Anda di halaman 1dari 19

PROFESI, PROFESIONAL, DAN KODE ETIK

PROFESI

OLEH :
KELOMPOK 1

1. SRI MULYANI PURNAMA (P3D316016) (KETUA/PEMATERI)


2. MUH. ALI ISRAN DAI (P3D316014) (MODERATOR)
3. MOH. ZULKIFLI (P3D316013) (PEMATERI)
4. HASNI (P3D316018) (SEKRETARIS)

D3 ELEKTRONIKA KONSENTRASI ELEKTROMEDIS


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
A. Profesi
1. Pengertian Profesi
Yang dimaksud dengan profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan
pelatihan maupun penguasaan terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Atau profesi
juga sering di artikan sebagai pekerjaan yang memerlukan pelatihan dan keahlian
khusus. Umumnya setiap profesi memiliki asosiasi, memiliki kode etik, memiliki
sertifikasi, dan memiliki lisensi khusus untuk bidang profesi tertentu.
Orang yang memiliki profesi dalam bidang tertentu biasanya sering di
sebut dengan profesional. Profesional juga sering sekali di artikan sebagai
keahlian teknis yang dimiliki oleh seseorang. Misalnya desainer yang memiliki
keahlian yang berkualitas dalam merancang sesuatu.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi profesi menurut para ahli:

# SCHEIN, E.H (1962)


Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat

# HUGHES, E.C (1963)


Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa
yang diderita atau terjadi pada kliennya

# DANIEL BELL (1973)


Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang
diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat
yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada
keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan
profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan
ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya
tingkatan dalam masyarakat
# PAUL F. COMENISCH (1983)
Profesi adalah "komunitas moral" yang memiliki cita-cita dan nilai bersama

# K. BERTENS
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita
dan nilai-nilai bersama

# SITI NAFSIAH
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari
nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang
lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan,
profesionalisme, dan tanggung jawab

# DONI KOESOEMA A
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus
untuk jabatan tersebut serta pelayananbaku terhadap masyarakat.

2. Ciri-Ciri Profesi Dan Syarat-Syarat Profesi


a. Ciri-Ciri Profesi
Beberapa ciri profesi secara umum, diantaranya sebagai berikut ini:
 Memiliki pengetahuan khusus tentang suatu bidang pekerjaan, seperti
adanya keahlian dan keterampilan yang didapatkan dari pelatihan maupun
dari pendidikan khusus seta pengalaman yang cukup lama.
 Memiliki aturan dan juga standar moral yang tinggi, umumnya bagi orang
yang memiliki profesi setiap kegiatan yang dilakukannya berdasarkan
pada kode etik bidang profesinya.
 Mementingkan kepentingan masyarakat, setiap melaksanakan profesi
harus selalu mementingkan kepentingan masyarakat terlebih dahulu
daripada kepentingan pribadinya.
 Memiliki izin khusus dalam menjalankan kegiatan profesinya, artinya setia
profesi tentunya selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana
setiap kegiatan yang dilaksanakan seorang yang memiliki profesi harus
memiliki izin khusus jadi tidak sembarangan dalam menjalankan
kegiatannya.
 Orang yang memiliki profesi biasanya selalu menjadi anggota organisasi
profesi yang menjadi bidangnya.
b. Syarat-Syarat profesi
Beberapa syarat-syarat suatu profesi secara umum, diantaranya sebagai berikut
ini:
 Mempelajari suatu bidang ilmu khusus.
 Melibatkan kegiatan-kegiatan intelektual.
 Membutuhkan persiapan secara profesional, jadi bukan hanya sekedar
latihan saja.
 Membutuhkan latihan dalam suatu bidang secara berkelanjutan.
 Mementingkan pelayanan kepada masyarakat daripada kepentingan
pribadi.
 Memiliki organisasi profesi sesuai bidang yang profesional yang kuat.
 Menjanjikan karir dan keanggotaan yang permanen.

