Dari berbagai pengertian di atas, tersirat bahwa dalam profesi digunakan


teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, sehingga
dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain. Dalam kaitan ini seorang pekerja
professional dapat dibedakan dari seorang pekerja amatir.

Keguruan berasal dari kata dasar guru yang berarti perihal yang menyangkut
pengajaran, pendidikan dan metode pengajaran. Dari beberapa definisi di atas
dapat dipahami bahwa profesi keguruan merupakan suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang

3
Dr.h syarwani ahmad, Zahruddin Hodsay, S.Pd., M.M., profesi kependidikan dan keguruan halaman 5
4
Jaja suteja, etika profesi keguruan, halaman 57
5
Dr. h. syarwani ahmad, M.M, Zahruddin Hodsay, S.Pd., M.M, profesi kependidikan dan keguruan,
halaman 3
3
memadai dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikannya, yang diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.

Profesi guru mempunyai syarat-syarat, yaitu: jabatan yang melibatkan


kegiatan intelektual, jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu khusus,
jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama, jabatan yang
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, jabatan yang lebih
mementingkan layanan umum di atas kepentingan pribadi, jabatan yang
mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat, jabatan yang
menentukan baku (standarnya) sendiri sehingga hasil kerjanya mempunyai
jaminan atau mutu yang membutuhkan kerja sama semua pihak terkait dalam
pelaksanaan profesi guru.6

Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan profesi di antaranya:

1. Profesional; yaitu menunjukkan sifat yang terkait dengan profesi, misalnya


seseorang yang menyandang tugas profesi telah menampilkan pekerjaannya
dengan baik. Dengan demikian guru yang professional adalah guru yang
memiliki sifat, ciri-ciri atau karakter sesuai dengan jabatan profesinya. Sifat,
ciri dan karakter dari profesi yaitu terdidik, terlatih, kekhususan, otonomi,
terorganisir, memiliki kode etik, berprestasi/terpercaya, dedikasi/pengabdian,
dan imbalan yang memadai.

2. Profesionalisme; menunjukkan derajat penampilan seseorang sebagai seorang


yang professional, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai
tuntutan perilaku professional dalam melaksanakan tugasnya.

3. Profesionalitas; suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu


profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari
sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya.

6
Dr. Shilpy A. Octavia, M. Pd., Etika profesi guru halaman 37-38
4
4. Profesionalisasi; proses peningkatan kualitas maupun kemampuan para
anggota profesi, suatu proses untuk mencapai secara professional baik
dilakukan melalui pendidikan maupun pelatihan.7

B. Kode Etik Profesi Keguruan

Kode yaitu tanda-tanda atau symbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan


atau benda yang disepakati untuk maksud tertentu (KBBI, 2019). Isitilah etika
berasal dari bahasa yunani yaitu ethikos yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam
bahasa sehari-hari disebut dengan etiket yang berarti pergaulan atau berperilaku
yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan santun. Isitilah etika banyak
dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan
mengukur perilaku professional seseorang. Pada saat ini banyak dikembangkan
etika yang berkaitan dengan profesi, sehingga disebut etika profesi misalnya etika
kedokteran, etika hukum, etika guru, etika jurnalistik dan sebagainya.

Dalam dunia pekerjaan etika merupakan landasan perilaku kerja dan tenaga
kerja kependidikan lainnya. Dengan etika kerja itu, maka suasana dan kualitas
kerja dapat diwujudkan sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang
efektif, efisien, dan produktif. Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan
para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai
dan moral tersebut. Rumusan etika kerja yang dapat disepakati bersama itu disebut
kode etik.8

Kode etik akan menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam
melakukan tugas-tugas pekerjaan. Dengan kode etik itu pula, perilaku etika para
pekerja dikontrol, dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Kode etik guru adalah
suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah laku guru. Oleh karena
itu, haruslah ditaati oleh guru dengan tujuan agar guru-guru mempunyai rambu-
rambu yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari
sebagai pendidik.

Mengingat kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama dari para
anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi yang
7
Dr.h. syarwani ahmad, M.M. & zahrudin hodsay, S.Pd., M.M. profesi kependidikan dan keguruan
halaman 9-11
8
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan, halaman 90
5
mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya. Khusus mengenai
kode etik guru Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah
menetapkan kode etik guru sebagai salah satu kelengkapan organisasi. 9 Kode etik
guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan
pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres ke-XIII di Jakarta pada 1973,
yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke-XVI pada 1989 juga di
Jakarta yang berbunyi sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia seutuhnya


yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan


melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang


berhasilnya proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat


sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan


meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan


kesetiakawanan social.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi


PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang


pendidikan.10

C. Organisasi Profesi Keguruan

9
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan, halaman 92
10
Dr. Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan, halaman 103
6
Setiap pekerjaan professional memerlukan organisasi profesi. Begitu juga
profesi guru memerlukan sebuah organisasi yang disebut dengan organisasi guru,
yang di Indonesia dikenal dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Masih ada juga organisasi-organisasi guru yang berkembang di daerah-daerah
yang memiliki persamaan dan perbedaan masing-masing.

Selain itu, setiap organisasi memiliki kode etik masing-masing, termassuk


organisasi profesi keguruan. Profesi guru memiliki kode etik yang disebut dengan
kode etik guru. Kode etik guru pertama kali dikembangkan oleh PGRI yang
masih berlaku hingga saat ini.

Sebagai seorang guru, bekal ilmu pengetahuan dan kompetensi tidak hanya
didapatkan dari satu sumber saja, melainkan dari banyak cara. Salah satunya
melalui organisasi profesi guru. Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen, organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang
berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan
profesionalisme guru. Organisasi profesi guru tidak hanya sekedar organisasi
untuk berkumpul guru, melainkan juga organisasi amanat undang-undang.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen disebut tentang organisasi dank ode etik guru sebagaimana dalam
uraian berikut.

Pasal 41

1) Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.

2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk


memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi


guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

7
Pasal 42

Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:

1) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.

2) Memberikan bantuan hukum kepada guru.

3) Memberikan perlindungan profesi guru.

4) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

5) Memajukan pendidikan nasional.

Pasal 44

1) Dewan kehormatan guru dibentuk oleh organisasi profesi guru.


2) Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan kehormatan guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru.
3) Dewan kehormatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi
pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.
4) Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus objektik, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
5) Organisasi profesi guru wajib melaksanakan rekomendasi dewan kehormatan
guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya


seperangkat keahlian atau didiplin ilmu tertentu yang diperoleh melalui proses
pendidikan dan pelatihan yang relative lama dan disertai dengan perolehan sertifikat

8
yang menunjukkan keahlian pemiliknya, dan dalam melaksanakan tugas diberi upah
sesuai dengan aturan yang berlaku.

Profesi menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap spesifik,


serta secara terus-menerus melakukan pengembangan profesi melalui berbagai
pendidikan dan pelatihan sehingga memungkinkan peningkatan kualitas dalam
melakukan tugas profesinya.

Guru professional harus memiliki kemampuan dalam mengelola pengajaran,


mengelola kelas, membangun hubungan dengan peserta didik, membangun hubungan
dengan sesame guru, dan membangun hugungan dengan masyarakat sekitar.

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma
social, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk
dalam kategori norma hukum. Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata
cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional. Nilai professional dapat disebut
juga dengan istilah asas etis, empat asas etis, yaitu; menghargai harkat dan martabat,
peduli dan bertanggung jawab, integritas dalam hubungan, dan tanggung jawab
terhadap masyarakat.11

Sebagai seorang guru, bekal ilmu pengetahuan dan kompetensi tidak hanya
didapatkan dari satu sumber saja, melainkan dari banyak cara. Salah satunya melalui
organisasi profesi guru. Setiap pekerjaan professional memerlukan organisasi profesi.
Begitu juga profesi guru memerlukan sebuah organisasi yang disebut dengan
organisasi guru, yang di Indonesia dikenal dengan Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI). Masih ada juga organisasi-organisasi guru yang berkembang di daerah-
daerah yang memiliki persamaan dan perbedaan masing-masing.

Selain itu, setiap organisasi memiliki kode etik masing-masing, termassuk


organisasi profesi keguruan. Profesi guru memiliki kode etik yang disebut dengan
kode etik guru. Kode etik guru pertama kali dikembangkan oleh PGRI yang masih
berlaku hingga saat ini.

11
Jaja suteja, etika profesi keguruan, halaman 91
9
DAFTAR PUSTAKA

Octavia, Shilphy A, M.Pd.2020.Etika Profesi Guru.Yogyakarta: CV Budi Utama.

Ahmad, Syarwani, M.M., dkk.2020.Profesi Kependidikan dan Keguruan.Yogyakarta:


CV Budi Utama.

Ahmadi, Rulam, M.Pd.2018.Profesi Keguruan.Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

10
Suteja, Jaja, M.Pd.I.2013.Etika Profesi Keguruan.Yogyakarta: CV Budi Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai