A. Konsep profesi, professional dan profesionalisme
1. Pengertian Profesi menurut para ahli Suatau jabatan atu pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang memadai. (Liberman) Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang relatif lama dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang pelaksanaannya diatur oleh Kode etik tersendiri, dan menuntut tingkat kearifan atau kesadaran serta pertimbangan pribadi yang tinggi (Word confederation of organization for teaching profession/WCOTP) Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetian terhadap pekerjaan tersebut. (Dedi Supriadi) Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sikun Pribadi, 1976) Makna pengertian diatas mengisyaratkan bahwa: 1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka 2. Profesi mengandung unsur pengabdian 3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan Berdasarkan uraian tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur yang terkandung dalam profesi, sebenarnya profesi itu adalah suatu lembaga yang mempunyai otoritas yang otonom, karena didukung oleh: 1) Spesialisasi ilmu sehingga mengandung arti keahlian, 2) Kode etik yang direalisasikan dalam melaksanakan profesi, karena hakikatnya ilah pengabdian kepada masyarakat demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri, 3) Kelompok yang tergabung dalam profesi, yang menjaga jabatan itu dari penyalagunaan oleh orang-orang yang tidak kompeten dengan pendidikan serta sertifikasi mereka yang memenuhi syarat-syarat yang diminta, 4) Masyarakat luas yang memanfaatkan pofesi tersebut, 5) Pemerintah yang melindungi profesi dengan undang-undangnya. (Dr. Sikun Pribadi, 1975) B. Ciri-ciri profesi
Ciri-ciri profesi:
1. Pekerjaan itu mempunyai signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada
2. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang lama dan intensi serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan 3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu 4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar koed etik 5. Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberkan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial Istilah-istilah yang terkait dengan profesi: Profesional · Penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya · Menunjuk kepada orangnya Profesionalisasi · Proses menjadikan seseorang sebagai profesional melalui inservice training dan atau preservice training Profesionalisme · Derajat penampilan seseorang sebagai profesional · Penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi; dan juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya
C. Syarat-syarat profesi Darling-Hamond dan Goodwin (1993) menyatakan bahwa pekerjaan yang bersifat profesional paling tidak mempunyai tiga ciri atau karakteristik utama. Ketiga ciri tersebut adalah: 1) Dalam melaksanakan pekerjaan, penerapan ilmu yang melandasi profesi didasarkan pada kepentingan individu dalam setiap kasus; 2) mempunyai mekanisme internal yang terstruktur, yang mengatur rekrutmen, pelatihan, dan pemberian lisensi (izin kerja); serta 3) memiliki ukuran standar untuk praktik yang etis dan memadai dalam mengemban tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya. D. Konsep profesi keguruan Bertolak dari pandangan Darling-Hamond dan Goodwin, pekerjaan sebagai guru dapat digolongkan sebagai profesi jika dilandasi oleh bidang ilmu yang terkait, dalam hal ini adalah ilmu mengajar/ilmu keguruan, yaitu apa yang disebut sebagai the scientific basis of the arts of teaching atau dasar ilmiah dari seni mengajar. a. Syarat-syarat profesi keguruan syarat profesi Guru Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebagai Berikut: 1. Calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV 2. Sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah 3. Sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan dan akuntabel 4. Jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri 5. Program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik 6. Uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi 7. Ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; (3) konsep- konsep disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/ata program yang diampunya. 8. Ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian paktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan. E. Jabatan Guru sebagai Profesi Pemerintah telah mensyaratkan untuk menjadi guru minimal harus memenuhi dua persyaratan, yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi. Guru juga harus memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani-rohani, dan memiliki kemampuan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional Profesi guru PAUD harus diakui, mendapat perlakuan, serta kesejahteraan yang sama dengan guru jenjang pendidikan lainnya. Karena Tidak semua orang serta-merta bisa menjadi guru PAUD. Bahkan tidak semua guru bisa menjadi guru bagi anak usia dini. Guru SD, SLTP, SMA, bahkan dosen sekalipun tidak bisa secara profesional menjadi guru anak usia dini. Mendidik anak usia dini membutuhkan pengetahuan, kemampuan (skill), pengalaman praktik yang cukup, bakat, hingga kepribadian yang menunjang. Tak heran jika beberapa negara maju memberikan penghormatan tinggi kepada guru PAUD, mengingat tugasnya yang lebih berat daripada guru pada jenjang lainnya. Karena mereka harus mengurus anak usia 0-6 tahun, yang baru berkembang dan belum memiliki pengalaman apapun, rentan bahaya dan membutuhkan perhatian yang intensif, dan pada masa inipun a adalah usia emas bagi anak dimana anaka akan mendapatkan dasar-dasar kehidupan yang akan mempengaruhi pekermbangan anak hingga ia dewasa. Jika anak gagal berkembang di masa ini maka akan berpengaruh buruk untuk masa depannya. Guru PAUD adalah sosok luar biasa, la harus bisa mendidik, mengasuh, membimbing. Tugas guru PAUD sama beratnya dengan tugas seorang ibu, bahkan ia berperan ganda, yaitu menjadi ibu dalam situasi tertentu dan menjadi guru pada situasi lain, la harus pandai merawat, mengasuh, menjaga, membimbing, mendidik, memberi contoh teladan, bahkan harus bisa mengurus buang air besar, memandikan, mengenakan pakaian, mengasuhnya sampai tidur, menyuapi makan, dan mengejar ia berlari ke sana-kemari. Sangatlah layak jika pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan guru PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.
F. Kompetensi Guru PAUD Dalam pendidikan anak usia dini, ada tiga jenis guru, yaitu guru, guru pendamping, dan pengasuh atau pendamping muda. Ketiganya mengadopsi klasifikasi guru PAUD luar negeri, yaitu teacher, assistant teacher, dan care giver. Empat kompetensi guru PAUD: Kompetensi Pedagogik berkaitan dengan ilmu dan keterampilan mendidik. Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan kepribadian, perilaku, etika sosok guru sesuai karakteristik perkembangan anak usia dini seperti memiliki sikap sabar, penyayang, lembut, ramah, bersih, ceria, jujur, bertanggung jawab, taat beragama, berbudi pekerti baik. Kompetensi Sosial ialah kemampuan guru berhubungan dengan orang lain, terutama anak, orangtua siswa, masyarakat sekitar, sesama guru, kepala sekolah, bisa bekerja sama, mampu menjalin komunikasi empatik dengan masyarakat Kompetensi Profesional berkaitan dengan pekerjaan guru, dalam hal ini anak usia dini dengan segala kekhususannya, seperti kemampuan memahami tugas-tugas perkembangan anak (kognitif, bahasa, fisik/motorik, sosial, dan emosi), standar tingkat pencapaian perkembangan, cara belajar sambil bermain, kemampuan mengasuh, dan membimbing anak. G. Guru PAUD Ideal Syarat utama guru ideal adalah menyukai anak-anak gembira anak lari ke sana-kemari, suka dan menyambut dunia anak-anak dekat dengan anak menyayangi sepenuh hati. Menyukai dunia anak-anak bagi guru PAUD konsekuensinya besar. Ia harus totalitas menjadi pendidik dan pengasuh, berkomitmen untuk berpenampilan menarik, berperilaku sebagai guru yang digugu dan ditiru. Ia juga harus rela tidak berpakaian sembarangan seperti artis, tidak berhias mencolok, bahkan tidak berkuku panjang, sebab kuku panjang bisa melukai saat menangkap anak terjatuh. Guru ideal dicintai muridnya disayangi para orangtua. Kata-katanya digugu anak-anak dan dipatuhi orangtua. H. Faktor Bakat dan Pengalaman Praktik 1. Bakat-Minat Menjadi Guru Guru berbakat dengan guru tanpa bakat terlihat jelas perbedaannya setelah beberapa tahun mengajar. Guru tanpa bakat cenderung monoton, kurang inisiatif, kurang rajin, mengajar sekadarnya, meskipun ia lulus S-l PAUD serta telah ratusan kali ikut seminar, pelatihan, atau kegiatan ilmiah lain. Guru dengan bakat meskipun hanya mengenyam pendidikan satu tahun, bisa disukai anak karena mampu menyajikan pembelajaran secara menyenangkan. Ide-idenya untuk menyajikan sesuatu yang baru dan menarik seakan tak pernah habis, konsisten, dan punya komitmen kuat Gaya mengajar guru dengan bakat dan tanpa bakat pun berbeda. Guru tanpa bakat gaya mengajarnya cenderung begitu-begitu saja, kaku, terkesan berat, dan biasanya kurang sabar. Sebaliknya guru dengan bakat bergaya mengajar luwes, progresif, selalu menyajikan hal-hal baru seakan-akan ia masuk dunia kanak-kanak, menyenangkan, penuh senyum, tawa, dan rengek tangis. 2. Pengalaman Lapangan Pengalaman praktik lapangan bagi seorang calon guru minimal (1) butuh waktu latihan praktik mengajar lebih lama, (2) bimbingan langsung dari praktisi senior. Masa praktik mengajar bisa berlangsung tiga bulan, paling sedikit 30 kali tampil mengajar sebelum ujian praktik. Praktik lapangan penting mengingat pada masa itulah calon guru dibimbing, diamati, dan diperbaiki kekurangannya. Di sini calon guru mengasah dirinya bukan hanya soal teknis keterampilan mengajar, melainkan juga kemampuan memahami karakteristik anak, menguasai kelas, menggunakan media dan sumber, cara mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, gaya mengajar, cara berpakaian dan berdandan di hadapan anak-anak, dan sebagainya. I. Pergeseran Peran Guru Pergeseran utama dalam pendidikan terletak pada peran guru, yaitu pola relasi guru dengan lingkungan terutama terhadap siswa, sesama guru, orangtua/masyarakat, sekolah, teknologi, dan karir. Pergeseran Peran Guru 1. Hubungan Guru dan Siswa a. Pendekatan belajar b. Orientasi Berpikir c. Sikap Perilaku d. Orientasi Pembelajaran 2. Hubungan dengan Sesama Guru Sebagai mitra kerja. Mengembangkan sikap toleransi tinggi. Bisa bekerja sama dalam mengembangkan pembelajaran. Menjunjung tinggi kejujuran. Hubungan saling menghargai dan saling menghormati. Saling mendorong kemajuan. Teman sebagai lingkungan belajar. 3. Hubungan Guru dengan Orangtua Siswa/Masyarakat Memaknai bahwa tujuan guru-orangtua terhadap anak adalah sama. Dulu keterlibatan orangtua sedikit, sekarang terlibat penuh. Terbuka pada orangtua atas problem, hambatan, dan kemajuan siswa. Saling menghargai dan menghormati profesi. Hubungan lebih intensif dan sering berbagi informasi dengan orangtua atas problem siswa. 4. Hubungan Guru dengan Sekolah 5. Hubungan Guru dan Teknologi 6. Hubungan Guru dengan Karir Kesimpulannya perkembangan masyarakat dewasa ini menuntut guru berubah sesuai tuntutan zaman, belajar memperbaiki diri dan siswa melalui penelitian, melakukan pengembangan diri dan karir, juga terus meningkatkan kualitas diri. Mungkin untuk itulah guru sekarang lebih banyak disibukkan dengan lokakarya, semiloka, sosialisasi, sertifikasi, uji kompetensi, juga pendidikan dan pelatihan.