Anda di halaman 1dari 22

PROFESI DAN 

PROFESIONALISME GIZI

1. PENGERTIAN PROFESI

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian
yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas
menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan
dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan
yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya
pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan
kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian
dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai
dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas,
mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta
adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah
profesi. Seorang petugas staf administrasi bias berasal dari berbagai latar ilmu, namun
tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan
pendidikan khusus.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan


keahlia

n khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut


untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi.

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar
pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang
mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak
bersifat komersial”.  Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu
kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
2. PROFESI DAN PROFESIONALISME

 Profesi

Profesi adalah kata serapan dari sebuah jata dalam bahasa Inggris “Profess”,
yang bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakuakn suatu tugas khusus secara
tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu
profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi
yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, keran profesi
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya, berikut
aadalah karateristik profesi secara umum:

 Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat


diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktik.
 Asosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh
para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk
menjadi anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi
 Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoritis.
 Pelatihan institusional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
 Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
 Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Menurut UU
NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN), Kode etik profesi adalah pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tujuan Kode etik :

 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi


 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk meningkatkan mutu profesi.
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
 Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standarnya sendiri.

 Mengatur Diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri


tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih
senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi
 Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti
layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat
 Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.

Prinsip Etika Profesi

 Tanggung jawab
o Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
o Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
 Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
 Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

 Profesionalisme

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan


J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata
profesional sendiri berarti: bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena
pendidikan dan latihan, beroleh bayaran karena keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua
criteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki
profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi)
yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan
hidupnya.

Ciri-ciri profesionalisme dibidang TI:

1. mempunyai keterampilan yang tinggi dalam bidang IT dalam menggunakan


peralatan-peralatan dalam melaksanakan tugasnya dibidang IT
2. mempunyai ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam dalam bidang IT
dalam manganalisis suatu masalah dan peka didalam membaca situasi cepat
dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar
kepekaan.
3. punya sikap orientasi kedepan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan IT yang terbentang dihadapannya.
4. punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta
terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain , namun cermat dalam
memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya terutama didalam
bidang IT.

3. SIKAP DAN PENAMPILAN PROFESIONAL

Seorang yang profesional, selain memiliki keterampilan yang memadai untuk


melaksanakan tugasnya, juga harus memiliki sikap-sikap positif dalam menjalankan
profesinya. Sikap dasar yang harus dimiliki tergambar dalam 3 (tiga) aspek, yaitu ;
kepribadian, penampilan, dan caranya bekerjasama dengan orang lain.

1.  Kepribadian

Kepribadian adalah suatu aspek kejiwaan yang dimiliki seseorang, yang memiliki
peranan sangat penting dalam kehidupannya. Kepribadian tampak dalam sikap,
perilaku, dan tutur bahasa individu tersebut. Sikap terbentuk oleh adanya kebiasaan
atau pengalaman, karenanya sikap bisa diubah. Kepribadian yang diharapkan dari
seseorang yang profesional antara lain :
a.  Sopan Santun dan Ramah Tamah

Beberapa contoh kesan seseorang yang sopan dan ramah adalah :

-     Ketika berbicara, suaranya jelas dan memiliki irama yang menyenangkan,

-     Selalu tersenyum saat berbicara,

-     Mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemui,

-     Tidak memotong pembicaraan orang lain.

b.  Jujur dan Selalu Siap Menolong

Jujur adalah selalu berkata benar sesuai tuntutan hati nurani. Orang yang jujur
tidak akan mengambil apapun yang bukan haknya, sehingga ia selalu terasa
menyenangkan bagi orang yang ada di sekitarnya. Kejujuran dapat membuat
seseorang dipercaya dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

c.   Tepat Waktu

Tepat waktu diperlukan dalam bekerja dan memberikan pelayanan profesi pada
orang lain. Orang yang tidak tepat waktu seringkali merugikan bagi orang lain, terutama
relasinya/mitra kerjanya. Dapat dibayangkan betapa kecewanya orang lain yang Anda
biarkan menunggu, karena Anda terlambat datang dari waktu yang telah dijanjikan
sebelumnya. Padahal, bisa saja orang yang sedang menunggu Anda juga memiliki
keperluan lain yang tidak kalah pentingnya.

