Anda di halaman 1dari 18

POLA KOMUNIKASI PEMBANGUNGAN DESA DALAM

MENGATASI KEKERINGAN
(Studi Kasus Pada Kebijakan Pembangunan SumurBor di Desa Bokong
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang)
Eres Timo
Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Nusa Cendana Kupang
erestimosulin@gmail.com
081237198426
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan terpenting yaitu untuk mengetahui
serta mendeskripsikan tentang pola komunikasi pembangunan sumur bor dan
hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, terhadap pembangunan sumur bor
di Desa Bokong, Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Tujuan yang
ditentukan peneliti dengan untuk mengetahui tentang pola komunikasi yang
dibangun oleh pemerintah dan masyarakat Desa Bokong, dan hambatan
-hambatan ketika melakukan pembangunan sumur bor di lapangan, untuk
mengatasi kekeringan yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian ini peneliti
mengunakan teori difusi inovasi dengan metode deskriptif kualitatif serta teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil
penelitian yang didapat sesuai dengan hasil wawancara dilapangan tentang pola
komunikasi dan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi terhadap
pembangunan sumur bor. Dalam proses tersebut pola komunikasi yang
dilakukan antara masyarakat dan pemerintah Desa Bokong terkait
pembangunan sumur bor itu melalui alur pola komunikasi sirkuler. Pola
komunikasi sirkuler merupakan pola komunikasi dimana beberapa orang yang
saling bertukar pikiran yang menimbulkan efek umpan balik dari proses
komunikasi yang dilakukan.
Selain itu juga Adapun hambatan-hambatan ketika proses pelaksanaan
pelepasan hak atas tanah, maka dengan itu proses komunikasi tatap muka harus
berjalan secara efektif sehingga pembangunan sumur bor di Desa Bokong bisa
tercapai dan mengurangi kekeringan yang ada di Desa Bokong

kata kunci : Pola Komunikasi Pembangunan


COMMUNICATION PATTERNS OF VILLAGE DEVELOPMENT IN
OVERCOMING DROUGHT (Case Study on Drilling Well Development
Policy in Bokong Village, Taebenu District, Kupang Regency)
This study has two most important objectives, namely to find out and
describe the communication pattern for the construction of boreholes and the
barriers to communication regarding the construction of boreholes in Bokong
Village, Taebenu District, Kupang Regency. The objectives set by the
researcher are to find out about the communication patterns built by the
government and the people of Bokong Village, and the obstacles when
constructing boreholes in the field, to overcome the drought that occurs every
year. In this study, researchers used the theory of diffusion of innovation with
qualitative descriptive methods and data collection techniques through in-depth
interviews and documentation. The results obtained are in accordance with the
results of interviews in the field about communication patterns and barriers to
communication in the construction of bore wells. In the process, the
communication pattern carried out between the community and the Bokong
Village government related to the construction of the borehole was through a
circular communication pattern. Circular communication pattern is a
communication pattern in which several people exchange ideas which cause a
feedback effect from the communication process carried out.

In addition, there are also obstacles during the process of implementing


the release of land rights, therefore the face-to-face communication process
must run effectively so that the construction of boreholes in Bokong Village
can be achieved and reduce drought in Bokong Village.
keywords: Development Communication
PENDAHULUAN
Pattern
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada

orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan atau perilaku

seseorang (Cangara, 2015:25). Komunikasi manusia adalah proses di mana

individu berhubungan dengan orang-orang lain di dalam kelompok,

organisasi, dan masyarakat. Tujuan dalam hubungan untuk menciptakan

dan menggunakan informasi yang bersumber dari lingkungannya demi

memahami kemanusiaan (Liliweri, 2011:124)

Bessette, (2006) komunikasi pembangunan sebagai penerapan yang

terencana dan sistematis dari sumber daya, saluran, pendekatan dan strategi

komunikasi untuk mendukung tujuan pembangunan sosial, ekonomi,

politik dan budaya. Menurut (Ashcroft dan Masilela, 1994) terjemahan atau

tujuan kepada individu yaitu individu yang efektif dalam program dan

proses pembangunan dan mereka mengandung ide, mengambil insentif dan

mengartikulasikan kebutuhan dan masalah mereka sambil menegaskan

otonomi mereka.

Komunikasi pembangunan adalah integrasi komunikasi strategi

dalam proyek-proyek pembangunan berdasarkan pemahaman yang jelas

tentang realitas masyarakat adat. Menurut bank dunia, dan pandangan M.

Roger (1985) mengenai pembangunan secara sederhana adalah perubahan

yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan
sebagai kehendak dari suatu bangsa maka, Roger memandang komunikasi

merupakan perubahan sosial.

Roger (1979) sampaikan bahwa pembangunan sebagai suatu bentuk

perubahan sosial yang bersifat partisipasi secara luas sehingga memajukan

keadaan sosial dan keberadaan termasuk keadilan yang lebih besar,

kebebasan, kualitas di nilai tinggi melalui perolehan mereka dan kontrol

lingkungannya. Dalam pembangunan ketika berpikir untuk merubah

berbagai hal di desa mungkin saja membawa keuntungan dan perubahan

bagi masyarakat semestinya akan timbulnya dukungan serta partisipasi dari

masyarakat setempat.

Di desa Bokong pada beberapa dusun sering mengalami kekeringan

di setiaptahun seperti dusun I, II, IV dan V, masyarkat dusun III mengigat

berbagai saudara yang ada di 4 (empat) dusun tersebut sehingga saat

musyawarah Dusun sampaikan atau usulan agar membangun sumur bor di

Dusun III, sehingga bisa menyalurkan air bersih ke dusun lainnya.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif

mengenai berbagai aspek seseorang individu, satu kelompok, satu organisasi,

satu program atau satu situasi sosial. Robert K. Yin sampaikan bahwa studi

kasus lebih disukai untuk meneliti peristiwa kontemporer, tanpa memanipulasi

perilaku yang relevan. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak


mungkin data mengenai subjek yang akan diteliti. Metode adalah proses,

prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati problem dan mencari

jawaban. Dengan kata lain bahwa meteodologi adalah suatu pendekatan umum

untuk mengkaji topik penelitian.

Sebagai dasar penelitian, peneliti mencari dua tujuan peneltian yaitu 1.

Pola komunikasi antara masyarakat dan pemerintah desa dalam pembangunan

sumur bor di desa Bokong dalam mengatasi kekeringan. 2. Hambatan dan solusi

dalam melakukan komunikasi tersebut diantara masayrakat dan pemerintah

desa. Cara yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata dan gambar, kata-

kata tersebut akan dibuat dalam kalimat seperti hasil wawancara diantara

peneliti dan komunikan.

Lokasi penelitian bertempat di desa Bokong, Kecamatan Taebenu,

Kabupten Kupang. dalam tahapan pelaksanaan penelitian ini, penelti mulai dari

perencanaan, persiapkan penelitian, mengumpulkan data-data dilapangan dan

akhir dari semua hal akan tersedia laporan penelitian.

Yang menjadi sasaran bagi peneliti dilapangan adalah pemerintah desa

sebagai bagian yang menerima berbagai pesan atau informasi dari masyarakat,

tokoh masyarakat, merupakan orang-orang yang diangap penguasa wilayah

desa atau penasehat untuk menyampaikan berbagai hal-hal penting ke

pemerintah desa dan masayarakat kelompok yang merasakan kekeringan dan

menyampaikan berbagai inspirasi ,

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENELITIAN
Dari penelitian tersebut, peneliti menentukan Sembilan (9) informan
sebagai orang-orang yang yang memberikan informasi terkait persoalan tentang
Pola Komunikasi Pembangungan desa Dalam Mengatasi Kekeringan.
Informan-informan tersebut terdiri dari 3 pemerintah desa, 2 tokoh masyarakat,
dan 4 masyarakat. Daftar informan sebagai berikut

N Nama Umur Jenis Pekerjaa Pendidikan


o (Tahun) L/P n
1. Yustus Nubatonis S. pd 43 L Guru SD S1
2. Adriana Riwu 40 P Petani SMA
3. Sardak Taimenas 40 L Petani SMP
4. Yohanis Manunel 50 L Petani SD
5. Nehemia Nifu 62 L Petani SMP
6. Zeth Baitanu 65 L Petani SMP
7. Aristarku D. Nenabu 50 L Pejabat S1
SE
8. Roky Makasar A.MD 30 L Kaur D3 Keuangan
9. Usias Misa SH 56 L Sekretari S1
s

Sumber data penelitian 2021


Dalam penelitian ini tersebut memiliki hasil yang dapat dilapangan yaitu
1. Pola Komunikasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Desa Dalam

Pembangunan Sumur Bor Di Desa Bokong Dalam Mengatasi

Kekeringan

Di desa Bokong merupakan suatu desa yang mengalami

kekeringan setiap tahunnya, kekeringa dimulai sekitar bulan Oktober hingga

bulan November. Dari hal tersebut masyarakat dan pemerintah membangun

hubunganpola komunikasi untuk dapat mengatasi atau mengurangi

kekeringan di desa Bokong. Berikut ini hasil wawancara dilapangan terkait

pola komunikasi.
a. orang yang menyampaikan informasi terkait kekeringan

Beberapa informan menyampaikan, yaitu informan informan Yohanis


Manunel berumur 50 tahun selaku masyarakat

“Untuk dikami dusun V sanenu yang kita merasa kekeringan air


kurang sanenu mulai dari bulan juli sampai dengan November
baru ujan pertama juga masih kekeringan sampai dengan bulan
desember baru sanenu ini bisa dapat air untuk kita
pergunakan”(wawancara pada 31 Mei 2021)

informan Bapak Yustus Nubatonis S.Pd selaku masyarakat berusia 43

tahun.

“Untuk pola komunikasi masyarakat dan pemerintah desa itu,


salah satunya itu melalui musbandus, kemudian dilanjutkan lagi ke
mus rembang des itu selalu sampaikan terus mau dibilang itu tiap
tahun, tiap tahun itu selalu ada itu dan ya kita bersyukur bahwa
beberapa tahun kemudian ini ya, sebagian sudah terjawab yaitu
embun di wilayah desa bokong terkususnya di dusun itu su ada
persiapan contohnya di dusun III itu sudah ada embun itu sangat
menolong sangat membantu”. (wawancara pada 26 Mei 2021)

Berikut tanggapan dari Ibu Adriana Riwu tentang pola komunikasi terkait
pembangunan sumur bor selaku masyarakat, yang berumur 40 tahun

Pola komunikasi dalam pembangunan, kami didusun II itu karena


keluhan air, kekeringan air makanya ini ajukan permohonan untuk
mendapat sumur bor karena setiap desa punya dana desa jadi
kitong dapat itu tetapi tau waktu musrembang-des usulan dari dusu
II dan dusun III sama sumur bor karena memang dana desa satu
saja untuk sumur bor ditetaplah saat itu di dusun III RT 09 RW 05
entah bagaimana urusannya kami tidak tau kami tau itu dengan
dana desa itu bukan usulan dari satu dusun tetapi dua dusun”.
(wawancara pada 26 Mei 2021)

b. Pola komunikasi pembangunan sumur bor

Berdasarkan hasil wawancara yang temukan dilapangan, sampaikan

oleh beberapa informan-informan tentang pola komunikasi pembangunan

sumur bor di desa Bokong, kecamatan Taebenu, kabupaten Kupang yaitu


Berikut tanggapan dari Ibu Adriana Riwu tentang pola komunikasi terkait

pembangunan sumur bor selaku masyarakat, yang berumur 40 tahun

Pola komunikasi dalam pembangunan, kami didusun II itu karena


keluhan air, kekeringan air makanya ini ajukan permohonan untuk
mendapat sumur bor karena setiap desa punya dana desa jadi
kitong dapat itu tetapi tau waktu musrembang-des usulan dari dusu
II dan dusun III sama sumur bor karena memang dana desa satu
saja untuk sumur bor ditetaplah saat itu di dusun III RT 09 RW 05
entah bagaimana urusannya kami tidak tau kami tau itu dengan
dana desa itu bukan usulan dari satu dusun tetapi dua dusun”.
(wawancara pada 26 Mei 2021)

2. Hambatan Dan Solusi Dalam Melakukan Komunikasi Tersebut

Diantara Masyarakat Dan Pihak Pemerintah Desa Bokong

Masalah kekeringan di wilayah masyarakat merupakan suatu tugas

penting atau kewajiban kepada pemerintah desa untuk bisa memperhatikan

masalah kekeringan dilingkungan masyarakat, pemerintah berupaya untuk

bijaksana atau solusi dari pemerintah untuk bisa mengatasi masalah kekeringan

yang dihadapi masyarakat.

a. Hambatan

Sesuai hasil wawancara dilapangan terkait dengan hambatan melakukan

komunikasi pembangunan sumur bor antara masyarakat dan pemerintah desa,

beberapa informan menyampaikan yaitu

Roky Makasar AMD berumur 30 tahun menjelaskan bahwa

“Yang menjadi hambatannya itu yang pertama menentukan lokasi


sumber mata air contoh kalau kita tentukan yang saya sampaikan
ada air di lahan milik orang tetapi itu orang tidak mau kasih dia
punya lahan dan ada kendala-kendala bukan di Desa Bokong saja
tetapi di Desa lain menyangkut dengan hak pelepasan tanah,
menyangkut dengan debit air juga kadang-kadang orang dia punya
air banyak tetapi dia tidak bersedia untuk berikan lahan untuk bisa
di bor agar semua masyarakat tidak bisa nikmati ada yang mau
tetapi mereka bilang tidak ada sumber mata air walaupun ada
hanya sedikit sa (wawancara pada 17 Juni 2021).

Pendapat selanjuytnya informan Usias Misa S.H umur 56 tahun selaku


sekretaris Desa menyampaikan bahwa:

Masyarakat Desa Bokong banyak kekurangan air minum jadi untuk


mengatasi itu kita bisa lewat embun ataukah ada titik-titik yang kita
bisa bor air tapi itu perlu uluran tangan dari pemerintah karena
kalau masyarakat sendiri mau bor mereka tidak mampu maka itu
air itu sangat penting bagi kehidupan .Jadi, kalua untuk sumur bor
ada titik semua tempat punya sumur bor punya air tanah tempat
tertentu yang punya air tanah yang bisa bor oleh karna itu harus
melalui rapat di Desa untuk pelepasan hak untuk bisa bor .Hanya
lewat dua cara sa, lewat bor air ataukah bangun embun untuk
mengatasi kesulitan air minum itu karena lewat cara lain tidak
mungkin (wawancara pada 16 Juni 2021)
b. Solusi
Adapun solusi yang ditemukan ketika melakukan wawancara
dilapangan, adapun beberapa infoman menyampaikan terkait solusi dalam
melakukan komunikasi yaitu pejabat kepala Desa Bokong Aristarkus Demas
Nenabu SE yang umur 50 tahun menyampaikan bahwa:

“Ya, baik memang ketika saya dilantik sebagai penjabat Kepala


Desa Bokong itu, ketika saya ada disini saya melihat bahwa Desa
yang sebenarnya sangat dekat dengan kota tapi banyak kekurangan
yang terutama itu di air bersih na di air bersih ini, kita liat ko Desa
Bokong ko sama sekali tidak ada air bersih sehingga saya ambil
jalan keluar untuk membuat proposal ke pemerintah yang paling
atas yaitu pemerintah provinsi untuk mintalah sumur bor ini na
ketika proposal saya dijawab dan ada sumur bor yang sudah dibor
oleh pemerintah provinsi yang ada di dusun III itu saya sudah ada
komitmen dengan bagian pemboran itu dari pemerintah provinsi
bahwa mereka akan melanjutkan pekerjaan sampai dengan tuntas
dan sampai dengan penyerahan kepada BUMdes nanti jadi baru
saya konfirmasi ke pemerintah provinsi yaitu P2AT itu mereka
katakan bahwa nanti menunggu dana ini keluar mereka akan
kembangkan karena ini pake solar sel jadi mereka akan
kembangkan ditower pake solar sel dan kita bagi ke hitran umum
yang ada untuk melayani kekeringan yang ada di Desa
Bokong”(wawancara pada 3
Juni 2021)
Hasil Pembahasan

1. Pola Komunikasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Desa Dalam

Pembangunan Sumur Bor Di Desa Bokong Dalam Mengatasi Kekeringan

Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau

menghasilkan sesuatu atau bagian dari sesuatu. Pola itu sendiri diartikan

sebagai hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman dan penerima

cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami

(Djamarah,2004:1)

Pola komunikasi adalah bentuk atau model yang bisa dipakai membuat

atau menghasilkan sesuatu bagian dari sesuatu. Pola diartika sebagai hubungan

dua orang atau lebih dalam proses penerima dan pengiriman informasi atau

pesan.

Beach (1975). Sampaikan bahwa bagaimana pemerintah tidak

melaksanakan fungsinya dan tidak akan dapat mengefisiensikan dan

mengefektifisikan sumber-sumber dan pada akhirnya tidak akan mencapai

tujuan tanpa Komunikasi (Silalahi, 2004)

Dalam proses komunikasi yang manusia lakukan dalam kehidupannya

setiap hari yang terpenting dalam hal komunikasi itu manusia saling menukar

pesan untuk bisa memperbaiki sesuatu yang dialami ketika komunikasi

dilakukan maka ada berbagai solusi yang disalurkan melalui komunikasi.

Dengan komunikasi manusia bisa mengatasi berbagai persoalan seperti yang

dialami oleh masyarakat desa Bokong Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.


Mereka membentuk sesuatu hal pembangunan sumur bor untuk mengatasi

kekeringan.

Sesuai persoalan pembangunan sumur bor tersebut dapat dipandang

bahwa dalam usaha pembangunan untuk membentuk sesuatu inovasi atau

perubahan pembangunan maka difusi dibuat dalam arti berbagai ide atau

gagasan. Dibangun melalui pola komunikasi sirkuler. Ada empat macam pola

komunikasi yaitu primer, sekunder, linear atau sirkuler. .

Arti dari pola komunikasi sirkuler, pola komunikasi yang dibangun oleh

pemerintah dan masyarakat itu memiliki fungsi baik. Proses pelaksanaan

komunikasi, masyarakat menyampaikan pesan terkait kekeringan dan diusulkan

agar bisa membangun sumur bor, ketika ada musyawara tentang pembangunan

dalam satu tahun baik itu didusun, desa ataupun camat dengan harapan agar

mengurangi kekeringan di desa Bokong. Usulan tersebut diterima oleh

pemerintah desa atau dusun dengan menindak lanjut kepihak pemerintah derah

dan provinsi dengan bentuk, ajukan proposal kepada pihak-pihak yang terkait

pembanguna sumur bor. Pemerintah desa menyampaikan informasi kepada

pihak masyarakat agar meyiapakan berbagai lahan atau lokasi yang mungkin

debit air besar, pesan tersebut direspon dengan baik sehingga ketika proposal

yang diajukan diterima maka tidak menyulitkan pemerintah desa mencari lokasi

akan tetapi cukup bertanya kepada tokoh masyarakat.

2. Hambatan Dan Solusi Dalam Melakukan Komunikasi Tersebut

Diantara Masyarakat Dan Pihak Pemerintah Desa Bokong


Giffin dan Patton (1971) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah

proses penyampaian pesan (Budyatna, 2015), dengan komunikasi diharapkan

dapat menimbulkan efek berupa umpan balik ataupun reaksi yang timbul dari

pesan yang dilontarkan oleh komunikator dan menjadi panduan kesadaran dan

perhatian masyarakat desa dengan meningkatnya tuntutan terhadap pemerintah

tentang pembangunan di desa. Dalam hal merespon pesan akan disampaikan

oleh pihak masyarakat desa Bokong tentang pembangunan sumur bor, dan

pemerintah sadar ketika dalam suatu pembangunan dilakukan itu melalui suatu

komunikasi, dan pemerintah juga memanfaatkan komunikasi untuk bisa

menyalurkan informasi sebaliknya bagi masyarakat desa Bokong.

Pemerintah memanfaatkan komuniksi sebagai saluran penyampaian

informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan serta

mencapai inovasi-inovasi yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan

(Rinawati, 2005).

Pemerintah desa Bokong sangat apresiasi kepada masyarakat yang

memanfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan pihak pemerintah terkait

pembangunan sumur bor. Ada berbagai hambatan yang dialami masyarakat

seperti ketidak efektifnya pemerintah respon tentang penyampaian

pembangunan sumur bor dan juga kendala kepada pihak masyarakat sering

terjadi persoalan diaman sebagian masyarakat sulit untuk membuat surat

pelepasan hak atau sulit melepaskan lahan milik bersangkutan.

Sekarang pemerintah desa menyediakan V (lima) sumur bor di desa

Bokong, sesuai hal ini teori difusi inovasi menerangkan bahwa dalam proses
inovasi harus sampaikan pesan yang mudah dipahami, dalam hal tersebut

komunikasi yang dilakukan saling dimengerti, sehingga ada perubahan dalam

hal pembangunan sumur bor. Dan dalam sementara waktu pemerintah desa

masih memperjuangkan perpipaan kemasyarakat, walau sementara ini belum,

maka pesan itu selalu diutarakan oleh masyarakat mengenai perpipaan yang

harus di bangun. Masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam hal

berkomunikasi untuk mencari solusi dalam pembangunan. Ada titik-titik air

yang ada disekitar desa Bokong sehingga ketika respon dari pemerintah untuk

pembangunan air sudah tersedia lahan, akan tetapi dalam proses komunikasi

pembangunan sumur bor di desa Bokong itu memiliki unsur hambatan terutama

dalam proses pelepasan hak atas tanah dari pihak kepemilikan.

Kegiatan komunikasi pembangunan ditengah masyarakat dan

pemerintah itu sangat membawa sesuatu manfaat bagi kehidupan masyarakat,

seperti pembangunan sumur bor di desa Bokong kegunaan bagi masyarakat itu

proses pembangunan itu melalui Komunikasi, dengan komunikasi sehingga

pemerintah dapat meyiapkan V sumur bor dan sebagian kebutuhanlainnya

seperti embun yang mungkin saja belum merata oleh karna keterlambatan

pemerataan perpipaan sehingga masyarakat sampaikan berbagai harapan

tentang kemerataan air bersih keseluruh masyarakat .

a. RelevanTeori Difusi Inovasi dengan Hasil Peneltian

Peneliti melakukan penelitian mengunakan teori difusi inovasi, teori ini

ada sejak tahun 1950. Teori difusi inovasi digunakan pemerintah Amerika guna

meriset agar ketahui, bagaimana dan mengapa pengadopsian alat-alat pertanian,


selangkah dari situ teori difusi inovasi digunakannya lagi untuk melihat

pengadopsian faktor-faktor yang mendukung adopsi inovasi dan bagaimana

inovasi beradopsi diantara masyarakat.

Difusi adalah suatu proses ketika suatu inovasi disalurkan. Difusi

adalah proses ketika ide atau gagasan dikomunikasikan kepada anggota sistem

sosial, dan akan membawa sesuatu perubahan sosial kepada masyarakat.

Inovasi adalah suatu upaya manusia untuk menggali dan

mengembangkan informasi untuk memperoleh, mengembangkan,

menyebarluaskan, dan menghasilkan suatu perubahan dalam kehidupan.

Tahapan-tahapan inovasi yaitu membentuk inovasi, siapa inovasi itu diciptakan,

dan kepada siapa inovasi itu disebarkan. (Nasution 2009).

Penyelasan terkait teori difusi inovasi menjelaskan proses pelaksanaan

atau kebijakan yang dilakukan manusia untuk dapat membentuk atau sesuatu

yang mungkin baru dan membawa sesuatu perubahan. Akan tetapi sebelum

terjadi perubahan diinginkan adapun kebijakan atau upaya manusia dari segi

komunikasi melalui saluran yang ada kepada sistem sosial pada lingkugan

masyarakat atau desa. Keterkaitan penelitian pola komunikasi pembanguna

sumur bor di desa Bokong dengan terori tersebut bahwa dalam proses usaha

atau upaya yang dilakukan melalui komunikasi secara sirkuler diantara

masyarakat dan pemerintah, pemerintah dan tokoh masyarakat, serta

masyarakat dan masyarakat.

Dimana tokoh masyarakat, masyarakat, pemeritah desa membagi

berbagai ide, gagasan dan pendapat terkait inovasi desa terutama pembagunan
sumur bor, melalui ini akan membawa sesuatu perubahan dilingkup masyarakt

desa. Masyarakat desa menyalurkan invormasi terkait pembangunan desa

melalui saluran komunikasi tatap muka akan memiliki efek umpan balik secara

langsung, dalam pelaksanaan komunikasi yang memiliki efek umpan balik

disitu timbul berbagai ide atau gagsan, baru terkait inovasi atau perubahan.