3. Karakteristik Profesi
Beberapa karakteristik profesi secara umum, diantaranya sebagai berikut ini:
 Keahlian berdasarkan pengetahuan teoritis, jadi profesi memiliki
pengetahuan yang teoritis dan juga memiliki keahlian berdasarkan
pengetahuan tersebut, serta pengetahuan tersebut dapat di praktekan.
 Profesi memiliki badan asosiasi profesional.
 Profesi membutuhkan pendidikan yang cukup lama, dan memiliki jenjang
pendidikan tinggi.
 Dalam profesi biasanya terdapat uji kompetensi, bertujuan untuk menguji
dan sebagai suatu persyaratan supaya bisa lulus.
 Profesi mendapatkan pelatihan secara profesional untuk mendapatkan
pengalaman sebelum menjadi anggota organisasi.
 Profesi memiliki lisensi, salah satu tujuannya supaya dalam melakukan
kegiatan profesi dapat di percaya.
 Profesi memiliki kode etik.

4. Beberapa Contoh Jenis Profesi Yang Ada Saat Ini


Beberapa jenis profesi yang ada dalam kehidupan manusia saat ini, misalnya
seperti:
1. Akuntan
Akuntan dapat diartikan sebagai ahli dalam akuntansi, pengukuran,
pengungkapan, pemberi kepastian mengenai informasi keuangan yang dimana
informasi tersebut dapat membantu manajer, investor, dan pihak lainnya.
2. Perawat
Perawat dapat diartikan sebagai petugas kesehatan profesional yang
bekerja dengan anggota lain untuk membantu pemulihan orang yang sedang sakit.
3. Guru
Guru d apat diartikan sebagai orang yang mengajar dan menyediakan
pendidikan bagi orang lain. Guru sering berperan formal dan berkelanjutan,
bekerja dengan cara berprofesi di sekolah maupun di tempat pendidikan lainnya.
Untuk menjadi seorang guru tentunya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan
khusus.
4. Dokter
Dokter dapat diartikan sebagai ahli dalam memelihara kesehatan maupun
memulihkan kesehatan manusia. Profesi dokter membutuhkan pengetahuan,
pendidikan, dan pelatihan khusus yang lama.
5. Ilmuan
Ilmuan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan kegiatan secara
sistematis atau kegiatan ilmiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Itulah beberapa contoh profesi, adapun contoh yang lainnya misalnya seperti:
pengacara, polisi, pilot, dokter hewan, dan lain-lain.
B. Profesionalisme
1.Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna
yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya. Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu
“profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu
profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.

Pengertian Profesionalisme Menurut Para Ahli


Berikut pengertian profesionalisme menurut para ahli:
a. Kiki Syahnarki
Menurut Kiki Syahnarki, Profesionalisme adalah roh yang menggerakan,
mendorong, mendinamisasi dan membentengi TNO dari tendensi penyimpangan
serta penyalahgunaannya secara Internal maupun eksternal.
b. Onny S. Prijono
Menurut Onny S. Prijono, Profesionalisme adalah kemampuan untuk
memasuki ajang kompetisi sebagai antisipasi menghadapi globalisasi.
c. Pamudji (1985)
Menurut Pamudji, Profesionalisme adalah lapangan kerja tertentu
yang diduduki oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu pula.
d. AholiabWatloly
Menurut Aholiab Watloly, Profesionalisme adalah sikap sesorang
profesional atau profi.
e. Korten & Alfonso (1981)
Menurut Korten & Alfonso, Profesionalisme adalah kecocokan
(fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi (bureaucratic-
competence) dengan kebutuhan tugas (ask-requirement).
2. Ciri-Ciri Profesionalisme
Edgar H. Schein dan Borje O. Saxberg dalam Stoner James A.F dan
Charles Wankel, 1988 merumuskan ciri-ciri orang profesional sebagai berikut:
1. Orang-orang profesional mendasarkan keputusannya pada prinsip-prinsip
umum, sehingga banyaknya kasus dan program latihan manajemen menunjukkan
bahwa prinsip-prinsip manajemen dapat dipercaya dan digunakan sebagai patokan
khusus.
2. Orang-orang profesional mencapai status profesionalnya melalui prestasi, bukan
melalui favoritisme atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Walaupun belum ada standar obyektif yang disepakati untuk menilai prestasi
manejerial.
3. Orang-orang profesional harus tunduk pada kode etik yang melindungi
kliennya. Namun karena keprofesionalan pada bidang khusus, sering kali klien
terlalu berharap padanya dan sebagai akibatnya, manajer berada pada posisi yang
rawan
4. Borje O. Saxberg menyarankan karakteristik keempat dari profesionalisme
yaitu pengabdian (dedication) dan keterikatan (commitment) sehingga dalam
setiap bidang orang-orang profesional menggabungkan hidup dan pekerjaannya
melalui pengabdian dan keterikatan pribadinya.
3. Syarat Profesionalisme
Adapun syarat profesionalisme yaitu :
a. dasar ilmu yang dimiliki kuat dalam bidangnya.
b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis.
c. pengembangn kemampuan profesional yang berkesinambungan.
4. Penyebab Rendahnya Profesionalisme
Hal- hal yang menyebabkan rendahnya profesionalisme diantaranya:
a. Tidak menekuni profesi tersebut.
b. Belum adanya konsep yang jelas terhadap etika profesi. .
c. belum adanya organisasi yang menangani para profesional.
5.Prinsip-prinsip perilaku profesionalisme :
a. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional hendaklah
melaksanakan pertimbangan professional dan moral seluruh keluarga.
b. Kepentingan publik
Harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam melayani kepentingan
publik, menghormati kepercayaan publik
c. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas publik maka harus melaksanakan
seluruh tanggung jawab professional.
d. Obyektifitas dan Independent
Seseorang professional harus mampu mempertahankan obyektifitas dan bebas
dari konflik.
e. Kecermatan dan keseksamaan
Anggota harus mengamati standar teknis dan standar etnik profesi.
f. Lingkup dan sifat produk jasa
Seseorang professional dalam praktik publik harus mengamati prinsip perilaku
professional dalam menentukan lingkup dan sikap produk dan jasa yang
diberikan.

6. Aspek-aspek dalam Pengembangan Profesionalisme


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
profesionalisme adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Paling tidak ada dua istilah yang secara tafsiri hampir sama yakni
pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Namun pada dasarnya dua istilah tersebut
sangat berbeda. Menurut Mohammad Hatta pengetahuan adalah sesuatu yang
didapat dari membaca dan pengalaman. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah yang
didapat dengan jalan keterangan atau informasi tertentu. Jadi, pengetahuan adalah
sesuatu yang bisa dibaca, dipelajari dan dialami oleh setiap orang. Namun,
pengetahuan seseorang harus diuji dulu melalui penerapan dilapangan.
b. Kemampuan (Ability)
Kemampuan terdiri dari dua unsur, yaitu yang bisa dipelajari dan alamiah.
Pengetahun dan kemampuan adalah unsur kemampuan yang bisa dipelajari,
sedangkan yang alamiah orang biasa menyebut bakat. Untuk mengembangkan
sikap profesional pada dunia guru paling tidak dibutuhkan kemauan selain
kemampuan.
c. Keterampilan (Skill)
Keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat
dipelajari pada unsur penerapannya
d. Sikap (Attitude)
Sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang
melingkupinya. Seorang anak sudah barang tentu akan belajar mengenal
lingkungan terdekatnya yaitu orangtua.
Sikap dalam Pengembangan Profesionalisme
1. disiplin yang tinggi
2. percaya diri yang positif
3. akrab dan ramah
4. akomodatif
5. berani berkata karena benar.
e. Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang
tumbuh dari dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan
kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang cukup panjang.
Kebiasaan positif yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional adalah
menyapa dengan ramah, memberikan pujian kepada anak didiknya dengan tulus,
meyampaikan rasa simpati, meyampaikan rasa penghargaan kepada kerabat,
teman sejawat, atau anak didik yang berprestasi dan lain-lain.
7. Watak Kerja Seorang Profesionalisme
Tiga Watak Kerja Profesionalisme
1. kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan
demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak
terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil;
2. kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau
pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat;
3. kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral
harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik
yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi
profesi.
C. Kode Etik Profesi

