Anda di halaman 1dari 15

Nama : Eka Yulianda Sari

Nim : 201200080

Kelas : Pai 5C

MK : Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Hasiroh,S.Pd.M.Pd.I

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER :

1.Jelaskan pengertian profesi keguruan ?

2. Jelaskan perbedaan profesi, profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme ?

3.Sebutkan Karakteristik dan syarat-syarat profesi keguruan ?

4. Jelaskan tentang konsep-konsep dasar profesi keguruan ?

5. Apa yang dimaksud Kode etik profesi keguruan ?

6.Jelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ?

7. Bagaimana strategi guru dalam meningkatkan profesionalnya ?

8. Jagaimana pendapat anda mengenai profesionalisme seorang guru selama ini ?


JAWAB

1. PGRI telah merealisasikan pengertian profesi keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai
berikut :

a. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian / dedikasi kepada kepentingan anak didik dalam
perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi.

b. Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang di rumuskan dalam
kode etik guru Indonesia.

c. Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan suatu proses pendidikan persiapan
jabatan yang relatif panjang.

d. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta menambah
pengetahuan (dalam arti khusus dan dalam arti kedalaman ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus profesi keguruan).

e. Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para anggota harus memiliki kecakapan /
ketrampilan teknis yang mampu menyentuh nilai – nilai kemanusiaan yang mendasar.

f. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-hak profesional harus
seimbang dan merupakan imbalan dari profesi profesionalnya.

g. Para anggota profesi keguruan sepantasnya berserikat secara professional

2. perbedaan profesi, profesional, profesionalitas, dan profesionalisme.

1. Profesi

Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan pada bidang tertentu yang menuntut keahlian dan dapat
dipertanggungjawabkan. Keahlian tersebut diperoleh dari pendidikan dan pelatihan resmi.

Kata profesi berasal dari bahasa Latin, proffesio, yang memiliki dua pengertian, yaitu janji dan pekerjaan.

2. Profesional

Profesional merupakan orang yang yang menyandang suatu pekerjaan atau jabatan yang dilakukan
dengan keahlian atau keterampilan tinggi.

Profesional akan memengaruhi penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai


profesinya.Profesional merujuk pada sebutan orang yang menyandang profesi dan sebutan terhadap
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai profesinya.Penyandangan gelar
profesional ini telah mendapatkan pengakuan secara formal dan nonformal. Misalnya pemberian gelar
guru profesional.
3. Karakteristik dan Syarat Profesi Keguruan.

1. Karateristik profesi secara umum

Berikut ini beberapa karakteristik profesi secara umum, antara lain:

a. Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis

Professional dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik

b. Asosiasi professional

Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk
menjadi anggotanya.

c. Pendidikan yang ekstensif

Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi

d. Ujian kompetensi

Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang
menguji terutama pengetahuan teoritis.

e. Institusional

Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon
profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

f. Lisensi

Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki
lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

g. Otonomi kerja

Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya
intervensi dari luar.

h. Kode etik

Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi
mereka yang melanggar aturan. Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN), Kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari.

4. KONSEP DASAR PROFESI KEGURUAN

A. Pengertian dan Syarat Profesi

a. Pengertian profesi

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan / menuntut keahlian,
menggunakan teknik-teknik, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian itu didapat melalui pendidikan dan
pelatihan khusus dalam waktu yang lama.

b. Ciri-ciri profesi

1. Profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat.

2. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan
yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabel / dapat dipertanggungjawabkan.

3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu.

4. Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan
tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.

5. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota
profesi secara perseorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

c. Persyaratan suatu profesi

1. Menuntut adanya keterampilan yang didasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.

2. Menemukan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

3. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai.

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan.

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

6. Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

7. Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti guru dan muridnya.

8. Diakui oleh masyarakat, karena memang jasanya perlu dimasyarakatkan.

d. Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisasi


1. Profesional

Istilah profesional mempunyai dua makna. Pertama, mengacu pada sebutan tentang orang yang
menyandang suatu profesi. Kedua, mengacu pada sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.

2. Profesionalisme

Adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu
profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.

3. Profesionalitas

Adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.

4. Profesionalisasi

Adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

B. Pengertian Profesi Keguruan

a. Pengertian guru

1. Guru adalah suatu sebutan jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya
dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis.

2. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa ; Guru adalah
pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.

b. Pengertian profesi keguruan

PGRI telah merealisasikan pengertian profesi keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut :

1. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian / dedikasi kepada kepentingan anak didik dalam
perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi.

2. Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang dirumuskan dalam
kode etik guru indonesia.

3. Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan suatu proses pendidikan persiapan
jabatan yang relatif panjang.

4. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta menambah
pengetahuan .
5. Para anggota harus memiliki kecakapan / keterampilan teknis yang mampu menyentuh nilai-nilai
kamanusiaan yang mendasar.

6. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-hak profesional
harus seimbang dan merupakan imbalan dari profesi profesionalnya.

5. Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia sebagai pedoman
untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara. Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik
atau buruk seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk menempatkan
sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.

Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia sebagai pedoman
untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara. Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik
atau buruk seorang guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk menempatkan
sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.

Fungsi

Fungsi utama dari kode etik guru adalah menjadi seperangkat prinsip dan norma moral yang mendasari
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam kaitannya dengan peserta didik, orang tua/wali
murid, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah berdasarkan nilai agama,
pendidikan sosial, etika, dan kemanusiaan.

Sumber Kode Etik Guru

Dalam proses perumusan harus bersumber dari hal-hal berikut.

Nilai agama dan Pancasila.

Nilai kompetensi guru yang meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.

Nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia, yang meliputi perkembangan kesehatan jasmani, emosional,
intelektual, spiritual, dan sosial.

6. Kompetensi Guru yang Wajib Dimiliki oleh Calon Guru

Kompetensi Kepribadian
Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan
berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.

Kompetensi kepribadian dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi:

Kepribadian yang stabil dan mantap. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma-norma sosial
yang berlaku di masyarakat, bangga menjadi seorang guru, serta konsisten dalam bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku.

Kepribadian yang dewasa. Seorang guru harus menampilkan sifat mandiri dalam melakukan tindakan
sebagai seorang pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi sebagai guru.

Kepribadian yang arif. Seorang pendidik harus menampilkan tindakan berdasarkan manfaat bagi peserta
didik, sekolah dan juga masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan melakukan
tindakan.

Kepribadian yang berwibawa. Seorang guru harus mempunyai perilaku yang dapat memberikan
pengaruh positif dan disegani oleh peserta didik.

Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma yang
berlaku (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan dapat diteladani oleh peserta didik.

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik
untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.

Kompetensi pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut:

Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini, seorang guru harus memahami
peserta didik dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, perkembangan kognitif, dan
mengidentifikasi bekal untuk mengajar peserta didik.Melakukan rancangan pembelajaran. Guru harus
memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, seperti menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, memahami landasan pendidikan, menentukan strategi pembelajaran didasarkan dari
karakteristik peserta didik, materi ajar, kompetensi yang ingin dicapai, serta menyusun rancangan
pembelajaran.

Melaksanakan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menata latar pembelajaran serta melaksanakan
pembelajaran secara kondusif.

Merancang dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus mampu merancang dan mengevaluasi proses
dan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan dengan menggunakan metode, melakukan
analisis evaluasi proses dan hasil belajar agar dapat menentukan tingkat ketuntasan belajar peserta
didik, serta memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki program pembelajaran.

Mengembangkan peserta didik sebagai aktualisasi berbagai potensi peserta didik. Seorang guru mampu
memberikan fasilitas untuk peserta didik agar dapat mengembangkan potensi akademik dan
nonakademik yang mereka miliki.

Kompetensi Sosial

Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang
dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik,
orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah.

Kompetensi sosial meliputi:

Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap agama, jenis
kelamin, kondisi fisik, ras, latar belakang keluarga, dan status sosial

Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar

Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah Indonesia yang beragam
kebudayaannya

Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan.

Kompetensi Profesional

Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yaitu
penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam. Mencakup penguasaan
terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan
menguasai struktur serta metodologi keilmuannya.

Kompetensi profesional meliputi:

Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung
pembelajaran yang dikuasai

Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran atau bidang
yang dikuasai

Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif

Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan yang


reflektif

Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan pengembangan diri.


7. Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru

Guru yang profesional adalah guru yang menguasai karakteristik bahan ajar dan karakteristik peserta
didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar.
Karakteristik peserta didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik.

