Anda di halaman 1dari 9

1.

PENGERTIAN PROFESI
Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi
kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan
kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang
rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan
ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut

A. PROFESI
Pengertian Profesi

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang
dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh
profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya,
pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus
diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan
dan profesi adalah sama.

Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk
itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni
suatu profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan
sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn
profesinya.
2. Ciri – Ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
- Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
- Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
- Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
- Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
- Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Ciri umum profesi :

1. Memiliki keahlian dan keterampilan khusus.


2. Adanya komitmen moral yang tinggi.
3. Profesional atau hidup dari profesinya.
4. Mempunyai tujuan mengabdi untuk masyarakat.
5. Memiliki sertifikasi maupun izin atas profesi yang dimilikinya.

CIRI-CIRI PROFESI

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, di mana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi

3. Prinsip-prinsip Etika Profesi


Prinsip-prinsip etika profesi
Tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masing-
masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku
untuk suatu profesi. Di sini akan dikemukakan empat prinsip etika profesi yang paling
kurang berlaku untuk semua profesi pada umumnya. Tentu saja prinsip-prinsip ini
sangat minimal sifatnya, karena prinsip-prinsip etika pada umumnya yang paling
berlaku bagi semua orang, juga berlaku bagi kaum profesional sejauh mereka adalah
manusia.
1. Pertama, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi
kaum profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang
bertanggung jawab. Pertama, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya
dan terhadap hasilnya. Maksudnya, orang yang profesional tidak hanya diharapkan
melainkan juga dari dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja sebaik
mungkin dengan standar di atas rata-rata, dengan hasil yang maksimum dan dengan
moto yang terbaik. Ia bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin
dan dengan hasil yang memuaskan dengan kata lain. Ia sendiri dapat
mempertanggungjawabkan tugas pekerjaannya itu berdasarkan tuntutan
profesionalitasnya baik terhadap orang lain yang terkait langsung dengan profesinya
maupun yang terhadap dirinya sendiri. Kedua, ia juga bertanggung jawab atas dampak
profesinya itu terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain khususnya kepentingan
orang-orang yang dilayaninya. Pada tingkat dimana profesinya itu membawa kerugian
tertentu secara disengaja atau tidak disengaja, ia harus bertanggung jawab atas hal
tersebut, bentuknya bisa macam-macam. Mengganti kerugian, pengakuan jujur dan
tulus secara moral sebagai telah melakukan kesalahan: mundur dari jabatannya dan
sebagainya.
2. Prinsip kedua adalah prinsip keadilan . Prinsip ini terutama menuntut orang yang
profesional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan
kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam rangka
profesinya demikian pula. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya
orang yang profesional tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapapun
termasuk orang yang mungkin tidak membayar jasa profesionalnya .prinsip “siapa
yang datang pertama mendapat pelayanan pertama” merupakan perwujudan sangat
konkret prinsip keadilan dalam arti yang seluas-luasnya .jadi, orang yang profesional
tidak boleh membeda-bedakan pelayanannya dan juga kadar dan mutu pelayanannya
itu jangan sampai terjadi bahwa mutu dan itensitas pelayanannya profesional
dikurangi kepada orang yang miskin hanya karena orang miskin itu tidak membayar
secara memadai. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa kasus yang sering terjadi di
sebuah rumah sakit, yang mana rumah sakit tersebut seringkali memprioritaskan
pelayanan kepada orang yang dianggap mampu untuk membayar seluruh biaya
pengobatan, tetapi mereka melakukan hal sebaliknya kepada orang miskin yang
kurang mampu dalam membayar biaya pengobatan. Penyimpangan seperti ini sangat
tidak sesuai dengan etika profesi, profesional dan profesionalisme, karena
keprofesionalan ditujukan untuk kepentingan orang banyak (melayani masyarakat)
tanpa membedakan status atau tingkat kekayaan orang tersebut.
3. Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut
oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan
sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan kensekuensi
dari hakikat profesi itu sendiri. Karena, hanya kaum profesional ahli dan terampil
dalam bidang profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam
pelaksanaan profesi tersebut. ini terutama ditujukan kepada pihak pemerintah. Yaitu,
bahwa pemerintah harus menghargai otonomi profesi yang bersangkutan dan karena
itu tidak boleh mencampuri urusan pelaksanaan profesi tersebut. Otonomi ini juga
penting agar kaum profesional itu bisa secara bebas mengembangkan profesinya, bisa
melakukan inovasi, dan kreasi tertentu yang kiranya berguna bagi perkembangan
profesi itu dan kepentingan masyarakat luas. Namun begitu tetap saja seorang
profesional harus diberikan rambu-rambu / peraturan yang dibuat oleh pemerintah
untuk membatasi / meminimalisir adanya pelanggaran yang dilakukan terhadap etika
profesi, dan tentu saja peraturan tersebut ditegakkan oleh pemerintah tanpa campur
tangan langsung terhadap profesi yang dikerjakan oleh profesional tersebut.
Hanya saja otonomi ini punya batas-batasnya juga. Pertama, prinsip otonomi dibatasi
oleh tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan
profesi tersebut serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat. Jadi, otonomi ini
hanya berlaku sejauh disertai dengan tanggung jawab profesional. Secara khusus,
dibatasi oleh tanggung jawab bahwa orang yang profesional itu, dalam menjalankan
profesinya secara otonom, tidak sampai akan merugikan hak dan kewajiban pihak
lain. Kedua, otonomi juga dibatasi dalam pengertian bahwa kendati pemerintah di
tempat pertama menghargai otonom kaum profesional, pemerintah tetap menjaga, dan
pada waktunya malah ikut campur tangan, agar pelaksanaan profesi tertentu tidak
sampai merugikan kepentingan umum. Jadi, otonomi itu hanya berlaku sejauh tidak
sampai merugikan kepentingan bersama. Dengan kata lain, kaum profesional memang
otonom dan bebas dalam menjalankan tugas profesinya asalkan tidak merugikan hak
dan kepentingan pihak tetentu, termasuk kepentingan umum. Sebaliknya, kalau hak
dan kepentingan pihak tertentu dilanggar, maka otonomi profesi tidak lagi berlaku dan
karena itu pemerintah wajib ikut campur tangan dengan menindak pihak yang
merugikan pihak lain tadi. Jadi campur tangan pemerintah disini hanya sebatas
pembuatan dan penegakan etika profesi saja agar tidak merugikan kepentingan umum
dan tanpa mencampuri profesi itu sendiri. Adapun kesimpangsiuran dalam hal campur
tangan pemerintah ini adalah dapat dimisalkan adanya oknum salah seorang pegawai
departemen agama pada profesi penghulu, yang misalnya saja untuk menikahkan
sepasang pengantin dia meminta bayaran jauh lebih besar daripada peraturan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri profesi di atas terlihat
jelas bahwa orang yang profesional adalah juga orang yang punya integritas pribadi
atau moral yang tinggi. Karena, ia mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga
keluhuran profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan orang lain dan masyarakat.