1.Pengertian Kode Etik Profesi


Kata kode etik terdiri dari dua suku kata, yaitu kode, dan etik. Kata kode
berarti tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu
berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti
kumpulan peraturan yang sistematis. Sedangkan etik berarti nilai mengenai benar
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari arti di atas, kode etik dapat dipahami sebagai kumpulan asas, norma,
atau nilai moral yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Sedangkan
menurut UU No. 8 Pokok-pokok Kepegawaian, kode etik profesi adalah pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Profesi merupakan sebuah bidang pekerjaan tertutup di mana orang-orang
yang ada di dalamnya memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang
sama. Terkait dengan itu, dengan sendirinya seseorang dituntut memiliki sikap,
perilaku bahkan kepribadian. Kode etik profesi lahir untuk menjawab kedua
persoalan di atas. Sebagai seperangkat norma yang mengatur sikap dan perilaku
orang-orang atau lembaga yang sesuai dengan profesi yang disandangnya baik
ketika menjalankan tugas kedinasan maupun di luar tugas kedinasan, secara
internal kode etik profesi menjadi semacam pagar moral bagi para anggotanya.
Sedangkan secara eksternal, kode etik profesi akan menjadi pegangan bagi
masyarakat umum mempercayai bahwa para anggota masyarakat profesi tersebut
memiliki moral yang bisa dipercaya.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan
bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang
bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan
Penasehat Hukum Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik
Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi
kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik. Suatu gejala agak baru adalah
bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta cenderung membuat kode etik
sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan
sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya patut
dinilai positif.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa profesi memegang teguh
komitmen moral. Komitmen moral tersebut menunjukkkan bahwa tidak semua
pekerjaan adalah profesi. Bahkan tidak semua pekerjaan yang mengandalkan
keahlian dan ketrampilan khusus, serta dijalankan sebagai nafkah hidup adalah
profesi. Suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi dalam pengertian sesungguhnya
hanya bila pekerjaan itu melibatkan komitmen moral yang tinggi dari pelakunya.
Maka pekerjaan yang bertentangan dengan moralitas dan melibatkan praktek-
praktek yang curang, tidak bisa dianggap sebagai profesi dalam pengertian yang
sesungguhnya.
2. Alasan Perlunya Kode Etik Profesi
Scwhartz (dalam Ludigdo, 2007) menyebutkan kode etik sebagai dokumen
formal yang tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar moral untuk
membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi. Kode etik profesi
dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative dari suatu profesi, sehingga kode
etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus
juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Selanjutnya ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat.
Beberapa alasan tersebut adalah:
1. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional
sehingga individu-individu dapat berperilaku secara etis.
2. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu
mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam
setiap keputusan bisnisnya.
3. Perusahan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai
sebuah profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.
4. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral
dan nilai-nilai pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari
budaya perusahaan dan membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki
budaya tersebut.
5. Kode etik merupakan sebuah pesan. Sebuah profesi yang keberadannya sangat
tergantung pada kepercayaan masyarakat. Sebagai sebuah profesi yang kinerjanya
diukur dari profesionalismenya. Seorang profesional harus memiliki keterampilan,
pengetahuan, dan karakter. Penguasaan keterampilan dan pengetahuan tidaklah
cukup baginya untuk menjadi profesional. Karakter diri yang dicirikan oleh ada
dan tegaknya etika profesi merupakan hal penting yang harus dikuasainya pula.