Penguasaan karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk menentukan metode dan
strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik guru sebagai pendidik harus dapat menyesuaikan dengan
bahan ajar dan peserta didik.

Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu meningkatkan minat pada mata
pelajaran dan meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui
pengamatan terhadap perilaku guru ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan ketika di
luar kelas di sekolah.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas guru harus mendorong peserta didik untuk bertanya.
Menurut John Dewey (2001), kemampuan individu untuk bertanya berdasar pengalaman merupakan hal
yang penting dalam pendidikan.

Pengalaman membantu untuk membentuk pemikiran atau pengetahuan seseorang. Peserta didik yang
tidak pernah bertanya tidak akan bertambah pengetahuannya. Apalagi apabila peserta didik tidak tahu
apa yang akan ditanyakan dan tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Untuk itu guru yang professional
harus mendorong peserta didik untuk bertanya.

Guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan kondisi
peserta didik. Tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran di kelas bervariasi. Untuk itu guru
harus terampil memilih metode pembelajaran yang tepat agar tingkat perhatian peserta didik tidak
turun.

Aspek lain dari profesionalisme guru adalah kemampuan berkomunikasi, yaitu ucapannya jelas dan
mudah dipahami peserta didik. Kalimat yang diucapkan harus jelas dan kalau menyampaikan konsep
yang sulit harus diulang-ulang. Kalau bertanya juga harus jelas, demikian pula kalau memberi tugas baik
kelompok maupun individu.

Kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran juga bervariasi, ada kalau ceramah
menarik dan ada yang kurang menarik, ada yang kalau bertanya juga menarik sehingga membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Guru juga harus mampu membangun minat peserta didik pada mata
pelajaran yang diampunya.

8. Guru Profesional Harus Memiliki Kepribadian yang Baik

Salah satu yang harus dipersiapkan untuk menjadi calon guru, dan harus dimiliki oleh setiap guru yang
bertugas di sekolah/madrasah, adalah kompetensi kepribadian, atau kecerdasan personal.Kompetensi
Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk bisa
dipenuhi setiap calon guru maupun guru yang mengajar di sekolah/madrasah agar dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Memang, kompetensi kepribadian bukan bagian dari bahan yang akan dan harus
diajarkan para guru pada para siswa mereka, tapi merupakan kekuatan yang harus dimiliki setiap guru,
agar dapat menghantarkan para siswanya menjadi orang-orang cerdas (smart citizen). Guru pintar tidak
akan terlalu bermanfaat jika tidak memiliki komitmen untuk mengajar dengan baik. Komitmen untuk
mengajar, membimbing dan mendampingi para siswanya belajar, merupakan bagian dari kompetensi
kepribadian.

Akan tetapi, kualifikasi kompetensi kepribadian tidak sesempit komitmen mengajar, membimbing
dan mendampingi para siswa belajar agar menjadi anak-anak berprestasi di masa yang akan datang.
Maria Liakopouloupeneliti dari Aristotle University of Thessaloniki Makedonomaxon, Halastra
Thessaloniki, Yunani, menegaskan bahwa kompetensi kepribadian meliputi sifat-sifat yang berkaitan
langsung dengan pelaksanaan tugas mereka sebagai guru, yang dapat dilatih dan dikembangkan melalui
pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dia membagi kepribadian tersebut ke dalam lima kelompok sifat
sebagai berikut:

Sifat profesional, meliputi komitmen untuk bekerja, rasa percaya diri, bisa dipercaya dan menghargai
orang lain.

Sifat berfikir, meliputi kemampuan analisis dan selalu berfikir konsepsional.

Sifat ekspektasi, yakni bisa diharapkan dan bisa diandalkan dengan senantiasa mampu memperlihatkan
hasil pencapaian tujuan yang sangat tinggi, memiliki pemahaman komprehensif tentang siswa, tentang
tugas dan tentang program pendidikan secara keseluruhan, serta senantiasa memiliki inisiatif untuk
melaksanakan tugas dengan baik.

Sifat kepemimpinan, yakni memiliki sifat fleksibel, akuntabel, dan keinginan kuat untuk terus belajar.

Sifat Relasi dengan orang lain, memiliki banyak relasi dengan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
pendidikan, dan memiliki keahlian berbagai pekerjaan pendidikan secara komprehensif.

