Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Dina Aria NPM : 017.01.
2. Indriani NPM : 017.01.3441
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswa/i Keperawatan maupun para pembaca untuk bidang
Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia
dengan Gangguan Penglihatan”. Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha
menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.
Mataram, Desember 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................... 2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...…...................................................................................... 16
B. Saran…………………........................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses penuaan merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah, proses tersebut akan memberi dampak pada kemunduran fisik dan
psikologis (Kozier, 2004). Perubahan- perubahan fisik tersebut meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, sistem
pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin dan
integument (Mubarak, Chayatin & Santoso, 2011, p.151).
Seiring dengan pertambahan usia, banyak lanjut usia mempunyai masalah
dengan fungsi fisiologis tubuhnya. Salah satunya perubahan sensoris yang
ditandai dengan masalah penglihatan yaitu penurunan penglihatan yang
terjadi seiring proses penuaan. Masalah penglihatan merupakan faktor yang
turut berperan dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah
ketergantungan yang lebih besar. Perubahan ini akan memberikan dampak
terhadap kemandirian lanjut usia dalam melakukan aktivitasnya (Stanley,
2006).
Penurunan penglihatan pada lanjut usia umumnya adalah penglihatan yang
menurun akibat kelainan atau gangguan pada mata. Gangguan penglihatan
dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat di dunia dan di Indonesia. Seiring meningkatnya usia harapan
hidup maka prevalensi gangguan penglihatan ini akan cenderung semakin
meningkat (Depkes, 2012).
Menurut Data Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) saat ini terdapat
285.389 juta orang menderita gangguan penglihatan, 39.365 juta
diantaranya mengalami kebutaan. Sembilan puluh persen penderitanya berada
di negara berkembang. Menurut data Riskesdas Depkes RI (2013) prevalensi
nasional masalah penglihatan pada lanjut usia (65-75 tahun) tahun 2013 yaitu
1.204.711 orang yang mengalami penurunan penglihatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian lanjut usia?
2. Apa pengertian
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
1. Lanjut Usia
Manusia lanjut usia adalah orang yang usianya mengalami perubahan
biologi, fisik, kejiwaan, dan social. Perubahan ini akan berpengaruh
terhadap aspek kehidupannya termasuk kesehatannya. Oleh karena itu
kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap
terpelihara serta ditingkatkan agar selama kemampuannya dapat ikut serta
berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2006).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan
tajam penglihatan ataupunmenurunnya luas lapangan pandang, yang dapat
mengakibatkan kebutaan (Quigley dan Broman,2006).
B. ANATOMI MATA
2. Etiologi
Faktor yang beresiko menyebabkan terjadinya glaucoma adalah:
a. Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat
2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan
bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-
anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih
rendah sudah dapat merusak saraf optik. .
3. Klasifikasi
Ada beberapa tipe glaukoma dan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Glaukoma Primer Dewasa, meliputi:
1) Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
2) Glaukoma Sudut Tertutup
b. Glaukoma Sekunder
c. Glaukoma Kongenital
d. Glaukoma Absolut
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Tonometri
b. Pemeriksaan slit lamp
c. Gonioskopi
d. Oftalmoskopi
e. Perimetrik
f. Fotografi fundus
6. Penatalaksanaan
a. Pemberian obat – obatan (tetes mata Beta blocker, Pilocarpine,
epinephrine, dipivephrine dan carbacol, acetazolamide)
b. Terapi laser (Laser iridotomy, Laser trabeculoplasty, Laser cilioablation)
c. Pembedahan (Trabeculectomy, Viscocanalostomy)
Keruh
Pembedahan Katarak
4. Manifestasi klinis
a. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri
b. Penglihatan baca yang buruk
c. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar
matahari yang terang.
d. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat
mengemudi pada malam hari.
e. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup
dibandingkan pada cahaya yang terang (dengan kekeruhan pada sentral)
f. Pupil berwarna putih susu
g. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)
5. Klasifikasi
a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari
1 tahun.
2) Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3) Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1) Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak
pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain
karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2) Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3) Katarak komplikasi
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan
local seperti uveitis, glaucoma, dan myopia atau proses degenerasi
pada satu mata lainnya.
c. Berdasarkan stadium katarak dibedakan menjadi :
1) Katarak insipient merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan
lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan dan tidak teratur.
2) Katarak imatur merukpakan katarak yang lensanya melai menyerap
cairan sehingga agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia dan
iris terdorong ke depan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3) Katarak imatur merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada
stadium ini terjadi kekeruhan lensa.
4) Katarak hipermatur pada stadim ini terjadi proses degenerasi lanjut
lensa dan korteks lensa dapat mencair sehinga nucleus lensa
tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008)
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik.
b. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler (TIO) (Normalnya
12-25 mmHg).
c. Pemeriksaan lapang pandang : untuk mengetahui visus.
d. Pemeriksaan oftalmoskop : mengkaji struktur intraocular, mencatat atrofi
lempeng optic, papil edema, perdarahan retina.
e. Pemeriksaan slit-lamp.
f. Biometri
g. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang paling sering dilakukan adalah pembedahan.
Indikasinya (Suddarth, 2001) yaitu :
a. hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien
b. katarak yang menyebabkan glaucoma
c. retinopati diabetika
Ada 2 macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak
yaitu ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada lansia dengan katarak yaitu :
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
2) Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan pengelihatan.
b. Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan pasca operasi.
2) Gangguan sensori perseptual: penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ status organ indra.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive, port de entri kuman.
3. INTERVENSI
a. Pre Operasi
No.Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. 1. Informasi dapat menghilangkan ketakutan
keperawatan selama … x Dorong percakapan untuk mengetahui yang tidak diketahui. Mekanisme koping
24 jam diharapkan tidak keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat dapat membantu pasien berkompromi
terjadi ansietas dengan pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dengan kegusaran, ketakutan, depresi,
kriteria hasil : pasien dukungan dan bantu pasien dengan metode tegang, keputusasaan, kemarahan dan
mengucapkan pemahaman koping. penolakan.
mengenai informasi. 2. Pengenalan terhadap lingkungan
2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang membantu mengurangi ansietas dan
baru. meningkatkan keamanan.
3. Pasien yang telah mendapat banyak
3. Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan informasi akan lebih mudah menerima
tindakan operasi yang akan dilakukan. pemahaman dan mematuhi instruksi.
4. Pasien yang mengalami gangguan visual
4. Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. bergantung pada masukan indera yang lain
Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi, untuk mendapatkan informasi.
terjemahkan setiap suara asing, pergunakan
sentuhan untuk membantu komunikasi verbal. 5. Pasien mungkin tak mampu melakukan
5. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang semua tugas sehubungan dengan
berarti dalam perawatan pasien. penanganan dan perawatan diri.
6. Isolasi social dan waktu luang yang terlalu
6. Dorong partisipasi dalam aktivitas dan lama dapat menimbulkan perasaan
pengalihan bila memungkinkan. negative.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien ketika mampu melakukan 1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera
keperawatan selama … x ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan ketika langkah sempoyongan atau tidak
24 jam diharapkan cedera mencapai penglihatan dan keterampilan mempunyai keterampilan koping utuk
dapat dicegah dengan koping yang memadai. Gunakan teknik kerusakan penglihatan.
kriteria hasil : bimbingan penglihatan.