3. Fungsi dan Tujuan Kode Etik Profesi.


Dua sasaran pokok kode etik profesi, yaitu: Pertama, melindungi
masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian kaum professional. Kode
etik menjamin bahwa masyarakat yang telah mempercayakan diri kepada seorang
professional itu tidak akan dirugikan olehnya. Kedua, kode etik bertujuan
melindungi keluhuran profesi dari perilaku-perilaku bobrok orang tertentu yang
mengaku diri sebagai profesional. Dengan kode etik ini setiap orang yang
memiliki profesi dapat dipantau sejauh mana ia masih professional di bidangnya,
bukan hanya keahliannya tetapi juga komitmen moralnya.
Berdasarkan dua sasaran pokok kode etik profesi, maka fungsi dari kode
etik profesi dapat dijeleskan dalam beberapa hal, sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.
Jadi secara garis besar fungsi kode etika profesi sebagai alat untuk mencapai
standar etis yang tinggi dalam bisnis. Atau secara prinsip sebagai petunjuk atau
pengingat untuk berprilaku secara terhormat dalam situasi-situasi tertentu.
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari keberadaan kode etik profesi
dapat dijelaskan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Untuk menunjang tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan pelayanan di atas kepentingan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin kuat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Ditinjau dari fungsi dan tujuan kode etik profesi tersebut, maka kode etik
mengungkapkan cita-cita, keluhuran dan jiwa profesi yang bersangkutan.
Misalnya, seorang professional dalam profesi pengadilan dengan sendirinya hanya
akan memiliki cita-cita, yaitu menegakkan keadilan apapun konsekuensinya. Ia
dengan sendirinya akan mengutamakan keadilan lebih dari semua hal lainnya.
Kode etik atau komitmen moral pada akhirnya memperlihatkan dengan jelas
bahwa orang yang professional itu bukan hanya ahli dan terampil, melainkan juga
memiliki komitmen moral yang tinggi. Ia bukan sekedar tukang yang pandai,
tetapi juga memiliki hati dan naluri moral yang tinggi. Maka menjadi jelas bagi
kita bahwa keahlian saja tidak cukup untuk menyebut seseorang sebagai
professional.
4. Rumusan Kode Etik
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas
dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya
norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode
etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas
serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang
salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
profesional.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat
mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak
akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang
hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan
membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan,
tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang
bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus
menjadi hasil self regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal
ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan
nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah
daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi
terus menerus.
5. Pelanggaran Kode Etik Profesi
Kode etik menjembatani etika dan moralitas dengan hukum. Kode etik
merupakan kaidah moral yang berlaku khusus bagi kaum professional di
bidangnya, namun dimunculkan dalam aturan tertulis. Maka meskipun kaidah
moral, ia dilengkapi dan ditunjang oleh sanksi yang memungkinkan berlakunya
kaidah moral ini secara lebih pasti sebagaimana berlaku dalam hukum positif pada
umumnya.
Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta
yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan terkadang sangat jauh
dari kenyataan. Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada
kenyataan dan mengabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi bisa
menjadi pajangan tulisan berbingkai. Kode etik profesi merupakan himpunan
norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi keras karena keberlakuannya
semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Memberi peluang kepada
profesional yang untuk berbuat menyimpang dari kode etik profesi.

6.Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


Ada beberapa penyebab pelanggaran yang terjadi dalam suatu profesi, di
antara penyebab-penyebabnya adalah:
a. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan ekaisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan dalam suatu kode etik.
b. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang substansi kode etik profesi dan
juga karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri.
c. belum terbetuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur masing-masing profesi.
d. Kesadaran yang tidak etis dan moralitas diantara para pengemban profesi
untk menjaga martabat luhur masing-masing profesi.

7. Upaya yang Mungkin Dilakukan dalam Pelanggaran Kode Etik Profesi


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar para profesional tidak
melanggar kode etik profesi, yaitu:
a. Klausul penundukan pada undang-undang; setiap undang-undang
mencantumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada pelanggarnya.
Dengan demikian, menjadi pertimbangan bagi anggotanya, tidak ada jalan lain
kecuali taat, jika terjadi pelanggaran berarti warga yang bersangkutan bersedia
dikenai sanksi yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan
sanksi undang-undang ini lallu diproyeksikan dalam rumusan kode etik profesi
yang memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggarnya.
b. Dalam kode etik profesi dicantumkan ketentuan : “Pelanggar kode etik dapat
dikenai sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku”.

8. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi


Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan
pada pelanggar kode etik.
a. Sanksi moral
Bila seseorang di dalam profesinya, dia menyalahi kode etik profesi, maka
hati nurani menghukum dan menuduh dirinya, dia merasa gelisah dalam batin,
kare\na hati nurani merupakan kesadaran moral yang dimiliki oleh setiap individu.
Selain itu, dia pun dalam kesehariannya akan merasa melu bertemu dengan teman
yang mengetahui pelanggaran dalam profesi tersebut.
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya
adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga
berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika
ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat
logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal
dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan
profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam
praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas
tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah merasa
segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik
profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena
tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-
pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus
memahami betul tujuan kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
PERTANYAAN

1.Muhammad Sapri (P3D316002 Kelompok 1


Jelaskan mengapa kode etik dapat memberikan pedoman bagi setiap anggota
profesi tentang prinsip profesionalitas ?
Jawab:
Sri Mulyani Purnama (P3D316016)
Karena kode etik berisi standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku
karyawan dan organisasi. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi
negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan
arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu
dimata masyarakat.

2. Wahyudin (P3D316034)Kelompok 5
Bagaimana cara meningkatkan profesionalisme seseorang ketika sedang
menjalankan profesinya ?
Jawab:
Hasni (P3D316018)
Agar bisa meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan profesinya, seorang
pekerja harus melakukan prinsip profesionalisme sebagai berikut:
a. Tanggung jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional hendaklah
melaksanakan pertimbangan professional dan moral seluruh keluarga.

b. Kepentingan publik
Harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam melayani kepentingan
publik, menghormati kepercayaan publik
c. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas publik maka harus melaksanakan
seluruh tanggung jawab professional.
d. Obyektifitas dan Independent
Seseorang professional harus mampu mempertahankan obyektifitas dan bebas
dari konflik.
e. Kecermatan dan keseksamaan
Anggota harus mengamati standar teknis dan standar etnik profesi.
f. Lingkup dan sifat produk jasa
Seseorang professional dalam praktik publik harus mengamati prinsip perilaku
professional dalam menentukan lingkup dan sikap produk dan jasa yang
diberikan.

3.Mega Sutri (P3D316066) Kelompok 9


Jika Seandainya ada guru yang tidak professional, bagaimana tanggapan anda?
Jawab:
Sri Mulyani Purnama (P3D316016)
Menurut kami, jika ada guru yang tidak professional, hal itu berarti guru
tersebut sedikit menyimpang dari tanggung jawabnya untuk menjalankan
profesinya secara professional. Sebaiknya dilakukan komunikasi terhadap guru
tersebut secara baik-baik, karena mungkin guru tersebut punya alasan tersendiri
mengapa dia tidak melakukan pekerjaannya secara profesiona. Mungkin alasan
kesibukan ataupun mungkin ada haknya yang belum terpenuhi. Jadi sebaiknya
dilakukan komunikasi kepada guru tersebut agar ditemukan titik penyelesaian
sehinggga guru tersebut bisa meningkatkan kinerjanya menjadi lebih professional
lagi.

4.Muh. Aqsa (P3D316068 Kelompok 10


Apa sanksi yang akan diterima seorang tenaga professional jika melanggar kode
etik?
Jawab:
Sri Mulyani Purnama (P3D316016)

Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan


pada pelanggar kode etik yang berupa:
a. Sanksi moral
Bila seseorang di dalam profesinya, dia menyalahi kode etik profesi, maka
hati nurani menghukum dan menuduh dirinya, dia merasa gelisah dalam
batin, kare\na hati nurani merupakan kesadaran moral yang dimiliki oleh
setiap individu. Selain itu, dia pun dalam kesehariannya akan merasa melu
bertemu dengan teman yang mengetahui pelanggaran dalam profesi
tersebut.

b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi


Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena
tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis

5.Saifudin Ladjimara (P3D316077) Kelompok 11


Bagaimana dengan seseorang yang mempunyai professional yang tidak
mempunyai kode etik. Apakah masih bisa dikatakan sebagai profeional?
Jawab:
Muh. Ali Isran Dai (P3D316014)
Menurut kami, orang tersebut tidak professional jika tidak mempunyai kode etik
karena kode etik berisi standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku
karyawan dan organisasi jika orang tersebut tidak mempunyai kode etik, berarti
orang tersebut tidak mempunyai standar moral yang akan mengarahkannya untuk
bisa menjadi orang yang professional.

Anda mungkin juga menyukai