Seorang guru harus memiliki sifat profesional, dengan ciri-ciri utama memiliki komitmen untuk
bekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang baik, bisa dipercaya dan menghargai orang lain. Salah satu
hal yang amat penting dari sifat profesional adalah memiliki komitmen untuk bekerja keras untuk
kemajuan sekolah. Ciri-ciri orang memiliki komitmen bekerja dengan baik, menurut V. Murale, R
Preetha, dan Juhi Singh Arorasetidaknya memiliki tiga ciri utama, yakni:
Sangat percaya terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai oragnisasi (dalam konteks ini adalah
sekolah/madrasah).

Memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan usaha-usaha yang sudah sangat dipertimbangkan
untuk dan atas nama organisasi (sekolah/madrasah).

Memiliki keinginan yang kuat untuk terus bekerja dan menjadi bagian dari organisasi
(sekolah/madrasah).

Sifat profesional dalam kepribadian seorang guru akan terlihat dari sikap komitmennya terhadap
pekerjaan dan institusi pendidikan tempat dia mengajar, yang ditandai dengan tiga indokator besar,
yakni sangat mempercayai institusinya, sangat ingin memajukan institusi pendidikan tempat dia bekerja,
dan dia akan sangat berkeinginan untuk terus mendedikasikan keahliannya di institusi tempat di bekerja.
Kemudian, sifat profesional dalam kepribadian seorang guru juga dapat dilihat dari rasa percaya diri,
yang ditandai antara lain, memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi, memiliki emosi yang stabil,
tidak meledak-ledak, bisa bekerjasama dengan orang lain, dan selalu mampu memberijalan keluar untuk
setiap persoalan yang dihadapi dalam kelompoknya. Kemudian seorang guru dengan kerpibadian yang
baik dan memiliki rasa percaya diri harus memperlihatkan cara berfikir yang selalu positif, selalu
berkeinginan keras untuk memajukan insitusi, siap menghadapi risiko, dan sealu sehat, ceria dan
energetik.

Di samping itu, sifat profesional dalam kepribadian guru juga akan terlihat dari pribadinya yang
luhur yang dapat dipercaya oleh orang lain. Sifat dapat dipercaya tersebut bisa ditandai dengan dua
indikator besar yakni, kebiasaan berbuat kebajikan, yang ditandai dengan sikap yang sangat loyal pada
institusi, pada kebijakan bersama dan loyal terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
kemudian bersikap terbuka, peduli dan selalu memberi dukungan pada institusinya. Kemudian, sifat
dapat dipercaya juga bisa dilihat dari integritasnya terhadap berbagai nilai dalam pelaksanaan
pekerjaan, yakni nilai-nilai kejujuran, keadilan, konsistensi dan selalu memenuhi janji[3]. Terakhir, sifat
profesional dalam kepribadian guru juga bisa dilihat dari sikapnya yang menghargai orang lain, sehingga
tidak akan menyia-nyiakan sisiwanya, dan tidak akan menyia-nyiakan orang tua siswa. Dengan demikian,
dia akan menghasilkan hasil pendidikan yang memberi kepuasan kepada para siswa, orang tua siswa dan
para pengguna lulusan, memberi kepuasan dalam proses layanan pendidikan, waktu yang bisa dihitung,
biaya bisa dihitung dan produktifitas meningkat, bahkan nama baik dan keuntungan institusi juga terus
meningkat.
Kemudian dari itu, seorang guru profesional harus memiliki sifat kritis dan mampu berfikir analitis
sebagai wujud kepribadian saintifik mereka. Sifat kritis dan kemampuan berfikir ini merupakan karakter
yang dimiliki sebagai hasil proses pendidikan keguruan mereka sebelum menjadi guru. Kemampuan
berfikir analistis sangat diperlukan bagi setiap guru agar mampu mendorong para siswanya menjadi
kritis, dan memiliki kemampuan berfikir analitis dalam pelajaran yang mereka pelajari. Bagaimana para
siswa akan menjadi cerdas dan memiliki kemampuan analisis yang baik jika gurunya sendiri tidak
memiliki kemampuan berfikir analisis. Dan kenapa kemampuan analisis ini menjadi sangat penting?
Linda Elder and Richard Paul, menjelaskan bahwa kalitas hidup dan apa-apa yang dihasilkan manusia,
akan sangat tergantung pada kualitas berfikir manusia. Berfikir buruk itu sangat mahal, baik dari aspek
uang maupun waktu. Jika kita ingin berfikir baik, maka kita harus memahami dasar-dasar berfikir yang
baik.[4]

