ٰ هَّٰلل
ِيم
ِ ح ٱلر
َّ ن
ِ م
َ ح
ْ ٱلر
َّ ِ ِب ْس ِم ٱ
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur senantiasa dilimpahkan kepada Allah SWT berkat rahmat,
hidayat dan karunia – Nya penulis dapat melakukan penyusunan makalah yang
berjudul “Donor ASI dalam Perspektif Hukum Islam”. Penulisan makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam tugas perkuliahan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
TINJAUAN KASUS................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................5
TINJAUAN HUKUM/KAJIAN KASUS.................................................................................5
BAB IV..................................................................................................................................10
KESIMPULAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Islam sangat menganjurkan agar bayi hanya diberi asupan ASI saja,karena
sangat baik untuk pertumbuhan. Hal tersebut tertuang dalam Selanjutnya QS. Al-
Baqarah (2) ayat 233 yang menjabarkan mengenai wajibnya seorang ibu
memberikan ASI eksklusifnya selama dua tahun atau menyerahkan anaknya dalam
pengasuhan jasa ibu susuan jika mempunyai halangan dalam menyusui. Persoalan
yang berkaitan dengan donor ASI bukanlah hal baru, tetapi sudah lama
dipraktekkan, bahkan dalam sejarah Nabi Muhammad SAW juga, beliau tidak
hanya menyusu pada ibu kandungnya sendiri, melainkan disusukan pada ibu susu,
yaitu seorang wanita Arab Badui yang bernama Halimah As-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu orang
yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku juga pada
saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama baik anak kandung
ibu tersebut maupun bukan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, dapat dibuat rumusan masalah
terkait bagaimana hukum donor ASI dalam perspektif agama islam?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penyusunan kajian klinis islam ini sebagai berikut:
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
4
BAB III
5
3) Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai enam bulan, maka
dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat. ASI
dapat meunjang perkembangan penglihatan. Dengan diberikannya
ASI, akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi
4) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang
sesuai dengan kebutuhan bayi. Mengurangi kejadian maloklusi akibat
penggunaan dot yang lama.
6
penyusuan dengan cara demikian bukan termasuk penyusuan yang
menyebabkan kemahraman kecuali menyusui secara langsung.
Pada beberapa keadaan di mana ibu tidak bisa menyusui bayinya,
donor ASI merupakan alternatif untuk mendukung pemberian ASI sebagai
makanan terbaik bagi bayi. Namun upaya tersebut harus disikapi dengan
bijaksana agar memberikan manfaat. Untuk memberikan donor ASI, seorang
pendonor harus melalui beberapa tahap penapisan atau skrining. Skrining
dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak terpapar
penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor. Pasalnya, ada beberapa
penyakit yang ditularkan melalui ASI seperti, hepatitis B, hepatitis C, HIV
dan Rubella (Halim, 2017).
Artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
2. QS.Surat al-Thalaq ayat 6
Artinya:
7
“Jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu untukmu Maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya”.
3. HR Bukhari Muslim
Artinya:
“Perhatikanlah oleh kalian, siapakah saudara-saudaramu, karena
penyusuan itu terjadi karena lapar”. (HR. Bukhari Muslim).
Dari beberapa ayat dan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
donor ASI dapat menyebabkan hubungan kemahraman sebagaimana
kemahraman karena nasab, dalam hal inipun penulis menyimpulkan bahwa
orang-orang yang diharamkam karna susuan ada tujuh, yakni:
1) Ibu susuan. Karena dia menjadi ibu bagi anak yang disusuinya
2) Ibu dari ibu yang menyusui (nenek) karena ia menjadi neneknya
3) Saudara perempuan dari wanita yang menyusui. Karena ia menjadi
bibi bagi yang disusui
4) Anak perempuan susuan. Karena ia menjadi saudara sesusuan
5) Saudara dari perempuan dari ayah susuan. Karena ia menjadi bibi
susuan dari ayah susuan
6) Saudara perempuan dari wanita yang menyusui. Karena ia menjadi
bibi dari wanita yang menyusui
7) Anak perempuan dari saudara laki-laki. Karena ia menjadi
keponakan susuan.
8) Anak perempuan dari saudara perempuan.
8
3.4 Rukun dan Syarat Donor ASI
Menurut Hidayat (2018) terdapat beberapa rukun yang harus terpenuhi
agar donor ASI dapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku diantaranya yaitu:
1) Ibu susuan, adalah ibu yang akan menyusuinya
2) Air susu, merupakan ASI yang bersumber dari ibu susuan
3) Bayi yang menyusu, bayi yang akan menyusu.
Fatwa MUI No.23 tahun 2013 tentang Seputar Donor Air Susu Ibu
(Istirdla’) menyatakan bahwa praktik donor ASI boleh dilakukan dengan
beberapa catatan:
1) Tidak untuk dikomersilkan atau diperjualbelikan
2) Ujrah (upah) diperoleh sebagai jasa pengasuhan anak, bukan
sebagai bentuk jual beli ASI.
9
10
BAB IV
KESIMPULAN
Islam sangat menganjurkan agar bayi hanya diberi asupan ASI saja,karena
sangat baik untuk pertumbuhan. Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW beliau
tidak hanya menyusu pada ibu kandungnya sendiri, melainkan disusukan pada ibu
susu, yaitu seorang wanita Arab Badui yang bernama Halimah As-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu orang
yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku juga pada
saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama baik anak kandung
ibu tersebut maupun bukan. Dasar hukum donor ASI terdapat didalam ayat-ayat
al-Qur’an dan hadits Nabi. Selain dari ayat Al-Qur’an donor ASI juga
mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad SAW dalam menjelaskan ayat-ayat
tersebut. Baik al-Qur’an maupun al-Hadits, kedua-duanya sangat berarti bagi
kekokohan sebagai landasan hukum. Adapun ayat – ayat al-Qur’an yang
menerangkan hukum tersebut yaitu QS.Surat al-Baqarah ayat 233, QS.Surat al-
Thalaq ayat 6 serta HR Bukhari Muslim.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fataruba, S. (2019). Donor Air Susu Ibu (ASI) dan Permasalahan Hukumnya serta
Upaya Pencegahan Terjadinya Hubungan Kemahraman. Sasi, 25(1),
37-48.
Halim, A. (2017). Donor ASI Dalam Perspektif Hukum Islam. MIYAH: Jurnal Studi
Islam, 12(2), 1-18.
Hidayat, C. (2018). Donor Asi Dalam Perspektif Fikih Islam Dan Medis (Studi Kasus
di Lembaga Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, Cilandak, Jakarta
Selatan) (Doctoral dissertation, Institut PTIQ Jakarta).
Putri, A. J. P., & Fikhriyah, R. (2022). Penggunaan Donor Asi Untuk Memenuhi Gizi
Bayi Perspektif Hukum Islam. Ma’mal: Jurnal Laboratorium
Syariah dan Hukum, 3(04), 352-366.
12