Anda di halaman 1dari 10

ETIKA DAN KEPROFESIAN

Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Edisi Baru, DR.A.Sonny Keraf, Pustaka Filsafat,
Yogyakarta:2006
Bisnis: Sebuah Profesi Etis?
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita tinjau tempat profesi dan etika
profesi dalam kerangka etika. Dari situ kita akan melihat dimana letak etika bisnis sebagai
sebuah etika profesi.
1. Etika Terapan
Secara umum kita dapat membagi etika menjadi dua yaitu etika umum berbicara
mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara
etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis teori-teori etika, lembaga-lembaga
normatif, dan etika khusus penerapan prinsip-prinsip dan norma-norma moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus.
Etika khusus dianggap sebagai terapan, karena aturan normative yang bersifat umum
diterapkan secara khusus sesuai dengan kekhususan dan kekhasan bidang kehidupan dan
kegiatan khusus tertentu.
Etika umum memiliki lingkup yang luas, karena menyoroti seluruh kehidupan
manusia. Etika terapan memiliki lingkup yang luas, karena hamper semua bidang kehidupan
dan kegiatan manusia dapat mempunyai etika khusus atau etika terapannya sendiri-sendiri.
Etika profesi mempunyai cakupan yang sangat luas, karena hamper setiap profesi dapat
mengembangkan etikanya sendiri: etika kedokteran/medis untuk profesi medis, etika bisnis
untuk kegiatan bisnis, etika hokum untuk profesi hokum, etika pegawai negeri, etika
pendidikan, etika media massa, etika polisi dan militer, dan seterusnya. Bersama dengan itu
etika profesi dapat pula bersentuhan dengan etika etika khusus lainnya seperti etika gender,
sikap terhadap sesame, dan sebagainya.
Etika khusus dibagi menjadi tiga yaitu etika individual lebih menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri; etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan
hak, sikap dan pola perilaku manusia makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesama ; dan
etika lingkungan hidup berbicara mengenai hubungan antara manusia sebagai individu
maupun sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam totalitasnya, dan

juga hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain yang berdampak langsung atau
tidak langsung pada lingkungan hidup secara keseluruhan.

2. Etika Profesi
a. Pengertian Profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan
komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Dengan demikian orang professional adalah
orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta memiliki komitmen pribadi yang
mendalam atas pekerjaannya itu.
Ada minimal tiga hal yang membedakan pekerjaan seorang profesional sebagai
sebuah profesi dan pekerjaan sebagai sebuah hobi:
Pekerjaan sebagai hobi dijalankan terutama demi kepuasan dan kepentingan pribadi.
Pekerjaan sebagai hobi tidak punya dampak dan kaitan langsung yang serius dengan

kehidupan dan kepentingan orang lain.


Pekerjaan sebagai hobi bukan sumber utama dari nafkah hidupnya.
Profesi menuntut ketekeunan, keuletan, disiplin, komitmen, dan irama kerja kerja.
Dalam kaitannya, untuk bias melibatkan seluruh dirinya beserta keahlian dan

keterampilannya demi keberhasilan pekerjaannya, diandaikan bahwa orang yang professional


ini mempunyai disiplin kerja yang tinggi yang dipacu dari luar oleh lingkungan dan dari
dalam dirinya sendiri. Disiplin, ketekunan, dan keseriusan adalah perwujudan dari komitmen
atas pekerjaannya.
Orang yang profesional selalu mengerjakan pekerjaannya sebagai pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaannya itu. Ini berarti, orang tersebut harus memperoleh dan
diberi imbalan yang memadai atas pekerjaannya yang memungkinkan untuk hidup secara
layak sebagai manusia. Dengan imbalan yang memadai ia dapat mempunyai komitmen
pribadi yang mendalam atas pekerjaannya dan bertangggung jawab penuh atas pekerjaannya
dan kepada pihak-pihak lain yang menjadi focus pelayanan profesinya.
Karena masyarakat tidak bisa melayani dirinya sendiri, dan orang yang profesional
mempunyai keahlian dan ketrampilan yang sangat dibutuhkan oleh mayarakat. Ini berarti,
masyarakat percaya bahwa pelayanan yang diberikan oleh kaum profesional akan membawa
hasil dengan mutu yang baik dan memuaskan, dan masyarakat percaya karena orang

profesional mempunyai komitmen moral/pribad serta tanggung jawab yang mendalam atas
pekerjaannya. Orang yang profesional adalah orang yang memang diandalkan dan dipercaya
oleh masyarakat karena mereka ahli, terampil, memiliki komitmen moral, bertanggung jawab,
tekun, penuh disiplin, dan serius dalam menjalankan pekerjaannya.
Maka, seorang yang profesional adalah juga orang yang memmiliki integritas tinggi
dan mendalam. Ia adalah orang yang tahu menjaga nama baik, komitmen moralnya, tuntutan
profesi, serta nilai dan cita-citayang diperjuangkan oleh profesinya.
Profesi khusus yang disebut sebagai profesi luhur, karena menekankan pengabdian
atau pelayanan kepada masyaratkat pada umumnya melebihi hal-hal lainnya. Orang yang
memilih profesi ini didorong untuk mengabdi kepada masyarakat. Sasaran utama dalam
menjalankan profesi luhur ini bukan untuk memperoleh nafkah hidup, melainkan untuk
mengabdi dan melayani kepentingan masyarakat. Nafkah hidup dilihat sebagai sekedar
imbalan (akibat) yang masuk akal dari menjalankan profesi ini demi kepentingan masyarakat
dan bukan sebagai tujuan utamanya.
Dalam kaitan dengan profesi pada umumnya, lama kelamaan hubungan antara
pengapdian kepada masyarakat dan nafkah hidup berkembang menjadi saling mengisi dan
mengkondisikan. Para professional ingin mengabdi demi kepentingan masyarat, namun
semakin ia professional maka banyak pula ia memperoleh imbalan atas profesinya itu. Ini
adalah konsekuensi logis dari profesionalismenya. Maka istilah professional hamper identik
dengan mutu, komitmen, tanggung jawab, dan bayaran yang tinggi.
b.

Ciri-Ciri Profesi
Ciri-ciri professional yang bersifat umum dan terutama terkait dengan pengertian

profesi:
Adanya keahlian dan keterampilan khusus. Memungkinkan orang yang profesional
mengenali dengan cukup cepat dan tepat persoalan yang dihadapi serta solusi yang
tepat, memungkinkan untuk menjalankan tugasnya dengan tingkat keberhasilan dan

mutu yang baik.


Komitmen moral yang tinggi. Merupakan aturan main dalam menjalankan dan

mengemban profesinya, yang biasanya disebut dengan kode etik.


Pekerjaan itu melibatkan komitmen moral yang tinggi dari pelakunya, tidak hanya

mengandalkan keahlian, keterampilan khusus, dan yang dijalankan sebagai nafkah.


Orang yang profesional adalah orang yang hidup dari profesinnya.
Pengabdian kepada masyarakat.

Pada profesi luhur biasany ada izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut. Izin
juga sesungguhnya merupakan bahwa tanda orang tersebut mempunyai keahlian,

keterampilan, dan komitmen moral yang diandalkan dan dapat dipercaya.


Kaum professional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi. Tujuan organisasi
terutama untuk menjaga dan melindungi keluhuran profesi tersebut.

Keahlian saja tidak cukup tetapi diperlukan kode etik/komitmen moral, karena keahlian saja
bisa merugikan manusia.
Ada dua sasaran pokok dari kode etik:

Kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh

kelalaian/kesengajaan atau tidak sengaja dari kaum profesional


Kode etik juga bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut. Kode etik
menjembatani etika, moralitas, dan hukum.
Kode etik merupakan kaidah moral yang berlaku khusus untuk orang-orang

profesional dibidangnya, kaidah moral ini telah dimodifikasi menjadi aturan tertulis.
Karena itu kaidah moral dilengkapi dan ditunjang oleh sanksi seperti dalam hukum positif
pada umumnya.
c. Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masingmasing profesi. Kode etik ini berkaitan dengan prinsip-prinsip etika tertentu yang berlaku
untuk suatu profesi, yaitu:

Prinsip tanggung jawab. Ia bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sebaik


mungkin dan dengan hasil yang memuaskan, dapat bertanggung jawab atas tugasnya,

dan bertanggung jawab atas dampak profesinya.


Prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya tidak
merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, dan tidak diperbolehkan melakukan

diskriminasi.
Prinsip otonomi. Merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap
dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepennuhnya dalam menjalankan profesinya,
tetapi dibatasi dengan: tanggung jawab dan komitmen professional, kemajuan profesi
tersebut serta dampaknya bagi kepentingan masyarakat.

Prinsip integritas moral. Prinsip ini merupakan tuntutan kaum profesional atas dirinya
sendiri bahwa dalam menjalankan tugas profesinya ia tidak akan sampai merusak
nama baiknya serta citra dan martabat profesinya.

3. Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur


Persaingan bisnis yang ketat menuntut dan menyadarkan para pelaku bisnis untuk
menjadi orang yang profesional. Sering sikap profesional dan profesionalisme yang
dimaksudkan dalam dunia bisnis hanya terbatas pada kemampuan teknis menyangkut
keahlian dan keterampilan yang terkait dengan bisnis: manajemen, produksi, pemasaran,
keuangan, personalia, dan seterusnya. Terutama dikaitkan dengan prinsip efisiensi demi
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.
Orang yang profesional berarti orang yang memiliki komitmen pribadi yang tinggi,
serius dalam menjalankan pekerjaannya, bertanggung jawab atas pekerjaannya. Orang yang
professional adalah orang yang menjalankan pekerjaannya secara tuntas dengan hasil dan
mutu yang sangat baik karena komitmen dan tanggung jawab moral pribadinya.
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan keahlian dan keterampilan yang
tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas bahwa pekerjaan yang kotor tidak
akan disebut profesi.
Untuk melihat tepat tidaknya kata profesi dipakai juga untuk dunia bisnis dan untuk
melihat apakah bisnis dapat menjadi profesi yangluhur, dapat ditinjau daru dua pandangan
dan penghayatan yang berbeda mengenai pekerjaan dan kegiatan bisnis yang dianut oleh
pelaku bisnis.
a. Pandangan Praktisis Realistis
Pandangan ini bertumpu pada keyakinan yang diamati berlaku dalam dunia bisnis.
Pandangan ini melihat bisnis sebagai suatu kegiatan diantara manusia yang menyangkut
produksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan.
Umumnya pandangan ini dianggap sebagai pandangan ekonomi klasik (Adam Smith)
dan ekonomi neo-klasik (misalnya Milton Friedman). Adam Smith sendiri berpendapat
bahwa pemilik modal harus mendapat keuntungan untuk bisa merangsang untuk
menanamkan modalnya dalam kegiatan produktif. Tanpa keuntungan, pemilik modal tidak

akan menanamkan modalnya, dan itu berarti tidak aka nada kegiatan ekonomi produktif sama
sekali.
Asumsi Adam Smith adalah: pertama, dalam masyarakat modern telah terjadi
berbagai pembagian kerja dimana setiap orang tidak lagi bisa mengerjakan segala sesuatu
sekaligus dan bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam perkembangan
zaman ada yang berhasil mengumpulkan modal dan memperbesar usahanya sementara yang
lain hanya bisa menjadi pekerja pada orang lain. Maka terjadi kelas sosial.
Kedua, semua orang tanpa kecuali mempunyai kecenderungan mempunyai
kecenderungan dasar untuk membuat kondisi hidupnya menjadi jauh lebih baik. Dalam
keadan sosial dimana telah terjadi kelas sosial, jalan terbaik untuk tetap memertahankan
kegiatan ekonomi adalah dengan meranbgsang pemilik modal untuk tetap menanamkan
modalnya dalam kegiatan produktif yang sangat berguna bagi ekonomi nasional dan dunia,
termasuk bagi kelas pekerja. Hanya dengan membuat pemilik modal menanamkan
modalnya, banyak orang bisa dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, dan jalannya adalah
dengan memberikan keuntungan pada pemilik modal.
Keuntungan pun merupakan hal yang baik, karena keuntungan merupakan semacam
upah atau imbalan, seperti halnya semua pekerja atau karyawan yang menyumbangkan
tenaga dan pikirannya mendapat upah atau imbalan untuk itu.
Milton Friedman mengatakan, omong kosong jika bisnsi tidak mencari keuntungan. Ia
melihat bahwa dalam kenyataannya hanya keuntunganlah yang menjadi motivator dasar
orang berbisnis. Menurut Friedman, mencari keuntungan bukan hal yang buruk, karena
semua orang memasuki bisnis selalu dengan memiliki satu motivasi dasar: mencari
keuntungan.
b. Pandangan Ideal
Bisnis tidak lan adalah suatu kegiatan diantara manusisa yang menyangkut
memproduksi, menjual, dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pandangan ini tidak menolak bahwa keuntungan adalah tujuan utama bisnsi.
Tanpa keuntungan bisnis tidak dapat bertahan. Namun keuntungan hanya dilihat sebagai
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis.

Dasar pemikirannya adalah pertukaran timbale balik secara fair diantara pihak-pihak
yang terlibat. Yang ditekankan adalah keadilan komutatif, khususnya keadilan tukar atau
pertukaran dagang yang fair. Pandangan ini pun bersumber dari ekonomi klasiknya Adam
Smith. Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi kare satu orang memproduksi lebih
banyyak barang tertentu sementaraia sendiri membutuhakan barang lain yang tidak bisa
dibuatnya sendiri. Jadi, kegiatan bisnsi terjadi karena keinginan untuk saling memenuhi
kebutuhan hidup masing-masing. Itu berarti, kegiatan bisnis sesunggah merupakan
perwujudan hakikat sosial manusia. Dengan kata lain, tujuan utama bisnsi sesungguhnya
bukan untuk mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi kebutuhan hidup orang
lain,dan melalui itu dapat memperoleh apa yang dibutuhkan.
Salah satu membangun bisnis sebagai profesi yang luhur adalah dengan membentuk,
mendukung, dan memperkuat organisasi profesi. Melalui organisasi profesi bisnis dapat
dikembangkan sebagai sebuah profesi dalam pengertiannya menjadiprofesi yang luhur.

STUDI KASUS
Bab 7
KARTU MERAH BUAT 10 KAP PAPAN ATAS
Mejelis Kehormatan (MK) Institusi Akuntansi Indonesia tengah mempertimbangkan
tindakan yang akan diambil terhadap 10 KAP yang melakukan pelanggaran, menyusul
keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telas diberikan.
Menariknya, dari daftar 10 KAP nakal itu, terdapat KAP yang cukup terkenal.
Kesepuluh KAP tersebut adalah:
1. Andi iskandar & rekan
2. Hans Tuanakotta & Mustofa

3. Hendra Winata & rekan


4. Johan Malonda & rekan
5. Prasetio Utomo & rekan
6. Robert Yogi
7. Salaki & Salaki
8. S. darmawan & rekan
9. RB Tanubrata & rekan
10. Hadi Susanto (dinyatakan tidak ada temuan penyimpangan)
Direktur Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilaian DJLK Depkeu, Mirza Mochtar, pada
tanggal 17 April 2002 mengirim surat kepada Ketua MK IAI karena tidak puas dengan
keputusan Badan Peradilan Profesi Akuntansi Publik (BP2AP). Dalam surat itu disebutkan
bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada 10 KAP tersebut tidak mencerminkan bahwa
pelanggaran itu pelanggaran berat. Bahkan Mirza dalam suratnya menegaskan bahwa sanksi
tambahan yang dijatuhkan BP2AP kepada 3 dari 10 KAP untuk tidak melakukan audit sector
perbankan, dinialai bukan wewenang IAI.
Ini bertentangan dengan peraturanyang berlaku karena wewenang untuk memberikan,
membekukan, dan mencabut izin KAP adalah Mentri Keuangan. Sumber-umber resmi
menyebutkan sanksi ringan yang diberikan BP2AP ini ditujukan untuk menghindari sanksi
lebih lanjut yanbg makin berat, yaitu pencabutan izin. Padahal, kesalahan yang dilakukan
KAP itu parah. Pelanggaran yang dilakukan sebetulnya sudah expired, tapi baru sekarang
baunya merebak.
Sanksi yang diberikan oleh BP2AP itu awalnya dari hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyatakan adanya penyimpangan penerapan
Standar Akuntansi dan/atau SPAP oleh KAp tersebut. Kemudian, kasus tersebut diserahkan
ke BP2AP. Putusan diambil karena 10 KAP tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran
berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada 1998. Namun sayangnya, lagi-lagi
peradilan profesi ini tidak dapat memenuhi rasa keadilan yang sedang menyamai diluar.
Bab 9
MULYA LUBAS DIBERHENTIKAN
Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia DKI Jakarta
memberhentikan secara tetap Toudong Mulya Lubis sebagai advokat. Ia dinilai melakukan
pelanggaran berat, yaitu melanggar larangan konflik kepentingan dan lebih mengedepankan
materi dalam menjalankan profesi dibandingkan dengan penegakan hukum , kebenaran, dan

keadilan. Putusan itu dibacakan oleh Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat
Indonesia (MKD Peradi) DKI Jakarta, Jumat 16 Mei 2008 di Kantor Peradi, Kuningan,
Jakarta. Siding dipimpin oleh Jack R. Sidabutar dengan anggota Alex R. wangge, Daniel
Panjaitan, Antonius P.S. Wibowo, dan Dr. Andang L. Binawan. Hadir dalam siding tersebut
pihak pengadu, Hotman Paris Hutapea, dan pihak teradu, Todung Mulya Lubis, serta
sejumlah advokat dari kantor hukum Lubis, Santoso, dan Maulana. Dua anggota MKD
memberikan pendapat berbeda. Menurut mereka, hukuman pemberhentian tetap terlalu berat.
Dua anggota tersebut mengusulkan hukuman pemberhentian sementara selama 12 bulan.
Todung mengucapkan bahwa dirinya sangat sedih dan kecewa dengan putusan MKD Peradi
DKI Jakarta. Ia mengatakan, putusan tersebut sebagai sebuah dagelan yang tidal lucu, dan
langsung mengajukan banding.
Majelis Kehormatan menilai Toudung melanggar Pasal 4j dan Pasal 3b Kode Etik
Advokat Indonesia. Pelanggaran tersebut dilakukan ketika Toudung menjadi kuasa hukum
Salim Group terkait kasus Sugar Group Companies (SGC) di pengadilan negeri Kotabumi
dan PN Gunung Sugih, Lampung. Benturan kepentingan terjadi ketika pada tahun 2002
Toudung menjadi anggota Tim Bantuan Hukum Komite Kebijakan Sektor Keuangan (TBHKKSK). Tim tersebut diminta Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melakukan
legal audit terhadap kekayaan Salim Group. Saat itu, SGC merupakan salah satu perusahaan
milik Salim. Pihak BBPN kemudian menjual SGC ke pemilik baru. Pada tahun 2006,
pemilik baru itu menggugat Salim Group dan pemerintah. Pihak Salim diwakili oleh Toudung
Mulya Lubis selaku kuasa hukum. Memang sat itu tugas Toudung di TBH KKSK sudah
selesai sejak tahun 2002. Namun, MKD menilai ada benturan kepentingan saat Toudung
menjadi kuasa hukum SGC dan anggota TBH KKSK. Apalagi, di dalam persidangan
Toudung menggunakan hasil legal audit TBH KKSK. Menurut Majelis, kepentingan BPPN
cq. Menkeu cq. Pemerintah RI terkait legal auditing SBC seharusnyadipertahankan dan
dirahasiakan oleh Toudung. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 perjanjian
TBH-KKSK. Namun faktanya, Toudung mengungkapkan sebagian isi TBH itu di PN Gunung
Sugih dan Kotabumi. Meskipun didalam dokumen TBH dikatakan bahwa Salim Group
dinyatakan melanggar MSAA, Toudung justru mengatakan sebaliknya di persidangaan.
Apalagi hal ini tidak dibantah oleh Toudung. Saksi ahli yang diajukan oleh Toudung
mengatakan bahwa pendapat hukum dapat berubah bergantung pada situasi dan kondisi.
Namun menurut majelis, suatu pendapat hukum tidak boleh berubah. MKD Peradi Jakarta
juga sebelumnya mempertimbangkan adanya peringatan kepada Toudung. Pada 14 Juni 2004,

Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Advokat Indonesia member peringatan keras kepada
Toudung sehubungan denngan adanya iklan media massa mengenai putusan pengadilan,
tetapi isi iklan berbeda dengan putusan peradilan. Dalam jumapa pers dikantornya, Toudung
didampingi koleganya sesame advokat, maqdir Ismail dan Perry Cornelius. Terus terang
saya shocked, terkejut, dan bertentangan dengan fakta-fakta dan akal sehat. Ini bertentangan
dengan semua logika rasional. Sebuah dagelan hukum yang sangat tidak lucu. Dalam sejarah
Indonesia, mungkin hanya saya advokat pertama yang dipecat secara permanen. Kata
Toudung. Ini kezaiman, kesewenang-wenangan yang melampaui batas. Buat saya, itu
sesuatu yang melampaui batas karena kalau tuduhannya benturan kepentingan, sama sekali
tidak ada benturan kepentingan, ujarnya. Toudung menyampaikan bahwa dalam penanganan
kasus Anthony Salim, Departemen Keuangan telah menulis surat tidak keberatan karena tidak
berkepentingan. Namun pada kesempatan saat ini, ia tidak akan masuk ke soal detail seperti
itu karena ia akan banding ke Pengadilan Dewan Peradi Pusat.

Anda mungkin juga menyukai