Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai orang yang memiliki profesi, maka akan dituntut untuk
memiliki beberapa hal sebagai pendukung untuk melihat seberapa jauh
kelayakan dari seseorang tersebut menduduki profesi yang dijalankannya,
dengan kata lain suatu profesi memiliki karakteristik dan kualifikasinya
tersendiri.
Terdapat beberapa hal untuk mengukur kelayakan seseorang dalam
menduduki suatu profesi, maka secara logika terdapat beberapa profesi yang
tentunya memiliki karakteristik dan kualifikasi tersendiri. Maka dalam
makalah ini akan dibahas selanjutnya tentang hakikat profesi, macam-macam
profesi, serta karakteristik dan kualifikasi profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pekerjaan dan Profesi ?
2. Apakah Kualifikasi Pekerjaan Yang Disebut Profesi ?
3. Apakah Hakikat Profesi ?
4. Apakah Karakteristik Profesi ?
5. Apakah Macam-macam Profesi ?
6. Apakah yang dimaksud dengan Nilai Moral Pengemban Profesi ?
7. Apakah Budaya Kerja Profesi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dikatakan dengan Pekerjaan dan Profesi
2. Untuk mengetahui Kualifikasi Pekerjaan Yang Disebut Profesi
3. Untuk mengetahui Hakikat Profesi
4. Untuk mengetahui Karakteristik Profesi
5. Untuk mengetahui Macam-macam Profesi
6. Untuk mengetahui Nilai Moral Pengemban Profesi
7. Untuk mengetahui Budaya Kerja Profesi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pekerjaan dan Profesi


Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan
sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.
Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan.
Penghasilan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan
kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis.
Secara etimologi profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession
yang berarti pekerjaan. Dalam bahasa Latin, yaitu profesus yang berarti
mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan seterusnya) tertentu.1
Secara singkat definisi profesi adalah sebutan untuk jabatan pekerjaan,
di mana orang yang menyandangnya mempunyai keahlian khusus yang
diperoleh melalui training dan pengalaman kerja.2
Hubungan Antara Pekerjaan dan Profesi
Antara pekerjaan dan profesi terdapat kaitan yang erat. Profesi
merupakan pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang. Namun tidak semua
pekerjaan dapat digolongkan sebagai profesi, karena hal yang dikerjakan,
yang digolongkan sebagai profesi, memiliki kekhususan.3 Sebagai contoh,
pekerjaan staff kebersihan tidak masuk dalam golongan profesi karena untuk
bekerja sebagai staff kebersihan seseorang bisa berasal dari berbagai latar

1
Suparman Marzuki, Etika dan Kode Etik Profesi Hukum, (Yogyakarta: FH UII Press, 2017), hal. 1.
2
E. Soemaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-norma Bagi Penegak Hukum, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1995), hal. 32.
3
Serlika Aprita, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2020), hal. 10.

2
belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, sedangkan hakim
merupakan profesi karena seseorang yang bekerja sebagai hakim haruslah
berpendidikan hukum dan memiliki pengalaman kerja beberapa tahun di
pengadilan.
Perbedaan Antara Profesi dan Pekerjaan
Profesi:
1. Memerlukan keahlian dan keterampilan khusus untuk menjalankannya
2. Keahlian diperoleh melalui studi dan training.
3. Profesi menuntut mutu atau kualitas yang terukur dalam bekerja, serta
terikat kode etik tertentu.
4. Semakin professional, maka semakin tinggi penghasilan yang diperoleh,
bahkan jenjang karir meningkat.
5. Contoh: guru, dokter.
Pekerjaan:
1. Tidak memerlukan keahlian atau keterampilan khusus untuk
menjalankannya.
2. Kemampuan pekerjaan tidak diperoleh melalui studi dan training.
3. Pekerjaan tidak menuntut mutu atau kualitas kerja secara terukur, serta
tidak terikat kode etik tertentu
4. Semakin baik kinerja, belum tentu berpengaruh terhadap peningkatan
penghasilan, serta cenderung tidak ada jenjang karir.
5. Contoh: kuli batu, pedagang.

B. Kualifikasi Pekerjaan Yang Disebut Profesi.


Setiap profesi memiliki standar kualifikasinya masing-masing. Dikutip
dari pasal 50 UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran, yang
menjelaskan terkait standar profesi yaitu batasan kemampuan (knowledge,
skill, and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat
secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.4
4
Adnan Murya dan Urip Sucipto, Etika dan Tanggung Jawab Profesi, (Yogyakarta: Deepubish,
2016), hal. 86.

