Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

PUBLIC RELATIONS ETHICS


Nama : Safira Salamun
NIM : 20200502062
Prodi : Public Relations
Mata Kuliah : PRS332 Public Relations Ethics EU001
Dosen : Ngurah Rangga Wisesa, S.I.Kom., M.I.Kom. (8169)

ESSAY
1. Jelaskan dengan contoh apa yang dimaksud dengan:
a. Pekerjaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pekerjaan /pe-ker-ja-an/ adalah
barang apa yang dilakukan (diperbuat, dkerjakan, dan lain-lainnya) sedangkan
Wiltshire (2016) mendefinisikan kerja/pekerjaan sebagai konsep yang dinamis dengan
berbagai sisonim dan defisnisi. Pekerjaan ialah “aktivitas sosial” di mana individu atau
grup menempatkan upaya dalam sutu waktu dan ruang eksklusif, terkadang dengan
mengharapkan penghargaan berbentuk materi (atau bentuk lain), atau tanpa
mengharapkan imbalan namun menggunakan rasa kewajiban pada orang lain. Contoh
pekerjaan yakni menjadi seorang Buruh Pabrik yakni seseorang yang bekerja untuk
orang lain dengan mendapatkan upah sebagai hasil kerja yang sudah ia lakukan, buruh
pabrik tidak membutuhkan keahlian khusus karena ketika ia bekerja seiring berjalannya
waktu akan belajar serta memahami pekerjaannya. Buruh Pabrik adalah
orang/sekumpulan pekerja yang bekerja di suatu pabrik.
b. Profesi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) /pro-fe-si/ adalah suatu bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya)
tertentu sedangkan menurut Peter Jarvis (1983:21) profesi ialah suatu pekerjaan yang
didasari suatu studi intelektuan serta latihan secara khusus dengan bertujuan sebagai
sarana penyedia pelayanan keterampilan terhadap yang lain dengan bayaran maupun
upah tertentu. Contoh dari profesi adalah menjadi seorang Guru di mana profesi yang
diemban merupakan jenis profesi yang sangat mulia karena seorang guru akan
mengajarkan berbagai macam hal baik dari segi pendidikan, moral, akhlak dan masih
banyak hal lain kepada muris-murisnya. Mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
sangat membutuhkan pengetahuan, wawasan dan keahlian dibidangnya. Seorang guru
termasuk bagian dan kontribusi nyata untuk mencerdaskan dan memajukan bangsa
maka dari itu guru dikatakan suatu profesi dengan keahlian dan bidang tertentu.
c. Profesional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) /pro-fe-si-on-al/ merupakan kata yang
bersangkutan dengan profei dimana memperlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya serta mewajibkan adanya upah dan pembayaran untuk melakukannya.
Menurut Oerip dan Uetomo (2000:264-265) secara sederhana professional adalah
seseorang yang ahli dalam bidangnya dan seseorang itu akan dikatakan professional
jika pekerjaannya mempunyai karakteristik standar teknis atau etika suatu profesi.
Salah satu contoh professional adalah seorang Manajer perusahaan karena ia telah
menguasai bidangnya dan memiliki keharusan untuk membuktikan dan menunjukan
keahliannya dibidang tersebut.
d. Professionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) /pro-fe-si-on-al-is-me/
merupakanmutu, kualitas dan tindakan tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
orang yang professional. Profesionalisme dapat dikatakan sebagai kemampuan dan
keterampilan individu dalam menjalankan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan
masing-masing artinya keahlian dan kemampuan individu dalam merefleksikan arah
dan tujuan yang dingin dicapai oleh suatu organisasi/instansi (Kurniawan, 2005:74).
Contoh professionalisme adalah seorang Karyawan yang bekerja dalam suatu
perusahaan di mana ia mencerminkan sikap tepat waktu, bertanggung jawab, bersikap
sopan serta tidak membawa pekerjaan pribadi kekantor di mana keempat hal tersebut
merupakan elemen penting dari profesionalisme.

2. Mengapa kode etik profesi perlu dirumuskan secara tertulis? Dan menurut anda,
apakah Humas di Indonesia telah cukup memahami dan menerapkan kode etik
yang ada?
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kode
etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku. Kode etik yang sering kita temui dan dengar dalam suatu
profesi/pekerjaan menyangkut hal-hal yang merupakan aturan serta pedoman untuk
menjaga norma dalam melakukan serta menjalankan profesi berdasarkan mutu moral
di mata masyarakat. Untuk menciptakan profesi yang teratur serta demi mencapai
tujuannya suatu kode etik perlu dirumuskan secara tertulis agar setiap
anggota/karyawan/pelaku profesinya dapat mengingat dengan jelas kode etik yang
berlaku dalam profesi yang sedang ia jalani, hal ini dilakukan demi menghindari adanya
penyalahgunaan serta pelanggaran terhadap kode etik yang sudah ditetapkan serta
dengan adanya kode etik secara tertulis maka apabila adanya pelanggaran maka pelaku
dapat dikenakan sanksi yang tegas mengingat adanya perjanjian tertulis terhadap
penetapan dan pematuhan kode etik yang berlaku.

Menurut pendapat saya, penerapan dan pemahaman atas kode etik Humas di Indonesia
masih belum dikatakan menyeluruh dan belum sepenuhnya diterapkan dalam
praktiknya sebagai seorang praktisi Humas, hal ini ditunjang serta dilihat dari masih
banyaknya kasus-kasus pelanggaran, penyalahgunaan serta kelalaian seorang praktisi
Humas dalam suatu perusahaan/organisasi/instansi di Negara Indonesia yang masih
sering dan banyak kita temukan. Padahal dalam suatu profesi terutama seorang praktisi
humas harus memegang teguh kode etik humas dalam menjalankan peran serta
profesinya, salah satu contoh dari pelanggaran kode etik humas dapat dilihat dari kasus
komentar di platform media sosial Twitter oleh PT KAI Commuter Line, di mana
komentar yang diberikan dianggap tidak etis terhadap laporan pelecehan seksual di
gerbong kereta hal ini mencerminkan adanya pelanggaran terhadap kode etik humas
dalam menanggapi suatu permasalahan.

Namun, menurut pendapat saya di lain sisi banyaknya kasus pelanggaran terhadap kode
etik Humas di Indonesia tidak semuanya merupakan salah institusi/perusahaan/lembaga
yang menaungi para praktisi Humas tersebut karena kurangnya sosialisasi dan
ketegasan dalam penerapan kode etik, terkadang pelanggaran tersebut murni muncul
akibat kelalaian dari seorang praktisi Humas yang memang tidak berkomitmen dan
tidak mengedepankan profesionalisme dalam menerapkan kode etik Humas. Maka dari
itu perlu adanya kesadaran diri secara penuh untuk menerapkan kode etik demi menjaga
profesionalisme serta perlu adanya sosialisasi secara menyeluruh terhadap kode etik
dalam suatu instansi/perusahaan/organisasi.
3. Semua profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Apakah maksud kalimat tersebut?
Profesi dan pekerjaan merupakan dua kalimat yang masih sering disalah artikan oleh
sebagian besar masyarakat di mana presepsi mereka terhadap dua kalimat tersebut
masih sering menyamakan keduanya, kendati demikian pada kenyataannya profesi dan
pekerjaan merupakan dua hal yang berbeda walaupun semua profesi dapat disebut atau
dikatakan suatu pekerjaan namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Mengapa
demikian? Walaupun profesi merupakan bagian dari pekerjaan namun sebuah
pekerjaan dapat dinyatakan atau dikatakan suatu profesi apabila membutuhkan keahlian
tertentu, memiliki keterikatan dan harus mematuhi kode etik sebagai batasan kebebasan
seseorang yang menjalankan profesi tersebut dalam pekerjaannya. Suatu profesi
biasanya memiki asosiasi profesi, kode etik serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut misalnya profesi sebagai seorang praktisi Public
Relations di mana ada kode etik yang berlaku, adanya asosiasi yang menaungi serta
memperlukan sertifikasi khusus keahlian sebagai seorang Public Relations
Professional lain halnya dengan seorang Ibu Rumah Tangga, di mana IRT merupakan
pekerjaan tanpa adanya asosiasi yang menaungi, sertifikasi khusus serta adanya kode
etik yang berlaku.

4. Apakah yang menjadi dasar norma moral untuk mengakui perbuatan itu baik dan
buruk?
Dasar norma moral untuk mengakui perbuatan itu baik dan buruk merupakan definisi
dari Etika Profesi seperti yang dikemukakan oleh Pakoso (2015:59) bahwa etika profesi
merupakan etika sosial dalam etika khusus yang mempunyai tugas serta tanggung
jawab kepada ilmu dan profesi yang disandangnya. Pendapat lain dikemukakan oleh
Muchtar (2016:95) bahwa etik aprofesi merupakan aturan perilaku yang memiliki
kekuatan mengikat bagi setiap pemegang profesi. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika
profesi adalah suatu tujuan yang berguna bagi setiap pelaku profesi agar tetap berada
dalam nilai-nilai professional, bertanggung jawab, menjunjung tinggi profesi yang
dijalani berdasarkan norma moral yang berlaku. Etika profesi menjadi sebuah pedoman
dalam bersikap, bertingkah laku dan pebuatan dalam melaksanakan profesi maupun
tugasnya di kehidupan sehari-hari. Etika profesi erat kaitannya dengan norma dan moral
serta dalam pengimplementasiannya etika profesi tertuang dalam sebuah kode etik yang
berbeda-beda di setiap profesinya.
5. Mengapa divisi Humas sangat perlu terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam
perumusan kebijakan perusahaan yang bersifat internal dan eksternal? Jelaskan
dengan mengaitkan teori serta prinsip Etika Humas!
Humas atau Public Relations merupakan suatu divisi dalam sebuah
lembaga/institusi/perusahaan yang bergerak secara langsung sebagai spoke person dan
sebagai teknisi komunikasi di mana dalam kegiatannya Humas/PR akan selalu
berhubungan dan berkaitan dengan stakeholder baik internal maupun eksternal maka
dari itu divisi Humas wajib untuk terlibat secara langsung maupun tidak dalam
perumusan kebijakan perusahaan. Hal ini dibutuhkan bagi seorang praktisi Humas/PR
yang akan berperan sebagai pembangun citra positif suatu organisasi yang bukan hanya
sekedar lip service semata namun harus ditunjang dengan adanya kepawaian dan
kemampuan dalam membedakan hal yang benar dan salah. Dalam menjalankan
perannya seorang praktisi Humas/PR juga harus memahami permsalahan hukum apa
yang akan dihadapi, kebijakan apa yang ditetapkan perusahaan, serta tren apa yang
sedang berkembang dalam masyarakat sehingga ketika memberikan informasi-
informasi kepada pihak internal maupun eksternal seorang praktisi Humas/PR dapat
menjunjung tinggi etika humas yakni transparansi dalam penyebaran informasi serta
keterbukaan terhadap kebijakan yang berlaku.

Hal ini juga mengacu pada prinsir pilar etika Humas/Public Relations yang
dikemukakan oleh Patricia J. Parsons (2008:20-21) dalam buku Ethics in Public
Relations A Guide to Best Practice di mana adanya salah satu elemen dalam pilar
tersebut yakni Veracity (to tell the truth) bahwa sebagai suatu industry komunikasi
tugas dan peran Public Relations/Humas ialah menyampaikan segala kebenaran
termasuk suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Sebagai sebuah prinsip etika, konsep
ini menjelaskan bahwa kebenaran ialah tahap awal bagi dasar asumsi tentang
berperilaku secara etis. Dari sisi teori menurut Grunig bahwa para professional Humas
juga dihadapkan pada etika pengambilan keputusan strategis bagi perusahaan serta
dalam berbagai prinsip dalam teori etika yang dapat diterapkan yakni Deontologi –
etika professional Humas memiliki kewajiban moral untuk membuka konsekuensi
terhadap keputusan serta kebijakan organisasi/perusahaan kepada public yang
terdampak maupun tidak untuk mengikatnya dalam bentuk dialog dengan public
mengenai potensi keputusan serta kebijakan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Humas wajib terlibat dalam perumusan kebijakan perusahaan.
6. Jelaskan prinsip dan sikap etika yang harus dilakukan seorang Humas dalam 3
peranan humas!
Humas/PR memiliki beberapa peranan penting dalam suatu
perusahaan/instansi/organisasi yakni:
a. Media Monitoring
Suatu perusahaan terutama divisi Humas perlu melakukan peranan yakni monitoring
terhadap seluruh media massa yang ada sebagai sumber untuk mendapatkan informasi
yang tepat dan cepat, informasi yang telah diperoleh dari kegiatan media monitoring
merupakan salah satu data penting yang menunjang masukan bagi
manajemen/perusahaan dalam pengelolaan kegiatan pemasaran, komunikasi public
khususnya dalam penyusunan strategi Humas. Media monitoring sangat penting dan
wajib dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan guna memantau publikasi
serta pemberitaan mengenai perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kegiatan media
monitoring merupakan suatu rangkaian proses membaca, melihat, mencatat dan
mendengar isi dari sebuah artikel, berita dan iklan dalam media massa. Proses ini
dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan dengan menindaklanjuti
pengidentifikasian, analisa serta menyimpannya menjadi sejumlah topik, tema ataupun
keyword yang telah ditentukan. Prinsip serta etika yang harus dilakukan dalam
menjalankan media monitoring telah dirumuskan dalam fungsi manajamen Humas
yang dikutip dari Cutlip & Center (2006:7) mendasarkan kegiatan media monitoring
dalam Fact Finding Research (Riset Penemuan Fakta) di mana permasalahan yang
dilakukan melalui penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opinim
sikap dan perilaku melalui data dan informasi yang sudah tersedia baik di buku, jurnal,
majalah, berita, maupun sumber data dan informasi lainnya. Pada peran ini seorang
praktisi Humas menganalisis data dan informasi yang tersedia kemudian memutuskan
atau menentukan langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan suatu
permasalahan. Ada pula kode etik profesi humas yang harus diterapkan dalam peranan
ini yakni Code of Publication yang merupakan standar moral dan yuridis etis
melakukan kegiatan komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan
publisitas yang positif demi kepentingan public.
b. Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam Bahasa Indonesia, CSR adalah tanggung jawab sosial perusahaan aspek penting
dalam keberlangsungan perusahaan karena perusaah yang menguntungkan dalam
jangka panjang adalah perusahaan yang beroperasi dengan prinsip berkelanjutan.
Humas bertugas dan berperan sebagai pembangun komunikasi dua arah yang bertujuan
untuk membangun dan menjaga reputasi serta citra dari perusahaan/organisasi/institusi
di hadapan para stakeholder baik internal maupun eksternal. Maka dari itu CSR yang
dirancang dan disusun sebagai salah satu strategi dan peranan humas harus memberikan
serta memuat pesan yang akan disampaikan pada masyarakat serta lingkungan
sekitarnya, media yang akan digunakan sebagai sarana komunikai serta dengan cara
apa pesan itu akan disampaikan. Untuk melaksanakan perana tersebut seorang praktisi
Humas harus melakukan tahapan-tahapan dalam kegiatan Humas dengan menjunjung
tinggi etika dan prinsip Humas yakni fact finding, planning, communication hingga
tahap evaluation. Ditinjau dari teori dasar Etika Normatif teori deontologis dapat
menggambarkan peranan dan kewajiban Humas ketika menjalankan peran dalam CSR
di mana etika deontology menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik
sehingga suatu tindakan tersebut bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya
maupun tujuan baik dari tindakan tersebut melainkan berdasarkan tidakan itu sendiri
sebagai motivasi, kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan berdasarkan
kewajiban hingga memiliki nilai moral.
c. Media Relations
Media relations merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh praksisi Humas yang
berhubungan secara langsung dengan media massa serta bentuk strategi komunikasi
seorang Humas professional dalam menjaga hubungan dengan media, hal ini berkaita
dengan publikasi perusahaan dan penting dilakukan karena tujuan utamanya yakni
menjaga dan mempertahankan image/brand reputation dari suatu
perusahaan/organisasi/badan instansi. Kunci dari kegiatan media relations adalah
konsistensi di mana seorang praktisi Humas dalam menjalankan peran sebagai media
relations wajib untuk selalu memberikan informasi kepada media secara terus
menerus/rutin dan selalu mengadakan pertemuan untuk sekedar sharing. Oleh karena
itu setiap kegiatan yang telah dilaksanakan perlu adanya evaluasi guna mengetahui apa
yang kurang dan sebaiknya dipertahankan dari kinerja yang telah dilakukan. Dalam
Media Relations ada etika dan prinsip yang harus ditaati dan dipegang oleh seorang
praktisi Humas yakni Code of Publication dan Code of Enterprise dimana kedua aspek
tersebut menjadi acuan utama dalam beretika sebagai praktisi humas ketika
menyampaikan berita kepada media relations. Seorang praktisi Humas juga harus
menjunjung tinggi transparansi dan kejujuran dalam memberikan informasi seputar
perusahaan/organisasi yang ia naungi kepada media sebagai relasinya.
7. Apa saja yang harus dilakukan oleh seorang praktisi Humas dalam mengolah
opini public sehingga strategi yang dilakukan perusahaan tepat sasaran? Kaitkan
dengan prinsip etika humas!
Profesi seorang Humas erat kaitannya dengan pengendalian opini public di mana public
dalam Humas merupakan salah satu stakeholder eksternal yang menunjang
keberhasilan dan kesuksesan pencapaian tujuan bagi perusahaan/organisasi/instansi
yang menaungi divisi Humas tersebut. Humas diharapkan dapat memberikan informasi
dan berbagi kegiatan demi mencapai tujuan bersama dengan masyarakat sebagai public
eksternal dengan menekankan moral dan perilaku sebuah citra positif dalam melakukan
komunikasi timbal balik kepada public agar mampu membangun opini, persepsi, dan
citra baik. Humas harus mempunyai strategi yang efektif dan efisien serta mampu
menyesuaikan diri agar dapat berorientasi dari masa ke masa dalam mengendalikan
opini public sehingga pesan dan kegiatan komunikasi yang disampaikan dapat
dilakukan tepat pada sasara yang dituju/diinginkan. Humas bertujuan untuk
mempengaruhi publiknya sehingga diperlukan perjuangan keras untuk merubah dan
membentuk opini public melalui strategi-strategi serta teknik kampanye Humas untuk
menarik perhatian dan mengubah opini tersebut. Untuk memperoleh kepercayaan,
perhatian, dukungan dan citra yang baik dari opini yang terbentuk dalam suatu
masyarakat maka Humas dapat menerapkan strategi yang telah ditentukan oleh
manajemen perusahaan yakni menjalankan pencarian fakta (fact finding), perencanaan
(planning), komunikasi (communication), dan evaluasi (evaluation) dengan
mengedepankan kode etik dan prinsip etika humas yakni Credibility yaitu suasana
saling percaya yang diciptakan oleh komunikatos (humas) secara sungguh-sugguh
dalam melayani public, dan Clarity yaitu pesan harus disusun dengan kata-kata yang
jelas dan mudah dimengerti. Prinsip lain yang wajib dipegang teguh dalam
pembentukan opini public dari seorang Humas yakni kebebasan dalam menjalankan
profesi tanpa rasa takut, memiliki keyakinan, kejujuran, transparansi, keadilan, serta
otonomisasi dalam menjalakan profesinya. Dalam menglola opini public humas juga
bisa menggunakan strategi dengan memanfaatkan media massa, menggunakan media
sosial, menunjukkan simpati, menyematkan data, meggunakan perencanaan matang
dan mengontrol media relations sebagai sarana penyaluran informasi terhadap public
demi menciptakan citra dan opini public yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10803/BAB%202a.docx.pdf?seq
uence=3&isAllowed=y
http://repository.uin-suska.ac.id/4068/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/3081/3/BAB%20II.pdf
Artis. (2011, Juli 02). Strategi Komunikasi Public Relations. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/40435-ID-strategi-komunikasi-
public-relations.pdf Pada 15 November 2021

