Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENERAPAN

TEORI KENYAMANAN (COMFORT) OLEH KATHARINE KOLCABA


DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata kuliah BLOK 1
Oleh :
Nurjannah (20191050016)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Identifikasi Permasalahan ............................................................................................... 1
B. Teori Keperawatan Katharine Kolcaba “Teori Kenyamanan (Comfort)” ..................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Identifikasi Permasalahan
Bersadarkan artikel penelitian yang berjudul, “Kualitas Hidup dengan Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tahun 2019”, menjelaskan
bahwa secara global pada tahun 2012, dari semua kematian, penyakit tidak menular
menyebabkan kematian 68% dan mayoritas prematur kematian (82%) karena penyakit
tidak menular terjadi pada negara negara dengan pendapat rendah dan menengah. Dan
dari semua kematian terkait penyakit tidak menular, 46% berasal dari kardiovaskular
penyakit (WHO, 2014). Menurut Kemenkes, 2013 Salah satu penyakit kardiovaskur
yang paling banyak terjadi adalah hipertensi. Penyakit hipertensi biasa disebut slient
killer karena termasuk mematikan tanpa adanya gejala-gejala terlebih dahulu sebagai
peringatan. Biasanya gejala-gejalanya seperti sakit kepala, rasa berat ditengkuk,
vertigo, jantung berdebar, mudah lelah dan penglihatan kabur (Ramli & Najihah, 2019).
Hipertensi jangka lama dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, yang
tentunya akan sangat menganggu kualitas hidup penderita. (Elias, Goodell, & Dore,
2012). Berdasarkan hasil wawancara 5 lansia yang mengalami hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Segeri Kabupaten pangkep, para lansia menyatakan jika telah banyak
perubahan yang diarasakan terjadi. Salah satunya adalah gampang marah, cepat
tersinggung dan gampang panik. Lansia mengatakan tidak mampu lagi melakukan
beberapa aktifitas fisik seperti dulu lagi. Lansia pun mulai membatasi pola makan serta
kebiasaan-kebiasaan hidup karena mulai ketergantungan obat.
Kesimpulan yang diperoleh dari artikel penelitian tersebut, sebagai berikut
1. Kualitas hidup ditinjau dari aspek kondisi fisik yaitu
a. Lansia hipertensi mengalami masalah fisik seperti pusing, sakit pada tengkuk,
sakit pinggang dan sakit seluruh badan
b. Kondisi fisik yang bermasalah mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-
hari
2. Kualitas hidup lansia ditinjau dari aspek psikologis didapatkan
a. Tidak memikirkan penyakitnya dan menganggap penyakit adalah faktor
penuaan

1
b. Lansia hipertensi merasa aman dan nyaman dalam keadaan apapun jika lansia
hipertensi berada dekat dengan keluarga seperti anak dan cucu
c. Memikirkan diri yang tidak mampu lagi beraktifitas seperti biasanya
d. Lansia hipertensi memiliki masalah pribadi seperti sudah tidak memiliki
pasangan, kekurangan keuangan, jauh dari keluarga
3. Kualitas hidup lansia ditinjau dari hubungan sosial yaitu lansia tetap menjalin
hubungan yang baik dengan tetangga, keluarga dan sesama lansia
4. Kualitas hidup lansia ditinjau dari aspek lingkungan yaitu
a. Lansia merasa aman dan nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggal yang
sekarang
b. Lingkungan yang ditempati merupakan lingkungan yang telah lama dihuni dan
cenderung merupakan lingkungan yang sehat
Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri merupakan
masalah awal yang harus diatasi dengan tepat, karena dapat mengganggu aktifitas serta
membahayakan lansia. Berdasarkan dari hasil kesimpulan yang diperoleh oleh peneliti,
maka diperlukan teori keperawatan yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan
dari konteks fisik, konteks lingkungan, konteks sosial dan konteks psikospiritual. Untuk
itu penerapan teori kenyamanan (Comfort) oleh Kathrine Kolcaba dapat diaplikasikan
dalam menyelesaikan permasalahan diatas, tidak hanya berfokus pada lansia akan tetapi
keluarga pun harus di libatkan dalam pemberian asuhan keperawatan (Ramli &
Najihah, 2019).

B. Teori Keperawatan Katharine Kolcaba “Teori Kenyamanan (Comfort)”


Teori Kenyamanan (Comfort), tentunya teori ini tidak berdiri sendiri, karena
menurut Nightingale (1859) menjabarkan bahwa, kenyamanan seharusnya tidak boleh
lepas dari observasi atau tujuan utama. Hal ini bukan menjadi suatu yang tidak berguna,
melainkan untuk menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan
dan kenyamanan. Sejak tahun 1900 – 1929, kenyamanan merupakan tujuan utama
keperawatan dan kedokteran, melalui kenyamanan, proses kesembuhan dapat tercapai
(Mcllveen & Morse, 1995). Perawat memiliki peran penting untuk mengidentifikasi
faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien. Aikes (1908) menjabarkan bahwa
kenyamanan pasien merupakan pertimbangan pertama dan terakhir perawat. Perawat

2
yang baik memiliki tujuan untuk mencapai kenyamanan pasien, dan pandangan atas
pencapaian kenyamanan adalah faktor yang penting dimiliki oleh perawat.
Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berfokus untuk
memberikan “lingkungan yang nyaman”, dan asuhan keperawatan individu pasien
mencakup kebahagiaan, kenyamanan, dan meringankan, fisik dan mental, selain itu
“istirahat dan tidur , nutrisi , kebersihan dan eliminasi. Good now (1983 ) dalam
bukunya menjabarkan The Technique of Nursing mengenai kenyamanan pasien. Good
now menuliskan perawat menggunakan kemampuannya untuk memberikan
kenyamanan pada pasien. Kenyamanan mencakup baik fisik maupun mental,
tanggungjawab perawat tidak berakhir pada pemberian asuhan keperawatan fisik.
Kenyamanan emosional disebut dengan kenyamanan mental dan dapat tercapai dengan
memberikan kenyamanan fisik dan memodifikasi lingkungan pasien (Mcllveen &
Morse, 1995 dalam Alligood, 2014).
Berdasarkan teori Kolkaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi
penerima, pasien, siswa, tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas dan institusi.
Menurut Kolcaba teori Comfort ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta
definisinya, antara lain :

1. Health Care Needs (Kebutuhan Perawatan Kesehatan)

Kebutuhan perawatan kesehatan adalah kebutuhan kenyamanan yang


berkembang dari situasi stres dalam asuhan kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan
sistem dukungan penerima secara umum (tradisional). Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan fisiologis, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan, yang kesemuanya
membutuhkan monitoring. Hal ini dapat diidentifikasikan melalui melakukan
observasi, laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan
dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan
akan konseling financial dan intervensi.

2. Comfort (Rasa nyaman)


Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat
dalam keperawatan. Rasa nyaman adalah status yang diungkapkan atau dirasakan
penerima terhadap intervensi kenyamanan yang didapatkan. Hal ini merupakan
pengalaman yang holistik dan memberikan kekuatan ketika seseorang
membutuhkannya.

3
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a. Relief (kelegaan) merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Orlando, yang
mengemukakan bahwa perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh
pasien.
b. Ease (ketentraman) merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Henderson
yang mendiskripsikan ada 13 fungsi dasar manusia yang harus dipertahankan
selama pemberian asuhan.
c. Transedence dijabarkan dari penelitian Paterson dan Zderad yang menjelaskan
bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya.

Konteks kenyamanan ada 4 kenyamanan dalam (Aini, 2018) :


a. Kebuhan rasa nyaman fisik (physical comfort)
Adalah kebutuhan karena penurunan mechanisme fisiologis yang terganggu
atau beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasive yang berkenaan
dengan sensasi tubuh
b. Kebutuhan akan psikospiritual (physicospiritual comfort)
Adalah kebutuhan terhadap kepercayaan diri, kepercayaan dan motivasi yang
bertujuan agar pasien atau keluarga dapat bangkit atau meninggal dengan damai
c. Kebutuhan rasa nyaman sosiocultural (sosiocultural comfort)
Adalah kebutuhan ketentraman hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan
perawatan yang dilihat sari segi budaya. Kebutuhan ini dipenuhi melalui
coaching atau pemberian pendidikan kesehatan (informasi), promosi, pelatihan,
mendapatkan informasi perkembangan yang berhubungan dengan prosedur
pulang dari rumah sakit dan rehabilitas
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan (envirotment comfort)
Kebutuhan ini meliputi kerapihan lingkungan, lingkungan yang sepi, perabotan
yang nyaman, bau lingkungna minimum dan keamanan lingkungan. Tindakan
yang dapat dilakukan perawat meliputi mengurangi kebisingan, memberikan
penerangan yang cukup dan mengurangi gangguan pada saat tidur.

3. Intervensi untuk rasa nyaman


Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang
didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh

4
penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan,
dan intervensi fisik.
Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan
sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :
a. Standart comfort intervention yaitu Teknis pengukuran kenyamanan,
merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan homeostasis dan
mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia darah,
juga termasuk pengobatan nyeri. Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu
mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan, serta
mencegah komplikasi.
b. Coaching (mengajarkan) meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan
kecemasan, memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan membantu
perencanaan pemulihan (recovery) dan integrasi secara realistis atau dalam
menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan budayanya. Agar coaching
ini efektif, perlu dijadwalkan untuk kesiapan pasien dalam menerima pengajaran
baru.
c. Comfort food for the soul, meliputi intervensi yang menjadikan penguatan
dalam sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan psikologis
meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan
ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang, dan lain lain. Saat ini
perawat umumnya tidak memiliki waktu untuk memberikan comfort food untuk
jiwa (kenyamanan jiwa/psikologis), akan tetapi tipe intervensi comfort tersebut
difasilitasi oleh sebuah komitmen oleh institusi terhadap perawatan kenyamanan.

4. Intervening variables (Variabel yang mengintervensi)


Variabel-variabel yang mengintervensi adalah interaksi yang mempengaruhi
persepsi penerima mengenai kenyamanan sepenuhnya. Variabel ini meliputi
pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis,
financial atau ekonomi, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman
penerima.Varabel intervensi akan memberikan pengaruh kepada perencanaan dan
pencapaian intervensi asuhan keperawaatan untuk pasien.

5
5. Perilaku mencari bantuan
Perilaku mencari bantuan menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai tentang
makna sehat, yakni sikap penerima saat berkonsultasi mengenai kesehatannya
dengan perawat. Kategori tersebut dapat berasal dari internal (penyembuhan, fungsi
imun dll), eksternal ( aktifitas yang terkait dengan kesehatan) atau peaceful death
(kematian yang damai).

6. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari
organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada sistem
rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum, agensi
home care, dll. Ketika institusi tersebut menunjukkan hal tersebut hal ini akan
menciptakan dasar praktik dan kebijakan yang tepat. Praktik diartikan sebagai
intervensi yang diberikan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik
untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk pasien dan keluarga. Sedangkan
Kebijakan terbaik institusi atau kebijakan regional dimulai dari adanya protokol
prosedur dan medis yang mudah untuk diakses, diperoleh, dan diberikan. Hal ini
disebut sebagai kebijakan yang baik.

Kerangka Konsep Teori Kenyamanan

Menurut Kolcaba Holistic comfort didefinisikan sebagai suatu


pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan
akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat terpenuhi dalam

6
empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikosipiritual, sosial dan
lingkungan ((Alligood, 2014)

Struktur Taksnonomi Kenyamanan


Jenis Kenyamanan
Kelegaan Ketentraman Transendensial
Konteks Dimana Kenyamanan Terjadi

Fisik

Psikospiritual

Lingkungan

Sosial

Sumber : (Alligood, 2014)

Tindakan dan Intervensi Asuhan untuk Kenyamanan


Intervensi keperawatan Tindakan keperawatan
Standart comfort
(coaching)/pembinaan
Comform fort food for the soul
Sumber : (Alligood, 2014)

7
BAB II
PEMBAHASAN
Model teori Kolcaba ini termasuk dalam lingkup Middle range theory yang
memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas.
Secara intuisi kenyamanan, kenyamanan berkaitan dengan aktifitas mengasuh atau
merawat (nurturing activity). Dari bahasa dasar kenyamanan, Kolcaba menjelaskan
kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari egonomis, berkaitan dengan
penampilan dalam bekerja. Kolcaba meyakini bahwa perawat dapat melaksanakan
asuhan yang bersifat memberikan kenyamanan bagi pasien. Tindakan ini akan
meningkatkan peran perawat untuk lebih efektif dalam pemberian asuhan
keperawatannya dan kepuasan diri, seperti pencapaian kepuasan yang diperoleh pasien
kelolaannya. Oleh karena itu, perawat harus memberikan intervensi yang tepat dan
mendokumentasiakn hasilnya dalam catatan terintegrasi pasien. Meskipun, setiap
intervensi yang diberikan belum tentu dapat meningkatkan kenyamanan bagi pasien.
Ketika kenyamanan tidak dicapai secara utuh, perawat perlu mengkaji variabel yang
berhubungn dengan kenyamanan, seperti, variabel ada atau tidak permasalahan
dirumah, status ekonomi yang rendah, diagosis yang berat, atau adanya keterbatasan
kognitif yang membutuhkan intervensi lebih lanjut (Alligood, 2014).

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Model Teori Kenyamanan


Katharine Kolcaba
1. Pengkajian kenyamanan
a. Konteks fisik
Berdasarkan dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti,
didapatkan bahwa hampir semua informan (lansia) mengalami masalah fisik seperti
sakit kepala, sakit pinggang, sakit tengkuk pusing atau sakit seluruh badan tapi
mereka cukup merasa terganggu dalam beraktifitas. Keluarga informan
mengungkapkan, masalah yang dihadapi oleh lansia kadang cukup menggangu
aktifitas sehari- hari bahkan sampai pingsan. Sedangkan menurut petugas
puskesmas mengatakan bahwa biasanya lansia yang mengalami hipertensi akan
mengalami gangguan kesehatan fisik rasa pegal atau tidak nyaman ditengkuk, sakit
kepala, pusing, dan jantung berdebar debar. Dan biasanya pasti cukup menganggu
aktifitas sehari-hari para lansia. Lansia gampang marah, cepat tersinggung dan
gampang panik.

8
b. Konteks psikospiritual

Berdasarkan dari hasil wawancara dilakukan oleh peneliti, sebagian besar


informan semua mengatakan cukup menikmati hidup dan merasa puas dengan
hidupnya dan merasa tidak perlu memikirkan penyakit yang diderita karna
menganggap itu disebabkan karna faktor penuaan. Hal yang tidak jauh berbeda
diungkapkan oleh Petugas Puskesmas yang mengatakan bahwa lansia yang hipertensi
cukup menikmati hidupnya dan menganggap hipertensi ini sebagai penyakit akibat
penuaan. Justru masalah lain seperti keuangan, hidup sendiri atau bahkan berjauhan
dari anak yang menjadikan lansia merasa tidak nyaman. Pada artikel penelitian, tidak
di perlihatkan tentang agama, cara pasien beribadah dan kedekatan pasien kepada
Allah.

c. Konteks lingkungan

Menurut peneliti kualitas hidup lansia dari aspek lingkungan cukup baik karena
semua lansia merasa aman tinggal ditempat tinggalnya yang sekarang. Hal ini
dikarenakan mereka telah lama tinggal di lingkungan saat ini. Dan sudah sangat tahu
kondisi lingkungan yang mereka tinggali. Lingkungan yang mereka tinggali pun
cenderung merupakan lingkungan yang sehat.

d. Konteks sosiokultural

Sebagian besar informan mengatakan tidak ada masalah dengan hubungan


sosialnya baik terhadap keluarga maupun terhadap tetangga.

Konteks/jenis Relief (Kelegaan) Easy (Ketentraman) Trancenden (Transendensi)


Fisik Lansia yang Lansia gampang
mengalami hipertensi marah, cepat
akan mengalami tersinggung dan
gangguan kesehatan gampang panik.
fisik rasa pegal atau
tidak nyaman
ditengkuk, sakit
kepala, pusing, dan
jantung berdebar
debar.
Psikospritual Lansia yang hipertensi Pada artikel penelitian, Justru masalah lain seperti
cukup menikmati tidak di perlihatkan keuangan, hidup sendiri atau
hidupnya dan bahkan berjauhan dari anak

9
menganggap tentang cara pasien yang menjadikan lansia
hipertensi ini sebagai beribadah. merasa tidak nyaman
penyakit akibat
penuaan.
Lingkungan Lingkungan yang Aspek lingkungan Keluarga berperan penting
mereka tinggali cukup baik karena dalam menciptakan
cenderung merupakan semua lansia merasa lingkungan yang nyaman.
lingkungan yang sehat. aman tinggal ditempat
tinggalnya yang
sekarang
Sosiokultural Sebagian besar Perhatian dari keluarga Dukungan keluarga harus
informan mengatakan kepada pasien sangat terus dibina.
tidak ada masalah penting. Kebutuhan akan informasi
dengan hubungan dan konsultasi tentang
sosialnya baik kesehatan.
terhadap keluarga
maupun terhadap
tetangga.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah:


Nyeri akut berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan Tindakan keperawatan
Standart comfort (Kenyamanan - Tanda-tanda vital : mengukur (TD, N, P, S)
Standar) - Mengintervertasi hasil tes laboratorium
- Kaji karakteristik nyeri
- Kolaborasi terapi dan penbrian analgetik

Coaching (pembinaan) - Dukungan emosional dengan cara menanyakan


perasaan pasien
- Meyakinkan/menjamin
- Memberikan edukasi tentang penyakit yang diderita
pasien
- Memberikan edukasi tentang pola makan dan
kegiatan sosial
- Mendengarkan keluhan pasien
- Pemuka agama : menganjurkan pasien untuk
menghadiri kajian keagamaan

10
Comform fort food for the soul - Terapi energi seperti sentuhan penyembuhan jika
(Makanan kenyamanan bagi jiwa) dapat diterima secara kultural
- Terapi musik atau guided imagery (lagu pilihan
pasien)
- Memanfaatkan waktu seoptimal mungkin
- Kedekatan personal dengan komunikasi,
menghadirkan orang terdekat
- Pengurangan stimulus lingkungan, dengan cara
memberikan suasana yang menyenangkan atau
hindari dari lingkungan yang membuat stress
Tindakan dan intervensi untuk kenyamanan (Alligood, 2014)

Teori comfort Kolcaba ini tentunya tidak lepas dari sudut pandang agama islam
terkait dengan Penerapan zikir. Berdasarkan dari artikel penelitian, “Efektifitas slow
dreep breathing denga zikir terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi”. Didapatkan hasil, zikir lebih baik untuk menurunkan tekanan darah. Karena
selain melakukan nafas dalam, responden juga melakukan relaksasi berupa zikir yaitu
menyebut melafashkan kalimat Alloh, sehingga membuat hati lebih tenang dan
memasrahkan diri kepada Alloh. Didukung penelitian yang dilakukan oleh (Hartanti,
Wardana, & Fajar, 2016) bahwa Nafas dalam yang dilakukan dapat menurunkan
tekanan darah sistol dan Diastol. Slow deep breathing yang dikombinasikan dengan
zikir akan membuat penderita hipertensi lebih tenang sehingga akan memicu keluarnya
hormon endorfin. Dengan mengendalikan perasaan lewat zikir maka dapat memusatkan
pikiran dan lebih pasrah dalam hidup sehingga dapat mengendalikan pikiran yang dapat
memicu stres. Zikir di sini lebih berfungsi sebagai metode psikoterapi, karena dengan
banyak melakukan zikir akan menjadikan hati tentram, tenang dan damai, serta tidak
mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh lingkungan dan budaya global Anggraieni,
(2014) dalam Setyaningrum & Suib (2019).

11
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Model teori Kolcaba ini termasuk dalam lingkup Middle range theory yang
memiliki kriteria, lingkup, tingkat abstraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas.
Secara intuisi kenyamanan, kenyamanan berkaitan dengan aktifitas mengasuh atau
merawat (nurturing activity). Dari bahasa dasar kenyamanan, Kolcaba menjelaskan
kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari egonomis, berkaitan dengan
penampilan dalam bekerja. Namun arti ini tidak secara implisit, ada konteks
lainnya, dan masih bersifat ambigu. Konsep tersebut dapat diartikan sebagai kata
kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan , proses dan hasil. Berdasarkan teori
Kolkaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi penerima, pasien, siswa,
tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas dan institusi. Berdasarkan teori
Kolkaba, alat ukur pencapaian kenyamanan melingkupi penerima, pasien, siswa,
tahanan, pekerja, dewasa lanjut, komunitas dan institusi.
Teori ini memiliki relevan pada praktik dan memudahkan perawat untuk
perencanaan dan mendesain asuhan keperawatan dalam latar belakang apapun.
Kegunaan dalam pendidikan telah digambarkan untuk memberikan kerangka kerja
yang memfasilitasi mahasiswa menyusun pengkajian dan rencana asuhan
keprawatan maupun ilmu pengetahuan. Dalam penelitian, teori ini menyediakan
sebuah cara untuk memvalidasi peningkatan kenyamanan pasien setelah menerima
intervensi kenyamanan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan secara profesional. Selain itu, pembaca diharapkan
dapat mengaplikasikan intervensi teori kenyamanan menurut kolcaba, sehingga
pasien dapat merasakan kenyamanan selama memperoleh perawatan. Makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Alligood, M. R. (Ed.). (2014). Nursing theorists and their work (8 edition). St. Louis, Missouri:
Elsevier.

Ramli, R., & Najihah, N. (2019). Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Journal of Islamic Nursing, 4(1), 39–45.
https://doi.org/10.24252/join.v4i1.7806

Setyaningrum, N., & Suib, S. (2019). Efektifitas Slow Deep Breathing Dengan Zikir Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. IJNP (Indonesian Journal of
Nursing Practices), 3(1), 35–41. https://doi.org/10.18196/ijnp.3191

13

Anda mungkin juga menyukai