d.  Menjaga Perasaan Orang Lain & Memiliki Rasa Toleransi

Dalam berinteraksi secara profesional, kita wajib menjaga perasaan orang yang
bekerjasama dengan kita, dengan cara berempati kepada orang tersebut. Mungkin ia
membutuhkan bantuan dan perhatian, atau bahkan memiliki masalah pribadi sehingga
kita harus memperlakukannya dengan sebaik-baiknya dan penuh pengertian.
e.   Mampu Mengendalikan Emosi

Seorang yang profesional mampu menjaga emosinya dengan baik. Ia


diharapkan untuk tidak mudah bertindak secara berlebihan dalam segala situasi.
Semua yang dihadapinya, baik itu klien atau teman seprofesi, dapat ditangani dengan
tenang dan penuh kesabaran. Ketenangan dalam berinteraksi dapat membantu kita
untuk mencapai hasil yang maksimal.

2.  Penampilan

Penampilan adalah gambaran fisik yang bisa dilihat secara fisik/kasat mata oleh
orang lain. Penampilan yang benar adalah bila ada keserasian dengan kepribadian,
serta keserasian warna dan bentuk tubuh dari orang yang mengenakannya.
Penampilan yang menunjukkan sikap profesionalisme seseorang, dapat kita lihat
dalam:

a.  Keadaan Tubuh, yaitu :

-     Cara berpakaian (tata busana),

-     Tata rias (rambut, wajah, kumis, dsb),

-     Kebersihan rambut, tangan, dan kuku,

-     Kesehatan : gigi, kulit, tubuh.

b.  Kebiasaan, meliputi :

-     Kebiasaan merokok,

-     Cara bersin,

-     Cara membuang sampah sembarangan,

-     Cara duduk, berdiri, berbicara, dan berjalan.


3.  Cara Bekerjasama dengan Orang Lain

Pada dasarnya, seorang individu tidak mampu hidup sendiri, sebab ia akan
selalu membutuhkan orang lain untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Dengan
bekerjasama, banyak manfaat yang diperoleh seperti : dapat membantu memecahkan
masalah, menambah keyakinan akan kemampuan, bisa menciptakan iklim kerja yang
sehat, dan mengurangi beban kerja yang berat. Seseorang profesional akan mampu
bekerjasama dengan orang lain dalam tim (mampu menyesuaikan diri dengan baik),
sehingga dengan mudah bisa mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Gizi Sebagai Profesi

Profesi gizi dan dietetic,disamping profesi kesehtan lain, dalam sejarahnya


merupakan cabang dari profesi kedokteran. Dimasa yang akan datang, profesi gizi
dituntut untuk mampu menunjukkan profesionalisme yang lebih tinggi bila ingin di
tempatkan sejajar dengan profesi lain.

Profesi gizi, sebagai profesi kesehatan, terdiri dari para anggotanya yang
memilki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam :

a. Melaksanakan asuhan gizi klinik

b. Melaksanakan penyelenggaraan makanan institusi

c. Melaksanakan pelayanan gizi masyarakat

d. Melaksanakan penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih sebagai


konsultan gizi.

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang


memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Di Indonesia masalah gizi utama masih didominasi oleh masalah
gizi Kurang Energi Protein (KEP), masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dan masalah Kekurangan Vitamin (KVA) dan mulai meningkatnya masalah
obesitas terutama di kota-kota besar. Disamping itu, diduga ada masalah gizi mikro
lainnya seperti defisiensi  zinc yang sampai saat ini belum terungkapkan karena adanya
keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang gizi. Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang pembangunan dan makin
berkembangnya paradigma pembangunan nasional yang berwawasan sumber daya
manusia (SDM), maka upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat
dan penanggulangan permasalahannya  (masalah gizi) makin mendapat prioritas dalam
strategi pembangunan nasional. Keadaan gizi masyarakat umum dan individu
khususnya mempunyai dampak terhadap pembangunan negara secara umum dan
khusus berdampak pada pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan serta
produktivitas manusia. Oleh karena itu, pemecahan masalah gizi ditempatkan sebagai
ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat pada masa
mendatang. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V,
Pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang akan dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Perbaikan gizi merupakan salah satu
cara mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum dalam Pasal
11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Menurut Pasal 20
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa
perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi dan
meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan atau
pemulihan akibat gizi salah. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan tenaga-tenaga
gizi yang menguasai segala permasalahan gizi yang dihadapi. Seorang ahli gizi
diharapkan dapat menangani permasalahan gizi pada tingkat tinggi yang dapat dicapai
sesuai dengan perkembangan IPTEK, sarana dan prasarana dan  kemampuan
manajemen.  Mengingat dan memperhatikan hal tersebut di atas, keberadaan ahli gizi
dan ahli madya gizi di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pelayanan gizi berada dimana-mana dan kapan saja selama masyarakat
dan individu masih mau untuk hidup sehat dalam siklus kehidupan manusia. Ada
beberapa pengertian tentang ahli gizi. Dari berbagai pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ahli gizi adalah profesi khusus, orang yang mengabdikan diri dalam
bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui suatu
pendidikan khususnya bidang gizi. Tugas yang diemban oleh ahli gizi berguna untuk
kesejahteraan manusia. Demikian juga dengan pengertian masyarakat, ada
permasalahan gizi pasti ada ahli gizi. Pada saat ini, pengertian Register Dietisien
adalah seseorang yang menyelesaikan pendidikan akademik strata I dan pendidikan
profesi gizi dalam suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi yang
telah direkomendasikan. Pelayanan gizi adalah pelayanan profesional gizi yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada
masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Sebagai profesi gizi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: 

