Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN KLINIK ISLAM

DONOR ASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
Pada Program Studi Profesi Ners

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA & PENDIDIKAN


PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
KATA PENGANTAR

ٰ ‫هَّٰلل‬
‫ِيم‬
ِ ‫ح‬ ‫ٱلر‬
َّ ‫ن‬
ِ ‫م‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ٱلر‬
َّ ِ ‫ِب ْس ِم ٱ‬
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur senantiasa dilimpahkan kepada Allah SWT berkat rahmat,
hidayat dan karunia – Nya penulis dapat melakukan penyusunan makalah yang
berjudul “Donor ASI dalam Perspektif Hukum Islam”. Penulisan makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam tugas perkuliahan.

Selama proses penulisan makalah, penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan dalam proses penulisan dan penyusunan sehingga skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Meskipun demikian, penulis mendapatkan banyak perhatian,
bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karna itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis sebagai proses pembelajaran dimasa mendatang.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat


khususnya bagi penulis serta pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
TINJAUAN KASUS................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................5
TINJAUAN HUKUM/KAJIAN KASUS.................................................................................5
BAB IV..................................................................................................................................10
KESIMPULAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memberikan ASI secara ekslusif kepada bayi adalah kewajiban seorang ibu,
dan sang bayi berhak mendapatkan ASI ekslusif dari ibunya selama 6 (enam)
bulan, selanjutnya menyempurnakannya selama 24 bulan atau selama 2 tahun.
Kendati demikian, tidak semua ibu kandung dari bayi yang dilahirkan dapat
memberikan ASI kepada bayinya karena berbagai alasan sebagai penyebabnya.
Oleh karena itu keberadaan donor ASI sangat diperlukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan susu anak dari ibu yang bersangkutan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
makanan yang paling sesuai untuk bayi karena mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan, pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.

Islam sangat menganjurkan agar bayi hanya diberi asupan ASI saja,karena
sangat baik untuk pertumbuhan. Hal tersebut tertuang dalam Selanjutnya QS. Al-
Baqarah (2) ayat 233 yang menjabarkan mengenai wajibnya seorang ibu
memberikan ASI eksklusifnya selama dua tahun atau menyerahkan anaknya dalam
pengasuhan jasa ibu susuan jika mempunyai halangan dalam menyusui. Persoalan
yang berkaitan dengan donor ASI bukanlah hal baru, tetapi sudah lama
dipraktekkan, bahkan dalam sejarah Nabi Muhammad SAW juga, beliau tidak
hanya menyusu pada ibu kandungnya sendiri, melainkan disusukan pada ibu susu,
yaitu seorang wanita Arab Badui yang bernama Halimah As-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu orang
yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku juga pada
saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama baik anak kandung
ibu tersebut maupun bukan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, dapat dibuat rumusan masalah
terkait bagaimana hukum donor ASI dalam perspektif agama islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penyusunan kajian klinis islam ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi donor ASI


2. Untuk mengetahui hukum islam dalam melakukan donor ASI
3. Untuk mengetahui perspektif islam terkait donor ASI

3
BAB II

TINJAUAN KASUS

4
BAB III

TINJAUAN HUKUM/KAJIAN KASUS

3.1 Pengertian ASI (Air Susu Ibu)


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ASI merupakan singkatan dari
Air Susu Ibu. Sedangkan menurut istilah ASI merupakan suatu emulsi lemak
dalam larutan protein, oligosakarida, laktosa, karbohidrat serta garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kedua kelenjar mamae atau payudara ibu yang
berguna sebagai nutrisi bayi (Azmi, 2018). Selain itu, menurut Halim (2017)
menyebutkan bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah jenis makanan yang paling
sesuai untuk bayi karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi
untuk tumbuh kembang. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan,
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Pentingnya memberikan ASI
secara eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan dapat berpengaruh pada
perkembangan sosial dan kognitif yang lebih baik dari bayi dibandignkan
dengan bayi yang diberi susu formula.
Bayi mendapatkan manfaat yang besar dari ASI (Air Susu Ibu). Selain
memberikan nutrisi terbaik yang dibutuhkan bayi, ASI juga berperan penting
dalam melindungi dan meningkatkan kesehatan bayi. Berikut ini beberapa
fakta mengenai peran pemberian ASI yang sangat bermanfaat bagi bayi dalam
meningkatkan kesehatan bayi menurut Azmi (2018) diantaranya yaitu:
1) ASI memiliki komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi seperti
lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral, vitamin. Jumlah kalori
yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
enam bulan
2) ASI mengandung zat pelindung/antibodi yang melindungi terhadap
penyakit

5
3) Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai enam bulan, maka
dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat. ASI
dapat meunjang perkembangan penglihatan. Dengan diberikannya
ASI, akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi
4) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang
sesuai dengan kebutuhan bayi. Mengurangi kejadian maloklusi akibat
penggunaan dot yang lama.

3.2 Pengertian Donor ASI


Donor ASI atau dalam istilah ilmu fikih Islam disebut dengan radha’
merupakan bentuk mashdar (kata kerja tanpa zaman) dari kata radha’a yang
berasal dari kata َ ‫ ر َ َض ع – َ ر ً َ ضعا – و ر ً َ ضاعا – ور َض َ اع ً ة‬dan memiliki arti
menyusu. Dalam istilah terminologi donor ASI diartikan sebagai menyusunya
seorang anak yang berumur kurang dari dua tahun, anak tersebut menyusu
kepada susu perempuan yang sedang melimpah air susunya, baik karena hamil
atau yang lainnya (Hidayat, 2018). Oleh karena itu, praktik Donor ASI dapat
diartikan sebagai ASI yang didonasikan oleh seorang ibu bukan untuk
anaknya sendiri melainkan untuk anak orang lain yang diberikan secara
sukarela (Halim, 2017).
Donor ASI dari bank ASI, rumah sakit dan lembaga lainnya,
umumnya merupakan ASI diperah secara rutin, disimpan di dalam botol
maupun kantong plastic yang dibekukan dalam freezer, lalu diberikan kepada
bayi dengan anjuran tidak menggunakan botol susu melaikan sendok atau
cangkir karena dapat mengganggu penyusuan langsung dari payudara, setelah
dipanaskan. Pemanasan ASI dilakukan dengan cara merendam botol berisi
ASI-P (Air Susu Ibu Perah) di dalam air panas yang sudah diangkat dari
kompor. Bukan di dalam air yang masih mendidih di atas kompor (Azmi,
2018). Yūsūf Qarāḍāwῑ dalam fatwanya mengatakan bahwa meminum susu
dari Bank ASI tidak menyebabkan hubungan persusuan (raḍāʻah), karena

6
penyusuan dengan cara demikian bukan termasuk penyusuan yang
menyebabkan kemahraman kecuali menyusui secara langsung.
Pada beberapa keadaan di mana ibu tidak bisa menyusui bayinya,
donor ASI merupakan alternatif untuk mendukung pemberian ASI sebagai
makanan terbaik bagi bayi. Namun upaya tersebut harus disikapi dengan
bijaksana agar memberikan manfaat. Untuk memberikan donor ASI, seorang
pendonor harus melalui beberapa tahap penapisan atau skrining. Skrining
dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak terpapar
penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor. Pasalnya, ada beberapa
penyakit yang ditularkan melalui ASI seperti, hepatitis B, hepatitis C, HIV
dan Rubella (Halim, 2017).

3.3 Dasar Hukum Donor ASI


Dasar hukum donor ASI terdapat didalam ayat-ayat al-Qur’an dan
hadits Nabi. Selain dari ayat Al-Qur’an donor ASI juga mendapatkan
perhatian dari Nabi Muhammad SAW dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut.
Baik al-Qur’an maupun al-Hadits, kedua-duanya sangat berarti bagi
kekokohan sebagai landasan hukum. Adapun ayat – ayat al-Qur’an yang
menerangkan hukum tersebut yaitu sebagai berikut:
1. QS.Surat al-Baqarah ayat 233

Artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
2. QS.Surat al-Thalaq ayat 6

Artinya:

7
“Jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu untukmu Maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya”.

3. HR Bukhari Muslim

Artinya:
“Perhatikanlah oleh kalian, siapakah saudara-saudaramu, karena
penyusuan itu terjadi karena lapar”. (HR. Bukhari Muslim).

Dari beberapa ayat dan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
donor ASI dapat menyebabkan hubungan kemahraman sebagaimana
kemahraman karena nasab, dalam hal inipun penulis menyimpulkan bahwa
orang-orang yang diharamkam karna susuan ada tujuh, yakni:
1) Ibu susuan. Karena dia menjadi ibu bagi anak yang disusuinya
2) Ibu dari ibu yang menyusui (nenek) karena ia menjadi neneknya
3) Saudara perempuan dari wanita yang menyusui. Karena ia menjadi
bibi bagi yang disusui
4) Anak perempuan susuan. Karena ia menjadi saudara sesusuan
5) Saudara dari perempuan dari ayah susuan. Karena ia menjadi bibi
susuan dari ayah susuan
6) Saudara perempuan dari wanita yang menyusui. Karena ia menjadi
bibi dari wanita yang menyusui
7) Anak perempuan dari saudara laki-laki. Karena ia menjadi
keponakan susuan.
8) Anak perempuan dari saudara perempuan.

8
3.4 Rukun dan Syarat Donor ASI
Menurut Hidayat (2018) terdapat beberapa rukun yang harus terpenuhi
agar donor ASI dapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku diantaranya yaitu:
1) Ibu susuan, adalah ibu yang akan menyusuinya
2) Air susu, merupakan ASI yang bersumber dari ibu susuan
3) Bayi yang menyusu, bayi yang akan menyusu.

Fatwa MUI No.23 tahun 2013 tentang Seputar Donor Air Susu Ibu
(Istirdla’) menyatakan bahwa praktik donor ASI boleh dilakukan dengan
beberapa catatan:
1) Tidak untuk dikomersilkan atau diperjualbelikan
2) Ujrah (upah) diperoleh sebagai jasa pengasuhan anak, bukan
sebagai bentuk jual beli ASI.

Pengaturan tentang donor ASI baru tampak ketika diterbitkannya


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Ekslusif. Di dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012
tersebut, disebutkan persyaratan-persyaratan khusus untuk para pendonor dan
penerima donor ASI. Adapun persyaratanpersyaratan khusus dimaksud adalah
sebagai berikut:

1) Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan


2) Identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas
oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI
3) Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang
diberi ASI
4) Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis
5) ASI tidak diperjualbelikan (Fataruba, 2019).

9
10
BAB IV

KESIMPULAN

Islam sangat menganjurkan agar bayi hanya diberi asupan ASI saja,karena
sangat baik untuk pertumbuhan. Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW beliau
tidak hanya menyusu pada ibu kandungnya sendiri, melainkan disusukan pada ibu
susu, yaitu seorang wanita Arab Badui yang bernama Halimah As-Sa’diyah. Dari
hubungan ini, antara ibu yang menyusui dan anak menjadi mahram yaitu orang
yang tidak boleh atau haram dinikahi selamanya. Kondisi ini berlaku juga pada
saudara sepersusuan yang pernah menyusu pada ibu yang sama baik anak kandung
ibu tersebut maupun bukan. Dasar hukum donor ASI terdapat didalam ayat-ayat
al-Qur’an dan hadits Nabi. Selain dari ayat Al-Qur’an donor ASI juga
mendapatkan perhatian dari Nabi Muhammad SAW dalam menjelaskan ayat-ayat
tersebut. Baik al-Qur’an maupun al-Hadits, kedua-duanya sangat berarti bagi
kekokohan sebagai landasan hukum. Adapun ayat – ayat al-Qur’an yang
menerangkan hukum tersebut yaitu QS.Surat al-Baqarah ayat 233, QS.Surat al-
Thalaq ayat 6 serta HR Bukhari Muslim.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fataruba, S. (2019). Donor Air Susu Ibu (ASI) dan Permasalahan Hukumnya serta
Upaya Pencegahan Terjadinya Hubungan Kemahraman. Sasi, 25(1),
37-48.

Halim, A. (2017). Donor ASI Dalam Perspektif Hukum Islam. MIYAH: Jurnal Studi
Islam, 12(2), 1-18.

Hidayat, C. (2018). Donor Asi Dalam Perspektif Fikih Islam Dan Medis (Studi Kasus
di Lembaga Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, Cilandak, Jakarta
Selatan) (Doctoral dissertation, Institut PTIQ Jakarta).

Putri, A. J. P., & Fikhriyah, R. (2022). Penggunaan Donor Asi Untuk Memenuhi Gizi
Bayi Perspektif Hukum Islam. Ma’mal: Jurnal Laboratorium
Syariah dan Hukum, 3(04), 352-366.

Tamam, Muhammad Azmi (2018) Donor ASI dan Implikasinya Terhadap Hukum


Radha’ah. Diploma atau S1 thesis, Universitas Islam Negeri
"Sultan Maulana Hasanuddin" BANTEN.

12

Anda mungkin juga menyukai