3
Organisasi profesi merupakan wadah pengembangan profesi, tempat
para penyandang profesi melakukan tukar menukar informasi, menyelesaikan
permasalahan profesi, dan membela hak-hak anggotanya.5 Sebagai contoh
sederhananya adalah organisasi profesi guru yang menaungi para penyandang
profesi guru didalamnya yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
dan lain sebagainya.
Pada umumnya, standar kualifikasi ini telah diajarkan sebelumnya pada
saat calon penyandang profesi tertentu sedang dalam masa pendidikan atau
pelatihan yang harus ditempuh untuk memenuhi persyaratan minimal untuk
dapat menjadi profesi tersebut. Dalam beberapa hal, terdapat beberapa standar
kualifikasi yang ditentukan oleh organisasi profesi yang bersangkutan.
Contoh: seorang dokter mempunyai prosedur minimal yang harus
ditempuhnya untuk melakukan praktik pembedahan, apabila hal ini tidak
ditaati maka tindakannya dapat dikategorikan sebagai tindakan malapraktik.
Jadi, standar kualifikasi merupakan nilai minimal yang harus dikuasai
oleh penyandang profesi tertentu sebagai titik tolak ukur apakah sudah pantas
untuk menyandang gelar profesi tersebut. Dengan kata lain, standar kualifikasi
merupakan syarat minimal yang harus dipenuhi untuk dinyatakan pantas
mendapatkan gelar profesi tersebut. Yang terpenting adalah bahwa standar
kualifikasi ini harus disusun secara sistematis dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam studi tentang jabatan
profesi mengungkapkan kriteria pekerjaan yang menjadi sebuah profesi, yaitu:
1) Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip
keilmuan yang dapat diterima masyarakat.
2) Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan
membudaya.
3) Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah
teruji.
4) Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.

5
Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal. 107.

4
5) Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan
tugas.
6) Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan
yang mampu mendorong dan membina anggotanya.
7) Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta
anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.

C. Hakikat Profesi
Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka. Suatu
pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional tidak
sama dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh nonprofesional.
Pernyataan profesional mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh,
yang keluar dari lubuk hatinya. Pernyataan demikian mengandung norma-
norma atau nilai-nilai etik. Orang yang membuat pernyataan itu yakin dan
sadar bahwa pernyataan yang dibuatnya adalah baik. “Baik” dalam arti
bermanfaat bagi orang banyak dan bagi dirinya sendiri.6
Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya, tetapi
merupakan ekspresi kepribadiannya dan tampak pada tingkah lakunya sehari
hari. Janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan berhadapan dengan sanksi-
sanksi tertentu. Bila dia melanggar janjinya, dia akan berhadapan dengan
sanksi tersebut, misalnya hukuman atau protes masyarakat, hukuman dari
Tuhan, dan hukuman oleh dirinya sendiri. Jika seseorang telah menganut suatu
profesi tertentu, dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu
biasanya telah digariskan dalam kode etik profesi bersangkutan.

D. Karakteristik Profesi
Secara umum ada beberapa karakteristik yang selalu melekat pada
profesi, yaitu:7
6
https://kelasips.com/contoh-profesi/. "diakses pada” 15 Oktober 2021 pukul 22.00 WIB.

7
Serlika Aprita, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2020), hal. 12.

5
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-
tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moralyang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu
ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

E. Macam-macam Profesi
Menurut Franz Magnis Suseno profesi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Profesi Luhur atau yang biasa disebut dengan profesi mulia, yaitu profesi
yang pada hakikatnya merupakan suatu pelayanan pada masyarakat.
Dimana ditekankan untuk mengabdi kepada masyarakat dengan motivasi
utama tidak untuk memperoleh nafkah dari pekerjaannya. Contoh profesi
luhur diantaranya adalah dokter, guru, tentara, hakim dll.
b. Profesi pada Umumnya, yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok untuk mendapatkan nafkah hidup dengan memanfaatkan
keahlian khusus.8 Contoh profesi pada umumnya adalah staff, akuntan,
customer service, dll.
F. Nilai Moral Pengemban Profesi
Nilai moral merupakan kekuatan yang mendasari perbuatan baik. Setiap
profesional dituntut untuk memiliki nilai moral yang kuat. Franz Magnis
Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang mendasari profesional,
diantaranya adalah:
8
Supriyadi, Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),
hal. 19.