Selanjutnya Linda Elder dan Richard Paul menjelaskan, setidaknya ada delapan (8) elemen berfikir
analitis yang harus dipenuhi oleh setiap guru agar para siswa mampu melatih kamampuan berfikirnya
dengan baik, yakni:

Pastikan tujuan; seorang guru harus memahami tujuan membelajarkan para siswanya pada wilayah
kajian matematika, dan bisa memahami tujuan dari setiap pokok bahasan yang para siswanya pelajari.
Demikian pula dalam mata pelajaran lainnya, sehingga berfikir kritis untuk menganalisis bahan ajar
disesuaikan dengan tujuan yang harus mereka capai.Kemukakan beberapa pertanyaan pokok yang
dikaitkan dengan bahan ajar yang akan dipelajari para siswa, terkait perubahan-perubahan apa yang
bisa terjadi pada para siswa dengan mempelajari pokok-pokok bahasan yang mereka pelajari.Gunakan
informasi, data, fakta atau obsenrvasi terhadap fenomena yang terjadi untuk mereka pelajari, mereka
fahami, dan mereka diskusikan. Guru harus memiliki kemampuan menggunakan informasi-informasi
tersebut untuk mendorong perubahan pada para siswanya.Gunakan konsep, yakni bahwa menganalisis
informasi harus menggunakan teori, aksioma, prinsip atau model yang harus diperoleh dari hasil-hasil
kajian terhadap literatur yang sudah ditulis para ahli yang memiliki legitimasi dalam bidangnya. Guru
harus memiliki kemampuan mengkaji informasi dari buku teks dengan teori-teori yang ada dalam buku
referensi. Kemampuan tersebut harus dibelajarkan pada para siswanya, sehingga mereka akan terbiasa
berkperibadian baik dengan kemamouan berfikir kritis yang didukung oleh teori-teori.Melakukan
interpretasi, dengan melakukan analisis, menyimpulkan atau inferensi, atau merumuskan solusi
terhadap sesuatu persoalan.Mengembangkan asumsi-asumsi dan pilihan-pilihan kesimpulan yang dapat
dikembangkan dari hasil analisis terhadap informasi setelah dikaji dengan menggunakan teori, model
atau aksioma yang dikembagkan dari sebuah keyakinan akan sebuah kebenaran.Merumuskan implikasi
atau rekomendasi-rekomendasi yang disesuaikan dengan tujuanyang sudah ditetapkan, didukung data,
teori dan proses analisis.Perumusan pandangan akhir yang bisa dijadikan rujukan untuk pengembangan
prilaku dan perumusan sebuah pandangan tentang orientasi perubahan-perubahan prilaku.Inilah
delapan unsur berfikir analisis yang pada umumnya para akademisi merujuknya serta menggunakannya
sebagai langkah-langkah berfikir analitis, dan dijadikan variabel pengukuran kemampuan berfikir analisis
seseorang. Dan bersamaan dengan itu pula, bahwa berfikir analitis harus konsepsional, yakni
menggunakan teori-teori, model-model yang dapat dirujuk dari berbagai pendapat para ahli dalam
bidangnya, dan memiliki legitimasi akademik untuk dirujuk. Berfikir analitis tidak cukup hanya dengan
menggunakan logika rasional, dialektis, dan bahkan sistematis, tanpa menggunakan rujukan teri, model
atau aksioma, karena akan terjebak dengan pemanfaatan common sense yang bisa jadi terbantah oleh
teori-teori yang sudah berkembang.Kemudian dari itu, guru juga harus berkepribadian baik dengan
memiliki sifat ekspektatif, dalam tiga arah ekspektasi, yaknipertama dia bisa diharapkan oleh
manajemen, orang tua siswa dan para siswa sendiri untuk bisa bekerja produktif, menghasilkan siswa
yang cerdas, dan bisa mendampingi seluruh siswanya belajar. Kedua, dia juga harus memberi harapan
pada para siswanya, bahwa mereka bisa menjadi orang-orang hebat, tidak boleh berpretensi negatif
pada para siswanya, dan tidak boleh memandang remeh para siswanya, tidak boleh sinis pada siswa
karena lambat memahami pelajaran, dan tidak boleh sinis karena siswanya berprilaku nakal. Dampingi
mereka, sayangi mereka dan perbaiki prilakunya. Ketiga, dia juga harus menaruh harapan penuh pada
profesinya sebagai guru, bahwa profesi guru adalah profesi terbaik bagi dirinya. Dia tidak boleh sinis
dengan pekerjaannya. Seorang guru tidak boleh berkata bahwa profesi keguruan adalah profesi orang-
orang miskin. Mereka harus bangga dengan profesinya sebagai guru. Tidak baik bagi seorang guru untuk
mempermasalahkan profesi keguruannya dengan mengkaitkannya pada indeks gaji yang tidak memadai,
karena dia masuk setelah dia tahu bahwa gajinya tidak memadai. Kalau tidak suka dengan indeks gaji
seperti itu, ambil putusan segera, dan cari alternatif yang lebih baik. Tidak boleh profesi keguruan
menjadi terhina oleh guru sendiri hanya karena indeks gajinya yang tdiak memadai. Demikian pula
dengan sikap mereka pada siswanyaUntuk menjadi seorang guru yang berkepribadian baik, seseorang
juga harus memiliki sifat manajerial, dengan fleksibbilitasnya dalam menghadapi para siswa dalam kelas.
Dia harus memiliki keahlian dalam perencanaan kelas, mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia
bertugas, cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan baik, memiliki kemampuan dalam
mengatasi dua atau lebih aktifitas kelas dalam satu waktu yang sama. Kemudian dia juga harus mampu
memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi
gangguan, dapat menerima suasana kelas yang ribut dengan kegiatan pembelajaran, memiliki teknik
untuk mengontrol kelas, dapat memelihara suasana tenang dalam belajar, dan tetap dapat menjaga
siswa untuk tetap belajar menuju suksesDan semua yang dilakukannya harus bisa dipertanggung
jawabkan pada kepala sekolah dan komite sekolah, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa
dirugikan dengan layanan guru profesional, dan bahkan semua fhak merasa puas dengan layanan
pembelajaran dari mereka.Kompetensi kepribadian juga harus dilengkapi dengan kemampuan
beradaptasi dengan lingkungannya, dia harus mampu mengembangkan dua karakterisitik interaksi guru
dengan lingkungannya melalui dua budaya, collegiality dan collborasi.Collegiality bermakna interaksi
guru dengan sesamanya baik dalam aspek intelektual, sosial, moral, emosional, dan bahkan mungkin
dalam aspek politik atau kebersamaan dalam aktifitas organisasi profesi, Sedangkan Collaborasi lebih
pada konteks kerjasama intelektual, saling membimbing dalam pengembangan kurikulum,
pembelajaran, evaluasi dan berbagai aktifitas diskusi penyelesaian berbagai persoalan pekerjaan sebagai
guruDua karakter peribadian guru tersebut, akan beririsan dengan kompetensi sosial, tapi masih lebih
kuat sebagai kompetensi kepribadian, karena guru profesional harus mampu berinteraksi dan
mengembangkan relasi sosialnya minimal dengan kolega guru dan tata usaha di sekolahnya, tidak boleh
teralienasi dari lingkungannya. Bagaimana guru bisa berkomunikasi dengan orang tua siswa, jika
berkepribadian sangat tertutup atau lebih suka menyendiri, introvert, dan tidak menyukai
berkomunikasi dengan orang lain, padahal perkembangan siswanya harus disampaikan pada orang
tuanya, pada kepala sekolah, atau pada pada walinya.Inilah lima ciri kompetensi kepribadian calon guru
atau guru profesional, yang terkait langsung dengan tindakan mereka sebagai seorang guru, agar
mampu menghantarkan para siswanya menjadi smart and competitive citizen, melalui proses
pembelajaran yang dikelola oleh dia dengan melibatkan tiga kompetensi lainnya, pedagogik, profesional
dan sosial. Akan tetapi masih banyak kompetensi kepribadian yang harus dipenuhi guru profesional dan
sangat mendukung karya-karya profesi mereka sebagai seorang guru. Sifat-sifat tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.Adaptability in instructional interaction, mudah menyesuaikan diri dengan situasi
kelas, guru bisa dengan mudah mengubah suasana belajar dengan sesuai dengan kebutuhan psikologis
siswa, daripada mempertahankan skenario pembelajaran yang sudah dirancang tapi kurang sesuai
dengan situasi kelas.Humor, guru yang humoris, periang dan dapat membangkitkan suasana belajar
kembali segar, akan lebih berpeluang untuk dapat menyampaikan materi ajar dengan baik, dan akan
lebih membuat para siswa senang belajar, nyaman dan terhindar dari kelelahan.Memiliki tanggung
jawab profesional yang baik, guru mempersiapkan program pembelajaran, disain, skenario, alat dan
berbagai kepentingan proses pembelajaran dipersiapkan sebelum kelas dimulai. Dan semua persiapan
tersebut mereka dedikasikan untuk kemajuan siswa, dengan penilaian yang fair, dan selalu terbuka
untuk melakukan perbaikan dengan mengeksplorasi saran serta masukan pada para
siswanya.Enthusiasm, guru yang sangat antusias dalam membelajarkan para siswanya, atau
mehyampaikan pelajaran kepada para siswanya, akan sangat membantu dalam membangun dan
menghidupkan serta meningkatkan motivasi siswa dalam partisipasi proses pembelajaran di dalam kelas
atau di luar kelas.Argreeableness, ini merupakan sifat atau karakter yang harus terus dibina pada semua
guru dan calon guru, yakni sifat mudah atau bisa menerima perbedaan, dan mudah memahami
pendapat orang lain, dan bisa menikmati relasi kolegial, dalam keadaan sependapat atau tidak
sependapat tentang sesuatu. Sifat-sifat yang harus dikembangkan untuk kepribadian ini antara lain
adalah, sifat rendah hati, memiliki belas kasih kepada sesama, kooperatif, dapat menerima keluhan,
sederhana, gampang memaafkan dan bisa dipercaya.Caring, yakni memiliki kepedulian yang baik kepada
siswa, sejawat, orang tua siswa dan seluruh kelompok sosial yang dilayaninya. Seorang guru yang
memiliki perhatian pada para siswanya akan membuka akses bagi mereka di setiap saat, dan akan selalu
membantu untuk kemajuan para siswanya. Guru yang memiliki kepedulian akan selalu mengembangkan
pedagogi yang dapat mendorong para siswa belajar, dia akan memahami perasaan para siswanya, dan
dia akan mampu mengetahuai apa kebutuhan para siswanya. Dan guru yang peduli akan tetap menjaga
hubungan dengan para siswanya dalam situasi apapun juga.Acceptance, sikap menerima, yakni bisa
menerima siswa dengan apa adanya, memahami mereka dengan berbagai problema dan keistimewaan
yang dimilikinya. Sikap menerima didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa setiap individu memiliki
potensi untuk dikembangkan, dan menyiratkan bahwa setiap indvidu memiliki hak yang sama untuk
menjadi seperti yang sedang dia kerjakan, dan guru harus mendorong siswanya untuk mempercepat
pencapaian apa yang diinginkannya. Sikap menerima memilki beberapa segi, antara lain menghadapi
siswa dengan sangat bersahabat, peduli, senantiasa memberikan bantuan, dan terakhir seorang guru
sebaiknya tidak serta merta menghakimi atau menginterpretasi perbuatan siswa, tapi fahami perbuatan
mereka. Kalau keliru, diperbaiki dengan cara-cara yang bisa diterima mereka.Empathyyakni memahami
dan menerima pengalaman orang lain (siswa) seolah-olah pengalamannya sendiri, lalu terlibat dalam
proses memelihara, mengembangkan dan atau memperbaikinya dengan tetap menjaga pendirian orang
lain (siswa) tersebut[11]. Sikap empati bisa ditunjukkan dengan cara dia berkomunikasi yang mampu
dan biasa mendengarkan dengan sangat hati-hati, akurat, dan dengan sensitifitas yang sangat
mendalam.Di samping itu semua, guru dan calon guru harus memiliki sifat-sifat stimulatif, mendorong
siswa untuk maju, hangat, berorietnasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa
dipercaya, fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, tidak semata mencari reputasi pribadi,
mampu mengatasi stereotipe siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar siswa, mampu
menyampaikan perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik.

Anda mungkin juga menyukai