- Pasien menunjukkan 2. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan 2. Memfasilitasi kemandirian dan
perubahan perilaku pola mengubah penataan meja, kursi tanpa menurunkan resiko cedera.
hidup untuk orientasi terlebih dahulu.
menurunkan factor 3. Orientasi pasien pada ruangan. 3. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam
resiko dan melindungi lingkungan
diri dari cedera.
b. Post Operasi
No.D Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
x
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan 1. Memberikan informasi untuk membantu
keperawatan selama … x karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus, dalam menentukan pilihan/ keefektifsn
24 jam diharapkan pasien sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intervensi
mengatakan nyerinya intensitas pada skala 0-10.
berkurang atau hilang 2. Beri penjelasan pada pasien tentang penyebab 2. Pemahaman pasien akan mengundang
dengan kriteria hasil : nyeri. partisipasi pasien dalam mengatasi
- Menyangkal permasalahan yang ada.
ketidaknyamanan 3. Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan 3. Teknik ditraksi merupakan teknik
mata, teknik ditraksi (napas dalam) pengalihan perhatian sehingga mengurangi
- tidak merintih, emosional yang kognitif.
- ekspresi wajah rileks 4. Berikan obat analgetik sesuai dengan advis 4. Analgetik memblokir jaras nyeri.
dokter Ketidaknyamanan mata berat menandakan
perkembangan komplikasi dan perlunya
perhatian medis segera. Ketidaknyamanan
ringan di perkirakan.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah 1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
keperawatan selama … x satu atau kedua mata terlibat. bervariasi, sebab kehilangan penglihatan
24 jam diharapkan pasien terjadi secara lambat dan progresif. Bila
dapat meningkatkan bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada
ketajaman penglihatan laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya
dalam batas normal dengan satu mata di perbaiki per prosedur.
kriteria hasil: 2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, 2. Memberikan peningkatan kenyamanan dan
- Pasien mengenal orang lai di sekitarnya. kekeluargaan, menurunkan cemas dan
gangguan sensori disorientasi pasca operasi.
dan berkompensasi 3. Observasi tanda dan gejala disorientasi. 3. Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal
terhadap perubahan, Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar- dan mengalami keterbatasan penglihatan
mengidentifikasi benar sembuh. dapat mengakibatkan bingung pada orang
atau memperbaiki tua. Meningkatkan resiko jatuh bila
potensial bahaya bingung/ tidak tahu ukuran tempat tidur.
dalam lingkungan. 4. Anjurkan pasien menggunakan kacamata 4. Perubahan ketajaman dan kedalaman
katarak yang tujuannya memperbesar kurang persepsi dapat menyebabkan bingung
lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan penglihatan/ meningkatkan resiko cedera
buta titik mungkin ada. sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan 1. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
keperawatan selama … x sebelum menyentuh / mengobati mata. mencegah kontaminasi area operasi.
24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi dengan kriteria 2. Gunakan / tunjukkan teknik yang tepat untuk 2. Teknik aseptic menurunkan resiko
hasil: membersihkan mata dari dalam dengan kapas penyebaran bakteri dan kontaminasi
- Meningkatkan basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti silang.
penyembuhan luka tepat balutan.
waktu 3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /
- Bebas drainase, eritema menggaruk mata yang di operasi. 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
dan demam. 4. Observasi / diskusikan tanda terjadinya insisi.
infeksi, contoh : kemerahan, kelopak 4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah
bengkak, drainase purulent. prosedur dan memerlukan upaya
5. Berikan obat sesuai indikasi atau advis dokter. intervensi.
Antibiotic (topical, parenteral, 5. Sediaan topical digunakan secara
subkonjungtiva) dan steroid. profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid
digunakan untuk menurukan inflamasi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GLAUKOMA
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Nutrisi : mual, muntah (pada glaucoma akut)
c. Neurosensory :
- Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi
sekitar sinar,
- kehilangan penglihatan perifer,
- fotofobia(glaukoma akut).
- Perubahan kacamata/pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
- Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
- Peningkatan air mata
d. Nyeri / kenyamanan
- Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
- Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata,
sakit kepala (glaukoma akut)
e. Riwayat kesehatan : penyakit keluarga seperti DM, glaucoma,
hipertensi. Riwayat alergi, terpajan radiasi, steroid.
f. Pemeriksaan Diagnostik
- Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
- Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral
atau glaukoma.
- Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
- Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut
terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
- Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
- Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina,
dan mikroaneurisma.
- Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
- EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
- Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan
penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan pertanyaan; pernyataan
salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang
dapat dicegah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai
dengan mual dan muntah.
- Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
- Kriteria hasil :
1) pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
2) pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3) ekspresi wajah rileks
- Intervensi :
1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7) Berikan analgesik sesuai anjuran
A. JUDUL
Hubungan Dampak Katarak dengan Konsp Diri : Harga Diri Rendah pada
Lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi Tahun
2015.
B. PENULIS
Syaifunnuril Anwar
C. LATAR BELAKANG
Selain dapat menyebabkan kebutaan, katarak juga menyebabkan menurunnya
fungsi peran serta kepercayaan diri seseorang.
D. TUJUAN
untuk mengidentifikasi hubungan katarak dengan konsep diri : Harga diri pada
lansia Di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi 2015
E. METODELOGI PENELITIAN
Populasi : lansia yang mengalami katarak di desa Sukamanah. Adapun
populasinya yaitu lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang mengalami
katarak berjumlah 32 orang.
Sampel : lansia yang mengalami katarak di desa sukamanah kecamatan
sukatani kabupaten bekasi 2015 sebanyak 32 orang
Instrument : kuesioner. Kuisioner yang telah dibuat mencakup variabel
yang diteliti, yaitu variabel independen terdiri dari keadaan fisik,
dukungan keluarga, aktivitas social, sedangkan untuk variabel
dependennya adalah harga diri rendah.
Metode penelitian : Cross Sectional
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil uji univariat
sebagian besar dari responden yang mengalami harga diri rendah yaitu
22 responden (68,8%), sedangkan harga diri baik terdapat 10
responden (31,2%)
sebagian besar dari responden yang keadaan fisiknya terganggu yaitu
20 responden (62,5%), sedangkan tidak terganggu terdapat 12
responden (37,5%)
sebagian besar dari responden dengan keluarga yang tidak mendukung
yaitu 22 responden (68,8%), sedangkan keluarga yang mendukung
terdapat 10 responden (31,2%).
hampir seluruhnya dari responden yang aktivitas sosial tidak aktif
yaitu 25 responden (78,1%), sedangkan aktivitas yang aktif terdapat 7
responden (21,9%).
2. Hasil Uji Bivariat
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 18 lansia (90,0%) mengalami
keadaan fisik terganggu dan mengalami harga diri rendah, sedangkan
4 lansia (33,3%) mengalami keadaan fisik tidak terganggu dan
mengalami harga diri baik
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 19 lansia (86,4%) dengan
keluarga tidak mendukung dan mengalami harga diri rendah,
sedangkan 3 lansia (30,0%) dengan keluarga yang mendukung dan
mengalami harga diri baik.
Dari 22 sampel yang mengalami HDR, 21 lansia (84,0%) tidak aktif
dalam aktivitas sosial dan mengalami harga diri rendah, sedangkan 1
lansia (14,3%) aktif dalam aktivitas sosial dan mengalami harga diri
baik.
G. KESIMPULAN
Ada hubungan antara keadaan fisik dengan konsep diri : harga diri rendah
pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi
tahun 2015
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan konsep diri : harga diri
rendah pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten
Bekasi tahun 2015
Ada hubungan antara aktivitas sosial dengan konsep diri : harga diri
rendah pada lansia di Desa Sukamanah Kecamatan Sukatani Kabupaten
Bekasi tahun 2015
H. KELEBIHAN JURNAL
Memberi pengetahuan kepada perawat bahwa pasien lansia dengan katarak
tidak hanya memiliki masalah keperawatan yang berhubungan dengan fisiknya
saja tetapi juga masalah konsep dirinya sehingga dalam pengkajian harus selalu
dikaji riwayat bio-psiko-sosial-spiritualnya.
I. KEKURANGAN JURNAL
Tidak menampilkan contoh pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam
kuesioner.