6
1) Kejujuran, dalam menerapkan kejujuran, sikap yang harus dilakukan
adalah dengan bersikap secara terbuka dan wajar. Apabila dalam
berprofesi kita menerapkan ketidakjujuran maka menjadikan diri kita
sebagai orang yang munafik dan licik.
2) Autentik, artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan aslinya
atau kepribadian yang sebenarnya. Pada dasarnya sifat manusia adalah
baik. Dalam implementasinya di dunia profesi, bagaimana cara men-
cerminkan sifat baik tersebut pada profesi yang diemban.
3) Kemandirian moral, yaitu tidak mudah terpengaruh dan dipengaruhi oleh
pandangan moral yang ada disekitarnya. Melainkan mempunyai penilaian
dan pendirian sendiri. Artinya setiap penyandang profesi hendaknya
memiliki prinsipnya sendiri sebagai penyandang profesi tersebut, dan tidak
mengikuti moral buruk yang berkembang disekitarnya.
4) Keberanian moral, artinya kesetiaan terhadap suara hati nurani yang
bersedia untuk bertanggung jawab atas apa yang akan dilakukan. Ketika
seseorang sudah bertekad untuk mengambil suatu profesi, maka hal paling
awal yang harus dikuatkan adalah niat dan siap menanggung konsekuensi
terburuk sekalipun yang mungkin terjadi ketika sudah berhasil
menyandang profesi tersebut.
5) Bertanggung jawab, maksudnya adalah bersedia dengan sebaik mungkin
terhadap tugas apa saja yang termasuk dalam lingkup profesinya dan
bertindak secara profesional tanpa membeda-bedakan.9

G. Budaya Kerja Profesi


Budaya kerja menurut Tri Guno merupakan suatu falsafah yang didasari
oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan
kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok
masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku,

9
Suhrawardi K. Lubis, Etika profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 13.

7
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai “kerja”
atau “bekerja”.10
Menurut Ndraha, budaya kerja yaitu sebagai kelompok pikiran dasar
atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi
kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat.
Menurut Hadari Nawawi budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap
kebiasaan ini memang tidak ada sanksi tegas, namun dari pelaku organisasi
secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan
kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk
mencapai tujuan”.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya kerja
merupakan falsafah sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan
kekuatan pendorong yang dimiliki bersama oleh setiap individu dalam
lingkungan kerja suatu organisasi.
Melaksanakan Budaya Kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena
akan merubah sikap dan perilaku Sumber Daya Manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan. Manfaat yang didapat antara lain sebagai berikut:
1) Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik.
2) Membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan,
kegotong-royongan, kekeluargaan, menemukan kesalahan dan cepat
memperbaiki.
3) Cepat menyesuaikan diri perkembangan dari luar (faktor eksternal seperti
pelanggan, teknologi, sosial, ekonomi, dan lain-lain).
4) Mengurangi laporan berupa data-data dan informasi yang salah dan palsu.

10
Triguno Prasetya, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 13.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession
yang berarti pekerjaan. Dalam bahasa Latin, yaitu profesus yang berarti

9
mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan seterusnya) tertentu.
Secara singkat definisi profesi adalah sebutan untuk jabatan pekerjaan,
di mana orang yang menyandangnya mempunyai keahlian khusus yang
diperoleh melalui training dan pengalaman kerja.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai "Profesi".
Makalah ini sudah dibuat sedemikian rupa dengan maksimal. Tetapi kritik dan
saran dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk referensi penulis
dalam penulisan makalah kedepan. Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah wawasan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Aprita, Serlika. 2020. Etika Profesi Hukum. Bandung: Refika Aditama.

Lubis, Suhrawardi K. 2008. Etika profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

10
Marzuki, Suparman. 2017. Etika dan Kode Etik Profesi Hukum. Yogyakarta: FH
UII Press.

Prasetya, Triguno. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Shidarta, 2009. Moralitas Profesi Hukum. Bandung: PT Refika Aditama.

Soemaryono, E. 1995. Etika Profesi Hukum, Norma-norma Bagi Penegak Hukum.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sucipto, Urip dan Adnan Murya. 2016. Etika dan Tanggung Jawab Profesi.
Yogyakarta: Deepubish.

Supriyadi. 2010. Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta:


Sinar Grafika.

https://kelasips.com/contoh-profesi/. "diakses pada” 15 Oktober 2021 pukul 22.00


WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai