Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

PENGLIHATAN
DI RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Studi Kasus Kelolaan Pasien Stase
Keperawatan Jiwa
Pembimbing :
Ns. Desi Ariyana Rahayu, M.Kep

Oleh:

Laela Dwi Yulianti

G2A020033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.H
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI
DI RUANG GATUT KACA RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

I. IDENTITAS
Inisial klien : Tn. D
Umur : 41 tahun Th
Alamat : Jati-Kudus
No. RM : 027307
Tgl masuk : 30 November 2020
Tanggal pengkajian : 1 Desember 2020

II. ALASAN MASUK


Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mulai bingung, sulit tidur, tidak melakukan
pekerjaan rumah, makan dan mandi harus disuruh, waktu luang untuk melamun,
mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu, pendiam, hubungan
dengan isteri renggang, pergi ke rumah kakaknya dan tidak mau pulang.

III. FAKTOR PRESIPITASI


Klien menderita sakit seperti ini sejak usia 20 tahun, mondok di Panti Asih 4 kali, mondok
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang 4 kali, rutin kontrol dan minum obat. Klien
pernah melakukan tindak kekerasan dan termasuk tindakan kriminal yaitu 5 tahun yang
lalu membunuh isteri pertama karena merasa diperintah oleh Tuhan agar dirinya sembuh.
Klien pernah mengalami gagal sekolah yaitu kuliah D3 tidak sampai selesai sehingga klien
merasa kecewa.
IV. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital :

T : 130/80 mmHg S : 37 0 C BB : 62 Kg

N : 88 x / menit RR : 20 x/menit
Tak ada keluhan fisik.

V. PSIKOSOSIAL
Pola asuh dalam keluarga kurang mendukung untuk perkembangan anak-
anaknya karena klien lebih banyak diam dan kurang perhatian terhadap anak-
anaknya sehingga anak-anaknya juga tidak begitu dekat dengan klien dan
komunikasi terbatas. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ibunya dan
terkadang didiskusikan dengan anggota keluarga yang lain.
Masalah keperawatan : Koping keluarga inefektif

a. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Klien merasa dirinya biasa-biasa saja, menyukai semua bagian tubuhnya,
tak ada bagian tubuh yang tak disukainya.
2. Identitas diri
Klien menyadari statusnya sebagai seorang suami dan bapak dari anak-
anaknya tetapi klien merasa tidak puas dengan statusnya yang
pengangguran sehingga tidak mampu menafkahi istri dan anak-anaknya.
3. Peran diri
Sejak sakit klien tidak mampu melaksanakan tugas sesuai perannya, klien
lebih banyak berdiam diri di rumah dan tidak aktif dalam kegiatan
kelompok atau di masyarakat.
4. Ideal diri
Klien ingin menjadi bapak yang baik dan bertanggung jawab kepada anak-
anaknya agar anak – anaknya bisa menjadi orang – orang yang berguna.
5. Harga diri
Klien merasa sebagai orang yang tidak berguna karena tidak mampu
menghidupi isteri dan anak-anaknya. Klien juga merasa malu telah
melakukan tindakan yang jahat yaitu membunuh isteri pertamanya.
b. Hubungan Sosial
Klien enggan berhubungan dengan tetangga, lebih suka dirumah karena malu
dan menganggap orang – orang disekitarnya memandang rendah pada dirinya.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial , menarik diri.
c. Spritual
Klien beragama Islam yang kadang tidak taat melakukan ibadah, menurut
keyakinan klien penyakit jiwa yang dideritanya disebabkan karena adanya
tekanan batin dan membutuhkan pengobatan yang lama.

VI. STATUS MENTAL


a. Penampilan
Penampilan klien tampak seadanya, penggunaan pakaian sesuai, tidak
memakai alas kaki.
b. Pembicaraan
Pembicaraan pasien wajar, tidak ada kesulitan dalam mengungkapkan kata-
kata, koheren.
c. Aktivitas motorik
Klien sering merasa bingung, gelisah dan seperti dikendalikan oleh suara-
suara yang didengarnya sehingga seringkali klien melakukan aktivitas –
aktivitas yang tidak realistik dan tidak ada manfaat yang jelas. Misalnya
keluyuran, mondar-mandir.
d. Alam perasaan
Klien tampak sedih dan mengkhawatirkan sesuatu.
e. Afek
Afek sesuai, berespon sesuai stimulus yang ada.
f. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan, kadang kontak
mata kurang.
g. Persepsi
Klien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu
seperti mandi, sholat tetapi kadang suara-suara tersebut menyuruhnya
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan keinginannya seperti pergi
tanpa tujuan yang jelas, melakukan tindak kekerasan dll. Suara-suara itu
muncul ketika klien sedang menyendiri, melamun dan frekuensi munculnya
suara-suara tersebut sering, lebih dari 5 kali dalam sehari. Klien merasa
dikendalikan oleh suara-suara tersebut dan tidak mampu menolaknya.
h. Proses pikir
Pembicaraan klien runtut, tidak melompat-lompat dari kalimat yang satu ke
kalimat lain dan tidak blocking.
i. Isi pikir
Klien tidak ada obsesi, phobia maupun waham.
j. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung, pandangan matanya kadang tampak kosong, namun
bicara klien masih normal, sikap klien juga tenang saat menceritakan semua
hal yang dialami dan yang dirasakannya.
k. Memori
Klien mampu mengingat kejadian sesaat, jangka pendek maupun jangka
panjang.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Ketika dilakukan wawancara klien mampu konsentrasi dan berhitung dengan
baik.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana, misalnya memilih mandi
dulu sebelum makan.
n. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya. Klien juga tahu saat ini dia sedang
berada di Rumah Sakit Jiwa untuk mengobati penyakitnya.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan.
b. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi
kurang lebih 4x sehari.
c. Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
d. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.
e. Istirahat dan tidur
Klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien tidur siang 4-5 jam dan
untuk tidur malam 8-9 jam. Aktivitas sebelum tidur biasanya pasien
hanya berjalan-jalan dan mengobrol bersama teman sekamar maupun
perawat.
f. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena
Klien bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di
konsumsi
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan
diri.
h. Aktivitas di dalam rumah
Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya,
mononton TV, menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.
i. Aktivitas di luar rumah
Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri
seperti berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan
keluarganya.
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang digunakan adalah menarik diri, banyak diam dan
melamun.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dukungan kelompok
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk
kesembuhannya
2. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mampu berhubungan dengan lingkungan di ruang
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah saat kelas 2 SMA
4. Masalah dengan pekerjaan
klien sebelumnya kerja menjadi seles dan pembantu rumah tangga.
5. Masalah ekonomi
klien tidak bekerja karena sakit gangguan jiwa.
X. PENGETAHUAN
Klien kurang mendapatkan pengetahuan tentang mekanisme koping
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik : CPZ 3 X 100 mg
Zofridol 2 X 2 mg
Artan 2 X 2 mg

XII. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH


1. S: Risiko Perilaku
 Kekerasan
suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu
sehingga klien merasa gelisah.
O:


disuruh oleh Tuhan

2. S:
 Gangguan

selalu menyuruh dirinya melakukan sesuatu seperti Persepsi Sensori

sholat, mandi tapi kadang juga menyuruhnya


melakukan sesuatu yang merugikan seperti
keluyuran, tindakan kekerasan.

dank lien merasa dikendalikan sehingga klien
merasa gelisah.
O:

3. harga diri rendah.

Harga Diri Rendah


S: Kronis

tetangga karena mengannggap orang-orang di
sekitarnya memandang rendah pada dirinya

karena tidak mampu bekerja menghidupi isteri dan
anak-anaknya

tindakan yang jahat yaitu membunuh isteri
pertamanya
O:

4.

S: Isolasi sosial



waktunya dirumah.
O:

pertanyaan yang diajukan daripada mengemukakan
perasaannya.

XIII. DAFTAR MASALAH

1. Risiko Perilaku Kekerasan


2. Perubahan Persepsi Sensori
3. Isolasi sosial
4. harga diri rendah
XIV. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Perubahan Persepsi Sensori berhubungan dengan Halusinasi


2. Risiko Perilaki Kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
3. Isolasi sosiak berhubungan dengan harga diri rendah
VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1/12/2020 Gangguan Tujuan Setelah dilakukan 1x 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
Umum : pertemuan, klien dapat a. Beri salam setiap berinteraksi
Persepsi klien dapat berinteraksi dan b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
Sensori mengenali, berkomunikasi dengan perawat berkenalan
mengontrol, perawat.
memutuska Evaluasi : klien masih belum c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
n bisa diajak berinteraksi. d. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap
halusinasin kali berinteraksi
ya. e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
Tujuan Khusus : g. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan
TUK 1 : klien dapat
klien
membina hubungan
saling percaya dengan
perawat.
TUK 2 : klien Setelah dilakukan 1 x interaksi, a. Adakan kontak sering dan singkat dengan klien.
dapat mengenal klien dapat mengerti b. Observasi perilaku yang berhubungan dengan
halusinasinya. jelasmwaktu, isi, frekuensi, situasi halusinasi.
dan kondisi yang menimbulkan c. Menerima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan
halusinasi . tidak nyata bagi perawat.
d. Identifikasi bersama klien waktu munculnya, isi, dan
frekuensi halusinasi.
Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya
TUK 3 : klien dapat Setelah dilakukan 1x interaksi, a. Identifikasi bersama klien tindakan yang bisa dilakukan bila
mengendalikan klien dapat menyebutkan tindakan halusinasi terjadi.
halusinasinya perilaku yang bisa mengendali kan b. Bersama klien merencanakan kegiatan sehari
kekerasan /mengatasi halusinasiny a. – hari untuk mencegah terjadinya halusinasi.
c. Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakan
dalam mengendalikan halusinasi.
d. Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara
yang telah
TUK 4 : klien dapat Setelah dilakukan 1x Interaksi a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat yang
mengkonsumsi obat klien menyebutkan manfaat dan akan di konsumsi untuk mengendalikan halusinasinya.
untuk kerugian minum obat b. Bantu klien untuk minum obat karena sudah sesuai dengan
mengendalikan anjuran dokter.
halusinasinya. c. Observasi tanda dan gejala akibat efek samping obat.
d. Bantu klien menggunakan obat sesuai 5 prinsip (benar obat,
benar dosis, benar
klien, benar pemberian, dan benar waktu)
TUK 5 : klien Setelah dilakukan 1x interaksi a. BHSP dengan keluarga.
mendapat dukungan keluarga setuju untuk mendukung b. Berikan keluarga pengetahuan tentang
keluarga untuk klien untuk mengendali kan pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi,
mengendalikan halusinasinya. penyebab halusinasi, dll)
halusinasinya. c. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien jika
sudah pulang kerumah

Anda mungkin juga menyukai