Bilqis, Fatimah. (2017, Juni 03). Analisis Pelanggaran Kode Etik Humas Pada Kasus
Delay Pesawat Lion Air. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/350272914/Analisis-Pelanggaran-Kode-
Etik-Humas pada 15 November 2021

Pahlevi, Triesninda. (2018). Peran Public Relations (PR) dalam Mengkomunikasikan


Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai Pembangunan Citra Positif
Perusahaan. Diakses dari
https://www.academia.edu/29428583/Peran_Public_Relation_PR_dalam_men
gkomunikasikan_Corporate_Sosial_Responsibility_CSR_sebagai_Pembangun
_Citra_Positif_Perusahaan#:~:text=PR%20membangun%20komunikasi%20d
ua%20arah,seperti%20apa%20pesan%20itu%20disampaikan. Pada 15
November 2021

Zuhri. Syaifuddin. Etika Profesi Public Relations. Diakses dari


https://core.ac.uk/download/pdf/12218205.pdf pada 15 November 2021

Sumber Artikel:
https://kbbi.web.id/buruh
https://kbbi.web.id/profesional
Ambar. (2017, Juli 21). Etika Public Relations – Pengertian – Prinsip – Teori. Diakses
dari https://pakarkomunikasi.com/etika-public-relations pada 15 November
2021.
Binus.ac.id. (2017). Media Relations Sebagai Konsistenti Public Relations Dalam
Membangun Reputasi Perusahaan. Diakses dari
https://binus.ac.id/malang/2017/09/media-relations-sebagai-konsistensi-
public-relations-dalam-membangun-reputasi-perusahaan/ Pada 15 November
2021

KomunikasiPraktis.com. (2019, April 19). Pengertian & Perbedaan Pekerjaan dan


Profesi. Diakses dari https://www.komunikasipraktis.com/2019/04/pengertian-
perbedaan-pekerjaan-profesi.html pada 15 November 2021

Setiawan, Parta. (2021, November 1). Pengertian Ptofesi – Profesionalisme,


Professional, Syarat, Ciri, Contoh, Para Ahli. Diakses dari
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-profesi/ Pada 15 November 2021

Zulfikar. Fahri. (2021, Juli 5). Apa yang Dimaksud dengan Kode Etik? Ini Tujuan
Beserta Fungsinya. Diakses dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5632181/apa-yang-dimaksud-dengan-kode-etik-ini-tujuan-beserta-fungsinya
Pada 15 November 2021

Anda mungkin juga menyukai