Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN ( BEBAS NYERI )


Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan Dasar 1
Dosen : Bayu R. K., S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Arul Muhammad Jidan Jauri C1AA20008
Aura Kusumah Dewi C1AA20010
Intan Purnamasari C1AA20046
M Adi Wiguna C1AA20054
Maulana Fadhilah Shidiq C1AA20056
Nadilla Choerunnisa C1AA20062
Rahma Azzahrah C1AA20080
Raisha Rahmawati C1AA20082
Ratna Dewi Aryani C1AA20086
Kelas 1B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
1.5 Metode Penulisan........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman..............................................................................3
2.2 Definisi Nyeri..............................................................................................................4
2.3 Fisiologi Nyeri.............................................................................................................4
2.4 Klasifikasi Nyeri..........................................................................................................5
2.5 Respon Terhadap Nyeri...............................................................................................5
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri...................................................................6
2.7 Efek yang Ditimbulkan Oleh Nyeri.............................................................................8
2.8 Penanganan Nyeri........................................................................................................9
2.9 Pengukuran Nyeri......................................................................................................11
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman ( Bebas Nyeri ) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Bayu R. K., S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO. pada mata kuliah keperawatan dasar I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang korupsi, kontrol sosial, orang
yang berperan dalam pencegahan korupsi intra sosial, dan manfaat kontrol sosial dalam
pemberantasan korupsi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bayu R. K., S.Kep., Ners., M.Kes.,
AIFO. selaku dosen pada mata kuliah keperawatan dasar I yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Sukabumi, 29 Mei 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan
harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih
memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara
umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan
tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kebutuhan rasa nyaman?
2. Apa yang dimaksud dengan nyeri?
3. Apa fisiologi dari nyeri?
4. Bagaimana klasifikasi dari nyeri?
5. Bagaimana respon terhadap nyeri?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri?

1
7. Apa saja efek yang ditimbulkan oleh nyeri?
8. Bagaimana penanganan nyeri?
9. Bagaimana pengukuran nyeri?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan rasa nyaman dan nyeri
2. Untuk mengetahui definisi nyeri
3. Untuk mengetahui fisiologi nyeri
4. Untuk mengetahui klasifikasi nyeri
5. Untuk mengetahui respon terhadap nyeri
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
7. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh nyeri
8. Untuk mengetahui penanganan nyeri
9. Untuk mengetahui pengukuran nyeri

1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini yaitu menambah wawasan dan pengetahuan penulis
maupun pembaca mengenai pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas nyeri ). Juga
sebagai acuan referensi pembelajaran dalam pelaksanaan asuhan keperawatan rasa
nyaman ( bebas nyeri )

1.5 Metode Penulisan


Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah metode pustaka. Yaitu
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka
yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman

Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas


dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan kenyamanan sebagai
suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan
ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan kenyamanan/rasa


nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang
mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh,


b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial,
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa
nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo /
hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien
yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

3
2.2 Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat


sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalahpendapart beberapa ahli
rnengenai pengertian nyeri:
a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut
pernah mengalaminya.
b. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan
ketegangan.
c. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional.

2.3 Fisiologi Nyeri

Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke
korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016)

4
2.4 Klasifikasi Nyeri

Nyeri Akut Nyeri Kronis


Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik
emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau emosional yang berkaitan dengan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
mendadak atau lambat dan berintensitas dengan onset mendadak atau lambat dan
ringan hingga berat yang berlangsung kurang berintensitas ringan hingga berat dan
dari kurang 3 bulan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain: 1) Agen Penyebab nyeri kronis antara lain:
pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, 1) Kondisi muskuloskeletal kronis
meoplasma) 2) Agen pencedera kimiawi 2) Kerusakan sistem saraf
(mis: terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen 3) Penekanan saraf
pencedera fisik (mis: abses, amputasi, 4) Infiltrasi tumor
terbakar, terpotong, mengangkat berat, 5) Ketidakseimbangan neuromedulator, dan
prosedur operasi, trauma, latihan fisik reseptor
berlebihan) 6) Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait
HIV, virus vericella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolik
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis: fisik,
psikologis, seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat

2.5 Respon Terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri terdiri atas respons fisiologis, psikologis, dan perilaku
yang terjadi setelah mempresepsikan nyeri.
1) Reaksi fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak
dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial menimbulkan reaksi “flight-ataufight”, yang merupakan sindrom

5
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respons fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus
secara tipikal akan melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi. Respons fisiologis terhadap nyeri sangat
membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang
menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal. Dengan demikian
klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda-tanda
fisik (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2) Reaksi psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien tentang
nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang “negatif” cenderung
memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik
menjadi rasa marah atau frustasi. Sebaliknya, bagi klien yang memiliki
presepsi yang “positif” cenderung menerima nyeri yang dialaminya (Zakiyah,
2015).
3) Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas
dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan oleh pasien
sebagai respons perilaku terhadap nyeri. Respons tersebut seperti:
menkerutkan dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara (Wahyudi
& Abd.Wahid, 2016).

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan
prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga
mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan
nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami
situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit
dan degeneratif.
2. Jenis kelamin

6
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,
sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun
secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons
terhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang
alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup
(introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan
demikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen
sehingga terjadilah presepsi nyeri.
4. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
respons nyeri yang menurun.
5. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian
dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka
sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir
suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali
eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat
sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
8. Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
9. Pengalaman sebelumnya

7
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di
masa datang.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien
dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan,
bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang
yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).

2.7 Efek yang Ditimbulkan Oleh Nyeri

Nyeri merupakan kejadian ketidaknyamanan yang dalam perkembangannya


akan mempengaruhi berbagai komponen dalam tubuh. Efek nyeri dapat berpengaruh
terhadap fisik, perilaku, dan pengaruhnya pada aktivitas sehari-hari (Andarmoyo,
2017).
1. Tanda dan gejala
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk
tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk
mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung,
tekanan darah, dan frekuensi pernapasan meningkat (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2. Efek fisik
a) Nyeri akut
Pada nyeri akut, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek
yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain
merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak kunjung
mereda dapat memengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler,gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik (Andarmoyo, 2017).
b) Nyeri kronis
Seperti halnya nyeri akut, nyeri kronis juga mempunyai efek negatif dan
merugikan. Supresi atau penekanan yang terlalu lama pada fungsi imun yang
berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor
(Andarmoyo, 2017).
3. Efek perilaku

8
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang khas dan berespons secara vokal serta mengalami kerusakan dalam
interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi
bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial
dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
4. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasien mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene
normal dan dapat mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).

2.8 Penanganan Nyeri

1. Penanganan nyeri farmakologis


a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin
dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat.
Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di
medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap
perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
b) Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen
selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti
piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat
produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek
samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya
ulkus gaster dan perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2. Penanganan nyeri non farmakologis
a) Distraksi

9
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan
pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian,
diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi
sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut
jenis-jenis teknik distraksi:
1) Distraksi visual/penglihatan
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam
tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.
2) Distraksi audio/pendengaran
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam
tindakan melalui organ pendengaran.
3) Distraksi intelektual
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke dalam
tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang pasien miliki
(Andarmoyo, 2017).
b) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan ini, akan
sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya.
Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi.
Hampir semua orang dengan nyeri mendapatkan manfaat dari metode-metode
relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang
meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).

10
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan
cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).

2.9 Pengukuran Nyeri


1. Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
Keterangan :
0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
1 Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar tidak pernah
berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
2 Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter.
4 Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari
sengatan lebah.
5 Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti kaki terkilir
6 Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampak
memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus, komunikasi
terganggu.
7 Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar mendominasi indra,
tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan
perawatan diri.
8 Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat mengganggu sampai
sering mengalami perubahan perilaku jika nyeri terjadi.
9 Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi dengan
terapi.
10 Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat berat
sampai tidak sadarkan diri.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data

11
b. Keluhan utama
1) Keluhan yang paling dirasakan klien
2) Klien mengatakan nyeri
a) P (Paliatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannyanyeri
b) Q (Qualitatif) : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
c) R (Regio) : Daerah perjalan nyeri
d) S (Severe) : Keparahan atau intensitas nyeri
e) T (Time) : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital    : Tekanan darah, nadi, pernafasan
b. Perilaku                   : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
c. Expresi wajah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan stres
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyempitan pembuluh
darah
4. Rencana Tindakan
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan
Defenisi : Suatu perasaan yang tidak menyenangkan atau disebabkan oleh
stimulus spesifik seperti mekanik atau elektrik pada ujung syaraf.
Tujuan : Penurunan tingkat nyerI
Perubahan dalam rasa nyaman
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga
Rasional: Agar pasien dan keluarganya lebih kooperatif dalam tindakan
keperawatan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional: Untuk mengetahui tingkat nyeri
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional: Untuk memberikan ketenangan kepada pasien
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasI
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyerI

12
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan analgesik
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri
5. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksananakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telagh
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawtan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedian
perawatan lainnya.kemudian dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
6. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya:
a. Hilangnya perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat


sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalahpendapart beberapa ahli
rnengenai pengertian nyeri.

Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Nyeri diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Respon terhadap nyeri dapat berupa reaksi fisiologis, reaksi psikologis, dan respon
perilaku. Faktor yang mempengaruhi nyeri terdiri dari usia, jenis kelamin,
kebudayaan, perhatian, makna nyeri, ansietas, gaya koping, keletihan, pengalaman
sebelumnya, dan dukungan keluarga dan sosial. Efek nyeri dapat berpengaruh
terhadap fisik perilaku dan pengaruhnya pada aktivitas sehari-hari. Cara penanganan
nyeri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penanganan nyeri farmakologis dan
penanganan nyeri non farmakologis. Penanganan nyeri farmakologis terdiri dari
analgesik narkotik dan analgesik non narkotik. Sedangkan penanganan nyeri non
farmakologis terdiri dari distraksi, relaksasi, dan imajinasi terbimbing.

3.2 Saran
Secara umum, penulis mengharapkan pembaca mampu menelaah dan
mempelajari setiap materi Keperawatan Dasar 1 dan mampu memenuhi serta
memperaktikan yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
terjadi kesalahan dan kekeliruan pengetahuan mengenai materi ini. Juga penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu, penulis sangat

14
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis mengucapkan
terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

H.Alimul, A. Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson dan Loraine MW, Patofisiologi Vol. I Edisi 6, Jakarta : EGC, 2009

Bottom of ForSudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit dalam Edisi Ke-5,
Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2009

Tamsuri A. 2010. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Koziar, (2010). FundalmentalOf Nursing Concepts and Process7. Jakarta: EGC.

iii

Anda mungkin juga menyukai