1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat. 

2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan. 

3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah. 

4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku. 


5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya. 

6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas 

    pelayanan yang diberikan. 

7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan


yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya. 

8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup. 

9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif. 

10. Otonomi dalam melakukan tindakan. 

11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir. 

12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik. 

13. Alturism (memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi).

5. Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional

Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi adalah pekerja profesional. Persyaratan


sebagai pekerja profesional telah dimiliki oleh Ahli Gizi maupun Ahli Madya Gizi
tersebut. Persyaratan tersebut adalah:

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis. 

2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional. 

3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. 

4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah. 

5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas. 

6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur. 

7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah. 

8. Memiliki etika Ahli Gizi. 

9. Memiliki standar praktek. 


10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan. 

11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi. 

Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah
mengikuti pendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakan lulus setelah
mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin
memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD
bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan
mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk
memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD juga
bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk
kondisi kronis (ADA, 2007). Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : 
1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan 
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah 
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku 
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya 
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan 
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif 
10. Otonomi dalam melakukan tindakan 
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir 
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik 
13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi).
           
Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harus
memiliki persyaratan sebagai berikut :
1.    Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis 
2.    Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional
3.    Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4.    Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah 
5.    Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6.    Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur 
7.    Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8.    Memiliki etika Ahli Gizi
9.    Memiliki standar praktek 
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan 
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi. 
Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi
            Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat
ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi
adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat
mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu
Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk
individu maupun kelompok serta mencegah timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010). 

Peran Ahli Gizi
            Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai
dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010).
1.  Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang
bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu
atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi
penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).
2.  Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien)
mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari
dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan
oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa
komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi
diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku
terhadap makanan (Magdalena, 2010).
3.  Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan
suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat
dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus
Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah
(komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya
yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih
pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau
sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah
mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun,
karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
            Selain ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji
pada rincian di bawah ini :
1. Ahli Gizi 
a.  Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik 
b.  Pengelola pelayanan gizi di masyarakat  
c.  Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS 
d.  Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal 
e.  Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi 
f.   Pelaksana penelitian gizi 
g.  Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha 
h.  Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral 

2. Ahli Madya Gizi 


a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik 
b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat 
c. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal 
d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi 
e. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha 
f.  Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis 
(Persagi, 2010).

Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan
secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh :
1.  Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup
semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.
2.  Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara
ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.
3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height
caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan
timbangan berat badan.
4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya
sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.
5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga
memungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.

Kode Etik Ahli Gizi  (Persagi, 2010)


            Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam
upaya memelihara dan memperbaiki keadaan  gizi, kesehatan, kecerdasan
dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan
ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya
harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan
perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang
Dasar  1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi
Indonesia serta etik profesinya. 
A. Kewajiban Umum 
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan
kecerdasan dan  kesejahteraan rakyat 
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan
budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan. 
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil. 
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan
dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. 
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan  berkewajiban
senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. 
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B.  Kewajiban Terhadap Klien 


1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan
gizi atau di masyarakat umum. 
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien
masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan   juga setelah klien meninggal
dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum. 
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai  kebutuhan unik
setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin,
usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual. 
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat. 
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan
klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi  tersebut.  
6.  Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai
keahlian. 

C. Kewajiban Terhadap Masyarakat 


1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,
informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan
termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2.   Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 
3.   Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah
masalah gizi di masyarakat. 
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat.  
5.  Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang
sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. 
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban
hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan
bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan
optimal di masyarakat. 
7.   Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat 

D.  Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja 


1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat
secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama  dan menghargai berbagai
disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat. 
2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis  dengan semua organisasi atau
disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. 
3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama
profesi dan mitra kerja. 

E.  Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri 


1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh
profesi. 
2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam
menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta
peka terhadap perubahan lingkungan. 
3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan
pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima
pendapat orang lain yang benar. 
4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana
ahli gizi diperkerjakan). 
5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum. 
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik. 
7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau
kebesaran seseorang. 
8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi. 
6. Batang Tubuh Keilmuan Profesi Gizi ( Body Of Knowledge )

Kelompok bidang ilmu ini disesuaikan dengan tuntutan peran, fungsi dan
kompetensi yang diharapkan dari seorang ahli madya gizi.
Kelompok bidang ilmu tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelompok ilmu-ilmu Biologi dan Fisik/ Biomedik
a. Anatomi Fisiologi
b. Patologi Penyakit
c. Kimia Dasar/ Analitik

2. Kelompok Gizi Manusia


a. Biokimia Gizi
b. Ilmu Gizi Dasar
c. Gizi Dalam Daur Kehidupan
d. Dietetika
e. Penilaian Status Gizi
3. Kelompok Ilmu Pangan
a. Kuliner
b. Ilmu Bahan Makanan
c. Teknologi Pangan
d. Mikrobiologi Pangan
4. Kelompok Ilmu Sosial Dan Perilaku
a. Dasar-Dasar Komunikasi
b. Psikologi
c. Antopologi
d. Sosiologi
e. Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi
5. Kelompok Riset
a. Statistika
b. Metode Penelitian
c. Epidemiologi
d. KTI
6. Kelopok Ilmu Manajemen
a. Dasar-Dasar Manajemen
b. MSPM I/M
7. Kelompok Humaniora
a. Pancasila
b. Kewarganegaraan
c. Agama
d. Etika Profesi

7. Kebutuhan Dunia Kerja Terhadap Tenaga Kerja Profesi

Pada era globalisasi saat ini, pasar kerja membutuhkan tenaga yang mampu bekerja
secara prodesional, yang menguasai kemampuan teknik ( technical competencies ) dan
kemampuan dalam bertingkah laku yang baik ( behavioral competencies ). Pada rumah
sakit-rumah sakit, dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki criteria sbb :
a. Mempunyai wawasan multidimensi
b. Memiliki kemampuan untuk menggunakan sarana tehnologi mutahir ( computer,
internet ).
c. Mampu beradaptasi dengan lingkungan
d. Kemampuan membangun kerjasama dalam tim
e. Ketahanan fisik dan kepribadian yang matang
f. Mempunyai kemampuan wirausaha
g. Memiliki keterampilan negosiasi yang baikl
h. Terampil dalam mengambil keputusan yang tepat

Namun pada kenyataannya, para lulusan tenaga profesi kesehatan yang ada saat ini
belum memuaskan masyarakat. Ini disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya :
a. Pada umumnya, para lulusan tersebut belum siap pakai teori dan praktek.
b. Rasa percaya diri yang dimilikimasih rendah.
c. Gagap teknologi
d. Semangat juang rendah.
e. Kualitas lulusan tidak terstandar.
f. Kemampuan komunikasi rendah.
g. Sikap kerja lamban dan kurang antusias.
h. Kurang mandiri
i. Kerjasama tim lemah

Keadaan ini cukup memperhatinkan bagi lembaga pendidikan yang menghasilkan


lulusan tersebut, sekaligus juga menjadi tantangan tersendiri bagi lulusan tersebut.
Untuk itu, perlu ada upaya yang maksimal dari berbagai pihak untuk bisa
mempersiapkan para lulusan tenaga kesehatan sebaik mungkin.
Para calon tenaga kerja penyandang profesi tersebut harus mengembangkan sejumlah
keterampilan agar mampu merebut pasar kerja semaksimal mungkin, antara lain :
a) Keterampilan dalam mengelola diri sendiri
b) Meningkatkan keterampilan untuk bisa mendengarkan orang lain
c) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian
d) Meningkatkan ketrampilan bisnis
e) Meningkatkan kesadaran bisnis dan financial
f) Meningkatkan keterampilan negosiasi dan wawancara
g) Cara mengelola proyek
h) Meningkatkan keterampilan menulis artikel
i) Kerja sama tim dan kepemimpinan yang efektif

Beberapa metode yang bisa dilakukan oleh para tenaga kerja profesi adalah berupaya
untuk selalu melatih diri terus menerus, terutama dalam hal :
 Berani mengemukakan ide dan gagasan
 Berani mengedepankan profesionalisme
 Berani bersikap tegas
 Berani besrdikap objektif
 Berani menerima saran dan kritik
 Berani mengambil resiko
 Berani bertanggung jawab

Cara-cara di atas diharapkan bisa menjadikan para tenaga kerja profesi memiliki
kesiapan yang matang, sehinggan mampu untuk tampil menjadi pemenang, bukan
menjadi orang yang gagal dalam melaksanakan tugas kepada masyarakat sesuai
tuntutan profesi.

Berikut beberapa ilustrasi mengenai cirri-ciri orang yang mencapai keberhasilan dan
orang yang gagal di dalam tugas-tugasnya :

Ciri-ciri orang yang berhasil Ciri-ciri orang yang gagal


I. Terus mencari solusi i. Mudah menyerah
II. Melihat tantangan sebagai peluang ii. Melihat tantangan sebagai
hambatan
III. Melihat solusi dari setiap masalah iii. Melihat masalah dari setiap
solusi
IV. Selalu mengatakan mungkin dari iv. Selalu mengatakan sulit dari
setiap kesulitan setiap kemungkinan
V. Selalu berkata : what can I do for v. Selalu berkata : what can yoy
you? do for me?
VI. Selalu berkata : ayo kita kerjakan! vi. Selalu berkata : itu bukan
pekerjaan saya!

8. Kemitraan profesi
Pengertian dan prinsif-prinsif kemitraan
Kegiatan kemitraan dengan pihak lain adalah salah satu cirri bahwa sebuah
organisasi / profesi ingin berkembang dan mengalami kemajuan. Tidak ada sesuatu
atau apapun yang mampu bekerja sendiri, karena pada dasarnya, antra satu dengan
yang lain saling membutuhkan dukungan, sehingga bersifat komplementer atau saling
melengkapi. Kemitraan harus dibangun dengan dasar-dasar : kesamaan perhatian
( common interest) atau kesamaan kepentingan, saling mempercayai dan saling
menghormati, mempunyai tujuan yang jelas dan terukur, serta bersedia untuk
mengorbankan waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. Dalam kemitraan,
antara dua pihak atau lebih mempunyai unsur-unsur sbb:
 Adanya hubungan (kerjasama)
 Adanya kesetaraan (equality)
 Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship)
 Adanya hubungan timbale balik yang saling menguntungkan stsu member
manfaat (mutual benefit)
Kegiatan kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan
dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Secara konsep,
terdapat tiga tahap pengembangan kemitraan, yaitu :
 Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sector
kesehatan sendiri.
 Tahap kedua adalah kemitraan lintas sector di lingkungan institusi
pemerintah.
 Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih kuas, yaitu lintas
bidang dan lintas organisasi, yang mencakup : unsue pemerintah, unsure
swasta atau dunia usaha, unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dan organisasi massa serta unsur organisasi profesi.

Untuk membangun kemitraan kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip


kemitraan, yaitu :
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions

Bermacam-macam profesi tersebut, terlebih bila bidang keprofesiannya sangat


berdekatan, harus menjalin kerjasama dan mengadakan komunikasi secara epektif.
Setiap anggota profesi diwajibkan untuk mampu menguasai cara-cara komunikasi yang
efektif, sehingga terjalin sebuah hubungan yang sinergis antar berbagai profesi.
Komunikasi yang tepat dapat juga dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya konflik
berkepanjangan atau menghindari terjadinya konflik inter dan antar organisasi. Melalui
komunikasi yang baik, konflik-konflik yang mungkin bisa terjadi dapat dihindari dan
diredam sekecil mungkin.

Kemitraan Profesi Gizi


Kewajiban ahli Gizi kepada teman seprofesi dan mitra kerja telah dijelaskan
dalam kode etik profesi Gizi, yaitu sbb :
a. Ahli Gizi, dalam pekerjaannya, yaitu melakukan promosi Gizi demi meningkatkan
dan memelihara status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban untuk
senantiasa bekerjasama, melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu
sebagai mitra kerja di masyarakat.
b. Ahli Gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan
yang harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu/professional sejenis atau
bukan sejenis, yang terkait dengan upaya dalam meningkatkan status gizi,
kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
c. Ahli Gizi berkewajiban untuk senantiasa menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan keteranpilan terbaru kepada sesame profesi dan mitra kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai