Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NYERI DAN KENYAMANAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pada Stase Keperawatan Dasar
Profesi Program Profesi Ners XLIV

Ruang:

Anggrek

Dosen Pembimbing:

Nita Fitria, M.Kes., AIFO

Gita Amoria Haelena Wibowo

220112220003

PROGRAM PROFESI NERS XLIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................6
TINJAU PUSTAKA...............................................................................................................................6
2.1 Kenyamanan............................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Gangguan Rasa Nyaman....................................................................................6
2.1.2 Penyebab Gangguan Rasa Nyaman.................................................................................7
2.1.3 Gangguan Rasa Nyaman Nyeri........................................................................................7
2.1.4 Etiologi Nyeri..................................................................................................................8
2.1.5 Tanda dan Gejala Nyeri...................................................................................................9
2.1.6 Klasifikasi Nyeri............................................................................................................10
2.1.7 Skala Nyeri....................................................................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan Nyeri...................................................................................................14
3.1 Asuhan Keperawatan.............................................................................................................16
4.1 Evidence Based Practice........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis dalam meningkatkan kehidupan
dan kesehatan manusia secara utuh (Hidayat & Uliyah, 2015). Menurut teori Hirarki Abraham
Maslow kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, keamanan, kasih sayang,
harga diri dan aktualisasi diri. Dalam proses asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia
adalah hal yang sangat utama untuk diperhatikan, dalam hal ini teori hirarki tersebut
merupakan salah satu teori kebutuhan dasar manusia yang sering digunakan perawat dalam
memahami kebutuhan dasar manusia dalam proses mengaplikasikan asuhan keperawatan
(Putri, 2020). Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia diantaranya
adalah penyakit, konsep diri, perkembangan dan hubungan keluarga. Bagi seseorang yang
memiliki penyakit bisa menyebabkan terjadinya perubahan dalam pemenuhan kebutuhannya
baik secara fisik maupun psikologis, karena beberapa fungsi tubuh manusia terganggu
sehingga perlu memperoleh kebutuhan secara optimal (Hidayat & Uliyah, 2015). Menurut
teori hirarki Maslow kebutuhan pada tingkat pertama adalah kebutuhan fisiologis yang
meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, istirahat dan tidur, eliminasi, personal
hygiene dan seksualitas (Nur, M, 2021). Apabila kebutuhan fisiologis manusia sudah
terpenuhi maka selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kebutuhan mengenai keamanan
dan kenyamanan. Kebutuhan rasa nyaman yang dipersepsikan oleh setiap individu bisa
berbeda, tergantung dari individu bagaimana kondisi yang dianggapnya membuat nyaman.

Menurut Perry & potter (2010) dalam Putri (2020) kenyamanan merupakan suatu
keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan ketentraman seperti
suatu kepuasan dalam meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan yaitu terpenuhinya
kebutuhan, dan kondisi yang tidak mengalami nyeri atau tidak ada masalah. Sedangkan
keamanan adalah suatu keadaan terbebas dari cedera baik secara fisik maupun psikologis yang
merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi yang dipengaruhi juga oleh

3
keadaan lingkungan. Dalam proses asuhan keperawatan konsep kebutuhan aman dan nyaman
adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dalam setiap memberikan tindakan keperawatan
(Murtiono & Ngurah, 2020). Dalam hal ini, salah satu hal yang bisa menyebabkan terjadinya
ketidaknyamanan adalah nyeri. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan baik secara aktual maupun
potensial atau yang digambarkan dengan bentuk kerusakan. Fenomena nyeri ini bisa berbeda
dalam intensitas (ringan, sedang dan berat), durasi (transient, intermitten, persisten), kualitas
(tumpul, seperti terbakar, tajam), dan proses penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir
atau difus) (Bahrudin, 2017).

Nyeri ini ditandai dengan adanya respon fisik yaitu terjadi perubahan pada keadaan
umum, suhu tubuh, wajah meringis, denyut nadi, pernafasan, kolaps kardiovaskuler, sikap
tubuh dan syok (Putri, 2020). Apabila nyeri tidak segera diatasi maka akan menyebabkan
terlambat nya proses masa penyembuhan atau perawatan, meningkatkan stres dan ketegangan
yang bisa menimbulkan respon fisik dan psikis, sehingga perlu adanya upaya untuk
penatalaksanaan yang tepat (Perry & Potter, 2010). Ada berbagai macam nyeri yang dialami
oleh pasien di rumah sakit dan sebagian besar penyebab nyeri pasien diakibatkan karena
tindakan pembedahan atau operasi yang termasuk nyeri akut dan dapat menghambat proses
penyembuhan pasien karena menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dalam proses
penyembuhan dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi sehingga rehabilitasi
dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak terkontrol sehingga harus
menjadi prioritas perawatan (Agung et al., 2013).

Nyeri merupakan suatu keadaan tidak nyaman yang bersifat individu, sehingga bisa
saja berbeda intensitas dan tingkat nyeri yang dirasakan setiap orang. Setiap manusia memiliki
karakteristik yang berbeda mulai dari biopsikososio spiritual dan kebudayaan yang bisa
mempengaruhi proses dalam menginterpretasikan nyeri (Nur, M, 2021; Putri, 2020). Sehingga
penting sekali seorang perawat untuk bisa memahami makna nyeri dari setiap individu karena
nyeri ini bersifat subjektif. Nyeri ini sebagai salah satu sumber ketidaknyamanan klien yang
menjadi faktor utama penghambat dalam melakukan mekanisme koping dan proses pemulihan

4
dari suatu penyakit. Kenyamanan merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi sebagai bagian
dari kebutuhan dasar manusia yang bisa meningkatkan kualitas hidup pasien. Maka dari itu,
sebagai seorang perawat diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan kepada klien dalam
berbagai keadaan dan situasi untuk menghilangkan nyeri serta bisa meningkatkan kenyamanan
pasien dan bisa mencapai kemandirian dari kondisi pasien (Sumadi et al., 2020).

5
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Kenyamanan
2.1.1 Definisi Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual dan sosial pada individu.
Kenyamanan harus dipandang secara holistik meliputi aspek fisik yang
berhubungan dengan sensasi tubuh, aspek sosial berhubungan dengan
interpersonal, keluarga serta sosial, aspek psikospiritual yang berhubungan
dengan kewaspadaan internal dalam diri individu seperti harga diri, makna
hidup dan seksualitas, kemudian aspek lingkungan yang berhubungan dengan
latar belakang pengalaman eksternal individu seperti cahaya, bunyi, warna,
tempratur dan unsur ilmiah yang ada di lingkungan lainnya (PPNI, 2016).
Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa kenyamanan merupakan suatu
keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan
ketentraman seperti suatu kepuasan dalam meningkatkan penampilan sehari-
hari, kelegaan yaitu terpenuhinya kebutuhan, dan kondisi yang tidak
mengalami nyeri atau tidak ada masalah. Terjadinya perubahan kenyamanan
merupakan suatu kondisi dimana individu akan mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan seperti sensasi nyeri dan individu tersebut akan berespon
terhadap suatu rangrangan yang membahayakan bagi dirinya (Carpenito,
2015).

Menurut Keliat et al. (2015) menyebutkan bahwa kenyamanan terbagi


menjadi tiga, yaitu:

1. Kenyamanan fisik merupakan suatu kondisi sejahtera atau nyaman


secara fisik.

6
2. Kenyamanan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan
sekitar yang bisa membuat individu merasa nyaman dan sejahtera.
3. Kenyamanan sosial merupakan suatu kondisi sosial yang bisa
memberikan rasa nyaman dan sejahtera pada diri individu.

2.1.2 Penyebab Gangguan Rasa Nyaman


Gangguan rasa nyaman adalah suatu kondisi perasaan yang kurang
senang, kurang lega, dan kurang sempurna yang meliputi aspek fisik,
emosional, psikospiritual, budaya dan lingkungan (PPNI, 2016). Terdapat
beberapa penyebab gangguan rasa nyaman nyeri berdasarkan PPNI (2016)
diantaranya yaitu:

1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (misalnya medikasi, radiasi, kempoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan

2.1.3 Gangguan Rasa Nyaman Nyeri


Gangguan rasa nyaman nyeri merupakan suatu fenomena fisiologi yang
sering terjadi dan mengganggu aktivitas individu yang mengalami nyeri.
Nyeri dapat menghambat proses penyembuhan pada penyakit. Nyeri juga
dapat diartikan sebagai tanda atau sinyal untuk individu, bahwa ditubuhnya
sedang terjadi masalah. Nyeri memiliki sisi yang positif bagi pasien, karena
dapat memberikan tanda adanya masalah dan merupakan suatu mekanisme
untuk mencegah keruska yang lebih jauh dan menjadi pendorong pada proses
penyembuhan (Latifin, 2021).

7
Selain itu, nyeri dapat didefinisikan sebagai kondisi berupa perasaan
yang tidak menyenangkan dan bersifat subjektif, terdapat perbedaan nyeri
yang dirasakan pada masing – masing individu, hal ini disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik nyeri yang dialami oleh masing – masing individu
dan hanya subjek tersebut yang dapat mengevaluasi nyeri yang dirasakannya
(Eriyani & Salahhudin, 2018). Menurut Smeltzer & Bare (2002) dalam
Eriyani & Salahhudin (2018) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang bersifat aktual atau potensial, adanya gangguan rasa nyaman
nyeri dapat mengakibatkan kebutuhan dasar individu yang mengalami
gangguan tersebut menjadi terganggu seperti pola aktivitas sehari – hari,
nafsu makan serta kebutuhan istirahat tidur menjadi terhambat.

2.1.4 Etiologi Nyeri


Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,
thermis, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir
adalah trauma psikologis (Handayani, 2015). Penyebab nyeri yang
diakibatkan oleh trauma mekanik disebabkan karena ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka. Trauma termis
bisa menyebabkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
berupa panas atau dingin. Trauma elektrik bisa menyebabkan nyeri karena
pengaruh aliran listrik yang kuat dan mengenai reseptor nyeri sehingga
kemudian dipersepsikan sebagai nyeri. Kemudian neoplasma bisa menjadi
penyebab nyeri karena terjadinya tekanan yang menyebabkan kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena adanya arikan,
jepitan atau metastase. nyeri peradangan terjadi karena adanya kerusakan
pada ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh
pembengkakan. Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik ini berkaitan dengan

8
terganggunya serabut saraf reseptor nyeri (Putri, 2020). Sedangkan untuk
nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan
bukan karena penyebab organik, tetapi akibat trauma psikologis dan
pengaruhnya terhadap fisik (Putri, 2020).

2.1.5 Tanda dan Gejala Nyeri


Berdasarkan standar diagnosis keperawatan Indonesia yang disusun
oleh PPNI (2016) menyebutkan bahwa terdapat beberapa tanda dan gejala
yang dapat dialami oleh invidu yang mengalami gangguan rasa nyaman nyeri
diantaranya yaitu:

1. Tanda dan Gejala Mayor


Tanda gejala mayor merupakan gangguan yang sering dan sebagian
besar dialami oleh individu dengan diagnose keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri. Adapun tanda gejala mayor berdasarkan PPNI (2016) yaitu
secara subjektif, individu akan merasa tidak nyaman dan secara objektif,
individu akan merasa gelisah.
2. Tanda dan Gejala Minor
Tanda gejala minor merupakan gangguan lain selain tanda gejala mayor
yang dialami oleh individu dengan diagnose keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri. Adapun tanda gejala mayor berdasarkan PPNI (2016), yaitu:
- Subjektif:
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan atau kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah.
- Objektif:
1. Menunjukkan gejala distress

9
2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas.

2.1.6 Klasifikasi Nyeri


Nyeri dapat di klasifikasi kan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
dari tempat, sifat, berat, dan waktu lamanya serangan nyeri terjadi (Fhirawati
et al., 2020) seperti sebagai berikut:

1. Nyeri berdasarkan tempatnya


1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang dirasakan pada permukaan tubuh
misalnya di bagian kulit atau mukosa.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ tubuh viceral.
3) Referrd pain, yaitu nyeri yang ada di bagian dalam yang disebabkan
oleh adanya penyakit organ atau struktur dalam tubuh yang di
transmisikan ke bagian tubuh yang ada di area yang berbeda dari
tempat nyeri. Referrd atau bisa disebut nyeri alih ini merupakan
nyeri yang berasal dari salah satu daerah tubuh tapi dirasakan di
daerah lain atau menyebar ke area lain.
4) General pain, yaitu nyeri yang terjadi karena adanya perangsangan
pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan
lainnya.
2. Nyeri berdasarkan sumbernya
1) Nyeri kutaneus (Superfisial) Nyeri ini dapat dikarakteristikan
sebagai suatu serangan tidak nyaman yang terjadi secara tiba-tiba
dengan rangsangan dari kulit, subkutan dan membran mukosa
dengan kualitas yang tajam atau menyengat yang berlangsung

10
secara perlahan dengan sensasi seperti terbakar, tajam dan dapat
dilokalisasi.
2) Nyeri somatik Nyeri somatik berasal dari ligamen, tulang, tendon,
pembuluh darah dan saraf. Nyeri ini bersifat tajam sehingga tidak
dapat di lokalisasi dengan baik.
3) Nyeri viseral Nyeri viseral ini berasal dari visera tubuh atau organ
somatik yang menutupinya seperti pleura, parietalis, pericardium,
dan peritoneum. Terbatasnya jumlah nosiseptor yang ada di area ini
menghasilkan nyeri yang lebih menyakitkan dan berlangsung lebih
lama daripada nyeri somatik. Nyeri viseral ini sangat sulit untuk di
lokalisasi dan beberapa cidera pada jaringan ini bisa
mengakibatkan nyeri yang menjalar, dimana sensasi nyeri berada
pada area yang tidak berkaitan dengan lokasi cidera.
3. Nyeri Berdasarkan Jenisnya
1) Nyeri nosiseptif Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul akibat
terjadi kerusakan jaringan somatik atau visceral
2) Nyeri neurogenic Nyeri neurogenic ini adalah nyeri yang
diakibatkan adanya disfungsi primer pada sistem saraf perifer
seperti adanya lesi pada daerah sekitar perifer. Biasanya penderita
akan merasakan nyeri seperti dituduk-tusuk yang disertai rasa panas
dan mengganggu fungsi perabaan
3) Nyeri psikogenik Nyeri psikogenik ini adalah nyeri yang berkaitan
dengan adanya gangguan pada kejiwaan seperti depresi, stress,
kecemasan dan masalah psikologis lainnya.
4. Nyeri berdasarkan Sifatnya
1) Incidental pain, merupakan nyeri yang timbul hanya sewaktu-waktu
dan kemudian menghilang
2) Steady pain, merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam kurun waktu yang lama

11
3) Paroxymal pain, merupakan nyeri yang dirasakan secara intens
dengan nyeri dirasakan tinggi dan kuat. Nyeri ini biasanya menetap
sekitar 10-15 menit kemudian hilang dan kemudian timbul lagi.
5. Nyeri berdasarkan derajatnya
1) Nyeri ringan dirasakan secara hilang timbul dan biasanya dirasakan
pada saat melakukan aktivitas sehari-hari
2) Nyeri sedang biasanya timbul secara terus-menerus dan bisa
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Nyeri ini biasanya
dapat hilang apabila penderita istirahat
3) Nyeri berat biasanya terjadi secara terus-menerus sepanjang hari
dan bisa menyebabkan penderita kesulitan dalam melakukan
aktivitas bahkan penderita mengalami kesulitan dalam beristirahat
6. Nyeri berdasarkan waktunya.
6. Nyeri akut Nyeri akut biasanya dirasakan dalam waktu yang singkat
dan berakhir kurang dari 3 bulan, keluhan ini berkaitan dengan adanya
kerusakan jaringan seperti adanya luka oprasi dan lainnya (PPNI,
2016). Sumber dan area nyeri bisa di lokalisasi dengan jelas. Nyeri akut
terjadi setelah adanya cedera akut penyakit dengan intensitas yang
bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan berlangsung dalam waktu
yang singkat (Perry & Potter, 2010). Nyeri akut ini biasanya juga
ditandai dengan adanya ketegangan pada otot dan terjadi kecemasan
yang keduanya bisa meningkatkan persepsi nyeri.
7. Nyeri kronis Nyeri kronik merupakan pengalaman nyeri yang dirasakan
selama lebih dari 3 bulan yang berkaitan dengan kerusakan aktual
maupun fungsional yang terjadi secara lambat dengan intensitas mulai
dari ringan hingga berat dan dirasakan 12 12 secara konstan (PPNI,
2016). Nyeri kronis ini bisa dirasakan secara beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bisa sampai bertahun-tahun.

12
2.1.7 Skala Nyeri
Terdapat beberapa skala yang dapat digunakan untuk pengukuran nyeri
diantaranya yaitu:
1. Visual Analog Scale (VAS)
Skala analog visual merupakan alat ukur intensitas nyeri dengan
satu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus
dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS
ini adalah cara pengukuranintensitas nyeri yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri.
2. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala penilaian numerik (NRS) ini lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai
nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
dilakukan intervensi terapeutik (Perry & Potter, 2010).
3. Skala Wajah
Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk
mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam
wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah
yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri) kemudian secara
bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang
sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang
sangat).
4. Karakteristik Nyeri
yeri yang dirasakan oleh individu ini memiliki beberapa karakteritik
tertentu. Cara mengkaji karakteristik nyeri dari individu ini
dilakukan dengan cara PQRST yaitu sebagai berikut:
1) P (Profokatif atau palliatif) : yaitu faktor yang mempengaruhi
nyeri. Beberapa pertanyaan yang sering digunakan adalah apa

13
yang menyebabkan nyeri?, apakah ada hal yang menyebabkan
kondisi memburuk atau membaik?, apa yang dilakukan jika
nyeri sedang dirasakan? Dan apakah nyeri ini sampai
mengganggu tidur?
2) Q (kualitas) : bagaimana rasa nyeri dirasakan seperti tajam,
seperti ditusuk, tumpul tersayat dan lainnya
3) R (Radiasi atau penyebaran) : daerah perjalanan nyeri yang
dirasakan klien
4) S (Severity) : keparahan dan intensitas nyeri
5) T (Time) : lama waktu nyeri dirasakan dan frekuensi nyeri

2.1.8 Penatalaksanaan Nyeri


Beberapa penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk mengurangi nyeri, yaitu:

1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis atau pemberian analgesik Obat analgesik
merupakan istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
biasa digunakan untuk meredakan nyeri. Obat analgesik adalah obat yang
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Golongan obat analgesik
dibagi menjadi dua yaitu analgesik opioid atau narkotik dan analgesik non-
narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-
sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker.
Penggunaan obat analgesik Non-Narkotik ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran
dan juga tidak menyebabkan terjadinya adiksi (Wardoyo & Oktarlina,
2019). Pemberian obat analgesik ini bertujuan untuk meredakan atau
menurunkan nyeri yang dirasakan oleh klien dengan tetap memperhatatikan

14
kemampuan klien untuk mengontrol lingkungannya, berpartisipasi dalam
proses perawatan dan menurunkan efek samping dari proses pengobatan
(Putri, 2020).
2. Terapi nonfarmakologi
Terapi non farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan
yang digunakan secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
oleh klien contohnya dengan teknik relaksasi dan lainnya (Risnah et al.,
2019). Terapi non farmakologi ini bisa dikombinasikan dengan terapi
farmakologi, karena dalam prosesnya pada terapi non farmakologi ini tidak
menimbulkan efek samping. Tindakan non farmakologi yang bisa
digunakan mencakup intervensi perilaku kognitif dan penggunaan agen-
agen fisik (Perry & Potter, 2010). Beberapa tindakan non farmakologi yang
bisa digunakan dalam mengurangi nyeri diantaranya yaitu:
1) Relaksasi Relaksasi adalah suatu kegiatan melemaskan otot-otot
pada tubuh yang berguna untuk mengurangi ketegangan yang
dirasakan oleh tubuh. Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa
tubuh berespon pada kecemasan yang bisa merangsang pikiran
karena adanya nyeri atau penyakit (Aufar & Raharjo, 2020).
Beberapa teknik relaksasi diantaranya adalah relaksasi nafas dalam,
relaksasi progresif, nafas ritmik dan relaksasi autogenik.
2) Distraksi Distraksi adalah suatu proses pengalihan perhatian klien
ke hal lain sehingga bisa menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri
dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Putri, 2020). Beberapa
teknik distraksi yang bisa digunakan adalah mendengarkan musik,
meditasi, hipnotis, guaided imagery dan lainnya.
3) Stimulasi Kutaneus Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang
digunakan untuk mengurangi nyeri. Stimulasi kutaneus
mengaktivasi serat berdiameter lebar (A-beta), yang menstimulasi
neuron inhibitor di medula spinalis dan berikatan dengan sistem

15
analgesik desenden. Teori tersebut menjabarkan bagaimana
stimulasi kutaneus dalam mengaktifkan transmisi serabur saraf A-
beta yang bersifat cepat dan berdiameter besar. Hal ini menghambat
penghantaran nyeri melalui serabut C yang berdiameter kecil
sehingga stimulasi kutaneus lebih dirasakan secara sensori
dibandingkan sensasi nyeri itu sendiri (Perry & Potter, 2010).
Beberapa macam stimulasi kutaneus yaitu pijat, kompres hangat
dan dingin, akupuntur, akupresur dan transcutaneous elecktrical
nerve stimulation (TENS).

3.1 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar,
menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi yang cocok, dan
mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien
adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai suatu yang nyata, dapat diukur, dan
dapat dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Sulistyo Andarmoyo,
2013). Pada pengkajian nyeri proses pengkajian yang komprehensif harus dilakukan untuk
mengidentifikasi bagaimana serangkaian faktor biomedis, psikososial, dan perilaku
berinteraksi untuk mempengaruhi sifat, besarnya, ketahanan, dan respons pasien terhadap
pengobatan (Wallace et al., 2015). Pengukuran nyeri yang memadai sangat penting untuk
pengkajian dan penanganan nyeri (Kartika Sari et al., 2021).
a. Identitas klien
Identitas klien ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama,suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor rekam
medis dan diagnosa medis
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma yang
bisa mengalami nyeri pada pasien (Nur, M, 2021). Pada klien yang mengalami
nyeri secara subjektif ditunjukkan dengan mengeluh nyeri. Selain itu, berdasarkan

16
data objektif bisa tampak meringis, bersikap protektif seperti waspada, posisi
menghindari nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur dan lainnya
(Kartika Sari et al., 2021).
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan rincian dari keluhan utama yang berisi
tentang riwayat perjalanan pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.
Misalnya pasien mulai terasa nyeri setelah banyak mengangkat barang-barang.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya trauma pada jaringan tubuh seperti ada bekas luka operasi yang
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien karena adanya nyeri pada luka
tersebut (Dahlan, 2017).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang
menular dalam keluarga (Putri, 2020). Riwayat kesehatan keluarga juga dapat
menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Karena adanya riwayat penyakit
maka klien akan beresiko terkena penyakit tersebut sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman seperti nyeri (Murtiono & Ngurah, 2020).
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai proses
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat (Amal et al., 2021).
g. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri ini harus dilakukan secara komprehensif agar data yang
terkumpul bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan manajemen nyeri yang
tepat. Pengkajian nyeri ini bisa menggunakan skala ukur untuk menentukan nyeri dan
menggunakan PQRST (Ka’arayeno, 2020). Saat mengkaji nyeri, perawat harus
memberikan pasien kesempatan klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya
dan cara pandang klien terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan cara atau kata-kata

17
mereka sendiri, hal ini juga bisa membantu perawat memahami makna nyeri yang
dirasakan pasien (Putri, 2020).
a. P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber nyeri
pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa:
- Apa yang menyebabkan gejala nyeri?
- Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri?
- Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan?
b. Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa
nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat
berupa:
- Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan?
- Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang di rasakan pasien sekarang
dengan nyeri yang dirasakan sebelumnya. Apakah nyeri hingga
mengganggu aktifitas?
c. R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data mengenai
dimana lokasi nyeri yang dirasakan pasien. Selain dalam bentuk pertanyaan
perawat juga bisa memberikan bantuan dengan gambar tubuh pada pasien agar
bisa menandai bagian mana yang dirasakan nyeri. Beberapa pertanyaan yang
ditujukan pada pasien dapat berupa :
- Dimana gejala nyeri terasa?
- Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat?
d. S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien,
pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa: seberapa parah nyeri yang
dirasakan pasien jika diberi rentang angka 1-10?
e. (timing atau waktu ) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan,
pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa:
- Kapan gejala nyeri mulai dirasakan?Seberapa sering nyeri terasa, apakah
tiba-tiba atau bertahap?
- Berapa lama nyeri berlangsung?
- Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap.
2. Diagnose, Luara dan Invervensi Keperawatan

18
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
1. D.0074 Gangguan L. 08064 Status I.09326 Terapi Relaksasi
Rasa Nyaman Kenyamanan Observasi

Gejala dan tanda mayor a. Identifikasi penurunan

Setelah dilakukan tingkat energi,


Subjektif:
tindakan keperawatan ketidakmampuan
- mengeluh tidak
diharapkan status berkonsentrasi atau gejala
nyaman
kenyamanan pasien lain yang mengganggu
Objektif:
meningkat dengan kemampuan kognitif
- Gelisah b. Identifikasi teknik
kriteria hasil:
Gejala dan tanda minor relaksasi yang pernah
a. Keluhan tidak
Subjektif : nyaman menurun efektif digunakan
- mengeluh sulit b. Tidak ada gelisah c. Identifikasi kesediaan,
tidur c. Kesejahteraan fisik kemampuan, dan
- tidak mampu rileks meningkat penggunaan teknik

- mengeluh d. Kesejahteraan sebelumnya

psikologis d. Periksa ketegangan otot,


kedinginan/kepan
meningkat frekuensi nadi, tekanan
asan
e. Kebebasan darah, dan suhu sesudah
- merasa gatal
melakukan ibadah serta sebelum Latihan
- mengeluh mual
e. Monitor respon terhadap
- mengeluh lelah terapi relaksasi
Objektif : Terapeutik
- menunjukkan a. Ciptakan lingkungan
gejala distress tenang dan tanpa
- tampak gangguan dengan

merintih/menangis pencahayaan dan suhu

- pola eliminasi ruang nyaman, jika


memungkinkan
berubah
b. Berikan informasi tertulis

19
- postur tubuh tentang persiapan dan
berubah prosedur teknik relaksasi

- iritabilitas. c. Gunakan pakaian longgar

2. D. 0077 Nyeri Akut L. 08063 Kontrol I.08238 Manajemen Nyeri


Gejala dan tanda Nyeri Observasi
mayor : Subjektif: a. Identifikasi lokasi,
- Mengeluh nyeri Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
Objektif: tindakan frekuensi, kualitas,
- Tampak meringis keperawatan intensitas nyeri
- Bersikap protektif diharapkan tingkat b. Identifikasi skala nyeri
(waspada dan nyeri menurun dan c. Identifikasi respons
posisi menghindari kontrol nyeri nyeri non verbal
nyeri) meningkat dengan d. Identifikasi faktor
kriteria hasil : yang memperberat dan
a.Nyeri terkontrol memperingan nyeri
b.Mampu mengenali Terapeutik
onset nyeri a. Berikan teknik
c. Mampu mengenali nonfarmakologis
penyebab nyeri untuk mengurangi rasa
Mampu nyeri (mis. TENS,
menggunakan teknik hypnosis, akupresur,
non farmakologi terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)

20
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.

21
4.1 Evidence Based Practice
Pada penelitian Eriyani & Salahhudin (2018) Pelaksanaan teknik relaksasi oleh
perawat kurang diaplikasikan terhadap pasien yangmengalami gangguan rasa
nyaman nyeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :Pendidikan, Jenis
kelamin dan jadwal dinas. Tujuan dalam penelitian ini adalah untukmengetahui
Penatalaksanaan gangguan rasa nyaman nyeri dengan teknik relaksasi
padaperawat di ruang Topas RSU dr. Slamet Garut. Metode dalam penelitian ini
menggunakanmetode penelitian deskriftif. Sebagai responden dalam penelitian ini
adalah seluruh perawatyang bekerja di ruang Topas RSU dr. Slamet Garut. Data yang
diperoleh diolah dan dianalisisdengan uji univariat. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa SOP (StandarOperasional Prosedur) untuk
mengobservasi teknik relaksasi oleh perawatterhadap pasien,dari hasil penelitian
diperoleh distribusi frekuensi perawat berdasarkan pelaksanaaan
teknikrelaksasi,pendidikan,jadwal dinas dan jenis kelamin. Adapun pelaksanaan
teknik relaksasioleh perawat di Ruang Topas RSU dr. Slamet Garut perawatyang
melaksanakan teknikrelaksasi sebanyak 8 orang (50 %) dan yang tidak melaksanakan
sebanyak 8 orang atau 50 %.

22
DAFTAR PUSTAKA
Eriyani, T., & Shalahuddin, I. (2018). Penatalaksanaan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri dengan
Teknik Relaksasi di Ruang Topas RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal Medika
Cendikia, 5(02), 96-105.

Agung, S., Andriyani, A., & Sari, D. K. (2016). Terdapat Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan
Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal INFOKES Universitas
Duta Bangsa Surakarta, 3(1).

Amal, A. A., Gani, N. F., Hidayah, N., & Mazriani, D. (2021). APLIKASI SINC
(SPIRITUAL ISLAMIC NURSING CARE) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
SPIRITUAL PASIEN DI RUMAH SAKIT. Alauddin Scientific Journal of
Nursing, 2(2), 135-145.

Perry, A., & Potter, P. (2010). Mosby’s Pocket Guide to Nursing Skills and Procedures-E-
Book.https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=PZFHegWifSkC&oi=fnd&pg=PP1&dq=po
tter+perry+2010&ots=gY4cTCXN6K&sig=5j818dWwIKnefd8lnOeBYBbOFSU

Lestari, S., Faridasari, I., Hikmat, R., Kurniasih, U., & Rohmah, A. (2022). Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Skala Nyeri. 13(November 2021), 1–6.
https://doi.org/10.38165/jk.v13i1.254

PPNI. (2015). Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman. Repository.Poltekkes-Denpasar.Ac.Id,


53(9), 1689–1699

PPNI, P. I. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. In academia.edu.


https://www.academia.edu/download/64914656/adoc.pub_standar_diagnosis_keperaw
atan_ indonesia.pdf

23
Putri, S. I. (2020). Penerapan Kompres Hangat Pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Diruang Tht Rawat Inap Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2020.

Latifin, K. (2021, November). A LITERATURE REVIEW: EFEKTIFITAS BEKAM


TERHADAP PENURUNAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI. In Proceeding
Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 7, No. 1, pp. 89-93).

24

Anda mungkin juga menyukai