Anda di halaman 1dari 20

HIPERTENSI

DOSEN PENGAMPU: Magenda Bisma, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. Rahmat Yoga Dwiarto (220102077)


2. Rifqi Daffa Robbani (220102078)
3. Selma Subekti (220102081)
4. Sitta Nurlaeli R (220102082)
5. Syabilla Baharina (220102085)
6. Syarif Febrian (220102086)
7. Tutur Setiawati (220102090)
8. Yanvika Aura (220102093)
9. Yunita Dwi Susanti (220102094)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai tepat waktu.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berpartisipasi


untuk memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi. Makalah ini kami tulis berdasarkan buku panduan serta informasi
dari media massa yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi


pembaca, Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik.

Purwokerto, 6 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................... ........................... i

Daftar Isi............................................................................... ........................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................... ........................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................... ........................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................... ........................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Aman Nyaman: Nyeri .............. ........................... 3


B. Definisi Hipertensi ................................................... ........................... 7
C. Etiologi dan Faktor Risiko ....................................... ........................... 7
D. Manifestasi Klinis .................................................... ........................... 9
E. Patofisiologi dan Pathway ........................................ ........................... 9
F. Pemeriksaan Diagnostik ........................................... ........................... 12
G. Penatalaksanaan ................................................................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan
diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran
terpisah (Rihiantoro and Widodo 2018), penyakit Hipertensi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan
oleh penyakit lain yang diderita, seperti penyakit ginjal, endokrin, dan
penyakit jantung. Penyakit hipertensi dapat juga disebabkan oleh pola
makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik (Rihiantoro and Widodo
2018). Bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya
penyakit hipertensi yang disebabkan oleh adanya perubahan alami pada
jantung, pembuluh darah, dan hormon (Suryarinilsih, Fadriyanti, and
Padang 2021). Hipertensi merupakan salah satu masalah besar kesehatan
di dunia yang harus segera diatasi, menurut data World Health
Organization, hipertensi menyerang 22% populasi dunia dan 39%-nya
terjadi di Asia Tenggara. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa hampir
semua Negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60%
penduduk dewasa dikategorikan sebagai mayoritas yang status
kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan
darahnya (Tarigan, Lubis, and Syarifah 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep kebutuhan aman nyaman: nyeri?
2. Apa definisi hipertensi?
3. Apa saja etiologi hipertensi?
4. Apa saja manifestasi klinis penyakit hipertensi?
5. Bagaimana patofisiologi dan pathway hipertensi?

1
6. Bagaimana tahapan pemeriksaan diagnostik pada penderita hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep kebutuhan aman nyaman: nyeri
2. Mengetahui definisi hipertensi
3. Mengetahui etiologi hipertensi
4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit hipertensi
5. Mengetahui patofisiologi dan pathway hipertensi
6. Mengetahui tahapan pemeriksaan diagnostik pada penderita hipertensi
7. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebutuhan Aman Nyaman: Nyeri


1. Pengertian kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik, maupun sosial. (Keliat, Windarwati &
Dkk, 2015). Kenyaman menurut (Keliat, Windarwati Dkk, 2015) dapat
dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang di rasakan didalam lingkungan
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dangan situasi sosialnya.
2. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Menurut potter & perry, (2006) yang di kutip dalam buku (Iqbal Mubarak
& Dkk, 2015) rasa nyaman merupakan keadaan terpenuhinnya kebutuhan
manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan
transenden. Kreteria kenyamanan dapat di ukur menggunakan skala
ordinal kenyamnan, nyaman (76-100%), cukup nyaman (56-75%), kurang
nyaman (< 56%). Yang menggunakan rumus presentase = jumlah
pernyataan (nilai kenyamanan 0,5) dibagi dengan jumlah soal dikali 100%.
Indikator 1 pasien dinyatakan nyaman dengan presentase 76-100% apabila
pasien tampak tenang, tidak mengluh nyeri dibagian kepala, mampu untuk
rileks, tidak mengeluh sulit tidur, tidak tampak merintih atau menangis,
dan merasa nyaman. Indikator 2 pasien dinyatakan cukup nyaman dengan
presentase 56-75%,apabila pasien tampak lemas, tampak mual tidak
sampai muntah, berkeringat dingin, tidak mampu rileks. Indikator 3 pasien
dengan presentase < 56% apabila pasien tampak gelisah, tampak mual dan

