Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT

Dosen Pengampu :
Ns. Ernalinda Rosya,. S.Kep. M.Kep

Disusun Oleh :
Vanny Idris 20210303040
Rara Navalda Febiyanti 20210303047
Tri Suci Amanda 20210303048
Uhraliba Isnaeni Z 20210303023
Melin Ningrum 20210303026
Mas Firly N 20210303025
Violla Rifia 20210303029
Nursagita Aulia 20210303021
Elza Kurnia F 2021030308

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah
tentang "Konsep Sehat dan Sakit".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 31 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... I

DAFTAR ISI .................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................ 2

BAB II TINJAUAN UMUM........................................................ 3

C. Definisi konsep sehat dan sakit .................................... 3

D. Teori model sehat dan sakit ......................................... 6

E. Faktor mempengaruhi kesehatan dan praktek .............. 9

F. Tahap – tahap perilaku sakit ......................................... 13

BAB III PENUTUP ........................................................................ 15

Kesimpulan ....................................................................... 15

Daftar Pustaka ............................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap manusia
dalam berbagai tatanan kehidupan dan tingkatan kehidupan tanpa mengenal jenis
kelamin, usia, suku maupun golongan. Suatu saat jika kondisi seseorang men-
galami gangguan sehingga dinyatakan sakit maka akan muncul konsekuensi tidak
bisa bekerja, yang dibenarkan sebagai alasan meninggalkan tugas, yang akhirnya
berdampak pada penurunan produktifitas dan penghasilan seseorang atau perus-
ahaan (Martoyo, 1998; Herlan et al., 2020).
Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya.
Definisi sehat selama beberapa dekade masih dipertentangkan dan belum ada kata
sepakat dari ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World
Health Organization (WHO) membuat definisi universal yang menyatakan bahwa
sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang
merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Pemahaman konsep sehat oleh masyarakat banyak ragamnya (multi tafsir) walau-
pun sudah ada pedoman Konsep Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia
WHO tahun 1981: “Health is a state of complete physical, mental and social well-
being, and not merely the absence of disease or infirmity”, terjemahannya lebih
kurang adalah sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan sosial seseorang, tidak hanya terhindar dari penyakit cacat dan
kelemahan (Batara, 2018).
Konsep sehat dari WHO tersebut diadopsi oleh Indonesia yang dituangkan
dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dengan modifikasi sebagai berikut:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memung-
kinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini membuk-
tikan bahwa sehat itu sifatnya holistik yang juga merupakan tujuan dari kesehatan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat diuraikan rumu-
san masalah, diantaranya:
1. Apa pengertian sehat,sakit dan penyakit ?
2. Bagaimana konsep sehat-sakit secara umum ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan ?
4. Tahap – Tahap perilaku sakit !
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. DEFINISI KONSEP SEHAT DAN SAKIT


Sehat : WHO (2015) menyatakan bahwa "Health is a state of
complete physical, mental and social well-being and not merely the ab-
sence of diseases or infirmity". Arti kesehatan menurut para pakar
kesehatan yaitu suatu situasi dan kondisi sejahtera dimana tubuh manu-
sia, jiwa, serta sosial yang sangat memungkinkan tiap-tiap orang hidup
produktif dengan cara sosial dan juga ekonomis. Sehat mengandung 4
komponen, yaitu :
1. Sehat Jasmani
2. Sehat Mental
3. Kesejahteraan Sosial
4. Sehat Spiritual
Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, dimana setiap individu
mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan
keletihan atau kelesuan. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
menyatakan bahwa, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental atau psikis, spiritual maupun sosial yang memung-
kinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi” (dikutip dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009) yakni
fungsi secara efektif dari setiap sumber perawatan diri yang menja-
minnya suatu tindakan perawatan diri secara adekuat. UU No.23 Ta-
hun 1992 menyatakan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produk-
tif atau baik dalam ruang lingkup ekonomi dan sosial. Kesehatan
harus dilihat sebagai suatu perpaduan secara utuh yang terdiri dari
unsur-unsur fisik, mental, dan sosial dimana didalamnya ada
kesehatan jiwa yang menjadi bagian dari integral kesehatan. Parson
(dalam Asmadi, 2008) menyimpulkan bahwa sehat adalah kemam-
puan seorang individu untuk menjalankan tugas dan perannya
secara efektif dengan kondisi yang optimal.
Sakit (illness) adalah penilaian tiap-tiap individu terhadap pen-
galamannya menderita suatu penyakit. Sakit menimbulkan dimensi fisi-
ologis yang bersifat subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih
dirasakan oleh orang yang bersangkutan, yang ditandai dengan perasaan
yang tidak menyenangkan (unfeeling well), lemah (weakness), pusing
(dizziness), kaku dan mati rasa (numbness). Mungkin saja melalui
pemeriksaan secara medis individu terserang suatu penyakit dan fungsi
dari salah satu organ tubuhnya terganggu, namun tidak merasakan sakit
dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjela-
san tersebut, Sarwono (dalam Yunindyawati, 2004) mendefenisikan
bahwa sakit merupakan suatu keadaan yang kurang menyenangkan
yang dirasakan seseorang serta menghambat aktifitas, baik secara jas-
mani dan rohani sehingga seseorang tersebut tidak bisa menjalankan
fungsi dan perannya secara normal dalam masyarakat.
Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk menentukan
kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai batas
normal yang telah ditetapkan, akan tetapi ada beberapa definisi
mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan (Asmadi, 2008), antara lain
:
1. Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi ketidakseim-
bangan dari fungsi normal tubuh manusia, termasuk sistem biol-
ogis dan kondisi penyesuaian.
2. Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya
gejala, persepsi terhadap kondisi sakit yang dirasakan serta
menurunnya kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari.
3. Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda dan
gejala.
4. Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi
yang kurang menyenangkan yang dialami seseorang sehingga
menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik jasmani
maupun sosial. Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk
menentukan kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi peru-
bahan dari nilai batas normal yang telah ditetapkan, akan tetapi
ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan
(Asmadi, 2008), antara lain :
5. Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi ketid-
akseimbangan dari fungsi normal tubuh manusia, termasuk sis-
tem biologis dan kondisi penyesuaian.
6. Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya
gejala, persepsi terhadap kondisi sakit yang dirasakan serta
menurunnya kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari.
7. Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda dan
gejala.

Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi yang ku-
rang menyenangkan yang dialami seseorang sehingga menimbulkan
gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik jasmani maupun sosial.

B. KONSEP MODEL SEHAT SAKIT


Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit
Sehat dalam suatu rentang adalah tingkat kesejahtera individu pada
jangka waktu tertentu, dimana individu berada dalam kondisi sejahtera
yang optimal, dengan kualitas energi yang paling maksimum, sampai
pada kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi individu
secara total (Neuman, 1990 dalam Maulana, 2014).

Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan


yang bersifat dinamis dan dapat berubah terus- menerus sesuai dengan
adaptasi dari individu terhadap perubahan suatu lingkungan baik inter-
nal dan eksternal dan mampu mempertahankan keadaan fisik, emo-
sional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat, se-
dangkan sakit adalah sebuah proses perubahan atau penurunan fungsi
dari individu bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya,
karena sehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai beberapa
tingkat dan kualitas yang bersifat relatif, maka keakuratannya harus
ditentukan sesuai dengan titik tertentu pada skala kontinum sehat sakit
(Maulana, 2014).
2) Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model kesejahteraan
yang orientasinya ialah memaksimalkan potensi sehat yang ada
pada setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang kese-
imbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini berusaha untuk memajukan tingkat fungsi ke arah yang
lebih tinggi, dimana individu mampu hidup dengan potensi yang
paling maksimal, dan merupakan suatu proses yang dinamis, bukan
suatu keadaan yang statis dan pasif (Maulana, 2014)

3) Model agen-penjamu-lingkungan
Model agen-penjamu-lingkungan adalah model yang tingkat sehat
sakit dari individu atau kelompok tersebut ditentukan oleh hub-
ungan antara ketiga variabel yakni agen, penjamu dan lingkungan
secara dinamis (Maulana, 2014).

4) Model keyakinan kesehatan


Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang
dengan perilaku yang ditampilkannya. Terdapat 3 komponen dalam
model keyakinan kesehatan, yaitu : Komponenpertamaadalahper-
sepsiindividutentangdirinya yang rentan terhadap suatu penyakit.
Contohnya, klien atau individu perlu mengenal adanya penyakit
yang diderita melalui riwayat keluarganya. Apabila dalam keluarga
memiliki riwayat diabetes melitus dan dalam empat dekade ada
keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut, maka klien
memiliki kemungkinan mengalami penyakit diabetes melitus.
✓ Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap
keseriusan penyakit tertentu. Variabel demografi dan so-
siopsikologis merupakan hal utama yang mempengaruhinya,
rasa terancam oleh penyakit dan tanda- tanda untuk bertindak.
✓ Komponen ketiga dimana individu berusaha mengambil tin-
dakan preventif, contohnya mengubah gaya hidup.
Model keyakinan kesehatan sangat membantu perawat dalam me-
mahami tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi,
keyakinan, perilaku klien serta membantu perawat dalam
merancang rencana paling efektif sehingga klien dapat memelihara
atau memperoleh kembali status kesehatanya dan mencegah ter-
jadinya penyakit (Maulana, 2014). Model keyakinan kesehatan
Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang
dengan perilaku yang ditampilkannya. Terdapat 3 komponen dalam
model keyakinan kesehatan, yaitu : Komponen pertama adalah per-
sepsi individu tentang dirinya yang rentan terhadap suatu penyakit.
Contohnya, klien atau individu perlu mengenal adanya penyakit
yang diderita melalui riwayat keluarganya. Apabila dalam keluarga
memiliki riwayat diabetes melitus dan dalam empat dekade ada
keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut, maka klien
memiliki kemungkinan mengalami penyakit diabetes melitus.
Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan
penyakit tertentu. Variabel demografi dan sosiopsikologis merupa-
kan hal utama yang mempengaruhinya, rasa terancam oleh penyakit
dan tanda- tanda untuk bertindak. Komponen ketiga dimana indi-
vidu berusaha mengambil tindakan preventif, contohnya mengubah
gaya hidup.

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN MASYARAKAT
1) Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau
buatan manusia) misalnya sampah, air, udara dan perumahan,
dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-
lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh
kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal
ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari bu-
ruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan
air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat
kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia
dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan
kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin in-
dividu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat
kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. misalnya
manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk
mejaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada
pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga
dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat, semakin
tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka penge-
tahuan untuk hidup sehat akan semakin baik. Beberapa con-
toh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan
antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan mening-
katkan derajat kesehatan masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep ha-
ram terhadap alkohol akan menurunkan tingkat kon-
sumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu mau-
pun masyarakat maka pengetahuan akan cara hidup
sehat semakin baik.
1) Perilaku (Life Styles)
Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor
kedua mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena
sehat dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri, di samping itu juga dipengaruhi oleh ke-
biasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial
ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada
dirinya. Contohnya: dalam masyarakat yang mengalami tran-
sisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern,
akan terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut
yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada
masyarakat tradisional di mana sarana transportasi masih san-
gat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam be-
raktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa meng-
gerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat
modern di mana sarana transportasi sudah semakin maju,
maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan
menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor se-
hingga individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota
tubuhnya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengaki-
batkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang ber-
olah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern
mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang mengandung
serat. Fakta tersebut akan mengakibatkan transisi epidemiol-
ogis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif. Berikut
ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang :
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko
kanker pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk
food) akan meningkatkan risiko obisitas yang berisiko
pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, men-
gubur dan menutup) pada pencegahan DBD akan
menurunkan prevalensi penyakit DBD.
2) Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencega-
han terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta ke-
lompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat berpengaruh oleh lo-
kasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam mem-
peroleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu
sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Semakin mudah akses individu atau masyarakat ter-
hadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan masyara-
kat semakin baik. Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat
mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS
akan menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik
akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pe-
layanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan indi-
vidu/masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan.
3) Keturunan (Heredity)
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada
derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang
diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada pada diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan
penyakit keturunan, diantaranya: diabetes melitus, asma
bronkia, epilepsy, retardasi mental hipertensi dan buta warna.
Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal
ini merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka
harga yang dibayar cukup mahal. Berikut ini contoh faktor
keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan
mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik.

D. TAHAP – TAHAP PERILAKU SAKIT

Menurut Suchman (1985.) tahapan sakit terbagi menjadi 4 tahap yaitu:

1. Tahap mengalami gejala


a) Tahap transisi : Individu percaya bahwa ada kelainan dalam
tubuhnya ; merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya
berbagai gejala/merasa ada bahaya.tahap traansisi ini terdiri
atas 3 aspek yaitu aspek fisik meliputi ; nyeri, panas tinggi,
aspek kognitif meliputi ; interprestasi terhadap gejala serta
aspek respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan
b) Konsultasin dengan orang terdekat : gejala + perasaan, ka-
dang-kadangh mencoba pengobatan di rumah.
2. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role)
a) Penerimaan terhadap sakit
b) Individu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman :
menghasilkan peran sakit.
c) Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain men-
gobati sendiri, mengikuti nasehat teman/keluarga.
d) Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah beru-
bah dan merasa lebih baik. Invidu masih mencari penegasan
dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan di-
penuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selan-
jutnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
a) Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan
atas inisiatif sendiri. Tahap kontak dengan pelayanan terdiri
atas 3 tipe informasi yaitu validasi keadaan sakit, penjelasan
tentang gejala yang tidak dimengerti dan tipe keyakinan
bahwa mereka akan baik
b) Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sem-
buh jika ada gejala kembali pada profesi kesehatan.
c) Tahap ketergantungan
4. Tahap penyembuhan
a) Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali
pada peran sakit dan fungi sebelum sakit.
b) Kesiapan untuk fungsi social.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disim-
pulkan bahwa perilaku konsumsi obat tradisional dalam upaya menjaga
kesehatan memiliki perhatian yang tidak sama dengan ilmu kesehatan
modern.

Sekalipun demikian tidak berlawanan antara keduanya, bahkan memiliki


tujuan yang sama ialah memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-ting-
ginya. Faktor yang mempengaruhi kesehatan berasal dari faktor internal
dalam tubuh termasuk pengendalian hawa nafsu dan faktor eksternal ter-
masuk kondisi lingkungan alam di sekitar manusia, sedangkan sakit di-
pengaruhi oleh faktor tingkah laku, guna-guna, lingkungan manusia dan
takdir, sedang upaya pencegahan agar tetap sehat dengan perilaku manu-
sia yang wajar serta kemampuan manusia dalam mengendalikan
nafsunya dalam menjalani kehidupan
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Irwan. S.KM, M.Kes. (2017). ETIKA DAN PERILAKU KESEHATAN. Yogya-
karta: CV. ABSOLUTE MEDIA

Yulianto & Asyim RB. PERILAKU KONSUMSI OBAT TRADISIONAL DALAM


UPAYA MENJAGA KESEHATAN MASYARAKAT BANGSAWAN SUMENEP.
JURNAL KEPERAWATAN. 2-3

Anggraini, dkk. (2014). Konsep Sehat dan Sakit. Diakses pada 31 Oktober 2022, dari
https://www.academia.edu/8215168/konsep_sehat_sakit

Repository.uksw.edu. T1_462012002_BAB II. Diakses pada 31 Oktober 2022, dari


https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://reposi-
tory.uksw.edu/bit-
stream/123456789/11808/2/T1_462012002_BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiUuY
XCxon7AhXJyXMBHUtFBs4QFnoECA0QBg&usg=AOvVaw12Ri-
hfmrGK97ud36rZx3GW

Scribd.com. (2016). Perilaku Sakit. Diakses pada 31 oktober 2022, dari


https://www.scribd.com/doc/312988959/PERILAKU-SAKIT

Eprints.umm.ac.id. Konsep Sehat & Sakit. Diakses pada 31 Oktober 2022, dari
https://eprints.umm.ac.id/69028/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai