PROFESI
Disusun oleh:
● Afifatul munawaroh (18010001)
● Ahmad fahrudin (18010002)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
C. Hakikat Profesi..............................................................................................4
D. Karakteristik Profesi.....................................................................................5
A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang diinginkan atau dicita-citakan
secara khusus, bertumpu pada landasan intelektual yang dalam mencapainya
memerlukan pendidikan dan latihan khusus, memerlukan tolak ukur, persyaratan
khusus dan kode etik oleh suatu badan serta dapat diterapkan pada masyarakat
untuk memecahkan suatu masalah.Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu,
disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk
suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju
yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap
sebagai suatu profesi.
B. Rumusan Masalah
● Apa pengertian pekerjaan dan profesi ?
● Apa kualifikasi pekerjaan yang disebut profesi ?
● Apa hakikat profesi ?
● Apa saja macam-macam profesi hukum ?
● Apakah nilai moral pengemban profesi ?
● Apakah budaya kerja profesi ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Schein E.H (1962), pengertian profesi adalah suatu set pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari peran khusus
di masyarakat.
3
8. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan.
C. Hakikat Profesi
Dalam djumiran,dkk (2010:3) memberi Penjelasan istilah-istilah tersebut
diatas sebagai berikut.
a. Istilah Profesional mempunyai dua makna. Pertama mengacu kepada
sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi. Kedua mengacu
kepada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan profesional
ini telah mendapat pengakuan baik formal maupun informal. Pengakuan
formal diberikan oleh badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan
untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Sedang pengakuan
secara informal diberikan oleh masyarakat dan para pengguna jasa suatu
profesi. Sebagai contoh, misalnya sebutan “guru profesional” adalah guru
yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan berlaku,
baik dalam kaitan dengan jabatannya maupun dengan latar belakang
pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk Surat
Keputusan, Ijazah, Akta, Sertifikat dan sebagainya. Dengan demikian guru
SD yang telah mamiliki Diploma 2 dapat dikatakan “guru profesional”
karena telah memiliki pengakuan formal, dalam hal ini berupa “Diploma
II” dan “Akta II”. Sebutan “guru profesional” juga dapat mengacu kepada
pengakuan terhadap penampilan seseorang guru dalam unjuk kerjanya
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.
b. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya
profesionalisme itu merupakan motivasi intrinsik pada diri guru sebagai
pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah perwujudan
profesional.
4
c. Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan
profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian
seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakan tugasnya.
d. Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu suatu kriteria yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru
secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria
profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada dasarnya
profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang
sistematis.
D. Karakteristik Profesi
Menurut Lakshamana Roa dalam Assegaff (1985:19), sebuah pekerjaan
disebut profesi jika memenuhi empat kriteria:
Kebebasan dalam pekerjaan itu
Panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan itu
Keahlian
Tanggung jawab yang terikat pada kode etik.
Syarat sebuah profesi diberikan oleh AECT (Association for Educational
Communication and Technology) dan dinyatakan Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia I pada tahun 1988. Keduanya memberikan beberapa syarat dalam
mendefinisikan suatu profesi, secara garis besar harus ada:
Latihan dan Sertifikasi
Standard dan Etika
Kepemimpinan
Asosiasi dan Komunikasi
Pengakuan sebagai Profesi
Tanggung Jawab Profesi
Hubungan dengan Profesi Lainnya.
5
Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui
adanya sepuluh macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan
Robers Patterson dalam studi tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh
kriteria:
Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip
keilmuan yang dapat diterima masyarakat
Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan
membudaya.
Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.
Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang
dibutuhkan di mana masyarakat umum tidak memilikinya.
Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah
teruji.
Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.
Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan
tugas.
Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan
yang mampu mendorong dan membina anggotanya.
Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.
Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta
anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.
Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa
suatu pekerjan dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:
Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan
dan keahlian).
Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan dalam
organisasi profesi, memiliki kode etik dan pengabdian masyrakat).
Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai status
profesional (memperoleh dukungan masyarakat, perlindungan hukum dan
mempunyai persyaratan kerja dan jaminan hidup yang layak).
Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan profesional:
a. Mengandung unsur pengabdian
6
Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu
kepada masyarakat. Setiap orang yang mengaku menjadi pengembang dari
suatu profesi tertentu harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat tersebut.
b. Mengandung unsur idealisme
Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang
pekerjaan yang mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu
tercakup pengertian pengabdian pada sesuatu yang luhur dan idealis,
seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan, kebenaran meringankan beban
penderitaan sesama manusia.
c. Mengandung unsur pengembangan
Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk
menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannya secara
terus-menerus. Secara teknis profesi tidak boleh berhenti atau
mandek.Kalau kemandekan teknik ini terjadi profesi itu dianggap sedang
mengalami proses kelayuan atau sudah mati. Dengan demikian, profesipun
manjadi punah dari kehidupan masyarakat (Nata, 2001:139).
7
Indonesia . Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Kapolri).
a. Notaris
Notaris Menurut pengertian undang undang no 30 tahun 2004
dalam pasal 1, yaitu: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
maksud dalam undang-undang ini.” Pejabat umum adalah orang yang
menjalankan sebagian fungsi publik dari negara, khususnya di bidang
hukum perdata.
b. Pengacara/ Advocat
Pengacara atau advokat atau Kuasa Hukum adalah kata benda,
subyek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum .
Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis )
dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien)
dengan penyelesaian suatu kasus hukum.
c. Hakim
Hakim (Inggris : Judge ;Belanda : Rechter ) adalah pejabat yang
memimpin persidangan. Hakim bertugas untuk memutuskan hukuman
bagi pihak yang dituntut. Dalam menjatuhkan putusan Hakim memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus yang secara langsung mempengaruhi
hasil putusan tersebut.
d. Jaksa
Jaksa adalah pegawai pemerintah dalam bidang hukum yang
bertugas menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses
pengadilan terhadap orang yang diduga telah melanggar hukum.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang dimaksud dengan
Jaksa adalah “Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang
lain berdasarkan undang-undang
8
F. Nilai Moral Pengemban Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan
nilai moral dari pengembannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang
mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut
agar memiliki nilai moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima
kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari kepribadian profesional hukum.
1) Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum
mengingkari misi profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan
penuh tipu daya. Sikap yang terdapat dalam kejujuran yaitu :
a. Sikap terbuka, berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan/keikhlasan
melayani atau secara cuma-cuma
b. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak
otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.
2) Otentik
Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan
keasliannya, kepribadian yang sebenarnya. Otentiknya pribadi profesional
hukum antara lain :
a. tidak menyalahgunakan wewenang;
b. tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (malkukan
perbuatan tercela;
c. mendahulukan kepentingan klien;
d. berani berinsiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-
mata menunggu atasan;
e. tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
3) Bertanggung Jawab
Dalam menjalankan tugasnya, profesioal hukum wajib bertanggung jawab,
artinya :
a. kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang
termasuk lingkup profesinya ;
b. bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran
dan perkara cuma-cuma (prodeo);
9
c. kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kewajibannya.
4) Kemandirian Moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah
mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan
memebetuk penilaian dan mempunyai pendirian sendiri. mandiri secara
moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak
terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri
dengan nilai kesusilaan dan agama.
5) Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang
menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian
tersebut antara lain :
a. menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli;
b. menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang
tidak sah.
10
berupaya membiasakan (habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta
suatu bentuk baru yang lebih baik.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa: ”Budaya Kerja adalah
kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,
pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari
pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut
merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
untuk mencapai tujuan”.
Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang
dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah
menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebuah pekerjaan disebut profesi jika membutuhkan keahlian tertentu,
memiliki kebebasan, keterikatan, dan harus mematuhi kode etik sebagai batasan
kebebasannya dalam bekerjpa.Kalangan profesional biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut.Kaum profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. Pedoman
perilaku mereka adalah kode etik.Karena memiliki keahlian khusus.
Adapun contoh dari profesi dalam bidang hukum adalah
advokat,hakim,polisi,notaris jaksa dll.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://lbhjawatengah.com/article/126896/profesi-hukum.html
13