3
muntah, tampak bersikap protektif (waspada posisi menghindari nyeri),
mengluh tidak nyaman, dan mengeluh nyeri.(Nursalam, 2016).
Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup empat
aspek yaitu:
a. Fisik, berhuungan dengaan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Linkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsure ilmiah
lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat
telah memberikan kekuatan, harapan, dukungan, dorongan, dan
bantuan.
3. Pengertian gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman
dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya, dan
sosialnya. (Keliat, Windarwati & Dkk, 2015). Ganggauan rasa nyaman
mempunyai batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah,
gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas,
ketidakmmpuan untuk relaks, kurang puas dengan keadaan, menangis,
merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hengat,
merasa lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dan takut. (Keliat,
Windarwati & Dkk, 2015).
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan
kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri. (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017)
4. Jenis gangguan rasa nyaman
Menurut (mardella & Dkk 2013) Gangguan rasa nyaman dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:

4
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan
dan merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan
selama 1 detik sampai dengan kurang dari enam bulan.
b. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan
adanya sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih
dari enam bulan
c. Mual
Mual adalah keadaan pada saat inividu mengalami sensasi yang tidak
nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada
seluruh bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.
5. Penyebab gangguan rasa nyaman
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017) penyebab Gangguan Rasa Nyaman adalah:
a. Gejala penyakit
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidak kuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial, dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi
e. Gangguan stimulus lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi, dan kemoterapi).
g. Gangguan adaptasi kehamilan
6. Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman dapat dibagi menjadi 2 yaitu
sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Gejala dan tanda mayor
Data subjektif:
1) Mengeluh tidak nyaman
2) Mengeluh mual
3) Mengeluh ingin muntah

5
4) Tidak berminat makan
Data objektif:
(tidak tersedia)
b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif:
1) Merasa asam dimulut
2) Sensasi panas / dingin
3) Sering menelan
Data objektif:
1) Pucat
2) Diaphoresis
3) Takikardi
4) Pupil dilatasi
7. Gangguan pemenuhan rasa nyaman pada pasien hipertensi
Tanda dan gejala dari hipertensi salah satunya adalah gangguan rasa
nyaman, pasien yang mengalami hipertensi akan mengalami tanda dan
gejala gangguan rasa nyaman di lihat dari pasien yang hipertensi akan
mengalami perasaan yang kurang senang, kurang nyaman, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospitual, lingkungan dan social.
Akibatnya yang akan ditimbulkan adalah mual, kebingungan, kelelahan,
sulit tidur, nyeri kepala. Apabila tidak segera diatasi maka akan
menyebabkan pembulu darah menyempit dan menyebabkan terhambatnya
jaringan sel otak. Pasien hipertensi dengan ganguan rasa nyaman perawat
dapat memberikan informasi (Pankes), tindakan keperawatan seperti
memberikan terapi akupresure, teknik nafas dalam, massage, kompres
hangat, terapi herbal, dan kolaborasi dalam pemberian obat-obatan.(Maria,
2016)

6
B. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik
lebih dari sama dengan 90 mmHg. Penyakit hipertensi dapat disebabkan oleh
pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik (Rihiantoro and Widodo
2018). Hipertensi adalah salah satu penyakit degenerative yang menjadi salah
satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Semakin bertambah usia dapat
meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit hipertensi yang disebabkan oleh
adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon
(Suryarinilsih et al. 2021)

Kesimpulan dari kedua definisi diatas, Hipertensi adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal, yang disebabkan
oleh pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, perubahan alami
jantung, pembuluh darah dan hormone.

C. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab Hipertensi menurut Johanes (2019) , yaitu :

1. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diketahui diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial, diantaranya :
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause beresiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.

7
c. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal, penyakit ini merupakan
penyakit utama prnyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebiharteri besar, yang
secara lanhgsung darah ke ginjal.
c. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal
dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan
katekolamin.
d. Kegemukan atau obesitas dan malas berolahraga.
e. Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu .
f. Peningkatan tekanan vaskuler.

8
D. Manifestasi Klinis

Tanda gejala hipertensi menurut Farrar & Zhang (2015) dibagi menjadi :

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan darah arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2. Gejala lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai yang menyertai
hipertensi melipuri nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
pasien ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Beberapa gejala pasien yang menderita
hipertensi, yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun

E. Patofisiologi dan Pathway

Hipertensi dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, gaya hidup dan
obesitas. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler pembuluh darah,
perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah, vasokontriksi dan
gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi di otak mengakibatkan resistensi
pembuluh darah otak naik, siplai oksigen otak menurun yang menyebabkan
penderita mengalami nyeri kepala dan gangguan pola tidur. Hipertensi

9
menyebabkan gangguan pada ginjal yang mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah, blood flow menurun, respon RAA, rangsang aldosterone,
retensi Na, edema yang menimbulkan masalah keperawatan kelebihan volume
cairan. Hipertensi juga mengganggu system pembuluh darah yang
mengakibatkan vasokontriksi, iskemik, moikard yang mengakibatkan
afterload meningkat yang dapat menimbilkan masalah keperawatan penurunan
curah jantung dan intoleransi aktivitas (Hariawan and Tatisina 2020).

10
11
F. Pemeriksaan Diagnostik

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi memerlukan beberapa tahapan.


Pada wawancara (anamnesis) kita dapat menanyakan apakah ada riwayat
darah tinggi sebelumnya, faktor risiko lain, gejala kerusakan organ lain
misalnya keluhan mata kabur, sakit kepala hebat, apakah ada kelemahan
anggota gerak, obat apa yang dikonsumsi sebelumnya bila ada.
Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah sesuai prosedur,
pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, apakah ada tanda pebesaran
jantung, atau adanya sembab perut dan pada tungkai. Saat diagnosis hipertensi
ditegakkan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mencari
kemungkinan komplikasi hipertensi ke organ lain.
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan saat menemukan kasus
hipertensi adalah pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid, elektrolit,
fungsi ginjal, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) dan
ronsen dada.

G. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2013) penatalaksanaan hipertensi adalah untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbilitas
yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan
mengontrol faktor risiko.
Ada dua cara yang dilakukan dalam pengobatan hipertensi :
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis dengan modufikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
yaitu:

12
1) Makan Gizi Seimbang
Prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang : makan buah dan
sayur 5 porsi per-hari, karena cukup mengandung kalium yang dapat
menurunkan tekanan darah. Asupan natrium hendaknya dibatasi
dengan jumlah intake 1,5 g/hari atau 3,5-4g garam/hari. Pembatasan
asupan natrium dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler.
2) Menurunkan kelebihan berat badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga
berkurang. Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga
mencapai IMT normal.
3) Olahraga
Olahraga secara teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olahraga secara teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu dengan mengonsumsi obat antihipertensi yang
dianjurkan yang bertujuan agar tekanan darah pada penderita hipertensi
tetap terkontrol dan mencegah komplikasi. Jenis obat antihipertensi yang
sering digunakan adalah sebagai berikut :
1) Diuretika

13
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (Nacl). Obat yang sering digunakan adalah obat
yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal,
diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar
adalah Spironolactone, HTC, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat obat ini adalah melalui penurunan laju nadi dan
daya pompa jantung, sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontraksi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik.
Obat yang termasuk jenis Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol,
Pindolol dan sebagainya.
3) Golongan Penghambat ACE dan ARB
Golongan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) dan
angiotensin receptor blocker (ARB) penghambat angiotensin enzyme
(ACE inhibitor/ACE I) menghambat kerja ACE sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokontriktor) terganggu.
Sedangkan angiotensin receptor blocker (ARB) menghalangi ikatan zat
angiotensin II pada reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai
efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. Yang
termasuk obat jenis penghambat ACE adalah Captopril dan enalapril
4) Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium channel blocker (CCB) adalah menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
dilatasi arteri coroner dan juga arteri perifer. Yang termasuk jenis obat
ini adalah Nifedipine Long Acting, dan Amlodipin
5) Golongan antihipertensi lain
Penggunaan penyekat reseptor alfa perifer adalah obat-obatan yang
bekerja sentral, dan obat golongan vasodilator pada populasi lanjut
usia sangat terbatas, karena efek samping yang signifikan. Obat yang
termasuk Alfa perifer adalah Prazosin dan Terazosin.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik
lebih dari sama dengan 90 mmHg. Penyebab hipertensi diantaranya yaitu
genetik, gaya hidup, penyakit parenkim, gangguan endokrin, obesitas, stress
dan peningkatan vaskuler. Hipertensi menyebabkan kerusakan vaskuler
pembuluh darah, perubahan struktur, penyumbatan pembuluh darah,
vasokontriksi dan gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi di otak
mengakibatkan resistensi pembuluh darah otak naik, siplai oksigen otak
menurun yang menyebabkan penderita mengalami nyeri kepala dan gangguan
pola tidur. Hipertensi menyebabkan gangguan pada ginjal yang
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, blood flow menurun, respon
RAA, rangsang aldosterone, retensi Na, edema yang menimbulkan masalah
keperawatan kelebihan volume cairan. Hipertensi juga mengganggu system
pembuluh darah yang mengakibatkan vasokontriksi, iskemik, moikard yang
mengakibatkan afterload meningkat yang dapat menimbilkan masalah
keperawatan penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas. Pengobatan
hipertensi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pengobatan hipertensi non
farmakologis antara lain yaitu, makan gizi seimbang, menurunkan kelebihan
BB, olahraga dan memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Sedangkan
yang kedua dengan cara farmakologis, yaitu dengan mengkonsumsi obat
diuretika, beta-blocker, golongan penghambat ACE dan ARB, Calcium
Channel Blocker(CCB).

B. Saran
Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi adalah memperbaiki pola
makan menjadi lebih baik, seperti mengkonsumsi makanan seimbang, rutin
mengkonsumsi buah dan sayur dan minum air putih sesuai kebutuhan dalam

15
sehari. Selain pola makan, hal yang dapat dilakukan adalah mengendalikan
pikiran agar dapat terhindar dari stress. Salah satu yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan pikiran adalah selalu berpikir positif dan rutin melakukan
yoga atau meditasi untuk mengurangi tingkat stress.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. SDKI. 1ST ed. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Hariawan, Hamdan, and Cut Mutia Tatisina. 2020. “Pelaksanaan


Pemberdayaan Keluarga Dan Senam Hipertensi Sebagai Upaya
Manajemen Diri Penderita Hipertensi.” Jurnal Pengabdian Masyarakat

Pertiwi, N. .. 2018. “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi


Dengan Kesiapan Peningkatan Nutrisi Diwilayah Kerja UPT KESMAS
Sukawati Gianyar. Denpasar.”

Dr. Herleni Kartika. 2022. Apakah Saya Menderita Hipertensi?. Jakarta


Selatan: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI

Dafriani, Putri, and CV Berkah Prima. 2019. BUKU AJAR ANATOMI


&amp; FISIOLOGI Untuk Mahasiswa Kesehatan.

Maiti, and Bidinger. 2012. “FARMAKOLOGI KARDIOVASKULER


Mekanisme & Aplikasi Klinis.” Journal of Chemical Information and
Modeling

Repository Poltekkes Denpasar. 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai