Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASKEB NIFAS DAN MENYUSUI

ASUHAN PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI

DOSEN PEMBIMBING : Nelly Mariyam, SST.,M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Desti Ayu : 154012012006 Eka Nurjanah : 154012012008

Sindi : 154012012036 Lidia Lestari : 154012012020

Anisa Melinda : 154012012002 Purmawati : 154012012028

Martini : 154012012022 Tri Wahyuni : 154012012038

Lailatul Azizah : 154012012019 Selvy Melinda : 154012012035

Nur Aisyah Humairah : 154012012027 Putri Rizki Andini : 154012012031

D3 KEBIDANAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas segala limpahan
karuniaNya. sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah. Pada makalah ini
kami akan membahas tentang Asuhan Masa Nifas dan Menyusui.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Asuhan Masa Nifas dan
Menyusui, Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Askeb
Nifas dan Menyusui atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi kami penyusun.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1.............................................................................................................. Latar
Belakang...............................................................................................1
1. 2.............................................................................................................. Rumusa
n Masalah..............................................................................................2
1. 3.............................................................................................................. Manfaat
Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2. 1.............................................................................................................. Pengerti
an Masa Nifas.......................................................................................3
2. 2.............................................................................................................. Tujuan
Asuhan Masa Nifas...............................................................................3
2. 3.............................................................................................................. Tahapan
Masa Nifas............................................................................................6
2. 4.............................................................................................................. Kajian
Islam tentang Masa Nifas.....................................................................6
2. 5.............................................................................................................. Asuhan
Kebidanan Nifas...................................................................................9
2. 6.............................................................................................................. Pengerti
an Menyusui..........................................................................................11
2. 7.............................................................................................................. Manfaat
Menyusui..............................................................................................12

iii
2. 8.............................................................................................................. Teknik
Menyusui..............................................................................................12
2. 9.............................................................................................................. Lama
Menyusi................................................................................................15
2.10 Masalah Menyusui Pada Ibu...............................................................16
2.11 Asi Eksklusif.......................................................................................18
2. 12 Asuhan Masa Menyusui Ibu..............................................................18
BAB III PENUTUP

3. 1.............................................................................................................. Kesimp
ulan.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).

Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil
atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2008). Ibu
menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu
tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat putting
melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam
penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui putting payudara (Nur
Khasanah, 2011).

Makalah ini mengajak untuk mempelajari dasar-dasar asuhan kebidanan nifas


dan menyusui secara konseptual. Pembahasan pada materi ini memberikan gambaran
tentang bagaimana bidan dalam memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui
secara filosofis memenuhi model asuhan kebidanan yang utamanya berpusat pada ibu
(women centered) serta menerapkan prinsip dan praktik asuhan kebidanan. Serta
mempunyai pengalaman dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari
kompetensi utama seorang bidan. Masa nifas merupakan komponen dalam daur hidup
siklus reproduksi seorang perempuan serta menyusui secara eksklusif merupakan

1
pencapaian yang sempuran bagi seorang ibu. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan
pendidikan kesehatan dan konseling serta melakukan penatalaksanaan asuhan
kebidanan. Maka bidan harus menguasai terlebih dahulu Asuhan masa nifas dan
menyusui.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok permasalahan dalam identifikasi masalah tersebut, maka


tujuan yang hendak di capai dalam pembuatan makalah ini adalah mengetahui apa
saja asuhan yang dapat diberikan bidan pada masa nifas dan menyusui.

1.3 Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat dan


pengetahuan bagi para pembaca, serta dapat menjadi referensi untuk pemahaman
lebih lanjut mengenai Asuhan Pada Masa Nifas dan Menyusui.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya
bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8
minggu (Mochtar, 2010). Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu
pertama setelah kelahiran. Lama perode ini tidak pasti sebagian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu (Williams, 2012).

Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).

Dari berbagai uraian yang menjelaskan tentang pengertian masa nifas, dapat
disimpulkan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama 6 minggu.

2.2 . Tujuan Asuhan Masa Nifas

Adapun tujuan asuhan kebidanan nifas, sebagai berikut:

1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

3
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan
adanya perdarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus
waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat
lemah setelah melahirkan, lebih-lebih bila partus berlangsung lama.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus
diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air, bersihkan daerah disekitar vulva dahulu, dari depan
kebelakang dan baru sekitar anus. Jika ibu mempunyai lika episiotomi atau
laserasi sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan skrining secara komperhensif
Melaksanakan skrining yang komperhensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan
bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
plaseenta, pengawasan TFU, pengawasan KU ibu. Bila ditemukan
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar
pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu
post partum harus diberikan pendidikan pentingnya gizi antara lain kebutuhan
gizi ibu menyususi.
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
sebelum menyusui).

4
5. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan
ASI.
6. Konseling tentang KB
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan.
b) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena itu penggunaan KB
dibutuhkan sebelum haid pertama untuk mencegah kehamilan baru.
Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minngu setelah persalinan.
c) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek
samping dan keuntungan dan kerugiannya dan kapan metode itu dapat
digunakan.
d) Jika ibu dan pasangan telah mmemilih metode KB tertentu, dalam 2
minggu ibu dianjurkan untuk kembali, hal ini untuk melihat apakah
metode tersebut bekerja dengan baik.
7. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita
a) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan.
b) Menghilangkan terjadinya anemia.
c) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisai.

5
d) Pergerakan otot yang cukup agar tuas otot menjadi lebih baik,
peredaran darah lebih lancar dengan demikian otot akan mengadakan
metabolisme lebih cepat.

2.3 . Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate puerperium),
puerperium intermedial (early puerperium) dan remote puerperium (later
puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Periode immediate postpartum


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih,
tekanan darah dan suhu.
b) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling perencanaan KB.
c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.
2.4 . Kajian Islam tentang Masa Nifas
Dalam Islam, terdapat perbedaan pendapat tentang masa nifas. Namun, dari
beberapa riwayat, batas umum masa nifas maksimal adalah empat puluh hari. Lebih
dari itu tidak disebut darah nifas. Dikutip dari buku Fiqih Wanita yang ditulis oleh
Syaikh Kamil Muhammad, batas maksimal keluarnya nifas adalah 40 hari. Hal ini
diriwayatkan dari Ummu Salamah, yakni: "Pada masa Rasulullah, para wanita yang

6
sedang menjalani masa nifas menahan diri selama 40 hari atau 40 malam." (HR Abu
Dawud dan At-Tirmidzi).
Nifas itu sendiri merupakan darah yang keluar setelah persalinan. Jika janin yang
berada dalam kandungan sudah berbentuk manusia, maka darah yang keluar
setelahnya termasuk nifas. Namun, jika janin yang keluar belum berbentuk manusia,
maka darah setelahnya tidak dikategorikan sebagai nifas. Terkadang, keluarnya darah
nifas tidak lancar. Misalnya, sehari keluar, sehari tidak, begitulah seterusnya.
Mengutip dari jurnal yang berjudul 'Konsep Al Ghuslu dalam Kitab Fiqih
Manhaji (2010)', menanggapi masalah nifas, para ulama dalam mazhabnya masing-
masing mengemukakan pendapatnya. Menurut Imam Maliki, jika hari-hari suci telah
mencapai setengah bulan (15 hari), maka wanita tersebut sudah dikatakan suci. Darah
yang keluar sesudah itu adalah darah haid, dan jika darah yang keluar masih kurang
dari 15 hari, maka darah yang keluar adalah darah nifas.
Sementara menurut mazhab Imam Hanafi, masa suci yang berselang seling oleh
keluarnya darah nifas, maka darah itu dianggap sebagai darah nifas. Adapun dalam
mazhab Imam Syafi'i disebutkan bahwa masa suci telah berlangsung 15 hari atau
sesudah melahirkan, maka wanita tersebut dihukumi sebagai wanita yang bersuci.
Sedangkan apabila kurang dari 15 hari, maka dikatakan sebagai wanita nifas.
Sedangkan dalam mazhab Imam Hambali mengatakan bahwa masa suci yang
berselang-seling oleh keluarnya darah nifas, maka dianggap sebagai masa suci. Nifas
bagi wanita yang melahirkan anak kembar adalah dihitung sejak kelahiran anak
pertama, bukan kelahiran kembar kedua. Meskipun jarak antara anak kembar yang
pertama dengan anak kembar yang kedua relatif pendek, maka nifasnya terhitung
mulai kelahiran anak kembar pertama.
Menurut mazhab Syafi'i bahwa apabila seorang wanita melahirkan anak kembar,
maka nifasnya dihitung sejak kelahiran anak yang kedua. Darah yang keluar sehabis
melahirkan anak yang pertama tidak dianggap sebagai darah nifas. Mazhab Maliki
berpendapat bahwa antara kelahiran anak pertama dengan anak kedua sampai 60 hari,

7
maka masa nifasnya sendiri-sendiri. Tapi kalau kurang dari 60 hari, maka masa
nifasnya hanya satu dan dihitung sejak kelahiran anak pertama.
Larangan saat nifas, wanita dalam masa nifas dilarang untuk melakukan beberapa
hal. Larangan bagi wanita nifas, hampir sama dengan haid, meliputi:
 Salat
 Puasa
 Membaca Al-Qur'an
 Menyentuh mushaf dan membawanya
 Masuk masjid
 Thawaf
 Bersetubuh
 Menikmati bagian tubuh istri antara pusar dan lutut.

Adapun amalan-amalan yang dapat dilakukan selama nifas meliputi:

 Berzikir
 Berdoa
 Beristighfar
 Bersalawat
 Mendengarkan murotal Al-Qur’an
 Melaksanakan Amal Haji kecil kecuali Thawaf
 Membaca Asmaul Husna
 Membaca Hadist
 Mengikuti Majelis Taklim
 Mendengarkan Ceramah Agama
 Bersedekah

8
Doa saat masa nifas: Allahumma thohhir qolbii minan nifaaqi wahashshin farjii minal
fawaahisy. Artinya "Ya Allah, bersihkan hatiku dari kemunafikan, dan bentengi
kehormatan (kemaluan)-ku dari kejahatan (penyakit).

2.5 Asuhan Kebidanan Nifas


Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO Maternal Neonatal Health
menunjukkan bahwa :
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
a. Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya membuat perencanaan
persalinan, petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan,
nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu dan bayi.
Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman
sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera
mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
b. Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan,
dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap
kunjungan. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan
persalinan di RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia
mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat
persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang
kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
c. Mendeteksi dan menangani komplikasi (pre eklamsia, perdarahan
pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria,
dsb).
d. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah usia kehamilan 36 minggu. Ibu yang
memerlukan kelahiran operatif akan mempunyai jangkauan pada penolong
yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.

9
e. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL
karena tetanus.
f. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan
yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
Asuhan kebidanan nifas juga dapat berdasarkan waktu kunjungan :
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencegah perdarahan masa nifas.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil
dilakukan.
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit
dalam menyusui.
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

10
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit
dalam menyusui.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.
b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.

2.6 Pengertian Menyusui

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh
bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama,
kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan
tahun – tahun berikutnya (varney, 2004).

Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil
atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2008). Ibu
menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu
tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat putting
melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam
penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui putting payudara (Nur
Khasanah, 2011).

Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus
lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel
myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-

11
sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju
sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam
sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan letdown
reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, letdown dapat keluar tanpa rangsangan
hisapan.

2.7 Manfaat Menyusui

Menurut Kristiyanasari, 2008, Menyusui pada wanita mempunyai beberapa


kebaikan yaitu:

1) Air susu ibu adalah makanan yang paling ideal bagi bayi baru lahir .
2) Air susu ibu normalnya bebas dari ketidakmurnian.
3) Air susu ibu mengandung kalori yang lebih banyak dari susu formula.
4) Kurang terjadi infeksi pada bayi yang menyusu pada ibu karena ada imunisasi
pasif.
5) Menyusui anak mempercepat involusi rahim, dengan demikian alat reproduksi
ibu lebih cepat kembali normal.
6) Menyusui kadangkala lebih menyenangkan bagi ibu.
7) Menyusui lebih ekonomis, baik bagi ibu maupun bagi masyarakat.
8) IQ bayi prematur yang menyusu dilaporkan lebih tinggi dari pada bayi serupa
yang tidak menyusu.

2.8 Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusu (Wulandari & Handayani, 2011). Teknik menyusui yang
benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan
bayi dengan benar.

12
Usahakan memberi minum dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buatlah
kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi
ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang akhir minggu keenam, sebagian besar
kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur
antara 10 – 12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam
sehingga tak perlu lagi member makanan di malam hari (Kristiyanasari, 2008).

Langkah - langkah menyusui yang benar :

1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting


dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban putting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah,dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menipang
dibawah, jangan menekan puting susu.
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara :
a) Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
b) Menyentuh sisi mulut bayi.

13
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
a) Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit – langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah kalang payudara. Posisi salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap
pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan putting lecet.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
(Kristiyanasari, 2008).
6) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
menyusui pada payudara yang lain.Cara melepas isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
b) Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan (yang
dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
9) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah ( gumoh – jawa) setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan – lahan.
b) Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap – usap
punggung bayi sampai bayi bersendawa (Kristiyanasari, 2008).

14
2.9 Lama Menyusui

Pada hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4 –
5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap oleh
bayi. Setelah hari ke 4 – 5,boleh disusukan selama 10 menit. Setelah produksi ASI
cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit).
Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya,

sudah cukup untuk bayi. Dikatakaan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada 5
menit pertama adalah ±112 ml, 5 menit kedua ±64 ml, dan 5 menit terakhir hanya
±16 ml (Soetjiningsih, 1997).

Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu, biasanya bila
bayi merasa lapar ,ia akan menangis minta disusui. Bayi sebaiknya diberi selang
waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus
berilah dot dan sebotol air hangat. Selanjutnya gendong dan usap-usaplah
punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti, 2007).

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui


bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai pola
tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Hanyow, 2008).

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui
tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.

15
Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009).

Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya setiap kali


menyusui harus dengan kedua payudara. Pesan kan kepada ibu agar berusaha
menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi ASI menjadi lebih
baik.Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama
masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Sulystyawati, 2009).

2.10 Masalah Menyusui Pada Ibu


a) Masaalah Masa Antenal (Sulystyawati, 2009)
Puting susu yang tidak menonjol sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya
selama antenatal umumnya kurang berfaedah, seperti memanipulasi putting
dengan perasat Hoffman, menarik-narik putting, atau penggunaan breastshield
dan breastshell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah
isapan langsung bayi yang kuat. Dalam hal ini, sebaiknya ibu tidak melakukan
apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir. Segera setelah bayi lahir, ibu dapat
melakukan:
1) Skin to skin contact dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin.
2) Biarkan bayi “mencari”putting susu, kemudian menghisapnya.
3) Apabila putting benar-benar tidak muncul, dapat “ditarik” dengan pompa
putting susu (nipple puller) atau yang paling sederhana modifikasi spuit
injeksi 10 ml.
4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedikit penekanan pada areola mamae dengan jari hingga terbentuk “dot”
ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
5) Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan
sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi.

16
b) Pada masa setelah persalinan dini
1) Puting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses menyusui
karena sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah
mengecek bagaimana perlekatan ibu dan bayi, serta mengecek apakah
terdapat infeksi candida (di mulut bayi)
2) Payudara bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi
ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala yang
dirasakan pasien adalah rasa berat pada payudara, panas, dan keras,
sedangkan pada payudara bengkak akan terlihat payudara odem, Pasien
merasakan sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah,
ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam setelah
24 jam.
3) Abses Payudara (mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada 2 jenis mastitis, yaitu
non-infective mastitis (hanya karena pembendungan ASI/milk statis dan
infective mastitis (telah terinfeksi bakteri). Gejala yang ditemukan adalah
payudara menjadi merah, bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas,
serta suhu meningkat.
c) Pada masa setelah persalinan lanjut
1) Sindrom ASI kurang
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan
bayi dapat terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan tertentu,
ketika produksi ASI memang sangat tidak memadai, perlu upaya yang
lebih, misalnya relaksasi dan bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI
suplementer.
2) Ibu yang bekerja

17
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk
memberikan ASI secara eksklusif. Banyak di antaranya disebabkan karena
ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk meyusui bayinya.
3) Pengeluaran ASI
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping di dalam cangkir atau
gelas yang bersih. Meskipun langkah ini kelihatannya sederhana, namun
tidak ada salahnya jika bidan/perawat memberikan bimbingan teknik
memerah ASI yang tepat.

2.11 Asi Eksklusif

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam – garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). ASI mengandung lebih dari 200 unsur – unsur
pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor
pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini
terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainya. Cairan hidup
yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu “simfoni
nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia
(Roesli, U, 2005).

Air susu ibu menurut stadium laktasi yaitu kolostrum, ASI masa peralihan
(merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur), ASI
matur (ASI yang disekresi pada hari ke – 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan
(ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada
minggu ke – 3 sampai minggu ke – 5).

2.12 Asuhan Masa Menyusui Pada Ibu

1) Cara menyusui yang benar

18
a. Mencuci tangan dengan sabun

b. Mengajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola

c. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada
pada lekung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu

d. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan,
kepala bayi menghadap payudara

e. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus

f. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areola

g. Mengajarkan ibu untuk merangsang membuka mulut bayi dengan


menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi.

h. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat
kepala bayi ke payudara ibu, kemudian measukkan puting susu serta
sebagian besar areola ke mulut bayi.

i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang


atau menyangga payudara lagi

j. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui

k. Mengajari ibu cara melepaskan hisapan bayi yaitu dengan menekan dagu
bayi ke bawah

l. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit asi


pada puting susu dan areola, dan biarkan kering dengan sendirinya

19
m. Mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi

n. Mengajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara bergantian.

o. Menganjurkan ibu untuk menyusui setiap bayi meminta

2) Cara Memerah ASI yang benar

a. Mencuci tangan

b. Duduk dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat payudara

c. Topang payudara dengan satu tangan

d. Gunakakn ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah tangan yang lain dan
tempatkan menyilang terhadap satu sama lain pada sisi yang berlawanan dari
putting di batas luar areola

e. Dengan menggunakan gerakan memerah, tekan ke belakang (menjauh dari


areola), kemudian kedalam, kemudian kea rah depan dan kemudian lepas
tekankan. Beri tekanan perlahan tapi mantap. Tekanan yang tidak perlu
dapat menyebabkan trauma jaringan, tetapi tekanan harus cukup kuat untuk
benar-benar mengkompres sinus

f. Amati untuk melihat butiran kolostrum atau susu pada permukaan putting,
yaitu tempat muara duktus berada.

g. Dengan perlahan seka atau serap kolostrum atau susu dari putting dengan
kain bersih

h. Sesuai metode, gerakkan ibu jari dan jari mengelilingi areola, ulangi langkah
4 sampai 7 untuk masing-masing lokasi. Ada 15 sampai 20 sinus laktiferus
semua ini harus dikosngkan.

20
i. Ketika pertama kali memerah ASI, lakukan gerakan memerah tidak lebih
dari dua kali untuk masing-masing payudara agar tidak membuat trauma
jaringan ketika tekhnik ini di pelajari. Setelah semua duktus dapat
mengalirkan susu dengan bebas dan wanita telah menguasai tekhnik,
memerah ASI dapat di lakukan sampai aliran kolostrum atau susu berhenti.
(Varney, 2008)

3) Penyimpanan ASI yang benar

Air susu yang dikeluarkan harus diperlakukan dengan hati-hati, seperti makanan
segar lainnya. Air susu harus di dinginkan, baik dalam lemari es atau dalam
pendingin dengan es batu, segera setelah di keluarkan, asi dapat di simpan dengan :

1. Suhu kamar maksimum 250C selama 4 jam


2. Dalam lemari es pada 40C (390F) selama 72 jam.
3. Dalam pembeku pada -200C (-40F) selama 3 sampai 6 bulan (Varney, 2008,
h: 998)

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah dimulai
setelah persalinan selesai dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Sedangkan menyusui
adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan
penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi,
imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun
berikutnya. Seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai standar kepada
setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Asuhan masa nifas dan menyusui yang diberikan baik tujuan, tahapannya maupun
komplikasi yang dapat terjadi. Asuhan ini di lakukan untuk memantau perkembangan
kesehatan ibu dan bayi mengetahui gizi yang cukup serta mendeteksi dini adanya
komplikasi yang mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Edisi 8.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Rini, Susilo, dll. 2016. Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice.
Yogyakarta: Deepublish

Fitriahadi, Enny, dll. 2018. Asuhan Kebidanan NIfas Beserta Daftar Tilik.
Yogyakarta: UNISA

Sukma, Febi, dll. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sutrisno. 2021. “Amalan-Amalan yang Bisa Tetap Dilakukan Para Wanita Saat Haid
dan Nifas”, https://cianjurpedia.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-
1031498747/amalan-amalan-yang-bisa-tetap-dilakukan-para-wanita-saat-
haid-dan-nifas, diakses 11 November 2021

Abu, Rusmini hi, dll. 2016. Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas dan Menyusui.
Makalah.

Sembiring, Hesti. 2018. Laporan Tugas Akhir: ASUHAN KEBIDANAN PADA NY


N MASA NIFAS P2A0 DI PUSKESMAS NAMO TRASI KECAMATAN
SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2018. Laporan.

Nurhidayah. Menyusui, http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-


nurhidayah-5886-2-bab2.pdf, diakses 11 November 2021

Unimus. 2011. Konsep Menyusi, http://repository.unimus.ac.id/1740/4/BAB


%20II.pdf, diakses 11 November 2021

Sari, Ratna. 2011. Tinjauan Teori Medis, http://repository.ump.ac.id/998/3/Esa


%20Ratnasari%20BAB%20II.pdf, diakses 11 November 2021

23
24

Anda mungkin juga menyukai