Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN WAHAM (PROSES


PIKIR)

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Keperawatan Jiwa
yang dibina oleh Bapak Ali Sodikin, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh
Adinda Alisabella (1601470003)
Rhima Dyah Ayu Sayekti (1601470004)
Fety Eka Rizqa Akmalia (1601470009)
Niken Ayu Septiafani (1601470011)
M. Septiadi Indra Nugroho (1601470013)
Andini Purwaningsih (1601470019)
Hanifa Safitri (1601470022)
Nia Agustina (1601470040)
Ike Kamilatul Izzah (1601470042)
Bagus Prasetyo (1601470043)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
Jurusan Keperawatan
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
Maret, 2018

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke-hadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah memberikan


karunia serta kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat mengerjakan Makalah
matakuliah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pasien
Waham” ini hingga selesai.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu membuat makalah ini, terutama kepada:
1. Bapak Ns. Supono, M.Kep. Sp. Mb, selaku kepala Program Studi
Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
2. Bapak Ali Sodikin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen matakuliah
Keperawatan Jiwa
3. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan sekaligus
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Lawang, 26 Maret 2018


Tim Penyusun
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Waham ............................................................................................3
2.2 Etiologi Waham ................................................................................................3
2.3 Proses Terjadinya Waham ................................................................................4
2.4 Jenis-Jenis Waham ............................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala Waham .................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinik .............................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan ..............................................................................................10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................20
4.2 Saran ...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU
Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian. Kesehatan jiwa adalah satu
kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa didefenisikan
sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau
disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck,
2008). Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


Sejalan dengan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Waham ?
2. Apa saja etiologi Waham ?
3. Apa saja proses terjadinya Waham?
4. Apa saja jenis – jenis Waham?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Waham ?
6. Apa saja Prognosis dan komplikasi Waham?
7. Apa saja Manifestasi Klinik Waham?
8. Apa saja Penatalaksanaan waham?
9. Seperti apa contoh asuhan keperawatan denagn pasien waham?

1.3 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan tujuan penulisan di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari waham.
2. Untuk mengetahui etiologi dari waham
3. Untuk mengetahui proses terjadinya waham
4. Untuk mengetahui jenis – jenis waham
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari waham
6. Untuk mengetahui Prognosis dan komplikasi waham
7. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik waham
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan waham
9. Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan dengan pasien
waham
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis
yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah
terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya
(Rawlins, 1993)
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak
dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)
serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.

2.2 Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir waham adalah Gangguan
konsep diri harga yaitu diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan. Faktor
predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
1. Biologis:
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan:
Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan
limbik. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dan kanak-kanak.
2. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan.
3. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya
waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan
karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik /
emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang
perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun
tidak berdaya.

2.3 Proses Terjadinya Waham


Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.
2.4 Jenis-jenis waham
Jenis-jenis waham antara lain:
1. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai
sekali, orang kaya.
2. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau
kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat padanya.
3. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah
meninggal.
4. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
5. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
6. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti
ususnya yang membusuk, otak yang mencair.
7. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang
lain atau kekuatan
8. Waham Curiga
9. Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga
terhadap sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini
mencari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang
bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak senonoh
terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of
reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-
perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian
dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
10. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.

2.5 Tanda dan gejala waham


a. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Tidak mampu mengambil keputusan
c. Individu sangat percaya pada keyakinannya
d. Sulit berfikir realita
b. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
c. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Mengancam secara verbal
b. Hipersensitif
c. Curiga
d. Depresi
e. Ragu-ragu
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
d. Fisik
a. Muka pucat
b. Sering menguap
c. Higiene kurang
d. BB menurun

2.6 Prognosis dan komplikasi


Perjalanan penyakit gangguan waham menetap
1. Kurang dari 25 % menjadi skizofrenia
2. Kurang dari 10 % menjadi gangguan efektif
3. 50% sembuh untuk waktu yang lama
4. 20% hanya penurunan gejala
5. 30% tidak mengalami perubahan gejala
6. Prognosis ke arah baik :
 Riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik
 Kemampuan penyesuaian yang tinggi
 Wanita
 Onset sebelum 30 tahun
 Onset
 Onset tiba – tiba
 Lamanya
 Adanya faktor pencetus

2.7 Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham yaitu:
1. Waham dengan perawatan minimal
 Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
 Bersosialisasi dengan orang lain.
 Mau makan dan minum.
 Ekspresi wajah tenang.
2. Waham dengan perawatan parsial
 Iritable.
 Cenderung menghindari orang lain.
 Mendominasi pembicaraan.
 Bicara kasar.
3. Waham dengan perawatan total
 Melukai diri dan orang lain.
 Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
 Gerakan tidak terkontrol.
 Ekspresi tegang.
 Iritable.
 Mandominasi pembicaraan.
 Bicara kasar.
 Menghindar dari orang lain.
 Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
 Perilaku bazar.
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain.
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Mudah tersinggung

2.8 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanaan klien
dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi
psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk
memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia.
Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Deskripsi Data Mayor Data Minor
Keperawatan
Gangguan proses Gangguan proses Subyektif: Subyektif:
pikir: waham pikir yang o Merasa curiga o Merasa orang
ditandai dengan o Merasa lain menjauh
keyakinan cemburu o Merasa tidak
tentang diri dan o Merasa diancam ada yang mau
lingkungan yang / diguna-guna mengerti
menyimpang, o Merasa sebagai Obyektif:
dipertahankan orang hebat o Marah-marah
secara kuat. o Merasa karena alasan
memiliki sepele.
kekuatan luar o Menyendiri
biasa
o Merasa sakit /
rusak organ
tubuh
o Merasa sudah
mati
Obyektif:
o Marah-marah
tanpa sebab
o Banyak kata
(logorrhoe)
o Menyendiri
o Sirkumstansial
o Inkoheren
2. Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Waham
(Pertemuan I)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi perasaan/Masalah/Keluhan Utama
3. Validasi kemampuan klien
4. Kontrak waktu dan tempat
5. Topik/tindakan yang akan dilakukan
6. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
2. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita:
panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan
3. Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
4. Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal kegiatan
harian
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan klien (objektif)
3. Rencana latihan klien
- Latihan orientasi realita 2x/hari
4. Rencana tindakan keperawatan lanjutan
Latihan mengendalikan waham dengan minum obat sesuai prinsip 6 benar

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga Dengan Klien


Waham
(Pertemuan I)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan/Masalah/Keluhan dalam merawat Klien
3. Validasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
4. Kontrak waktu dan tempat
5. Topik/tindakan yang akan dilakukan
6. Tujuan Pertemuan
FASE KERJA
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien waham
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat
waham
3. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
waham
4. Menjelaskan cara merawat klien waham: tidak menyangkal, tidak
mendukung dan hadirkan realitas
5. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
klien latihan orientasi realita
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan(subjektif)
2. Evaluasi kemampuan keluarga (objektif)
3. Rencana asuhan keluarga kepada klien
- Latihan membimbing klien orientasi realitas 2 x sehari
4. Menyepakati rencana pertemuan bertindakan berikutnya

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Waham


(Pertemuan II)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan/masalah yang dirasakan
3. Kontrak waktu, tempat
4. Evaluasi tanda dan gejala waham
5. Validasi kemampuan klien dalam latihan orientasi realitas dan memenuhi
kebutuhan yang tidak terpenuhi akibat wahamnya
6. Topik/tindakan yang akan dilakukan
7. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan cara minum obat secara
teratur menggunakan prinsip 6 benar
2. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
3. Melatih cara minum obat secara teratur menggunakan prinsip 6 benar
4. Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke
dalam jadual kegiatan harian
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan klien (objektif)
3. Rencana latihan klien
- Latihan orientasi realitas 2x/hari
- Latihan memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi akibat wahamya 2x/
hari
- Latihan minum obat
4. Rencana tindakan keperawatan lanjutan
- Latihan membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
akibat wahamnya

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga Dengan Waham


(Pertemuan II)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan/Masalah/Keluhan keluarga
3. Kontrak waktu, tempat
4. Validasi kemampuan keluarga prinsip cara merawat klien dengan waham,
kemampuan memenuhi kebutuhan klien
5. Topik
6. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Menjelaskan kepada keluarga tentang obat yang diminum klien
2. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian jika tidak minum obat
4. Melatih keluarga cara klien minum obat menggunakan prinsip 6 benar
5. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan member pujian saat
klien minum obat sesuai dengan jadwal
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan keluarga (objektif)
3. Rencana asuhan keluarga pada klien :
- Latihan membimbing klien orientasi realita 2x/hari
- Latihan membimbing klien minum obat secara teratur sesuai jadual
minum obat
4. Menyepakati rencana pertemuan berikutnya
- Membimbing klien latihan memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi
akibat wahamnya

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Waham


(Pertemuan III)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan dan masalah yang diraskan
3. Kontrak waktu, tempat
4. Evaluasi tanda dan gejala waham
5. Validasi kemampuan klien latihan orientasi realita dan minum obat teratur
(6 benar minum obat)
6. Topik/tindakan yang akan dilakukan
7. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
2. Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
3. Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam jadwal
kegiatan harian
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan klien (objektif)
3. Rencana latihan klien
- Latihan orientasi realita 2x/hari
- Latihan minum obat (6 benar minum obat) sesuai jadual minum obat.
- Latihan memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi 2x /hari
4. Rencana tindakan keperawatan lanjutan
- Latihan kemampuan positif yang telah dipilih

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga Dengan Klien Waham


(Pertemuan III)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan dan masalah yang dirasakan
3. Kontrak waktu dan tempat
4. Evaluasi tanda dan gejala waham
5. Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing klien latihan orientasi
realita, minum obat teratur (6 benar minum obat)
6. Topik/tindakan yang akan dilakukan
7. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Menjelaskan kepada keluarga cara membantu memenuhi kebutuhan klien
yang belum terpenuhi akibat waham dan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhannya
2. Melatih keluarga membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi akibat waham dan kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhannya
3. Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian saat
klien latihan memenuhi kebutuhannya.
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan keluarga (objektif)
3. Rencana asuhan keluarga kepada klien :
- Latihan membimbing klien orientasi realitas
- Latihan membimbing klien minum obat secara teratur sesuai jadwal
- Latihan membimbing klien memenuhi kebutuhan sesuai dengan jadwal
4. Menyepakati tindakan keperawatan pertemuan selanjutnya
- Latihan membimbing klien melakukan kemampuan positif yang
dimiliki

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Waham


(Pertemuan IV)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan dan masalah yang dirasakan
3. Kontrak waktu, tempat
4. Evaluasi tanda dan gejala waham
5. Validasi kemampuan klien dalam membimbing klien latihan orientasi
realita, minum obat teratur (6 benar minum obat), latihan memenuhi
kebutuhan dasar
6. Topik/tindakan yang akan dilakukan
7. Tujuan pertemua
FASE KERJA
1. Menjelaskan kemampuan positif yang dimiliki klien
2. Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien
3. Memilih kemampuan positif yang dimiliki
4. Melatih kemampuan positif yang dipilih
5. Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam jadual
kegiatan harian
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana latihan klien
- Latihan membimbing klien orientasi realitas
- Latihan membimbing klien minum obat secara teratur sesuai jadwal
- Latihan membimbing klien memenuhi kebutuhan sesuai dengan jadwal
4. Menyepakati pertemuan selanjutnya
- Latihan kemampuan positif yang telah dipilih 2x/hari

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Keluarga Dengan Klien Waham


(Pertemuan IV)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi Perasaan dan masalah yang dirasakan
3. Kontrak waktu dan tempat
4. Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing klien latihan orientasi
realita, minum obat teratur (6 benar minum obat), latihan memenuhi
kebutuhan dasar klien
5. Topik/tindakan yang dilakukan
6. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Menjelaskan kepada keluarga kemampuan positif yang dimiliki klien
2. Melatih keluarga tentang kemampuan positif yang dimiliki klien
3. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien melakukan
kemapuan positif yang dimiliki
4. Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien
5. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
6. Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
7. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
8. Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke pelayanan
kesehatan.
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan keluarga (objektif)
3. Rencana asuhan keluarga pada klien
- Latihan membimbing klien orientasi realitas
- Latihan membimbing klien minum obat secara teratur sesuai jadwal
- Latihan membimbing klien memenuhi kebutuhan sesuai dengan jadwal
- Latihan kemampuan positif yang telah dipilih 2x/hari
4. Menyepakati pertemuan selanjutnya
BAB III
CONTOH KASUS

3.1 Kasus
Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya dan beliau berambisi untuk
menjadi anggota DPR. Keluarga Tn.R tidak mendukungnya untuk menjadi anggota
DPR dengan alasan biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan belum tentu berhasil,
tetapi Tn.R tetap bersihkeras untuk mencalonkan diri dan yakin akan menang. Tn.R
sangat bekerja keras untuk meyakinkan warga agar semua memilihnya.
Tiba saatnya pemilihan, ternyata hasil perolehan suara Tn.R lebih sedikit
dibandingkan dengan saingannya, yaitu Ny.W. Tn.R merasa sangat kecewa dan
keluarga Tn.R menyalahkannya, karena tidak mau mendengarkan pendapat dari
keluarganya.
Setelah kejadian tersebut Tn.R menjadi murung dan selalu mengunci diri di
kamar, tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu berpakaian rapi,
bersepatu kinclong seperti anggota DPR. Karena keluarga merasa khawatir dengan
perilaku Tn. R dan malu dengan tetangga, maka keluarga membawa Tn.R ke rumah
sakit jiwa.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Alamat : Pasuruan
Pekerjaan : Pegawai Kelurahan
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM : 0668390987
Tanggal dirawat : 12-05-2014
Tanggal pengkajian : 13-05-2014
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Berdasarkan pengkajian (menurut klien):
Klien mengatakan bahwa ia bertengkar dengan keluarganya
b. Menurut status:
Murung, diam, terkadang marah-marah

2) Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Prisipitasi


Sejak 1 minggu yang lalu klien murung dan mengunci diri di kamar. 3 hari terakhir
klien mulai marah-marah dan berteriak-teriak di dalam kamar

3) Faktor Predisposisi
a. Riwayat Penyakit Lalu
Pada tahun ini klien mencoba mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Namun
ternyata hasil dari pemilu tidak memuaskan klien, Tn.R gagal menjadi anggota
DPR. Hal ini membuat klien menjadi rendah diri dan cenderung murung.
Sehari-hari klien menghabiskan waktu dengan berdiam diri di kamar. Beberapa
hari terakhir klien berteriak-teriak di dalam kamar, dan klien mengatakan
bahwa ia adalah seorang pejabat penting dalam pemerintahan.
b. Pengobatan Sebelumya
Klien belum mendapatkan pengobatan karena keluarga merasa takut
mendekati ketika klien marah-marah
c. Riwayat Trauma
Klien gagal menjadi anggota DPR dan menghabiskan banyak biaya
d. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan:
Tidak ada
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa

4) Status Mental
1. Penampilan: Pasien tampak rapi, bersih,memakai pakaian dengan sopan.
2. Kesadaran:
3. Kesadaran klien berubah secara:
b. Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan dengan
pasien menyatakan dirinya merupakan salah satu pejabat penting dalam
pemerintahan
c. Relasi: Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman yang
lain karena waktunya dihabiskan dengan mengurung diri di kamar.
4. Disorientasi
a. Waktu: Klien mengatakan masih bisa mengenali waktu
b. Tempat: Klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila
katanya
c. Orang: Klien mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya adalah teman
kerjanya di gedung DPR
5. Pembicaraan
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang pembicaraan,
mengatakan tentang kehebatan dirinya, pembicaraan awal terarah sesuai
pertanyaan, lama kelamaan nglantur klien menyombongkan jabatannya.
6. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau
orang lain,karena tidak punya waktu untuk berkenalan.
7. Afek dan Emosi
Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri (diam),
kadang marah-marah.
8. Persepsi – sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisai
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatosensorik
f. Proses Pikir
9. Arus Pikir
a. Arus Pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara
berulang-ulang bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting.
b. Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa setiap hari ia disibukkan dengan berbagai urusan
pemerintahan
c. Bentuk Pikir
Bentuk pikir klien non realistis, pembicaraan klien tidak sesuai dengan
kenyataan
10. Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif, mau bercakap-cakap, mau tersenyum, pembicaraan klien
selalu mempertahankan pendapatnya,kalau dirinya orang hebat
11. Memori
1. Jangka Panjang: Klien mampu mengingat keluarganya
2. Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih
dirumah dan bekerja di kelurahan
3. Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi, mandi dan
sarapan.
12. Tingkat Konsentasi dan Berhitung
Saat ditanya “jika bapak belanja habis 5000,untuk beli tempe dan uang ibu
10.000 maka kembalinya berapa? “klien menjawab Rp.5000
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai dengan baik
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita: Klien mengatakan dia tidak sakit jiwa
tetapi orang-orang menganggap dia gila

5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Cukup
b. Tanda-tanda Vital: TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5oC
RR : 20x/menit
c. Antropometri : TB: 171 cm, BB: 65 kg
d. Tidak ada keluhan fisik: Klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun
e. Pemeriksaan Fisik:
1. Kepala
 Inspeksi: bersih, rambut pendek warna hitam
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
2. Mata
 Inspeksi: Konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan normal, tidak
kabur, tidak ada peradangan
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
 Inspeksi: bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak
ada polip (bersih)
 Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
4. Mulut
 Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada
luka, tidak ada pembesaran tonsil
5. Telinga
 Inspeksi: simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Leher
 Inspeksi: tidak ada luka, JVP tidak ada, tidak kaku kuduk
 Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7. Dada
 Inspeksi: normal chest, tidak ada retraksi intercostal
 Auskultasi: normal
8. Abdomen
 Inspeksi: bentuk buncit, tidak terdapat lesi
 Auskultasi : bising usus 10 x / menit
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekanPerkusi : timpani
9. Genetalia: Bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada gangguan pola eliminasi
10. Ekstrimitas
 Kekuatan otot: 5 5 5 5
 Rentang gerak maksimal
 Tidak ada luka
11. Integumen: Kulit bersih, lembab, tidak ada lesi

6) Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Keterangan:
= Laki- laki = Meninggal
= Perempuan = Klien
= Tinggal serumah

b. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena
ini adalah pemberian Allah kepadanya.
2. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang bapak yang baik,
selain itu dia juga seorang pegawai di kelurahan
3. Peran
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang bapak yang baik, ia juga
sebagai pegawai di kelurahan.
4. Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin buat
rakyat.
5. Harga Diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia
adalah seorang pejabat penting di gedung DPR, tetapi sekarang ia harus
tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit jiwa, klien mengatakan malu.
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti atau terdekatKlien mengatakan orang yang terdekat
dengannya adalah istrinya jika ada masalah ceritanya langsung ke
istrinya
2. Peran serta kegiatan kelompokKlien mengatakan sebelum disini dia
mengikuti rapat di gedung DPR
3. Hambatan dan hubungan dengan orang lainKlien mengatakan saat ini
waktunya kurang, malah tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan
teman karena waktunya lebih banyak untuk rapat dengan anggota DPR
lainnya
d. Spritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada
Tuhan karena Allah yang memberikan segalanya, dan klien mengatakan
takut pada Tuhan
2. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih
banyak dan rajin beribadah, tetapi saat disini jarang karena belum
beradaptasi dengan lingkungan, saat ini klien sering menyendiri dan diam

7) Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan sendiri dengan bimbingan perawat, makan 3x1 hari, 1 porsi tidak
dihabiskan
2. BAK /BAK
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri
3. Mandi
Klien mandi tidak harus dimotivasi perawat terlebih dahulu
4. Berpakaian atau berhias
Klien dapat berpakaian atau berhias sendiri, menggunakan pakaian yang sesuai
seragam pada hari itu dan ganti baju 1 x sehari
5. Istirahat dan tidur
a. Tidur siang 13.00 – 15.30
b. Tidur malam 18.00 – 05.00
c. Aktivitas sebelum tidur: duduk – duduk, nonton tv
d. Klien tidak mengalami gangguan tidur
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : Sistem pendukung
8. Aktivitas dalam rumah
Klien mengatakan sering didalam kamar dengan mengurung diri
9. Aktivitas diluar rumah
Klien jarang keluar rumah

8) Mekanisme Koping
Mekanisme koping tidak efektif karena ia mengganggap dirinya orang lain

9) Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan yang lain, karena pasien
lebih senang mengurung diri di dalam kamar

10) Pengetahuan Kurang


Klien mengatakan orang gila itu ya orang yang mengalami penyakit
gangguan jiwa, saya tidak sakit jiwa tapi dibawa kesini.

11) Aspek Medis


a. Diagnosa medis: F.25.0 (skizoafektif)
b. Terapi Medik:
 Haloperidol 5 mg 1-0-1
 Clopramazine 100 mg 0-1-1
 Defakene 2 x 1 sdm
 komplek 1-0-1
12) Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan komunikasi verbal
b. Gangguan isi pikir : waham
c. Harga diri rendah kronis
d. Koping individu tidak efektif
13) Pohon Masalah
Resiko tinggi gangguan komunikasi verbal

Gangguan isi pikir : waham

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

14) Analisa Data


Nama : Tn. R
Usia : 30 tahun
No RM: 066839xxxx
No. Data Masalah
1. DS : Resiko gangguan
Klien mengatakan waktunya tidak ada komunikasi verbal
untuk berkomunikasi dengan teman
karena lebih banyak sibuk dengan
urusannya sendiri.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Aktivitas klien menurun.
Klien kurang berkomunikasi dengan
orang lain.
2. DS : Gangguan proses
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah pikir : waham
seorang pejabat DPR.
Klien mengatakan tidak ada yang bisa
mengalahkan dirinya karena dia
memiliki kedudukan yang tinggi di
gedung DPR.
DO :
Klien terus membicarakan
kehebatannya.
Setiap pagi klien selalu berpakaian rapi
dan bersepatu kinclong seperti pejabat.
3. DS : Harga diri rendah
Klien mengatakan bahwa klien merasa
kecewa dengan sikap keluarganya yang
sepertinya tidak bahagia padahal dia
telah terpilih menjadi anggota DPR.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Klien tidak mau bergaul dengan orang
lain.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan waham kebesaran.
2. Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

3.2.3 Intervensi Keperawatan


Masalah prioritas: Perubahan proses pikir : waham kebesaran
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
TUM: Setelah 1 kali 1. Bina hubungan Dengan membina
Secara bertahap interaksi klien saling percaya. hubungan saling
pasien mampu menunjukkan tanda- 2. Ciptakan percaya pasien akan
berhubungan tanda percaya lingkungan yang merasa aman dan
dengan realitas kepada perawat: tenang, buat kontrak bersedia
1. Mau yang jelas berinteraksi dengan
TUK 1: menerima kehadiran 3. Jangan perawat
Pasien dapat perawat membantah dan
membina disampingnnya mendukung waham
klien
hubungan saling 2.Mengatakan mau 4. Observasi apakah
percaya menerima bantuan waham klien
perawat. menganggu aktivitas
3.Tidak menunjukan sehari- hari dan
tanda-tanda curiga perawatan diri.
4.Mengizinkan
duduk di samping.

TUK 2 : Setelah 1 kali 1. Diskusikan Untuk


Pasien dapat interaksi klien dengan pasien meningkatkan
mengidentifikasi menunjukan: kemampuan yang Harga diri pasien
kemampuan Klien menceritakan dimiliki pada waktu terhadap dirinya
yang di miliki. ide-ide dan perasaan lalu dan saat ini yang sendiri dan realita
yang muncul secara realistis.
berulang dalam 2. Tanyakan apa
pikirannya. yang bisa dilakukan
dan anjurkan untuk
melakukanya.
3. Jika pasien selalu
berbicara tentang
waham nya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada

TUK 3 : Setelah 2 kali 1. Observasi Untuk memenuhi


Pasien dapat interaksi klien: kebutuhan pasien kebutuhan pasien
mengidentifikasi 1. Dapat sehari-hari. yang belum
kebutuhan yang menyebutkan 2. Dikusikan terpenuhi
tidak dapat kejadian-kejadian kebutuhan pasien
terpenuhi. sesuai yang tidak terpenuhi
dengan urutan selama di rumah
waktu serta maupun di rumah
kebutuhan dasar sakit.
yang tidak terpenuhi 3. Hubungan
2.Dapat kebutuhan yang
menyebutkan tidak terpenuhi
hubungan antara dengan timbulnya
kejadian traumatis waham.
atau kebutuhan tidak 4.Tingkatkan
terpenuhi dengan aktivitas yang dapat
wahamnya. memenuhi
kebutuhan pasien,
memerlukan waktu
dan tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
dengan wahamnya.

TUK 4 : Setelah dilakukan 2 1. Berbicara dengan Dengan


Pasien kali interaksi klien pasien dalam berorientasi dengan
berhubungan dapat menyebutkan konteks realitas realita klien dapat
dengan realitas perbedaan (realitas diri, orang menyatakan
pengalaman nyata lain waktu dan pernyataan sesuai
dengan pengalaman tempat). dengan kenyataan
wahamnya. 2.Sertakan pasien
dalam TAK
orientasi realita.
3.Beri pujian pada
setiap kegiatan
positif yang
dilakukan pasien.
TUK 5 : Setelah 1 kali 1.Diskusi dengan Dukungan dari
Pasien mendapat interaksi keluarga keluarga tentang keluarga dapat
dukungan dapat menjelaskan: gejala waham, cara membantu pasien
keluarga 1. pengertian waham merawat merasa aman dan
2.tanda dan gejala lingkuangan tidak merasa di
waham keluarga, follow up tolak
3. cara merawat klien 2. Anjurkan pasien
waham melaksanakan
dengan bantuan
perawat.

3.2.4 Implementasi dan Evaluasi


No.
Hari/ Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
Dx.1 Senin, 1. Membina hubungan saling percaya S:
3 Oktober 05 antara perawat dan klien - “Selamat pagi bu”
Tik
jam 09.00- Menyapa klien dengan ramah baik nama saya :BS”
1 Wib- verbal maupun non verbal O:
09.55 Wib “ Selamat pagi” sambil tersenyum” - Klien menatap
- Memperkenalkan diri dengan sopan perawat dan
“Nama saya Y, saya mahasiswa PSIK menjabat tangan
yang akan bertugas disini selama 1 perawat kontak mata
minggu, nama Tn sapa ? (klien berada di (+) selama interaksi
balik teralis sambil berjabat tangan A:
dengan jlien jaraknya + 75 cm) - Klien
- Menjelaskan tujuan berinteraksi “Tn B menunjukkan
karena saya disini + 1 minggu jadi kita penerimaan terhadap
sekarang sampai seterusnya bisa kedatangan perawat
ngobrol-ngobrol Tn. B” Tidak apa-apa P:
khan ? kita ngobrol usah lama-lama buat- Lanjutkan ke
hari ini. Gimana, Tn B bersedia ngobrol tujuan khusus 2 Dx.
dengan saya hari ini ? Jadi kalau Tn. B 1
ataupun teman lainnya butuh bantuan
saya,saya akan berusaha membantu,
saya setiap paginya ada disini sampai
jam 2”
- Kontak mata (+) selama berinteraksi
- Menerima klien apa adanya
- Menunjukkan sikap perhatian pada
klien dan memperhatikan kebutuhan
klien
Dx.1 Selasa 2. Membantu klien mengenal waham S:
4 Oktober 05 - Mengucapkan salam terapeutik.” - Membalas salam “
Tik
jam 10.00Wib- Selamat pagi B” Pagi juga Y”
2 10.30 Wib - Membicarakan kontrak yang kemaren - Klien mengatakan
“B’, sesuai janji Y kemarin kalau Y waham itu yang
tanya dan cerita dan cerita-cerita sama dengar suara dan
B tentang waham, B’ nanti dengar Ya seperti lihat
biar B tau” bayangan
“iya”, pernahkah dengar atau tahu kan Y?”
mengenai waham”
“pernah, waham itu delusikan ?” yang O:
ada lihat bayangan atau suara yang kita - Klien terus
dengar” mendengar dan
“Iya bukan itu ! waham artinya memperhatikan yang
Keyakinan seseorang yang tidak sesuai dijelaskan
dengan kenyataan”. Waham itu ada - Kontak mata (+)
waham agama., waham kebesaran,
waham somatik, waham nihilistik, A:
waham curiga - Klien telah
“B, waham itu bisa disebabkan banyak mengenal waham
faktor, bisa karena psikososial mungkin
karena hubungan dengan lingkungan, P:
biologis karena memang otaknya yang - Intervensi
ada kelainan, genetik itu jika ada dilanjutkan ke tujuan
anggota keluarga kemungkinan besar khusus selanjutnya
keluarga lainnya juga bisa dapat (Tik 3)
“Ngerti khan B ? ”kalau tandanya kaya
yang B’ bilang tadi, gejalanya bisa
banyak bicara, menghindari orang lain,
mudah tersinggung tak bisa
membedakan yang nyata, isi
pembicaraan tidak sesuai

Dx.1 Rabu Klien menolak interaksi hari


5 Oktober 05 ini dengan alasan malas.
Tik
Jam 11.00-
3 11.30 Wib
Dx 1 Kamis 3. Membantu klien mengenal cara S:
6 Oktober 05 mengontrol waham - Membalas salam
Tik
Jam 11.00- - Mengucapkan salam “Siang juga Y”
3 11.30 Wib terapeutik “Selamat Siang B” - Iya, Y, kita ngobrol
- Mengingatkan kontrak” siang B tentang wahamkan
“B’ masih ingat yang kita bicarakan ?”
kemaren kan?”
- Mengkaji cara klien mengatasi waham - Iya Y, kemarenkan
katanya kemaren B bisa buat bom, B B yang buat bom
yang pintar sendiri, terus gimana - Y bukan tidak
tuch…. Apa yang B lakukan ?” percaya sama B’. B’
- Memberi reinforcement karena mau kan dulu suka belajar
mengungkapkan perasaan kimia ST…. saat
- Membuat kontrak untuk besok” tahu masalah
“B, Y tahu B pintar, tapi apa yang Y merakit bom
bilang, kita tidak boleh membicarakan
yang tidak sesuai dengan yang O:
sesungguhnya B’ ingatkan….” - Klien terdiam
“B Besok kita masih ngobrol tentang mendengarkan apa
masalah B ini ya… yang dijelaskan dan
terimakasih ya sudah mau cerita sama tertunduk
Y, berarti B mau berbagi keluhan
dengan Y, besok ya kita bahas lagi A:
- Klien mengenal
mengontrol waham

P:
- Intervensi
dilanjutkan masih
TIK 3
Dx 1 Jum’at - Mengingatkan kontrak S:
7 Oktober 05 - Mengucapkan salam terapeutik “ - “hallo juga sie….
Tik
08.00-09.00 “Hallo B, gimana keadaan hari ini….? Sarapan tadi abis
3 Sarapan abis tadi pagi ? tidurnya tidurnya nyenyak ga
nyenyak khan ? kemaren kita janji ada ???????
nyambung lagi khan - Iya, B bisa
“jadi B sudah pikir apa yang harus B menjahit ini celana
lakukan yang B pakai B yang
- Mengkaji lagi cara mengatasi jahit rapi kan, ada
waham… kantong didalam biar
“B mengerti kan kalau waham itu kita orang ga tau Y….”
harus sesuai dengan kenyataan apa yang
kita lakukan. Kalau ada pikiran seperti O:
itu, B harus ingat itu tidak boleh, karena- Klien terdiam
memang itu tidak ada…B kan masih berfikir dan
punya kemampuan lain kan ?” menganggukkan
- Memberi motivasi untuk kepala klien
meningkatkan kemampuan jahitan B tersenyum setelah
“rapi…. diberi pujian
Kemampuan B itu kan bagus bisa
menghasilkan sesuatu yang berguna, A:
karya B dipakai orang, B harus - Klien dapat
bangga.” mengontrol
- Memberi reinforcement (+) wahamnya
“sekarang B mengerti, B banyak yang P:
bisa dibanggakan, teruskan saja ya - Lanjutkan atau beri
besok pekerjaannya kalau Sudah inforcement (+),
pulang.” lanjutkan intervensi
lain
Dx 1 Senin, - Menyapa klien dengan ramah baik S:
10 Oktober 05 verbal dan non verbal. “klien mengatakan
09.00-09.20 “ Pagi, B…” dengan senyum ramah klien cemas dengan
“gimana kabar B ? prosedur ECT yang
- Mengingatkan kontrak akan dilakukan”
“B, seperti janji kita hari jumat kemarin,
kita ngobrol lagi ya ?” O:
- Menanyakan keluhan (here & now) Klien tampak tegang
“gimana perasaan B hari ini? “ dan takut.
(Interaksi tidak dilanjutkan karena hari
ini klien melaksanakan prosedur ECT)
- Membuat kontrak untuk besok A:
“Ya, udah sekarang B di ECT dulu, tapi Intervensi tidak
besok B jam 10.00 WIB ikut Y ya. Y dapat dilanjutkan
besok mau ujian mau kasih penyuluhan karena kondisi klien
tentang pemberian obat untuk b. Besok tidak
ada dosen Y, juga sama ibuk E… . B memungkinkan
tenang aja ya. Jangan cemas.” untuk pelaksanaan
- Terminasi untuk sementara TUK 5.
Berjabat tangan untuk mengakhiri
pembicaraan. P:
Intervensi
dilanjutkan besok.
Dx 1 Selasa, - Membuka interaksi dengan klien S:
11 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
Tik
10.00-10.35 Memperkenalkan dosen salam perawat
5 Membuat kontrak waktu Klien dapat
Menjelaskan interaksi menyatakan nama
Mendiskusikan keluhan obat yang
- Mendiskusikan dan menggali digunakan, efek
pengetahuan klien tentang : samping obat dan
Jenis obat yang digunakan cara mengatasi ESO,
Manfaat obat yang digunakan prinsip 5 benar dan
Menjelaskan efek samping obat akibat dari
Menjelaskan cara mengatasi menghentikan obat
efek samping obat secara mendadak.
Menjelaskan akibat penghentian obat
secara mendadak O:
- Memberikan reinforcement (+) Kontak mata klien
terhadap jawaban klien. (+)
- Menyimpulkan dan menanyakan Klien berjabat
keluhan setelah minum obat. tangan perawat dan
- Mendiskusikan dan menjelaskan dosen
prinsip 5 benar. Klien dapat
menjawab
pertanyaan yang
diajukan perawat.
A:
Klien mampu
menguasai materi
pemberian obat
P:
Intervensi
dilanjutkan dengan
evaluasi TIK
sebelumnya.
Dx 1 Rabu, - Membuka interaksi dengan klien S:
12 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
09.00-09.25 Mengingatkan kontrak salam perawat
Menjelaskan interaksi Klien mengatakan
Mendiskusikan keluhan klien ingin pulang
“Jadi, bagaimana kondisi B hari ini ? B karena di bangsal
sekarang punya keinginan apa?” seperti dipenjara.
- Mengakhiri interaksi Klien mengatakan
“Ya sudah kalau B mau istirahat ga apa- tidak mau
apa? diwawancarai,
- Membuat kontrak untuk interaksi karena klien merasa
besok bosan dan mau
istirahat karena baru
di ECT untuk yang
kedua
O:
Klien tampak malas
Klien tampak ingin
sendiri untuk hari ini
A:
Intervensi tidak
dapat dilanjutkan
karena kondisi klien
yang tidak ingin
diganggu.
P:
Intervensi
dilanjutkan besok.
Dx 1 Kamis, (Evaluasi cara mengontrol waham) S:
13 Oktober 05 - Menyapa klien denagn ramah Klien menjawab
11.00-11.30 - Mengingatkan kontrak salam perawat
- Menanyakan keluhan Klien mengatakan
- Mengevaluasi pengenalan waham kondisinya baik-baik
terhadap klien setelah dikenalkan saja
waham itu apa ? Klien mengatakan
- Pembagian waham waham itu adalah
Waham agama gangguan/
Waham keberasan keyakinan dimana
Waham somatic waham itu berbeda
Waham nilistik dengan kenyataan
- Membuat kontrak untuk berinteraksi dan dilakukan
selanjutnya berulang.
- Mengakhiri interaksi dengan klien O:
Klien berjabat
tangan dengan
perawat
Klien mampu
menjawab
pertanyaan yang
diberikan perawat
A:
Klien dapat
mengulang topik
yang telah
didiskusikan
P:
intervensi
dilanjutkan
Dx 1 Jumat, - Membuka interaksi dengan klien S:
14 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
12.00-12.45 Mengingatkan kontrak salam perawat
Menjelaskan tujuan interaksi Klien mengatakan
cara mengontrol
- Mendiskusikan cara mengontrol waham dengan
waham mengaji, sholat,
- Mendiskusikan kegiatan yang akan nonton, baca Koran
dilakukan setelah kembali kerumah Klien mengatakan
- Membuat kontrak untuk berinteraksi kegiatannya kalau
selanjutnya sudah kembali
- Mengakhiri interaksi dengan klien kerumah klien akan
bekerja
O:
Klien tampak serius
membicarakan topik
ini
A:
Klien mampu untuk
mengulang
bagaimana cara
mengontrol waham
P:
Intervensi
dilanjutkan untuk
TIK selanjutnya.

