Disusun Oleh :
Kelompok 5
Arul Muhammad Jidan Jauri C1AA20008
Aura Kusumah Dewi C1AA20010
Intan Purnamasari C1AA20046
M Adi Wiguna C1AA20054
Maulana Fadhilah Shidiq C1AA20056
Nadilla Choerunnisa C1AA20062
Rahma Azzahrah C1AA20080
Raisha Rahmawati C1AA20082
Ratna Dewi Aryani C1AA20086
Kelas 1B
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
1.5 Metode Penulisan........................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman..............................................................................3
2.2 Definisi Nyeri..............................................................................................................4
2.3 Fisiologi Nyeri.............................................................................................................4
2.4 Klasifikasi Nyeri..........................................................................................................5
2.5 Respon Terhadap Nyeri...............................................................................................5
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri...................................................................6
2.7 Efek yang Ditimbulkan Oleh Nyeri.............................................................................8
2.8 Penanganan Nyeri........................................................................................................9
2.9 Pengukuran Nyeri......................................................................................................11
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman ( Bebas Nyeri ) ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Bayu R. K., S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO. pada mata kuliah keperawatan dasar I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang korupsi, kontrol sosial, orang
yang berperan dalam pencegahan korupsi intra sosial, dan manfaat kontrol sosial dalam
pemberantasan korupsi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bayu R. K., S.Kep., Ners., M.Kes.,
AIFO. selaku dosen pada mata kuliah keperawatan dasar I yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Apa saja efek yang ditimbulkan oleh nyeri?
8. Bagaimana penanganan nyeri?
9. Bagaimana pengukuran nyeri?
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini yaitu menambah wawasan dan pengetahuan penulis
maupun pembaca mengenai pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas nyeri ). Juga
sebagai acuan referensi pembelajaran dalam pelaksanaan asuhan keperawatan rasa
nyaman ( bebas nyeri )
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Definisi Nyeri
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke
korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016)
4
2.4 Klasifikasi Nyeri
Reaksi terhadap nyeri terdiri atas respons fisiologis, psikologis, dan perilaku
yang terjadi setelah mempresepsikan nyeri.
1) Reaksi fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak
dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang
superfisial menimbulkan reaksi “flight-ataufight”, yang merupakan sindrom
5
adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respons fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus
secara tipikal akan melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf parasimpatis
menghasilkan suatu aksi. Respons fisiologis terhadap nyeri sangat
membahayakan individu. Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang
menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal. Dengan demikian
klien yang mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda-tanda
fisik (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2) Reaksi psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien tentang
nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang “negatif” cenderung
memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik
menjadi rasa marah atau frustasi. Sebaliknya, bagi klien yang memiliki
presepsi yang “positif” cenderung menerima nyeri yang dialaminya (Zakiyah,
2015).
3) Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas
dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan oleh pasien
sebagai respons perilaku terhadap nyeri. Respons tersebut seperti:
menkerutkan dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara (Wahyudi
& Abd.Wahid, 2016).
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan
prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga
mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan
nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami
situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit
dan degeneratif.
2. Jenis kelamin
6
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,
sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun
secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons
terhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang
alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup
(introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan
demikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen
sehingga terjadilah presepsi nyeri.
4. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
respons nyeri yang menurun.
5. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian
dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka
sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir
suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali
eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat
sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
8. Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
9. Pengalaman sebelumnya
7
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di
masa datang.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien
dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan,
bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang
yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
8
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang khas dan berespons secara vokal serta mengalami kerusakan dalam
interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi
bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak sosial
dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri (Wahyudi & Abd.Wahid,
2016).
4. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasien mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene
normal dan dapat mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
9
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan
pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian,
diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi
sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut
jenis-jenis teknik distraksi:
1) Distraksi visual/penglihatan
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam
tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.
2) Distraksi audio/pendengaran
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam
tindakan melalui organ pendengaran.
3) Distraksi intelektual
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke dalam
tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang pasien miliki
(Andarmoyo, 2017).
b) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik
dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan ini, akan
sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya.
Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi.
Hampir semua orang dengan nyeri mendapatkan manfaat dari metode-metode
relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang
meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).
10
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan
cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
11
b. Keluhan utama
1) Keluhan yang paling dirasakan klien
2) Klien mengatakan nyeri
a) P (Paliatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannyanyeri
b) Q (Qualitatif) : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
c) R (Regio) : Daerah perjalan nyeri
d) S (Severe) : Keparahan atau intensitas nyeri
e) T (Time) : Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan
b. Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
c. Expresi wajah
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan stres
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyempitan pembuluh
darah
4. Rencana Tindakan
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan
Defenisi : Suatu perasaan yang tidak menyenangkan atau disebabkan oleh
stimulus spesifik seperti mekanik atau elektrik pada ujung syaraf.
Tujuan : Penurunan tingkat nyerI
Perubahan dalam rasa nyaman
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga
Rasional: Agar pasien dan keluarganya lebih kooperatif dalam tindakan
keperawatan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional: Untuk mengetahui tingkat nyeri
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional: Untuk memberikan ketenangan kepada pasien
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasI
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyerI
12
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan analgesik
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri
5. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksananakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telagh
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawtan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedian
perawatan lainnya.kemudian dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
6. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya:
a. Hilangnya perasaan nyeri
b. Menurunnya intensitas nyeri
c. Adanya respon fisiologis yang baik
Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Nyeri diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Respon terhadap nyeri dapat berupa reaksi fisiologis, reaksi psikologis, dan respon
perilaku. Faktor yang mempengaruhi nyeri terdiri dari usia, jenis kelamin,
kebudayaan, perhatian, makna nyeri, ansietas, gaya koping, keletihan, pengalaman
sebelumnya, dan dukungan keluarga dan sosial. Efek nyeri dapat berpengaruh
terhadap fisik perilaku dan pengaruhnya pada aktivitas sehari-hari. Cara penanganan
nyeri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penanganan nyeri farmakologis dan
penanganan nyeri non farmakologis. Penanganan nyeri farmakologis terdiri dari
analgesik narkotik dan analgesik non narkotik. Sedangkan penanganan nyeri non
farmakologis terdiri dari distraksi, relaksasi, dan imajinasi terbimbing.
3.2 Saran
Secara umum, penulis mengharapkan pembaca mampu menelaah dan
mempelajari setiap materi Keperawatan Dasar 1 dan mampu memenuhi serta
memperaktikan yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
terjadi kesalahan dan kekeliruan pengetahuan mengenai materi ini. Juga penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu, penulis sangat
14
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis mengucapkan
terimakasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
H.Alimul, A. Aziz. 2011. Pengantar Konsep Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Loraine MW, Patofisiologi Vol. I Edisi 6, Jakarta : EGC, 2009
Bottom of ForSudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit dalam Edisi Ke-5,
Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2009
Tamsuri A. 2010. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
iii