PENGERTIAN PROFESI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu Dian Kurniawan, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
KELAS 2021 B
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pendidikan baik yang dilakukan di dalam sekolah
maupun diluar sekolah, guru mmiliki posisi yang sentral dan strategis. Hal ini
memiliki upaya bahwa perubahan pendidikan dapat terwujud apabila guru yang
berada di garda terdepan mendapat prioritas. Permasalahan guru, baik dalam
jumlah, mutu, dan kesejahteraan harus mendapat perhatian dalam pendidikan
nasional. Baik dari kepentingan nasional maupun tugas fungsional guru
menuntut agar pendidikan dilaksanakan secara profesional, artinya
dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didukung oleh unjuk kerja
profesional.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam
pendidikan formal pada umumnya. Guru sering dijadikan tokoh teladan dan
tokoh identifikasi diri oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus memiliki
kompetensi dan perilaku yang memadai untuk mengembangkan peserta didik
secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesi
yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama dalam bidang
kompetensi kepribadian, sosial dan profesional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah
1. Apa pengertian dari profesi, profesionalits, proesionalisme, profesionalitas,
dan profesionalisasi?
2. Bagaimana karakteristik profesi?
3. Apa saja karakteristik dan syarat-syarat profesi guru?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, didapatkan tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari profesi, profesionalits, proesionalisme,
profesionalitas, dan profesionalisasi.
2. Mengetahui karakteristik profesi.
3. Mengetahui karakteristik dan syarat-syarat profesi guru.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan
Profesionalisasi
1. Pengertian Profesi
4
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang
suatu profesi, misalnya, “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan
seseorang dalam. melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.
Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional dikontraskan dengan
“nonprofesional” atau “amatiran”. Dalam kegiatan sehari-hari seorang
profesional melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang telah
dimilikinya.(Hakiki & Fadli, 2021)
3. Pengertian Profesionalisme
5. Pengertian Profesionalisasi
5
(profesional development), baik dilakukan melalui pendidikan atau latihan
“prajabatan” maupun latihan dalam jabatan (inservice training). Oleh karena
itu, profesionalisasi merupakan proses yang sepanjang hayat (life long) dan
tidak pernah berakhir (never ending), selama seseorang telah menyatakan
dirinya sebagai warga suatu profesi.
Jika dalam masa pendidikan atau latihan prajabatan itu
profesionalisasi lebih banyak ditentukan oleh lembaga (community of
scholars, faculty members) dengan berpegang pada kaidah-kaidah akademik
dan latihan praktek yang standar, maka setelah bekerja, profesionalisasi
lebih banyak tergantung kepada setiap individu profesional tersebut, apakah
mereka mau meningkatkan profesionalitasnya (skills yang ditampilkan) dan
profesionalismenya (komitmen pada profesi), apakah mereka mau terus
belajar, bergaul secara akrab dengan rekan sejawatnya untuk saling memberi
dan menerima dalam suatu iklim kesejawatan dan kebersamaan.
Didi Atmadilaga, secara bebas menafsirkan makna “profesi” yang
dikemukakan dalam Encyclopedia of Social Sciences sebagai berikut.
…Wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada
kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung
oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan
keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus,
yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi
… yang bersama memberikan izin praktek atau penolakan praktek dan
kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerintah maupun asosiasi
profesi yang bersangkutan. (Satori, 2006)
Selanjutnya, Walter Johnson (1959) mengartikan petugas profesional
(profesionals) sebagai “… seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus
yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan
waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan
pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar
tinggi”.
6
yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu
pengetahuan yang melandasi profesi itu.
3. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
6. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa, dan awam) terhadap
pekerjaan itu sebagai suatu profesi (Rochman Natawidjaja, 1989).
7
4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and the
occupational group as a whole
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga
kelompok (asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah memberikan jaminan
bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukannya sendiri tugas
pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan bagaimana
menjalankannya, siapa yang seyogianya memberikan izin dan lisensi untuk
melaksanakan kinerja itu.
Individu-individu dalam kerangka kelompok asosiasinya pada
dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung menangani
prakteknya. Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang berada di luar
kemampuannya, membuat rujukan (referral) kepada orang lain dipandang
lebih berwenang, atau membawanya ke dalam suatu panel atau konferensi
kasus (case conference).
6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain
to the practitioners, as the basis for the organization and performance of the
social service delegated to the occupational group
Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat
esensial (dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya) maka
kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan kepentingan pelayanan
pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut bukan berarti pelayanan profesional
tidak boleh memperoleh imbalan yang selayaknya Bahkan seandainya
kondisi dan situasi menuntut atau memanggil nya seorang profesional itu
hendaknya bersedia memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun.
8
kelompok (asosiasi) para praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang
menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya
sendiri, yaitu mengadakan pengendalian atas anggotanya mulai saat
penerimaannya dan memberikan sanksinya jika diperlukan terhadap
pelanggaran terhadap kode etika.
8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and
doubtful points by concrete cases
Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi dengan
para anggotanya disertai kesadaran dan i'tikad yang tulus baik pada
organisasi maupun pada individual anggotanya untuk memonitor prilaku.
Organisasi dan anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka
harus bertindak sesuai dengan kewajiban dan tuntunan moral baik terhadap
klien maupun masyarakat. Oleh karena itu, adanya suatu perangkat kode
etika yang telah disepakati bersama oleh yang bersangkutan harus
membimbing hati nurani dan mempedomani segala tingkah laku.
9
8. Kebebasan untuk memberikan judgment: anggota suatu profesi mempunyai
kebebasan untuk menetapkan judgment-nya sendiri dalam menghadapi atau
memecahkan sesuatu dalam lingkup kerjanya.
9. Tanggung jawab profesional dan otonomi: komitmen pada suatu profesi
adalah melayani klien dan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Tanggung
jawab profesional harus diabdikan kepada mereka. Oleh karena itu, praktek
profesional itu otonom dari campur tangan pihak luar.
10. Pengakuan dan imbalan: sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang
lama, komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka
seorang profesional mempunyai prestise yang tinggi di mata masyarakat dan
karenanya juga imbalan yang layak.
10
13) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau
menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
14) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari
setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu
tentang penyakit pasien yang dilayaninya)
15) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan
jabatan lainnya).
Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi et. al. (1991),
mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut.
1) Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan
(krusial).
2) Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3) Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4) Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik dan eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum.
5) Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
6) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi
nilai-nilai profesional itu sendiri.
7) Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8) Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgment
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9) Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas
dari campur tangan orang luar.
10) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
11
5) Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi kepentingan
anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi untuk meningkatkan
kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak etis profesional pada
anggotanya.
➢ Setelah kita mempelajari berbagai macam pendapat para pakar tentang ciri-
ciri profesi, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri profesi, yaitu sebagai
berikut.
1) Memiliki standar unjuk kerja yang baku atau dengan kata lain memiliki
aturan yang jelas tentang hal yang dikerjakannya.
2) Anggota profesinya memperoleh pendidikan tinggi yang memberikan dasar
pengetahuan yang bertanggung jawab.
3) Memiliki lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga profesi
yang dibutuhkan. Contohnya: untuk menghasilkan tenaga guru maka ada
perguruan tinggi keguruan seperti UPI, IKIP, FKIP dan STKIP.
4) Memiliki organisasi profesi yang memperjuangkan hak-hak anggotanya,
serta bertanggung jawab untuk meningkatkan profesi yang bersangkutan.
5) Adanya pengakuan yang layak dari masyarakat.
6) Adanya sistem imbalan yang memadai sehingga anggota profesi dapat hidup
dari profesinya.
7) Memiliki kode etik yang mengatur setiap anggota profesi.
12
berpendapat bahwa guru hanya jabatan semiprofesional atau profesi yang baru
muncul (emerging profession) karena belum semua ciri-ciri di atas yang dapat
dipenuhi.
Menurut Amitai Etzioni (1969:89) guru adalah jabatan semiprofesional karena:
“…The training (of teachers) is shorter, their status less legitimated (low
or moderate), their right to privileged communication less established; there is
less of a specialized knowledge, and they have less autonomy from supervision
or societal control than ‘the professions’…”
Guru harus dilihat sebagai profesi yang baru muncul, dan karena itu
mempunyai status yang lebih tinggi dari jabatan semiprofesional, bahkan
mendekati jabatan profesi penuh. Pada saat sekarang, seperti telah dijelaskan
juga di depan, sebagian orang cenderung menyatakan guru sebagai suatu
profesi, dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
jabatan guru sebagian, tetapi bukan seluruhnya adalah jabatan profesional,
namun sedang bergerak ke arah itu. Kita di Indonesia dapat merasakan jalan ke
arah itu mulai ditapaki, misalnya dengan adanya peraturan dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan bahwa yang boleh menjadi guru hanya yang
mempunyai akta mengajar yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). Selain itu juga guru diberi penghargaan oleh
pemerintah melalui Keputusan Menpan No. 26 tahun 1989, dengan
memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar dan dengan kemungkinan
kenaikan pangkat yang terbuka.
Profesi kependidikan adalah suatu tenaga kependidikan yang memiliki
peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang dalam mekanisme kerjanya di
kuasai kode etik.
Karakteristik profesi kependidikan, sebagai berikut:
1) Tidak mementingkan kepentingan pribadi dari pada pelayanan kemanusiaan
dan juga masyarakat.
2) Seorang yang professional, harus meningkatkan pengetahuannya serta
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang
mendukung keahliannya.
3) Mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan bidangnya untuk memasuki
profesi tersebut serta mampu meningkatkat pengetahuannya yang berfungsi
dalam pertumbuhan jabatan.
4) Mempunyai kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan
cara kerja.
5) Memiliki suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
13
6) Adanya suatu pengalaman organisasi yang dapat meningkatkan standar
pelayanan, disiplin dalam profesi serta kesejahteraan anggotanya.
7) Memiliki kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.
8) Menempatkan sebagai seorang yang profesinal dalam suatu karier hidup dan
menjadi seorang anggota yang permanen.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat
1, prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealism
2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas
3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
4) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi
5) Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan
8) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan keprofesian.
Paling sedikit ada enam tugas dan tanggungjawab guru dalam
mengembangkan profesinya, yakni:
1) Guru bertugas sebagai pengajar
2) Guru bertugas sebagai pembimbing
3) Guru bertugas sebagai administrator kelas
4) Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum
5) Guru bertugas untuk mengembangkan profesi
6) Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-
Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Mengingat tugas dan tanggung
jawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi guru memerlukan
persyaratan khusus. Khusus untuk jabatan gun, sebenarnya juga sudah ada
yang mencoba menyusun kriteriannya. Misalnya National Education As-
sociation (NEA) (1948) yang menyatakan bahwa kriteria profesi guru
diantaranya:
a. Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual
Jabatan guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan
upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih
14
lanjut dapat diamati, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota
proesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan profesional
lainnya.
b. Jabatan yang Menggeluti Batang Tubuh Ilmu yang Khusus
Terdapat berbgai pendapat tentang apakah mengajar memenuhi
persyaratan kedua ini. Mereka yang bergerak di bidang pendidikan
menyatakan bahwa mengajar telah mengembangkan secara jelas bidang
khusus yang sangat penting dalam mempersiapkan guru yang berwewenang.
Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa mengajar adalah suatu sains,
sementara kelompok kedua mengatakan bahwa mengajar adalah suatu kiat.
c. Jabatan yang Memerlukan persiapan Latihan yang Lama
Anggota kelompok guru dan yang berwewenang di departemen
pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan profesional yang
cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang berwewenang. Konsep ini
menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum perguruan tinggi, yang terdiri
dari pendidikan umum, profesional, dan khusus, sekurang-kurangnya empat
tahun bagi guru pemula (SI di LPTK).
d. Jabatan Yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung
Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan
profesional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan
profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa
kredit. Pada saat sekarang bermacam-macam pendidikan profesional
tambahan diikuti guru-guru dalam menyertakan dirinya dengan kualifikasi
yang telah ditetapkan.
e. Jabatan yang Menjanjikan Karier Hidup dan keanggotaan yang permanen
Di luar negeri banyak guru baru yang hanya bertahan selama satu atau
dua tahun saja pada profesi mengajar setelah itu mereka pindah bekerja
kebidang lain, yang lebih banyak menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
Namun di Indonesia tidak banyak guru yang beralih ke bidang lain,
walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di indonesia mempunyai
pendapatan yang tinggi.
f. Jabatan yang Menentukan Bakunya Sendiri
Karena jabatan guru menyangkut hajat banyak orang, maka baku
jabatan guru masih sangat diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain
yang menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayan pendidikan swasta.
Sementara kebanyakan jabatan mempunyai patokan dan persyaratan yang
seragam untuk menyakinkan kemampuan minimum yang diharuskan, tidak
15
demikian halnya dengan jabatan guru. Dari pengalaman beberapa tahun
terakhir penerimaan calon mahasiswa LPTK didapat kesan yang sangat kuat
bahwa skor nilai calon mahasiswa yang masuk ke lembaga pendidikan guru
jauh lebih rendah dibandingkan dengan skor calon yang masuk ke bidang
lainnya.
g. Jabatan yang Mementingkan Layanan di Atas Keuntungan Pribadi
Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan yang
anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan
disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan. Kebanyakan guru
memilih jabatan ini berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni
mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah.
h. Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin
Rapat
Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi profedional yang
kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya.
Dalam beberapa hal, jabatan guru telah memenuhi kretiria ini. Di indonesia
telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan
wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru
sekolah lanjut atas.
Selanjutnya Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa kopetensi guru
memiliki tiga kriteria yang terdiri dari:
a. Knowledge criteria, yakni kemampuan intelektual yang dimiliki seseorang
guru yang meliputi kekuasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang
kemasyarakatan dan pengetahuan umum.
b. Peformance criteria, adalah kemampuan guru yang berkaitan dengan
berbagai keterampilan dan prilaku, yang meliputi keterampilan mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan
berkomunikasi dengan siswa dan keterampilan menyusun persiapan
mengajar atau perencanaan mengajar.
c. Product criteria, yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan
kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar
Selain persyaratan tersebut, menurut buku yang saya baca sebetulnya
masih ada. Persyaratan lain yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional
yaitu sebagai berikut:
1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam
16
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
5) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
6) Memiliki klien objek atau objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan muridnya
7) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan
8) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya dimasyarakat
Syarat sebuah profesi dijelakaskan AECT (Association for Educational
Communication and Technology) dan dinyatakan Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia I pada tahun 1988, keduanya memberikan beberapa
syarat dalam mendefinisikan suatu profesi, secara garis besar harus ada:
Latihan dan Sertifikasi, Standard dan Etika, Kepemimpinan, Asosiasi dan
Komunikasi, Pengakuan Sebagai Profesi, Tanggung Jawab Profesi dan
Hubungan dengan Profesi Lainnya. Hal-hal berikut untuk memenuhi
persyaratan profesi pendidik, yaitu: Pertama, perlunya diperkenalkan
penjelasan pengertian pendidikan bagi calon pendidik memberikan kesempatan
berpikir untuk memahami profesi mendidik tersebut. Kedua, perlu
dikembangkan kepada calon pendidik kriteria keberhasilan mendidik,
keberhasilan ini bukan atas prestasi akademik pendidik namun lebih
dicerminkan oleh keberhasilan mendidik dengan kriteria-kriteria tertentu
seperti Memiliki sikap suka belajar, tahu tentang cara belajar dan lainnya.
Ketiga, memperkenalkan perilaku di lapangan yang dapat dipilih beberapa di
antaranya yang sesuai dengan tujuan pendidikan setiap kali tatap muka.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori belajar konstruktivistik proses belajar merupakan
suatu proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh peserta didik itu
sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui
(Schunk, 1986). Artinya, proses pembentukan pengetahuan dilakukan oleh
peserta didik itu sendiri. Peserta didik harus aktif selama kegiatan
pembelajaran, aktif berpikir, menyusun kosep, dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Terwujudnya gejala belajar ditentukan oleh niat
belajar peserta didik itu sendiri.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hakiki, M., & Fadli, R. (2021). Buku Profesi Kependidikan. 4(1), 1–23.
Satori, D. (2006). Profesi Keguruan dalam Mengembangkan Siswa. 1, 20.
http://repository.ut.ac.id/4041/1/MKDK4005-M1.pdf
https://www.academia.edu/32372805/PENGERTIAN_KARAKTERISTIK_SYA
RAT_and_KRITERIA_PROFESI_GURU#:~:text=Karakteristik%20profesi%20g
uru%20termaktub%20dalam,pendidikan%20sesuai%20dengan%20bidang%20tug
as
https://www.scribd.com/embeds/341143344/content?start_page=1&view_mode=s
croll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
19
LAPORAN HASIL DISKUSI
A. Pendahuluan
Diskusi yang dilakukan secara luring ini merupakan suatu kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai pengertian profesi
secara umum dan khusus dalam kependidikan, karakteristik profesi, syarat-
syarat profesi, ciri-ciri profesi, dan syarat-syarat profesi guru.
B. Uraian Pelaksanaan
1. Tempat dan Waktu
Hari dan tanggal : Kamis, 2 Februari 2023
Waktu : 08.45 s.d. 10.25 WIB
Tempat : K.D.1.1
Penyaji : Kelompok 1
1. Astri Fitrianti (212151056)
2. Elia Damayantie Ulfah (212151040)
3. Inda Khayya Nabila (212151068)
4. Zaenatun Nafingah (212151050)
Peserta : 29 orang
2. Proses Jalannya Diskusi
a. Pembukaan
Moderator membuka diskusi dengan mempersilakan penyaji untuk
mempresentasikan materi.
b. Pembahasan Materi
1) Penyaji 1: Elia Damayantie Ulfah (212151040)
Menjelaskan sub materi tentang Perbedaan istilah Profesi,
Profesionalitas, Proesionalisme, dan Profesionalisasi.
2) Penyaji 2: Inda Khayya Nabila (212151068)
Menjelaskan sub materi tentang Karakteristik Proesi dan Ciri-
ciri Profesi.
3) Penyaji 3: Zaenatun Nafingah (212151050)
Menjelaskan sub materi tentang Ciri-ciri profes dan karakteristik
Profesi guru.
4) Penyaji 4 dan Moderator: Asti Fitrianti (212151056)
Menjelaskan sub materi tentang Syarat-syarat Profesi, Syarat-
syarat prosfesi guru, dan Kompetens guru.
c. Sesi Diskusi
Adapun selama diskusi dimulai ada beberapa pertanyaan dan
tanggapan dari peserta diskusi, diantaranya:
1) Akmal Hermawan (212151062) bertanya mengenai tanggapan
kelompok jika guru mengampu mata pelajaran yang bukan
keahliannya.
20
➢ Inda Khayya Nabila (212151068) menanggapi untuk guru
mengampu mata pelajaran yang bukan keahliannya. Pada
kenyataanya, di lapangan banyak terjadi guru mengajar tidak
sesuai dengan jurusan saat kuliah. Misalnya guru lulusan agama
mengajar seni budaya atau yang lainnya. Menurut kelompok kami
dan sesuai dengan pengalaman yang pernah saya alami, guru
tersebut masih mempunyai keahlian di bidang tersebut. Lalu
mengapa guru tersebut mau ditempatkan bukan di bidangnya,
alasannya mereka menguasai di bidang tersebut, dan biasanya
ditempatkan pada mata pelajaran yang cenderug mudah dan sudah
dikuasai sebelumnya. Jika mngacu pada peraturan pemerintah,
harusnya guru ditempatkan pada jurusan yag sama atau linier
dengan kuliahnya. Atau serumpun, misalnya guru SD harus
lulusan PGSD, atau PG MI. Pada kenyataannya saat uji
kompetensi guru atau UKG linieritas mengajar atau yang satu
jurusan belum tentu sejalan dengan kompetensinya. Banyak guru
yang ikut UKG tidak linier dengan ijazahnya. Misalnya ijazahnya
matematika, tetapi nilainya jauh lebih besar di mata pelajaran lain.
Menurut kelompok kami, ijazah memang penting sejurusan
dengan yang diajarkan. Namun apa salahnya untuk menguasai
bidang-bidang lainnya agar nanti tidak kaget saat kerja mendapat
tugas megajar mata pelajaran lain diluar keahlian.
21
➢ Dwiki Husni Zaini (212151045) menanggapi untuk guru
mengampu mata pelajaran yang bukan keahliannya. Berasarkan
jawaban yang sudah disebutkan tadi, disimpulkan bahwa ada
kompetensi dasar kenapa guru kadang ditempatkan tidak sesuai
dengan bidangnya. Dari yang saya tangkap, kemampuan
pedagogisnya yang sering dipertimbangakan disini. Jadi tidak
hanya di bidangnya saja, misalkan tadi kemampuan mengelola
kelompok belajar, mengelola metode belajar, itu yang harus jadi
pertimbangan kenapa guru kadang ditempatkan tidak sesuai
dengan bidangnya. Jadi menurut saya sah sah saja, asalkan ada
kemampuan pedagogis yang mendasari guru tersebut mampu
mengajar.
22
kependidikan yang memiliki peranan utuk menunjang
pendidikan. Dimana dalam hal itu meliputi pendidik dan tenaga
kependidikan. Tenaga pendidik tidak hanya guru saja, ada orang
tua juga. Namun dalam hal ini, tenaga pendidik merupakan guru
dan dosen kemudian ada tenaga kependidikan. Tenaga pendidikan
merupakan pengelola, mengewasi unruk menunjang proses
kependidikan.
23
4) Santi Salamah (212151070) bertanya apakah guru yang mengajar
bukan di bidang keahliannya dapat dikatakan profesinal.
➢ Inda Khayya Nabila (212151068) menanggapi guru yang
mengajar bukan di bidang keahliannya dapat dikatakan
profesinal. Jurusan dan kampus bertujuan untuk mencetak tenaga
profesional spesialis di suatu bidang. Jadi kedepannya
dipersiapkan untuk mengisi satu bidang itu misalnya kita jurusan
Pendidikan Matematika, kita dipersiapkan menjadi guru
Matematika. Namun, pada saat di lapangan ijazah bukan hal
utama dan hanya menjadi syarat saja. Kemudian apakah guru
yang mengajar tidak sesuai bidangnya dikatakan profesional atau
tidak. Menurut kelompok kami, profesional bukan dilihat dari
guru mengajar beda bidang atau tidak. Tetapi dilihat dari tujuan
profesinya. Guru tujuannya untuk mengajar, jadi menurut saya
tetap profesional. Walaupun berbeda dengan bidang yang
dikuasainya.
24
termasuk faktor guru kurang profesional. Jadi menurut saya, jika
sekolah membutuhkan guru, sekolah harus membuka lowongan
kepada calon tenaga pendidik atau calon sesuai biang tersebut.
25