NASKAH ROLEPLAY
BAB IV
EVALUASI
Pada pembahasan ini kami membahas tentang kesenjangan yang ditemukan
antara teori dengan kasus yang kami buat. Pada pembahasan ini kami menganalisa
tentang hambatan yang kami temukan saat melakukan asuhan keperawatan pada
klien.

Pada tahap pengkajian ditemukan adanya beberapa kesenjangan antara lain


pohon masalah. Pada pohon masalah penyebab utama dari masalah utama dari
kasus yang kami buat adalah Resiko gangguan komunikasi verbal, sedangkan
pada teori adalah Mekanisme koping tidak efektif karena ia mengganggap
dirinya orang lain dan Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan orang
lain, karena pasien lebih senang mengurung diri di dalam kamar. Hal ini
disebabkan karena Klien mengatakan waktunya tidak ada untuk berkomunikasi
dengan teman karena lebih banyak sibuk dengan urusannya sendiri.
Hal tersebut menyebabkan klien Klien lebih sering menyendiri, Aktivitas
klien menurun, Klien kurang berkomunikasi dengan orang lain.. Dikarenakan dari
penyebab masalah utama berbeda maka diagnose yang muncul adalah resiko
gangguan komunikasi verbal. Adapun hambatan yang kami temui saat pengkajian
adalah sulit berkomunikasi dengan klien karena klien sering menyendiri, kurang
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu kami mengatasinya dengan cara
kontak singkat tetapi sering.
Pada tahap perencanaan, rencana asuhan keperawatan padaNy. I dimulai
setelah data terkumpul dari hasil pengkajian. Pada perencanaan tidak menemukan
kesenjangan pada tujuan umum atau tujuan khusus.

Pada tahap implementasi, dilakukan sesuai rencana yang sudah ditetapkan,


tetapi dalam hal ini ada hambatan yaitu Klien menolak interaksi hari ini dengan
alasan malas. Mengatasinya dengan cara mencocokkan data yang ada pada
dokumentasi dan status dari perawatan dan melanjutkan tindakan keperawatan
dihari selanjutnya.

Pada tahap evaluasi tidak memiliki hambatan karena klien sudah mampu
melakukan tindakan yang sudah di perintahkan oleh perawat.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum
Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi waham akan
mengalami fase-fase berikut:
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi
sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

4.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami
gangguan persepsi Waham agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat
kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti
sediakala.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jjiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-waham.html?m=1
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
NN..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ?22
Novembr 2004. unpublished
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standart Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 1. Bandung: RSJP.
Townsend M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri;
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai