Oleh
Adinda Alisabella (1601470003)
Rhima Dyah Ayu Sayekti (1601470004)
Fety Eka Rizqa Akmalia (1601470009)
Niken Ayu Septiafani (1601470011)
M. Septiadi Indra Nugroho (1601470013)
Andini Purwaningsih (1601470019)
Hanifa Safitri (1601470022)
Nia Agustina (1601470040)
Ike Kamilatul Izzah (1601470042)
Bagus Prasetyo (1601470043)
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
Jurusan Keperawatan
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang
Maret, 2018
2.1 Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis
yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya (Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah
terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya
(Rawlins, 1993)
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak
dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)
serta keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.
2.2 Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir waham adalah Gangguan
konsep diri harga yaitu diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan. Faktor
predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
1. Biologis:
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang menimbulkan:
Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan
limbik. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dan kanak-kanak.
2. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
seperti penolakan dan kekerasan.
3. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya
waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan
karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik /
emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang
perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun
tidak berdaya.
2.8 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Penatalaksanaan klien
dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi
psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk
memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia.
Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses
refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Deskripsi Data Mayor Data Minor
Keperawatan
Gangguan proses Gangguan proses Subyektif: Subyektif:
pikir: waham pikir yang o Merasa curiga o Merasa orang
ditandai dengan o Merasa lain menjauh
keyakinan cemburu o Merasa tidak
tentang diri dan o Merasa diancam ada yang mau
lingkungan yang / diguna-guna mengerti
menyimpang, o Merasa sebagai Obyektif:
dipertahankan orang hebat o Marah-marah
secara kuat. o Merasa karena alasan
memiliki sepele.
kekuatan luar o Menyendiri
biasa
o Merasa sakit /
rusak organ
tubuh
o Merasa sudah
mati
Obyektif:
o Marah-marah
tanpa sebab
o Banyak kata
(logorrhoe)
o Menyendiri
o Sirkumstansial
o Inkoheren
2. Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Waham
(Pertemuan I)
FASE ORIENTASI
1. Salam
2. Evaluasi perasaan/Masalah/Keluhan Utama
3. Validasi kemampuan klien
4. Kontrak waktu dan tempat
5. Topik/tindakan yang akan dilakukan
6. Tujuan pertemuan
FASE KERJA
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
2. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita:
panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan
3. Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
4. Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal kegiatan
harian
FASE TERMINASI
1. Evaluasi perasaan (subjektif)
2. Evaluasi kemampuan klien (objektif)
3. Rencana latihan klien
- Latihan orientasi realita 2x/hari
4. Rencana tindakan keperawatan lanjutan
Latihan mengendalikan waham dengan minum obat sesuai prinsip 6 benar
3.1 Kasus
Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya dan beliau berambisi untuk
menjadi anggota DPR. Keluarga Tn.R tidak mendukungnya untuk menjadi anggota
DPR dengan alasan biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan belum tentu berhasil,
tetapi Tn.R tetap bersihkeras untuk mencalonkan diri dan yakin akan menang. Tn.R
sangat bekerja keras untuk meyakinkan warga agar semua memilihnya.
Tiba saatnya pemilihan, ternyata hasil perolehan suara Tn.R lebih sedikit
dibandingkan dengan saingannya, yaitu Ny.W. Tn.R merasa sangat kecewa dan
keluarga Tn.R menyalahkannya, karena tidak mau mendengarkan pendapat dari
keluarganya.
Setelah kejadian tersebut Tn.R menjadi murung dan selalu mengunci diri di
kamar, tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu berpakaian rapi,
bersepatu kinclong seperti anggota DPR. Karena keluarga merasa khawatir dengan
perilaku Tn. R dan malu dengan tetangga, maka keluarga membawa Tn.R ke rumah
sakit jiwa.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 30 Tahun
Alamat : Pasuruan
Pekerjaan : Pegawai Kelurahan
Jenis kelamin : Laki-laki
No. RM : 0668390987
Tanggal dirawat : 12-05-2014
Tanggal pengkajian : 13-05-2014
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Berdasarkan pengkajian (menurut klien):
Klien mengatakan bahwa ia bertengkar dengan keluarganya
b. Menurut status:
Murung, diam, terkadang marah-marah
3) Faktor Predisposisi
a. Riwayat Penyakit Lalu
Pada tahun ini klien mencoba mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Namun
ternyata hasil dari pemilu tidak memuaskan klien, Tn.R gagal menjadi anggota
DPR. Hal ini membuat klien menjadi rendah diri dan cenderung murung.
Sehari-hari klien menghabiskan waktu dengan berdiam diri di kamar. Beberapa
hari terakhir klien berteriak-teriak di dalam kamar, dan klien mengatakan
bahwa ia adalah seorang pejabat penting dalam pemerintahan.
b. Pengobatan Sebelumya
Klien belum mendapatkan pengobatan karena keluarga merasa takut
mendekati ketika klien marah-marah
c. Riwayat Trauma
Klien gagal menjadi anggota DPR dan menghabiskan banyak biaya
d. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan:
Tidak ada
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa
4) Status Mental
1. Penampilan: Pasien tampak rapi, bersih,memakai pakaian dengan sopan.
2. Kesadaran:
3. Kesadaran klien berubah secara:
b. Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan dengan
pasien menyatakan dirinya merupakan salah satu pejabat penting dalam
pemerintahan
c. Relasi: Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman yang
lain karena waktunya dihabiskan dengan mengurung diri di kamar.
4. Disorientasi
a. Waktu: Klien mengatakan masih bisa mengenali waktu
b. Tempat: Klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila
katanya
c. Orang: Klien mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya adalah teman
kerjanya di gedung DPR
5. Pembicaraan
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang pembicaraan,
mengatakan tentang kehebatan dirinya, pembicaraan awal terarah sesuai
pertanyaan, lama kelamaan nglantur klien menyombongkan jabatannya.
6. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau
orang lain,karena tidak punya waktu untuk berkenalan.
7. Afek dan Emosi
Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri (diam),
kadang marah-marah.
8. Persepsi – sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisai
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatosensorik
f. Proses Pikir
9. Arus Pikir
a. Arus Pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara
berulang-ulang bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting.
b. Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa setiap hari ia disibukkan dengan berbagai urusan
pemerintahan
c. Bentuk Pikir
Bentuk pikir klien non realistis, pembicaraan klien tidak sesuai dengan
kenyataan
10. Interaksi Selama Wawancara
Klien kooperatif, mau bercakap-cakap, mau tersenyum, pembicaraan klien
selalu mempertahankan pendapatnya,kalau dirinya orang hebat
11. Memori
1. Jangka Panjang: Klien mampu mengingat keluarganya
2. Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih
dirumah dan bekerja di kelurahan
3. Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi, mandi dan
sarapan.
12. Tingkat Konsentasi dan Berhitung
Saat ditanya “jika bapak belanja habis 5000,untuk beli tempe dan uang ibu
10.000 maka kembalinya berapa? “klien menjawab Rp.5000
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai dengan baik
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita: Klien mengatakan dia tidak sakit jiwa
tetapi orang-orang menganggap dia gila
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Cukup
b. Tanda-tanda Vital: TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5oC
RR : 20x/menit
c. Antropometri : TB: 171 cm, BB: 65 kg
d. Tidak ada keluhan fisik: Klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun
e. Pemeriksaan Fisik:
1. Kepala
Inspeksi: bersih, rambut pendek warna hitam
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi: Konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan normal, tidak
kabur, tidak ada peradangan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak
ada polip (bersih)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
4. Mulut
Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada
luka, tidak ada pembesaran tonsil
5. Telinga
Inspeksi: simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi: tidak ada luka, JVP tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Inspeksi: normal chest, tidak ada retraksi intercostal
Auskultasi: normal
8. Abdomen
Inspeksi: bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekanPerkusi : timpani
9. Genetalia: Bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada gangguan pola eliminasi
10. Ekstrimitas
Kekuatan otot: 5 5 5 5
Rentang gerak maksimal
Tidak ada luka
11. Integumen: Kulit bersih, lembab, tidak ada lesi
6) Pengkajian Psikososial
a. Genogram
Keterangan:
= Laki- laki = Meninggal
= Perempuan = Klien
= Tinggal serumah
b. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena
ini adalah pemberian Allah kepadanya.
2. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang bapak yang baik,
selain itu dia juga seorang pegawai di kelurahan
3. Peran
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang bapak yang baik, ia juga
sebagai pegawai di kelurahan.
4. Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin buat
rakyat.
5. Harga Diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia
adalah seorang pejabat penting di gedung DPR, tetapi sekarang ia harus
tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit jiwa, klien mengatakan malu.
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti atau terdekatKlien mengatakan orang yang terdekat
dengannya adalah istrinya jika ada masalah ceritanya langsung ke
istrinya
2. Peran serta kegiatan kelompokKlien mengatakan sebelum disini dia
mengikuti rapat di gedung DPR
3. Hambatan dan hubungan dengan orang lainKlien mengatakan saat ini
waktunya kurang, malah tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan
teman karena waktunya lebih banyak untuk rapat dengan anggota DPR
lainnya
d. Spritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada
Tuhan karena Allah yang memberikan segalanya, dan klien mengatakan
takut pada Tuhan
2. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih
banyak dan rajin beribadah, tetapi saat disini jarang karena belum
beradaptasi dengan lingkungan, saat ini klien sering menyendiri dan diam
8) Mekanisme Koping
Mekanisme koping tidak efektif karena ia mengganggap dirinya orang lain
P:
- Intervensi
dilanjutkan masih
TIK 3
Dx 1 Jum’at - Mengingatkan kontrak S:
7 Oktober 05 - Mengucapkan salam terapeutik “ - “hallo juga sie….
Tik
08.00-09.00 “Hallo B, gimana keadaan hari ini….? Sarapan tadi abis
3 Sarapan abis tadi pagi ? tidurnya tidurnya nyenyak ga
nyenyak khan ? kemaren kita janji ada ???????
nyambung lagi khan - Iya, B bisa
“jadi B sudah pikir apa yang harus B menjahit ini celana
lakukan yang B pakai B yang
- Mengkaji lagi cara mengatasi jahit rapi kan, ada
waham… kantong didalam biar
“B mengerti kan kalau waham itu kita orang ga tau Y….”
harus sesuai dengan kenyataan apa yang
kita lakukan. Kalau ada pikiran seperti O:
itu, B harus ingat itu tidak boleh, karena- Klien terdiam
memang itu tidak ada…B kan masih berfikir dan
punya kemampuan lain kan ?” menganggukkan
- Memberi motivasi untuk kepala klien
meningkatkan kemampuan jahitan B tersenyum setelah
“rapi…. diberi pujian
Kemampuan B itu kan bagus bisa
menghasilkan sesuatu yang berguna, A:
karya B dipakai orang, B harus - Klien dapat
bangga.” mengontrol
- Memberi reinforcement (+) wahamnya
“sekarang B mengerti, B banyak yang P:
bisa dibanggakan, teruskan saja ya - Lanjutkan atau beri
besok pekerjaannya kalau Sudah inforcement (+),
pulang.” lanjutkan intervensi
lain
Dx 1 Senin, - Menyapa klien dengan ramah baik S:
10 Oktober 05 verbal dan non verbal. “klien mengatakan
09.00-09.20 “ Pagi, B…” dengan senyum ramah klien cemas dengan
“gimana kabar B ? prosedur ECT yang
- Mengingatkan kontrak akan dilakukan”
“B, seperti janji kita hari jumat kemarin,
kita ngobrol lagi ya ?” O:
- Menanyakan keluhan (here & now) Klien tampak tegang
“gimana perasaan B hari ini? “ dan takut.
(Interaksi tidak dilanjutkan karena hari
ini klien melaksanakan prosedur ECT)
- Membuat kontrak untuk besok A:
“Ya, udah sekarang B di ECT dulu, tapi Intervensi tidak
besok B jam 10.00 WIB ikut Y ya. Y dapat dilanjutkan
besok mau ujian mau kasih penyuluhan karena kondisi klien
tentang pemberian obat untuk b. Besok tidak
ada dosen Y, juga sama ibuk E… . B memungkinkan
tenang aja ya. Jangan cemas.” untuk pelaksanaan
- Terminasi untuk sementara TUK 5.
Berjabat tangan untuk mengakhiri
pembicaraan. P:
Intervensi
dilanjutkan besok.
Dx 1 Selasa, - Membuka interaksi dengan klien S:
11 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
Tik
10.00-10.35 Memperkenalkan dosen salam perawat
5 Membuat kontrak waktu Klien dapat
Menjelaskan interaksi menyatakan nama
Mendiskusikan keluhan obat yang
- Mendiskusikan dan menggali digunakan, efek
pengetahuan klien tentang : samping obat dan
Jenis obat yang digunakan cara mengatasi ESO,
Manfaat obat yang digunakan prinsip 5 benar dan
Menjelaskan efek samping obat akibat dari
Menjelaskan cara mengatasi menghentikan obat
efek samping obat secara mendadak.
Menjelaskan akibat penghentian obat
secara mendadak O:
- Memberikan reinforcement (+) Kontak mata klien
terhadap jawaban klien. (+)
- Menyimpulkan dan menanyakan Klien berjabat
keluhan setelah minum obat. tangan perawat dan
- Mendiskusikan dan menjelaskan dosen
prinsip 5 benar. Klien dapat
menjawab
pertanyaan yang
diajukan perawat.
A:
Klien mampu
menguasai materi
pemberian obat
P:
Intervensi
dilanjutkan dengan
evaluasi TIK
sebelumnya.
Dx 1 Rabu, - Membuka interaksi dengan klien S:
12 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
09.00-09.25 Mengingatkan kontrak salam perawat
Menjelaskan interaksi Klien mengatakan
Mendiskusikan keluhan klien ingin pulang
“Jadi, bagaimana kondisi B hari ini ? B karena di bangsal
sekarang punya keinginan apa?” seperti dipenjara.
- Mengakhiri interaksi Klien mengatakan
“Ya sudah kalau B mau istirahat ga apa- tidak mau
apa? diwawancarai,
- Membuat kontrak untuk interaksi karena klien merasa
besok bosan dan mau
istirahat karena baru
di ECT untuk yang
kedua
O:
Klien tampak malas
Klien tampak ingin
sendiri untuk hari ini
A:
Intervensi tidak
dapat dilanjutkan
karena kondisi klien
yang tidak ingin
diganggu.
P:
Intervensi
dilanjutkan besok.
Dx 1 Kamis, (Evaluasi cara mengontrol waham) S:
13 Oktober 05 - Menyapa klien denagn ramah Klien menjawab
11.00-11.30 - Mengingatkan kontrak salam perawat
- Menanyakan keluhan Klien mengatakan
- Mengevaluasi pengenalan waham kondisinya baik-baik
terhadap klien setelah dikenalkan saja
waham itu apa ? Klien mengatakan
- Pembagian waham waham itu adalah
Waham agama gangguan/
Waham keberasan keyakinan dimana
Waham somatic waham itu berbeda
Waham nilistik dengan kenyataan
- Membuat kontrak untuk berinteraksi dan dilakukan
selanjutnya berulang.
- Mengakhiri interaksi dengan klien O:
Klien berjabat
tangan dengan
perawat
Klien mampu
menjawab
pertanyaan yang
diberikan perawat
A:
Klien dapat
mengulang topik
yang telah
didiskusikan
P:
intervensi
dilanjutkan
Dx 1 Jumat, - Membuka interaksi dengan klien S:
14 Oktober 05 Memberi salam Klien menjawab
12.00-12.45 Mengingatkan kontrak salam perawat
Menjelaskan tujuan interaksi Klien mengatakan
cara mengontrol
- Mendiskusikan cara mengontrol waham dengan
waham mengaji, sholat,
- Mendiskusikan kegiatan yang akan nonton, baca Koran
dilakukan setelah kembali kerumah Klien mengatakan
- Membuat kontrak untuk berinteraksi kegiatannya kalau
selanjutnya sudah kembali
- Mengakhiri interaksi dengan klien kerumah klien akan
bekerja
O:
Klien tampak serius
membicarakan topik
ini
A:
Klien mampu untuk
mengulang
bagaimana cara
mengontrol waham
P:
Intervensi
dilanjutkan untuk
TIK selanjutnya.
NASKAH ROLEPLAY
BAB IV
EVALUASI
Pada pembahasan ini kami membahas tentang kesenjangan yang ditemukan
antara teori dengan kasus yang kami buat. Pada pembahasan ini kami menganalisa
tentang hambatan yang kami temukan saat melakukan asuhan keperawatan pada
klien.
Pada tahap evaluasi tidak memiliki hambatan karena klien sudah mampu
melakukan tindakan yang sudah di perintahkan oleh perawat.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah
dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum
Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi waham akan
mengalami fase-fase berikut:
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi
sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
4.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami
gangguan persepsi Waham agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat
kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti
sediakala.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jjiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.co.id/2017/01/makalah-
keperawatan-jiwa-waham.html?m=1
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
NN..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ?22
Novembr 2004. unpublished
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standart Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 1. Bandung: RSJP.
Townsend M.C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri;
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.