Adapun tiga penelitian terdahulu yang punya keterkaitan dengan teori difusi

inovasi dengan penjelasan bahwa dalam proses pola komunikasi yang

dilakukan oleh masyarakat dan pemeritah desa Bokong menemukan titik temu

karna keberhasilan V pembangunan sumur bor dengan bentuknya masyarakat

sampaikan aspirasi atau ide, gagasan melalui musyawara atau mufakat. Hal

tersebut memiliki keberhasilan akan tetapi kelima sumur yang sudah

dibangunan oleh kesepakatan bersama itu belum melakukan perpiaan keseluruh

wilayah masyarakat desa Bokong untuk merasakan, menikmati hasil

pembangunan air tersebut

Kesimpulan

1. Didalam sistem pola komunikasi pembangunan sumur bor antara masyarakat

pemerintah desa Bokong itu menggunakan suatu sistem pola komunikasi

sirkuler. Sirkuler adalah salah satu pola komunikasi yang memiliki unsur

umpan balik dalam proses komunikasi tatap muka. Maka yang menjadi

komunikator adalah masyarakat dan pemerintah adalah komunikan. pesan yang

disalurkan oleh masyarakat kepada pemerinta desa itu diterima, hingga

kebijakan pemeritah dilakukan maka tersedia V sumur bor di desa Bokong.


2. Hambatan komunikasi dalam komunikasi pembangunan di desa Bokong

yaitu kesulitan ketika melakukan survei pengeboran air wilayah masyarakat,

kesulitan ketika membuat pelepasan hak tanah, kondisi tanah yang tidak

memungkinkan dan ketika masyarakat utarakan pesan tentang pembangunan

terkadang tidak ada jawaban dari pihak pemerintah desa

DAFTAR PUSTAKA

Arifianto. “Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Perspektif

Dominan Kajian Ulang dan Teori Kritis”

Cangara, Hafied.2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. RajaGrajindo Persada.

Daryanto, Muljo, dan Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Gava

Media

Hardiyansyah. 2015. Komunikasi Pelayanan Publik Konseo dan Aplikasi.

Yogyakarta: Gava Media

Heriyanto, Eri dan Widyaiswara. Ahli Pusdiklat Keuangan Umum BPPK.

“Komunikasi Pemerintahan dan Efektivitas Kebijakan”

Kamaruddin. 2010-2015. Modul. Komunikasi Sosial dan Pemabangunan.

Liliweri.Alo.2011. Komunikasi Serba Ada, Serba Makna. Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mulyana, Deddy.2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:

Prenadamedia Grup.

Nasutian, Zulkarimen. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori

dan Penerapannya. Jakarta: RajaGrafindo Perseda.

Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Malikussaleh.

Raharjo, Budi, Teguh. 2019. Komunikasi Sosial dan Pembangunan: Kajian

Tentang Masyarakat Perambah di Kawasan TNBBS.

Ruliana, Poppy.2016. Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada

Sendjaja, Djuarsa. Modul 2. Proses Komunikasi.

Sitompui, Mukri 2002. Konsep-konsep Komunikasi Pembangunan. Fakultas

Setiawansyah, Ade, Putra. 2017. Skripsi. Pola Komuniksi Madridista Aceh

Dalam Melakukan Kegiatan Sosial

Sedermayanti.2018. Komunikasi Pemerintahan. Bandung: PT. Rafika,

Aditama.

Wahyuni.2014. Skrpsi. Pola Komunikasi Organisasi Antara Pemimpin dan

Vardiansyah, Dani dan Febriani, Erna. 2018. Filsafat Ilmu Komunika:

Pengantar Ontologi, Epistemologi, Aksiologi. Jakarta: Indeks

Sumardjo.mosul 1, Pengertian Komunikasi Inovasi.

Ahmad,Rizal.2016. Jurnal. Difusi inovasi Dalam Menigkatkan Parrtisipasi

Masyarakat Akan Kelestarian Lingkungan.


Zahara,Evi. Jurnal. Penerapan Komunikasi Dalam Pembangunan Masyarakat

Pedesaan.

http://eprints.stainkudus.ic.id

https://cdn.ampproject.org/v0

Anda mungkin juga menyukai