Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR PROFESIONALISME

1. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya.
Daftar karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan
pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:

a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional


diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan
dalam praktek.

b. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi


oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para
anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan
khusus untuk menjadi anggotanya.

c. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan


pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

d. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada


persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.

e. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk


mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.

f. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi


sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

g. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan


pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.

h. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
i. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri
tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih
senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling
tinggi.

j. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja


profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik,
seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

k. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya.
Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga
banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah
profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara,
dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer,
wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,
menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu
sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul
karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam
pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE
GEORGE : PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan
“PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI :

 Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.

 Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).

 Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.

 Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

2. Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu,


kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang
profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya
sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh
seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut
Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan
seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu
profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme
juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall,


kata tersebut banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional
memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep
profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki lima
muatan atau prinsip, yaitu: Pertama, afiliasi komunitas (community affilition)
yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi
formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan.
Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan
anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak
yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk
membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian
dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang
bersangkutan dalam situasi khusus. Ketiga, keyakinan terhadap peraturan
sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang
dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang
luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan
mereka.

Keempat, dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional


dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap
untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang.
Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.
Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen
pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah
kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang kelima, kewajiban sosial
(social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat
yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan
tersebut.
Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur
derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka
profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan
bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna.
PROFESIONAL :

- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.

- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.


Hidup dari situ.

- Bangga akan pekerjaannya.

3. CIRI-CIRI PROFESI

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
a. dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi


harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang
berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat,
tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam
rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang
kegiatan menerapkan suatu estándar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan
tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.

4. Kriteria Pekerjaan menjadi sebuah profesi

Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui adanya
sepuluh macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan Robers
Patterson dalam studi tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria:

a. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip


keilmuan yang dapat diterima masyarakat.

b. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan


membudaya.

c. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.

d. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang dibutuhkan di


mana masyarakat umum tidak memilikinya.

e. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.
f. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.

g. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan


tugas.

h. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang


mampu mendorong dan membina anggotanya.

i. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.

j. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta


anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.

Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu


pekerjan dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:

a. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan dan
keahlian).

b. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan dalam organisasi


profesi, memiliki kode etik dan pengabdian masyrakat).

c. Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai status profesional


(memperoleh dukungan masyarakat, perlindungan hukum dan mempunyai
persyaratan kerja dan jaminan hidup yang layak).

Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka
pekerjaan guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:

a. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.

b. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang permasalahan


perkembangan anak.

Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan profesional:

a. Mengandung unsur pengabdian

Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu kepada


masyarakat. Setiap orang yang mengaku menjadi pengembang dari suatu
profesi tertentu harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang memadai untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat tersebut.

b. Mengandung unsur idealisme

Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian
pengabdian pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk
tegaknya keadilan, kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.

c. Mengandung unsur pengembangan

Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur


kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus. Secara teknis
profesi tidak boleh berhenti atau mandek. Kalau kemandekan teknik ini terjadi
profesi itu dianggap sedang mengalami proses kelayuan atau sudah mati.
Dengan demikian, profesipun manjadi punah dari kehidupan masyarakat

Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu
pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi yaitu:

a. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.

b. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian.

c. Kebakuan yang universal.

d. Pengabdian

e. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif

f. Otonomi

g. Kode etik

h. Klien.

Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:

a. Ada standar kerja yang baku dan jelas.

b. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan


program pendidikan yang baik.
c. Ada organisasi yang memadai pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.

d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya.

e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .

f. Ada pengakuan masyarakat (profesional penguasa dan awam) terhadap


pekerjaan itu sebagai suatu profesi.

5. Profesi Kebidanan
Untuk melindungi profesi mereka dari orang-orang yang menganggap bidan
kurang berpendidikan, ketinggalan zaman, atau tidak profesional, penting bagi
bidan untuk dapat menjawab pertanyaan kritis: Apa yang diperlukan untuk
menjadi seorang profesional? Menurut Ament, ―[I] di Amerika Serikat, tujuan
keseluruhan untuk melindungi kesejahteraan publik... dicapai melalui tiga
mekanisme yang saling bergantung: 1) program studi yang ditentukan dan
terakreditasi; 2) sertifikasi nasional; dan 3) pemerintah, biasanya negara bagian
atau yurisdiksi lain, lisensi.‖1 Selain itu, profesional kesehatan diharapkan untuk
mengkodifikasi tubuh pengetahuan mereka dalam setiap ulasan jurnal dan buku
teks. Pemimpin kebidanan dan pembuat kebijakan perawatan kesehatan
dibenarkan dalam mengutip dokumen American College of Nurse-Midwives
(ACNM) yang menetapkan standar untuk pendidikan dan praktik sebagai bukti
bahwa kebidanan, seperti yang dipraktikkan oleh bidan perawat bersertifikat
(CNM) dan bidan bersertifikat (CM), adalah sebuah profesi dan bahwa para
profesional ini harus memiliki lisensi di semua negara bagian dan teritori. Ada
perbedaan antara menjadi anggota profesi dan menjadi "profesional". Seperti yang
dinyatakan Kennedy, ―profesionalisme bidan adalah faktor kunci dalam
memberdayakan perempuan selama proses melahirkan anak‖. Kennedy
mengidentifikasi tiga dimensi profesionalisme kebidanan:

a. Dimensi terapeutik, yang menggambarkan bagaimana dan mengapa bidan


memilih dan menggunakan terapi tertentu dalam memberikan asuhan
b. Dimensi kepedulian, yang mencerminkan bagaimana bidan menunjukkan
bahwa dia peduli kepada, dan tentang, wanita
c. Dimensi profesi, yang mengkaji bagaimana kebidanan dapat ditingkatkan
dan diterima melalui praktik ―teladan

Kennedy membagi dimensi terapi menjadi dua kualitas yang harus dijaga
keseimbangannya: mendukung kelahiran normal, sekaligus mempertahankan
kewaspadaan dan perhatian terhadap detail, bantuan hanya jika diperlukan.
Pendekatan Kennedy untuk mendukung kelahiran normal sering digambarkan
sebagai "seni melakukan 'tidak melakukan apa-apa,'"—yaitu, tampak tenang di
luar sementara di dalam secara aktif terlibat dalam pengumpulan data dan
pemikiran kritis.2

Dimensi kepedulian ditunjukkan dengan ―1) menghargai keunikan perempuan


dan keluarga; dan 2) penciptaan suasana yang menghormati dan mencerminkan
kebutuhan perempuan.‖2 Bidan mengeksplorasi dan menghormati sejarah pribadi
dan konteks budaya setiap wanita. Bidan bekerja dalam kemitraan dengan wanita
untuk tujuan memberikan dukungan emosional dan memperkuat kepercayaan diri
wanita. Meskipun kontroversial untuk mengatakan bahwa orang lain dapat
memberdayakan seseorang, dukungan semacam itu dapat meningkatkan
kepercayaan diri seorang wanita dan memfasilitasi pemberdayaan wanita.

Kualitas yang diidentifikasi oleh Kennedy sebagai terkait dengan dimensi


kepedulian termasuk "integritas dan kejujuran yang tak tergoyahkan, kasih sayang
dan pengertian, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, dan
fleksibilitas."2 Bidan adalah pekerja emosi. Misalnya, bidan teladan adalah ahli
dalam menciptakan pengaturan klinis yang aman secara fisik dan emosional;
bidan yang merawat ibu bersalin menciptakan lingkungan yang damai yang
kondusif untuk proses kelahiran yang sehat, kepuasan ibu, dan ikatan ibu-anak
pada periode postpartum segera; dan bidan yang merawat wanita yang mencari
metode kontrasepsi menggunakan waktu untuk mengembangkan hubungan saling
percaya dan lingkungan di mana wanita merasa cukup aman untuk berbicara jujur
terhadap pertanyaan tentang kekerasan pasangan intim.

Dimensi profesi berfokus pada ―penggambaran, promosi, dan kelangsungan


kebidanan sebagai peran profesional. Bidan menunjukkan dimensi ini melalui
praktik berbasis bukti, kualitas dan tinjauan sejawat bidan, pendidikan
berkelanjutan, komitmen dan semangat untuk profesi, serta memelihara dan
merawat diri mereka sendiri. Fokus bidan teladan tidak hanya pada individu
wanita atau kelahiran; selain itu, bidan didorong untuk mengembangkan profesi
dan mengadvokasi untuk meningkatkan perawatan kesehatan perempuan secara
lokal dan global.

Kebidanan profesional di Amerika Serikat, sebagaimana diwakili oleh bidan


perawat bersertifikat, bidan bersertifikat, dan bidan profesional bersertifikat,
adalah profesi yang dinamis. Transisi dari fokus pada praktik individu ke fokus
pada status profesi dalam masyarakat sipil merupakan evolusi kebidanan di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat, ruang lingkup praktik kebidanan telah
berkembang melampaui tahun-tahun melahirkan anak, pengetahuan inti yang
dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang aman telah berkembang dengan
pesat, dan kebutuhan untuk mempromosikan kerja tim interdisipliner dipahami
dengan baik. Secara bersamaan, masyarakat sipil telah memperluas harapannya
untuk semua profesional kesehatan, dan bidan telah merespons dengan
mengadopsi standar baru untuk pendidikan dan praktik.

6. Kesimpulan

Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk
senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena hal inilah
yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam menjalankan
profesi yang dimiliki.

Guru adalah salah satu dari profesi, dewasa ini memiliki profesi haruslah mampu
menjadi profesional. Karena tuntutan perkembangan dan hal ini sejalan dengan
dinamisasi sistem pendidikan. Menjadi seorang guru harus profesional karena
nantinya guru’lah yang akan melahirkan generasi profesionalisme melalui
profesinya itu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2021)

2. Sjafri Sairin, Membangun Profesionalisme Muhammadiyah,


(Yogyakarta:Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi [LPTP], 2020).

3. Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh


Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2021.

Anda mungkin juga menyukai