Prinsip-Prinsip Etika Profesi


1. Prinsip tanggung jawab

Seorang profesional harus bertanggung jawab atas profesi yang dimilikinya.

2. Prinsip keadilan

Prinsip yang menuntut seseorang yang profesional agar dalam melaksanakan profesinya
tidak akan merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu.

3. Prinsip otonomi
Prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka
diberikan kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya.

4. Prinsip integritas moral

Seorang yang profesional adalah orang yang mempunyai integritas pribadi atau moral
yang tinggi.

4. SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI

- Melibatkan kegiatan intelektual.


- Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
- Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
- Menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

Syarat-Syarat Suatu Profesi


1.Melibatkan kegiatan intelektual;
2.Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus;
3.Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan;
4.Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan;
5.Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen;
6.Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi;
7.Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.;
8.Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik

5. Kode Etik Profesi

6.
A. PENGERTIAN GOOD GOVERNANCE

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

7. Profesi Akuntansi

8. Perspektasi Masyarakat terhadap profesi Akuntansi

Ekspektasi Masyarakat Terhadap Bisnis dan Akuntansi

Terjadinya krisis keuangan yang disebabkan skandal keuangan oleh


beberapa perusahaan besar di dunia menyebabkan perubahan pada persepsi
masyarakat terhadap nilai serta perilaku etika [erusahaan. Pembentukan komite
audit dan komite etika yang berisikan oleh individu di luar perusahaan,
pembentukan nilai code of conduct perusahaan serta peningkatan nilai pelaporan
perusahaan untuk meningkatkan integritas adalah berbagai upaya yang dilakukan
perusahaan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan publik tersebut.
Pada lingkup yang lebih kecil, skandal keuangan mengakibatkan adanya
jurang kepercayaan (especiation gap) antara persepsi masyarakat mengenai laporan
keuangan oleh akuntan serta laporan audit oleh auditor dengan apa yang
sebenarnya terjadi dengan keuangan perusahaan. Terjadinya jurang kepercayaan
tersebut pada akhirnya akan berjuang pada aturan yang lebih ketat, hukuman yang
lebih besar serta penyelidikan tentang integritas, independensi dan peranan profesi
akuntan dan auditor.
Perubahan ekspektasi publik terhadap bisnis pada gilirannya melahirkan
sebuah mandat baru bag dunia usaha. Perubahan ekspektasi publik terhadap bisis
juga akan mempengaruhi ekspektasi publik terhadap peran akuntan. Trade Off
antara akuntan sebagai bagian dari perusahaan dan sebagai penjaga kepentingan
publik bisa dikatakan sulit. Pada satu sisi, akuntan sebagai bagian dari perusahaan
diharapkan mampu dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai karyawan dalam
sebuah perusahaan, sisi lainnya adalah publik mengharapkan agar akuntan juga
tetap profesional dan memegang teguh nilai-nilai objektifitas, Integritas dan
kerahasiaan untuk melindungi kepentingan publik.
Hubungan saling ketergantungan antara perusahaan dan masyarakat mulai
menjadi pokok perhatian pada dekade 80’an. Perusahaan kemudian menanggapi
harapan masyarakat, baik sebagai shareholder maupun sebagai stakeholder dengan
menghadirkan:
a. Menghadirkan konsep tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) melalui pembentukan sisten pengendalian internal untuk menjamin
tercapainya tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan hak-hak pemegang
saham.
b. Mrmbuat serangkaian code of conduct sebagai pedoman bagi internal
perusahaan dalam hubungannya dengan para stakeholder seperti karyawan,
pemerintah dan masyarakat umum.
KODE ETIK IAPI

Sehubungan denga perkembangan yang terjadinya dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI merasa
adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International. Sebagai
langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesi Akuntan Publik, Dewan Standar
Pprofesi baru merilisnya pada tahun 2013. Standar Profesional Akuntan Publik berlaku efektif untuk
audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal : (i) 1 Janari 2013
(untuk emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain emiten

Kode etik menetapkan prinsip dasar etika yang harus diperhatikan oleh semua akuntan
profesional, yang meliputi : (1) integritas, (2) objektifitas, (3) kompetensi dan kecermatan
professional, (4) kerahasiaan, dan (5) perilaku professional. Sedangkan Standar Profesional Akuntan
Publik yang diterbitkan oleh IAPI menyebutkan prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:

1. Prinsip Umum dan Tanggung Jawab

SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit


Berdasarkan Standar Audit
SA 210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 230 Dokumentasi Audit
SA 240 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu
Audit atas Laporan Keuangan
SA 250 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit
atas Laporan Keuangan
SA 260 Komunikasi dengan pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
SA265 Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada
Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen

2. Kerangka untuk Perikatan Asurans


3. Standar Perikatan Reviu

SPR 2400 Perikatan untuk Reviu atas laporan Keuangan


SPR 2410 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang dilaksanakan Auditor
Independen Entitas

4. Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)


Pengendalian Mutu bagi Kantor Kuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan Asurans (Audit,
Reviu, dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan Selain Asurans
5. Seri Penilaian Risiko dan Respons Terhadap Risiko yang Dinilai

SA 300 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan


SA 315
Pengidentifikasian dan Penilaian Resiko Kesalahan Penyajian Material
SA 320 Meluli Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
SA 330 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 402 Respons Auditor Terhadap Resiko yang Telah Dinilai
Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu
SA 450 Organisasi Jasa
Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidenitifikasi Selama
Audit

6. Seri Bukti Audit

SA 500 Bukti Audit


SA 501 Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik dan Unsur Pilihan
SA 505 Konfirmasi Eksternal
SA 510 Perikatan Audit Tahap Pertama – Saldo Awal
SA 520 Prosedur Analitis
SA 530 Sampling Audit
SA 540 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
SA 550 Pihak Berelasi
SA 560 Peristiwa Kemudian
SA 570 Kelangsungan Usaha
SA 580 Representasi Tetulis

7. Seri Kesimpulan Audit dan Pelaporan

SA 700 Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan


SA 705 Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen
SA 710 Informasi Komparatid – Angka Korespondong dan Laporan Keuangan
Komparatif
SA 720 Tanggung Jawab Auditr stsd Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi
Laporan Keuangan Auditan

8. Seri Area Khusus

SA 800 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan yang disusun


Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan
Suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
SA 810 Perikantan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan

9. Seri Penggunaan Hasil Pekerjaan Pihak Lain

SA 600 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup ( Termasuk


Pekerjaan Auditor Komponen)
SA 610 Penggunaan Pekerjaan Auditr Internal
SA 620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

KODE ETIK IAI KASP

Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan ditetapkan
untuk masing-masing kompartemen. Ntuk akuntan sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh IAI
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih dalam bentuk
exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada Standard of Professional Practice on Ethics yang
diterbitkan oleh The International Federation of Accountants (IFAC). Berdasarkan aturan etika ini,
seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki karakteristik yang mencakup :

1. Penguasaan eahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.


2. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi kerja
maupun untuk auditan.
3. Berpandangan obyektif.
4. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.

Penetapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi akuntan:

1. Bekerja dengan standar profesi yang tinggi,


2. Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan, Mencapai tingkat kinerja yang memenuhi
persyaratan kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada 3 kebutuhan mendasar yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.


2. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.
3. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka atika profesional dan standar
teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yag tidak dapat dikompromikan.

Aturan etika IAI-KASP memuat 7 prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor dan 4 panduan
umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut. Ketujuh prinsip dan dasar tersebut
adalah: integritas, obyektifitas, kompetensi dan kehati-hatian, kerahasiaan, ketapatan
bertindak, dan standar teknis dan profesional. Empat panduan umum mengatur hal-hal yang
terkait dengan good governance, pertentangan kepentingan, fasilitas dan hadiah, serta
penerapan aturan etika bagi anggota profesi yang bekerja di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai