Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa pada Program Profesi Ners
angkatan XLIV

Disusun oleh :

Akmal Sybromillsy 220112220057

Ayu Muniri 220112220080

Gita Amoria H W 220112220003

Nella Putri Utami 220112220069

PROGRAM PROFESI NERS XLIV

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2022
A. Uraian Kasus

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

1. IDENTITAS KLIEN
Nama/jenis kelamin Tn. I Umur 32 Tahun
Tgl masuk RS 24 November 2022 No Rekam Medik 095957
Alamat Jl. Cilampeni, 02/05, Pendidikan SD
Cilampeni, Ketapang,
Bandung
Status Perkawinan Belum Menikah Pekerjaan Tidak bekerja
Sumber Data Primer dan RM
Bentuk Tubuh Kurus

2. ALASAN MASUK
Menurut rekam medis, Tn. I dibawa ke rumah sakit jiwa oleh dinas sosial kabupaten
Bandung karena habis menyerang atau memukul tetangga menggunakan sekop. Korban
luka terbukadi wajah dan luka lecet di tangan. Klien sebelumnya suka mengejar ngejar
orang, bicara, ketawa, dan nangis sendiri, bicara tidak nyambung

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? (Ya , sebelum dibawa ke RSJ, klien
memang sudah mengalami gangguan jiwa dan tidak menjalani perawatan)
b. Pengobatan sebelumnya kemana: tidak pernah
c. Trauma: tidak terkaji
d. Adakah aggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Tidak 
e. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Tidak terkaji

4. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut rekam medik: saat masuk klien mengatakan ada bisikan bisikan yang menyuruh
untuk memukul tetangga karena kesal. Namun saat ini klien sering tersenyum, keluar air
liur terus menerus dari mulut, sering tidak nyambung ketika diajak bicara. Sering
mengatakan tidak tahu ketika ditanya. Suaranya seperti dibuat buat kecil melengking. Klien
mondar mandir. Tidak terlihat tindakan agresif ataupun risiko tindakan kekerasan. Klien
terlihat tenang. Ketika dilakukan mengobrol klien tidak dapat diam duduk lama lama dan
gelisah ketika dikerumuni banyak orang.

5. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN DAN KELUARGA


a. Persepsi Klien atas Masalahnya
Klien tidak sadar dengan masalah psikologis yang sedang dialaminya. Setiap
ditanya klien sering mengatakan tidak tahu. Dan ketika ditanya kenapa bapak
dibawa ke rumah sakit jiwa, klien menjawab tidak tau dan klien terlihat tidak
nyaman dengan pertanyaan tersebut (klien menjadi tegang). Saat dikaji tentang
halusinasinya klien mengatakan tidak melihat hal hal yang aneh dan tidak
mendengar hal hal aneh.
b. Persepsi Keluarga atas Masalahnya
Persepsi keluarga tidak terkaji, klien diantar ke rumah sakit jiwa oleh dinas sosial
kabupaten Bandung.
c. Harapan Klien Sehubungan dengan Pemecahan Masalah
Klien mengatakan ingin pulang
d. Harapan Keluarga Sehubungan dengan Pemecahan Masalah
Tidak terkaji

6. KOPING DAN HARAPAN KLIEN/KELUARGA


a. Koping Klien terhadap masalah yang dihadapi
Tidak terkaji,
b. Koping keluarga terhadap masalah klien
Tidak terkaji
7. PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan Darah 133/89 mmHg Suhu 36,8 derajat celcius
Heart Rate 66x/menit Berat Badan 49 Kg
Respirasi Rate 20x/menit Tinggi Badan 153 Cm
SpO2 97%
Keluhan Fisik Klien mengeluhkan pusing, tenggorokan dan kulit terasa kering

8. KELUARGA (Genogram)

Keterangan:
: Perempuan : Klien
: Laki Laki : Tinggal Serumah

a. Pola Pengambilan Keputusan


Tidak terkaji
b. Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga tidak terkaji
c. Pola Asuh
Tidak terkaji
9. PSIKOSOSIAL
a. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Sulit terkaji,ketika ditanya klien menjawab dengan jawaban yang tidak relevan
2. Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki laki
3. Peran
Jawaban klien tidak relevan
4. Ideal Diri
Jawaban klien tidak relevan
5. Harga Diri
Jawaban klien tidak relevan

b. Hubungan Sosial
1. Orang yang Berarti
Klien mengatakan orang yang berarti baginya adalah ibunya
2. Peran Serta dalam Kehidupan Masyarakat/Kelompok
Klien mengatakan hanya dirumah, tidak puya teman, dan hanya sendiri
3. Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain
Klien mengatakan malu

c. Pendidikan dan Pekerjaan


Pendidikan terakhir klien SD, saat ditanya pada klien pekerjaan klien dulu adalah
ngamen, mengumpulkan rongsokan, dan memancing
d. Gaya Hidup
Tidak terkaji
e. Budaya
Klien berasal dari suku sunda
f. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien beragama islam, dapat menyebutkan shalat 5 waktu apa saja dan jumlah
rakaatnya
2. Kegiatan Ibadah
Klien tidak menjalankan ibadah

10. STATUS MENTAL


a. Penampilan Bersih
Klien berpenampilan bersih namun mulut sering mengeluarkan air liur, rambut
pendek, menggunakna seragamdari RSJ, kuku pendek bersih
b. Pembicaraan Suara kecil melengking
Klien dapat menanggapi pertanyaan, jawaban kadang relevan kadang tidak
relevan. Klien tidak mampu bertanya balik ke lawan bicara
c. Aktivitas Motorik Tenang-gelisah
Klien tidak dapat diam di satu tempat, bolak balik dari satu tempat ke tempat yang
lain, klien terlihat gelisah dan mengatakan malu ketika diajak mengobrol di tempat
yang ramai
d. Alam Perasaan Inkoheren-bingung
Klien terlihat tidak fokus, pikiran kosong tidak nyambung seperti punya dunia
sendiri, bingung
e. Afek Datar
f. Interaksi Selama Wawancara Kontak mata kurang
Klien tidak mau menatap lawan bicara, hanya dapat menjawab pertanyaan dan
tidak bertanya balik, klien tidak fokus selama interaksi, pandangan kemana mana,
jawaban banyak tidak tahu dan tidak nyambung
g. Persepsi Normal tapi tidak fokus
Klien sadar akan keadaan sekarang dan tidak mengalami halusinasi
h. Proses pikir Kehilangan asosiasi
Klien sering manjawab pertanyaan dengan jawaban yag tidak relevan atau tidak
tahu
i. Isi Pikir Tidak terkaji
Klien mengatakan tidak tahu
j. Tingkat Kesadaran Bingung
Klien terlihat bingung dengan keadaannya saat ini
k. Memori Gangguan daya ingat jangka pendek
Klien tidak dapat mengingat kenapa ia dibawa ke RSJ
l. Tingkat Konsentrasi dan berhitung Mudah dialihlah
Klien mudah terdistraksi namun masih dapat menghitung dengan benar
m. Kemampuan Penilaian Gangguan kemampuan penilaian ringan
Klien dapat mengambil keputusan yang sederhana degan bantuan orang lain
n. Daya Tilik Diri Tidak terkaji
Klien mengatakan tidak tahu

11. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


a. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
Makanan Nafsu makan baik, terkadang jika ada makanan sisa
di ruangan, klien menawarkan diri untuk
menghabiskannya
Keamanan Klien dapat menjaga keamanan dirinya sendiri
Perawatan Kesehatan Klien mengerti cara cuci tangan dengan sabun
Pakaian Klien dapat berpakaian sendiri
Transportasi -
Tempat Tinggal -
Uang -
Jelaskan -

b. Kegiatan Hidup Sehari Hari


1. Perawatan Diri
Mandi: mandiri
Kebersihan: dengan bntuan minimal
Makan: mandiri
BAB/BAK: mandiri
Ganti Pakaian: mandiri
2. Nutrisi
Klien puas dengan pola makannya, klien tidak memisahkan diri saat makan,
frekuensi makan 3x sehari dengan 3x kudapan ringan
3. Tidur
Klien tidak ada masalah dengan tidurnya, klien dapat tidur nyenyak

c. Kemampuan Klien dalam:


Mengantisipasi kebutuhan sendiri Tidak X
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Tidak X
Mengatur penggunaan obat Tidak X
Melakukan pemeriksaan kesehatan Tidak X
Jelaskan Tidak X

d. Klien Memiliki Sistem Pendukung


Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya
e. Apakah Klien Menikmati saat Bekerja, Kegiatan Produktif atau hobi?
Klien mengatakan tidak punya pekerjaan
12. ASPEK MEDIK
a. Diagnosa Medik
Skizofrenia, unspecified
b. Terapi Medik
Risperidone 2 mg, tablet
B. Seven Jump
1. Identifikasi Kata – Kata Sulit Dan Jawaban

1. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa
pada individu untuk kali yang pertama. Faktor presipitasi merupakan faktor yang
mendorong terjadi gangguan jiwa dalam waktu 6 bulan terakhir.
2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang melatarbelakangi seseorang
mengalami gangguan jiwa. Faktor predisposisi biasanya terjadi pada 6 bulan
kebelakang.
3. Masalah psikologis
Masalah psikologis seringkali juga disebut sebagai gangguan mental. Yaitu
kondisi kelainan pada seseorang yang mengakibatkan perbedaan pola perilaku,
pikiran hingga emosi yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Gangguan ini
menimbulkan tekanan bagi orang yang mengalaminya. Namun, seringkali orang
yang mengalaminya tidak mendapatkan bantuan medis. Dari beberapa jenis
gangguan psikologis yang ada, berikut adalah beberapa yang umum terjadi.
4. Afek
Afek adalah emosi atau perasaan yang dikemukakan penderita dan dapat diperiksa
atau diamati orang lain. Afek adalah tanda obyektif yang ditemukan pada
pemeriksaan status psikiatri,- berbeda dengan mood (lihat keterangan dibawah)
yang merupakan pengalaman / perasaan subyektif yang dilaporkan oleh penderita.
5. Aktivitas motorik
Kemampuan motorik (gerak) adalah suatu perkembangan unsur kematangan
dalam berbagai keterampilan dan pengendalian gerak tubuh atau jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot terkoordinasi. Kemampuan
motorik merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak dan
spinal cord. Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan dengan
bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan.
6. Konsep diri
Persepsi individu mengenai dirinya sendiri dan hubungannya dengan objek atau
orang lain dalam lingkungannya
7. Citra tubuh
Sikap individu yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya termasuk persepsi
masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang
dimiliki
8. Idenditas diri
Kesadaran seseorang akan siapa dirinya dan apa yang dipertahankannya
9. Ideal diri
Persepsi individu tentang perilakunnya, disesuaikan dengan standar pribadi yang
terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan,
dan nilai yang ingin dicapai.
10. Harga diri
Penilaian individu terhadap hasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa
jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri.
11. Proses pikir
Terdiri dari pemahaman, ingatan dan penalaran. Berpikir yang normal yaitu ada
ide, simbol serta tujuan terarah.
12. Isi pikir
Merupakan suatu hal yang ada dipikiran individu
13. Daya tilik diri
Merupakan kemampuan individu dalam menghayati atau menyadari keadaan yang
ada pada dirinya
14. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada mental sehingga dapat
mempengaruhi pola pikir, sensasi merasakan sesuatu, serta perilaku individu
terhadap suatu kondisi
15. Risperidone
Golongan Antipsikotik. Obat untuk mengurangi gejala afektif (depresi, perasaan
bersalah, cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia
16. Isolasi sosial
Merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena
orang lain serta sebagai suatu keadaan negatif atau mengancam

2. Identifikasi Pertanyaan Terkait Kasus

1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya isolasi sosial?


2. Bagaimana koping yang efektif untuk mengatasi isolasi sosial?
3. Kemungkinan masalah psikosa apa saja yang dapat terjadi pada klien? Jelaskan!
4. Bagaimana rencana tindakan keperawatan bagi klien dengan isolasi sosial?
5. Bagaimana implementasi pada klien dengan isolasi sosial ?
6. Apa saja yang harus dievaluasi ? dan bagaimana rencana tindak lanjutnya?
7. Bagaimana tanda dan gejala dari pasien isolasi sosial?

3. Jawaban Pertanyaan Terkait Kasus

1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya isolasi sosial?


Jawab:
1. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial dalam Erita
et al., (2019), meliputi:
a. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
dimana ada riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya
risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA. Selain itu ditemukan adanya kondisi patologis otak, yang dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan
dan hasil pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak.
b. Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan
yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan
terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam
membina hubungan dengan orang lain. Koping individu yang digunakan pada
pasien dengan isolasi sosial dalam mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif.
Koping yang biasa digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan
proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah atau
menyalahkan lingkungan, sehingga pasien merasa tidak pantas berada diantara
orang lain di lingkungannya.
• Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah isolasi sosial, hal ini
disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang kurang memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyampaikan perasaan maupun
pendapatnya. Kepribadian introvert merupakan tipe kepribadian yang
sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi sosial.
• Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan perkembangan akan
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan
merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari terabaikan
c. Faktor Sosial budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasien dengan isolasi sosial, seringkali
diakibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial ekonomi rendah hal ini
mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan. Kondisi
tersebut memicu timbulnya stres yang terus menerus, sehingga fokus pasien
hanya pada pemenuhan kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Faktor usia merupakan salah satu penyebab
isolasi sosial hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan pasien dalam
memecahkan masalah dan kurangnya kematangan pola berpikir. Pasien dengan
masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan lingkungan pada
usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah tugas
perkembangannya yaitu berhubungan dengan orang lain. Pengalaman tersebut
menimbulkan rasa kurang percaya diri dalam memulai hubungan, akibat rasa
takut terhadap penolakan dari lingkungan.Tingkat pendidikan merupakan salah
satu tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena faktor
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pasien dengan masalah isolasi sosial biasanya memiliki riwayat
kurang mampu melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien.
2) Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan
aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien dan konflik antar masyarakat. Selain itu Pada pasien yang
mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan adanya pengalaman negatif pasien
yang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan atau
berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis identitas.

2. Bagaimana koping yang efektif untuk mengatasi isolasi sosial?


Jawab:
a. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
b. Mendiskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain
c. Melatih klien berkenalan
d. Melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari
e. Melatih klien kegiatan sosial: berbelanja, ke rumah ibadah, ke arisan, ke bank,
dll

3. Kemungkinan masalah psikosa apa saja yang dapat terjadi pada klien?
Jelaskan!
Jawab:
Menurut Stuart and Sundeen 1998, salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh
perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan
tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan
hubungan dengan ornag lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalana dan
tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi
halusinasi.

4. Bagaimana rencana tindakan keperawatan bagi klien dengan isolasi sosial?


Jawab:
a. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
b. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
c. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
d. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
e. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
f. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
g. Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
h. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
i. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
j. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
k. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
l. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
m. Anjurkan membuat perencanaan
n. Latih mengekspresikan kemarahannya dengan tepat.

5. Bagaimana implementasi pada klien dengan isolasi sosial ?


Jawab:
a. Diskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
b. Diskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain
c. Melatih klien berkenalan
d. Melatih klien bercakap cakap saat melakukan kegiatan sehari hari
e. Melatih klien kegiatan sosial: mengikuti organisasi masyarakat, pergi sholat
berjamaah, kerja bakti dll.

6. Apa saja yang harus dievaluasi ? dan bagaimana rencana tindak lanjutnya?
Jawab:
Adapun hal - hal yang harus dievaluasi pada klien dengan gangguan psikologis
isolasi sosial yaitu sebagai berikut:
• Penurunan tanda dan gejala isolasi sosial
• Peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisasi
• Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
Adapun rencana tindak lanjut (Discharge Planning) pada klien isolasi sosial yaitu
sebagai berikut:
• Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan
klien
• Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
• Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

7. Bagaimana tanda dan gejala dari pasien isolasi sosial?


Jawab:
1. Tanda mayor
a. Subjektif
• Merasa ingin sendirian
• Merasa tidak aman ditempat umum
• Merasa berbeda dengan orang lain
b. Objektif
• Menarik diri
• Tidak meminta atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
• Afek datar
• Afek sedih
• Afek tumpul
• Tidak ada kontak mata
• Tidak bergairah atau lesu
2. Minor
a. Subjektif
• Menolak berinteraksi dengan orang lain
• Merasa sendirian
• Merasa tidak diterima
• Tidak mempunyai sahabat
b. Objektif
• Menunjukan permusuhan
• Tindakan berulang
• Tindakan tidak berarti
8. Mind Map Kasus

9. Larning Objective hasil diskusi


a. Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
b. Etiologi Isolasi Sosial
1. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial dalam Erita et al.,
(2019), meliputi:
• Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
dimana ada riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan adanya kondisi
patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan struktur
otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan MRI untuk
melihat gangguan struktur dan fungsi otak.
• Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan
yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini
mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan
berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain. Koping
individu yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial dalam
mengatasi masalahnya, biasanya maladaptif. Koping yang biasa
digunakan meliputi: represi, supresi, sublimasi dan proyeksi. Perilaku
isolasi sosial timbul akibat adanya perasaan bersalah atau menyalahkan
lingkungan, sehingga pasien merasa tidak pantas berada diantara orang
lain di lingkungannya.
- Kurangnya kemampuan komunikasi, merupakan data pengkajian
keterampilan verbal pada pasien dengan masalah isolasi sosial, hal
ini disebabkan karena pola asuh yang keluarga yang kurang
memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan
perasaan maupun pendapatnya. Kepribadian introvert merupakan
tipe kepribadian yang sering dimiliki pasien dengan masalah isolasi
sosial.
- Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan
perkembangan akan mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kondisi
diatas, dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai
berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari terabaikan
• Faktor Sosial budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasien dengan isolasi sosial,
seringkali diakibatkan karena pasien berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stres yang
terus menerus, sehingga fokus pasien hanya pada pemenuhan
kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Faktor usia merupakan salah satu penyebab
isolasi sosial hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan pasien dalam
memecahkan masalah dan kurangnya kematangan pola berpikir. Pasien
dengan masalah isolasi sosial umumnya memiliki riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, sehingga tidak mampu
menyelesaikan masalah tugas perkembangannya yaitu berhubungan
dengan orang lain. Pengalaman tersebut menimbulkan rasa kurang
percaya diri dalam memulai hubungan, akibat rasa takut terhadap
penolakan dari lingkungan.Tingkat pendidikan merupakan salah satu
tolok ukur kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Karena faktor
pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pasien dengan masalah isolasi sosial biasanya
memiliki riwayat kurang mampu melakukan interaksi dan
menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat
pendidikan pasien.
2. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan
aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien dan konflik antar masyarakat. Selain itu Pada pasien yang
mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan adanya pengalaman negatif pasien
yang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan atau
berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis identitas.
c. Psikopatologi
Faktor predisposisi/presipitasi > Gangguan perkembangan > Stressor internal dan
eksternal > Koping individu tidak efektif >Perubahan perilaku psikososial > Isolasi
Sosial
d. Tanda Gejala Isolasi Sosial

Menurut PPNI (2016) tanda gejala ansietas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tanda
gejala mayor dan minor seperti sebagai berikut:
a. Tanda Gejala Mayor
• Objektif
1. Menarik diri
2. Tidak meminta atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
• Subjektif
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman ditempat umum
b. Tanda Gejala Minor
• Objektif
1. Afek datar
2. Afek sedih
3. Riwayat ditolak
4. Menunjukan permusuhan
5. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6. Kondisi difabel
7. Tindakan tidak berarti
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan terlambat tidak bergairah atau lesu
• Subjektif
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
e. Nursinng Care Plan

Inisial Klien : Tn. I Nama Mahasiswa : Ayu Muniri


No. RM/Diagnosa Medik : 095957/Skizofrenia NPM : 220112220080
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Isolasi Sosial d.d Setelah dilakuakan a. Pengkajian: kaji tanda dan a. Pengkajian dilakukan
klien mengatakan tindakan keperawatan gejala isolasi sosial serta untuk menegakkan
malu jika berbicara selama 3x24 jam klien penyebabnya masalah keperawatan
di tempat yang ada diharapkan dapat: b. Diagnosis: jelaskan proses b. Penentuan diagnosa
banyak orang, klien 1. Mengidentifikasi terjadinya isolasi sosial perlu ditegakkan untuk
mengatakan keuntungan c. Tindakan keperawatan: menentukan tindakan
mengatakan tidak berinteraksi dengan • Diskusikan keuntungan keperawatan yang dapat
memiliki teman di orang lain berinteraksi dengan orang dilakukan
ruangan, klien 2. Mengidentifikasi lain c. Tindakan keperawatan
terlihat mondar kerugian tidak • Diskusikan keuntungan pada klien isolasi sosial
mandir tidak bisa berinteraksi dengan melakukan kegiatan sesuai dengan standar
diam di satu tempat, orang lain bersama orang lain
klien terlihat tidak 3. Memiliki keberanian • Latih klien berkenalan
berkomunikasi berinteraksi • Latih klien berckap cakap
dengan teman 4. Memiliki motivasi saat melakukan kegiatan
kamarnya kecuali berinteraksi sehari hari
ketika ditanya oleh 5. Memiliki inisiatif • Latih klien kegiatan
orang lain, afek berinteraksi sosial: berbelanja, ke
datar, dan tidak ada 6. Melakukan interaksi rumah ibadah, ke arisan,
kontak mata dengan orang lain ke bank, danlain lain
7. Melakukan kegiatan
bersama dengan
orang lain

Anda mungkin juga menyukai