Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

H DENGAN
DIAGNOSA HIPERTENSI DI RUANG CEMPAKA

RSUD BALI MANDARA


TANGGAL 10 - 13 OKTOBER 2021

Oleh :
GUSTI AYU PUTU SEPTIARI

C2221115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
BADUNG2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GERONTIK PADA Ny. H DENGAN HIPERTENSI DI
RUANG CEMPAKA RSUD BALI MANDARA
TANGGAL 10 S/D 13 OKTOBER 2021

Diajukan Oleh

GUSTI AYU PUTU SEPTIARI


NIM:C2221115

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik

Stase Keperawatan Gerontik di Minggu Kedua

Preceptor Klinik
Preceptor Akademik

Ni Made Arik Muliyanti, SST


Ns. I Putu Wira Kususma Putra, S.Kep., M.Kep
NIP. 19830128 200604 2 013
NIK. 11.06.0046

Mengetahui,
STIKES Bina Usada Bali
Profesi NersKetua

Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep.


NIK. 11.01.0045
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP LANSIA

A. Proses Menua

Proses menua merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap manusia.

Proses ini ditandai dengan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan dirinya terhadap infeksi serta

tubuh tidak mampu memperbaiki kerusakan yang diderita (Azizah, 2011).

Penuaan akan mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dan sel akibat

menumpuknya metabolit dalam sel. Metabolit bersifat racun terhadap sel

sehingga bentuk dan komposisi pembangun sel akan mengalami perubahan.

Seiring dengan meningkatnya usia, sistem kerja pada jantung dan pembuluh

darah pun akan mengalami perubahan dari segi struktur dan fungsinya.

Perubahan pada lansia khususnya sistem kerja pada jantung meliputi perubahan

pada ventrikel kiri dan katup jantung yang mengalami penebalan dan membentuk

tonjolan, jumlah sel pacemaker mengalami penurunan yang mana implikasi

klinisnya akan menimbulkan disritmia pada lansia, kemudian terdapat arteri dan

vena yang menjadi kaku ketika dalam kondisi dilatasi sehingga katup jantung

tidak kompeten yang akibatnya akan menimbulkan implikasi klinis berupa edema

pada ekstremitas (Azizah, 2011).

Proses penuaan ini mampu menjadikan lansia mengalami perubahan

fungsional dari sudut pandang sistem kardiovaskuler. Dimana perubahan utama

yang terjadi adalah menurunnya kemampuan untuk meningkatkan keluaran

sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan tubuh. Seiring bertambahnya


usia denyut dan curah jantung pun mengalami penurunan, hal itu terjadi karena

miokardium pada jantung mengalami penebalan dan sulit untuk diregangkan.

Katup-katup yang sulit diregangkan inilah yang dapat menimbulkan peningkatan

waktu pengisian dan peningkatan tekanan diastolik yang diperlukan untuk

mempertahankan preload yang adekuat (Azizah, 2011).

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal

dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.

Sebagai mana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai

kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,

seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu

usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu

telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba

menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo dalam Suardiman,

2011).

B. Batasan Lanjut Usia Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO dalam Suardiman (2011),

batasan lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-54 tahun

2. Lanjut suia (elderly) : antara 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) : antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.

Seseorang dikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang

bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima

nafkah dari orang lain‖ (Suardiman, 2011).


C. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat dalam Maryam (2012), lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

kesehatan).

2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:

1. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain.

2. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan.

3. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.

4. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.

5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.

6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik.

(Maryam, 2012).

D. Teori Menua

Teori penuaan secara umum menurut Azizah (2011), dapat dibedakan

menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.

1. Teori Biologi

a. Teori Seluler

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan

kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel

pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi,

jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah

akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem

itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati.

Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan

dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk

tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)

b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)

Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.

Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan

kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia

beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat

oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang

lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada

kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring

dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan

dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan

cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan

pada sistem muskuloskeletal (Azizah, 2011).

c. Keracunan Oksigen

Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh

untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun

dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.

Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat

struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi

kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk

memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga

mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik

di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat

penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut.


Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi

sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan

dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan

sistem tubuh (Azizah, 2011).

d. Sistem Imun

Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.

Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari

sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor

yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau

perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya

kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi

isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,

maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap

sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai selasing dan

menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya

peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya

pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya

serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker

leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).

e. Teori Menua Akibat Metabolisme

Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Azizah (2011),

pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena

jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah

satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran

hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon

pertumbuhan.
2. Teori Penuaan Psikososial

a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara

keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa

mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada

lanjut usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial (Azizah, 2011).

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara

hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di

masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah, 2011).

c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).

E. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Patricia Gonce Morton (2011), tugas perkembangan keluarg

yaitu:

1. Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa

umurnya.

2. Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan dengan pasangan

hidupnya, keluarga, dan teman.

3. Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait dengan

status kesehatan dan ekonomi.

4. Menyiapkan pendapatan yang memadai.

5. Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal.


6. Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif.

7. Memelihara kebersihan diri.

F. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sekual

(Azizah, 2011).

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh

karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang

tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60

tahun.

b. Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai

berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.


d. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan

akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan

menjadi rentan terhadap gesekan.

e. Tulang

Berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari

penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut

mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

f. Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

g. Sendi

Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas.

h. Sistem Kardiovaskuler

Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan

kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada

jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA nude dan

jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

i. Sistem Respirasi

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru

tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi

kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.

Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan

pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.


j. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :

1) Kehilangan gigi,

2) Indra pengecap menurun,

3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),

4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

k. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,

dan reabsorpsi oleh ginjal.

l. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

m. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary

dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif

a. Memory (Daya ingat, Ingatan)

b. IQ (Intellegent Quocient)

c. Kemampuan Belajar (Learning)

d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)


f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)

g. Kebijaksanaan (Wisdom)

h. Kinerja (Performance)

i. Motivasi

3. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (hereditas)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri.

4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir

dan bertindak dalam sehari-hari.

5. Kesehatan Psikososial

a. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama

jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit

fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama

pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan

hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang

telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya

gangguan fisik dan kesehatan.

c. Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan

kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang

berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat

disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya

kemampuan adaptasi.

d. Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan

cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan

obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan

kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan

sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,

atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

e. Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham

(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-

barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada

lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan

sosial.

f. Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan

perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan

bau karena lansia bermain- main dengan feses dan urin nya,

sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun

telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.


II. TINJAUAN TEORI HIPERTENSI
A. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi

manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90

mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2011)

Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan jantung dikalikan

tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah keadaan

ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau tekanan sistolik

lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Fitriani dan Nilamsari, 2017).

Hananta I.P.Y, & Freitag H,(2011) mengatakan hipertensi adalah suatu peningktan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu

periode. Hipertensi dipengaruhi oleh factor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti

usia, jenis kelamin dan genetic/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas,

konsumsi garam, rokok dan kopi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 140mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (kemenkes, 2014)

Menurut Perry dan Patter (2014) Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan

darah sistolik sedikitnya 140mmhg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmhg.

Menurut Nursalam ( 2015), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya

sangat bermacam macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-

gejala tersebut adalah sakit kepala, atau rasa berat ditengkut , vertigo, jantung berdebar debar,

mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, atau tinnitus dan mimisan.

Berdasarkanbeberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah

suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah, dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.


B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran

limfe. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran

melalui saluran tubuh.Arteri membawa darah dari jantung,Vena membawa darah ke jantung.

Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu

lintas antara makanan dan bahan buangan.Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan

ekstra seluler atau intershil.Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan

kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk

membersihkan jaringan.Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem

peredaran. Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa

keluar jantung.Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau

arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki.Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat

berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi.Irama dan

denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali

per menit.

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya

dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga

darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang

menetap.Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh

vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantung berlangsung dengan

cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah

dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar
120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke.Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami

distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit.Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta

cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg.Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan

tekanan diastole.

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah.Darah

dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,

dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu

aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,

gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai

pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah

dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi

pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan

penyakit arteriosklerosis.

Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang

sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat. Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan

pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah

sama, aliran bersifat sejajar yang konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran

darah dalam arteri yang mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran

yang tidak lancar. Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh

darah yang mengalami sumbatan atau vasokonstriksI

C. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
MenurutHidayat (2016), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan

tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi

lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi

adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah

menopause (Marliani,2011). Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang

merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek

perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada


usiapremenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit

hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini

terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormone estrogen sesuai dengan umur

wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun

(kowalski,2010).

2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang

lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih

muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis

obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi

banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50

tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang

berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri

utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-

arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan

dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi

(kowalski ,2010). Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan

kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan

orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2011). Menurut elsanti (2012), mengatakan

bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang

dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang
sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan

darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

A. Merokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki

kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga

dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan

lainnya. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan

merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner

(PJK) sekitar 24.4% (Karyadi 2010). Menurut Tandra (2014) menyatakan bahwa nikotin

mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen

miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi

denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan

adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,

otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.

B. Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah

penting karena selain mempunyai resiko penyakit penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi

produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara

berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal

atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi

seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT≥25.0.

Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi,

penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu

dalam Khomsan (2010) menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria

akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11

mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada laki-laki sebesar

38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17% perampuan yang memiliki

IMT<25 (Krummel 2011).


C. Konsumsi Na (Natrium)

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem renin

angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam

proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi

aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan

pada timbulnya hipertensi (Elsanti , 2012).

D. Stres

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres

yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di

pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok

masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2012). Menurut Anggraini (2010) mengatakan

stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan

menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

D. MANIFESTASI KLINIS / TANDA DAN GEJALA

Menurut Smeltzer dan Bare (2015), sebagian besar penderita hipertensi pada

umumnya, tidak mempunyai keluhan khusus dan tidak mengetahui dirinya menderita

hipertensi. Gejala-gejala umum yang kadang dirasakan sebelumnya antara lain :

1. Sakit kepala terutama pada waktu bangun tidur dan kemudian hilang sendiri beberapa

jam

2. Kemerahan pada wajah

3. Cepat capek

4. Lesu dan impotensi.

Sedangkan gejala yang mungkin timbul akibat adanya penyakit lain yang yang

menyebabkan hipertensi adalah sindrom chusing yaitu peningkatan berat badan, emosi yang

labil serta gejala lain seperti sering buang air kecil dan ingin minum terus pada kelainan

pengaturan kelenjar adrenal di ginjal.


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala

khusus. Menurut Sutanto (2012), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala

ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal,

mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah

lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung)

E. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu

dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2011).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”

disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer.

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel

jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada

ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan

Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada

terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain

itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal

tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah

maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.


F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang meliputi :

a. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab

hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL

b. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi.

Kemunghkinan ada pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, adanya penyakit

jantung atau aritmia), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan

dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH

dan ekordiografi.

c. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)

kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum

(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi

pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa

protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

d. Pemeriksaan radiologi : Foto dada (menentukan adanya oedema paru/ tidak

Kemungkinan ditemukannya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang

melebar) dan CT scan (mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati)

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Afif (2018), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program penanganan

atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas

penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Menurut Kurniawan (2010), penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :

1) Penatalaksanaan non-farmakologis

Menurut Dalimartha (2010) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada

penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok :


a. Terapi diet

a) Diet rendah garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam

dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya tinggi.

Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung

ikatan natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu

menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan

dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung

cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang.

Menurut Dalimartha (2011) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi

menjadi 3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet garam rendah

III :

 Diet garam rendah I (200-400 mg Na)

Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan /

atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

 Diet garam rendah II (600-800 mg Na)

Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema,

asites, dan / atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama

dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh

menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi

kadar natriumnya.

 Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)

Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan atau

hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam

rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam

dapur.

b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak

terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan

jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan

mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja

jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. Diet ini bertujuan

untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi

penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :

 Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega, terutama

makanan yang digoreng dengan minyak

 Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta sea

food (udang, kepiting), minyak kelapa, dan santan

 Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream

 Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu

c) Makan banyak buah dan sayuran segar Buah dan sayuran segar

mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung

mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah yang ringan.

Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat

memberikan efek penurunan darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu

untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.

b. Olahraga

Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik sehari-

hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa

dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan

jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.

c. Berhenti merokok

Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan

darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah

alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.


2) Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian obat

antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi hipertensi

dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat yang tidak

mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang bermakna tetapi dapat

mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan tekanan arteri jelas

mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke, gagal jantung, meskipun

terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum memperlihatkan banyak harapan

dalam mengurangi risiko penyakit koroner. Jenis obat antihipertensi yang sering

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Diuretika

Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran

garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang

sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretika yang hemat kalium.

Obat yang banyak beredar adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan

Indopanide.

b. Alfa-blocker

Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang

menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena efek

hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi ortostatik dan

takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk dalam Alfa-blocker adalah

Prazosin dan Terazosin.

c. Beta-blocker

Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga

kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi daya dan

frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah akan menurun dan

daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis Beta-blocker adalah

Propanolol, Atenolol, Pindolol dan sebagainya.


d. Vasodilator

Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole sehingga

daya tahan perifir berkurang dan tekanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam

jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.

e. Antagonis kalsium

Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke

dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan

darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah Nifedipine dan Verapamil.

f. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi kuat. Obat

jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril (Capoten) dan Enalapril.

II . KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi nama, usia, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, dll

2) Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama : Pada pasien hipertensi biasanya datang dengan keluhan sakit

kepala

 Riwayat Kesehatan Sekarang : riwayat periksa ke dokter sampai dengan pasien

dirawat di Rumah Sakit

 Riwayat Kesehatan Dahulu : riwayat hipertensi, penyakit jantung, DM, dll

 Riwayat Kesehatan Keluarga : Pada klien dengan hipertensi biasanya terdapat

anggota keluarga yang mengidap hipertensi juga (menurun)

3) Pola Fungsi Kesehatan

 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pada klien HT (Hipertensi) terdapat kebiasaan merokok, minum alcohol,

penggunaan obat-obatan
 Pola Aktivitas dan Latihan

Pada klien HT terkadang mengalami lemas, pusing, klelahan, kelemahan otot, dan

kesadaran menurun

 Pola Nutrisi dan Metabolik

Pada Pasien dengan Hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah berat badan

normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu).

 Pola Konsep Diri-Persepsi Diri

Pasien HT jarang mengalami gangguan hanya saja tidak dapat menjalankan

perannya seperti biasanya

 Pola Istirahat dan TIdur

Pada Pasien Hipertensi jarang ditemukan masalah dalam istirahat dan tidur. Pasien

HT biasanya memerlukan banyak waktu untuk tidur terkait dengan rasa pusing/

sakit kepala yang dirasakan

 Pola Eliminasi

Dapat mengalami oliguria

 Pola Toleransi dan koping stress

Pada pasien dengan HT biasanya mengalami stress psikologi ditandai dengan

gelisah, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara

 Pola Seksual Reproduktif : Dapat mengalami impotensi

 Pola kognitif –perceptual

Perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori

(ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex

tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis/penyempitan arteri

ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema,

eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi. Nyeri hilang

timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas

bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri

abdomen/massa (feokromositoma)

 Pola hubungan dan peran : Dapat terganggu karena klien HT membutuhkan istirahat

yang cukup sehingga tidak dapat pergi ke luar rumah


 Pola nilai dan Keyakinan : Dapat terjadi perubahan. Pasien tidak dapat ke tempat

ibadah

4) Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi : Pasien tampak lemah, pucat, adanya sianosis, pasien tampak sesak

(adanya pernafasan cuping hidung, tampak ada retraksi dada, RR >16-20 kali/menit),

tampak odema pada ekstremitas.

 Palpasi : Tekanan darah >160/90 mmHg, turgor kulit >2 detik, CRT > 2 detik, nadi

teraba kuat, jelas, dan cepat, pembesaran ginjal.

 Perkusi : Suara dullness pada paru.

 Auskultasi : Terdengar suara jantung S3S4, terdengar suara crackles pada paru,

terdengar suara bruit pada abdomen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ResikoPenurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi

3. Nyeri akut berhubbungan dengan agens cedera biologis

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium

5. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi

6. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan melihat


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Outcome Intervensi Rasional Evaluasi


1 Resiko Penurunan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Cardiac Care S: pasien mengatakan bahwa

curah jantung b/d keperawatan selama …..x24 1. Catat tanda dan gejala dirinya sudah merasa lebih

perubahan volume jam, diharapkan penurunan penurunan curah jantung. 1. Dengan mengetahui gejala, nyaman dan tidak mengalami

sekuncup curah jantung klien dapat maka kita dapat melakukan keletihan.

d/d penurunan stroke teratasi dengan: intervensi yang tepat. O:

volume index (SVI) - ekspresi wajah klien tampak lebih

NOC Label: Cardiac Pump 2. Monitor frekuensi tanda 2. Untuk mengetahui keadaan baik dan pernapasan klien tampak

Effectiveness vital umum pasien sehingga dapat normal (16x/menit)

Dengan kriteria hasil: menentukan tindakan selanjutnya. - Klien tidak tampak kelelahan.

a. Tekanan darah sistole dan - TTV klien dalam keadaan normal :

diastole normal. (120/80 3. Melakukan penilaian 3. Pengkajian menyeluruh dapat -TD: 120/80 mmHg

mmHg) yang komprehensive memperkuat data yang sudah ada. - RR: 16x/ menit

b. Tidak ada distensi vena terhadap sirkulasi periferal - S : 37o C

leher. (misal: periksa tekanan -N: 65x/menit


c. Tidak ada edema paru dan periferal, edema, kapiler

perifer. refill, warna, dan

temperature ekstremitas)

NOC Label: Vital Sign 4. Monitor toleransi 4. Dapat menunjukan

Dengan kriteria hasil: aktivitas klien. dekompensasi jantung bila

a. Tekanan darah, suhu, nadi kelebihan aktivitas.

dan RR normal.

(TD: 120/80 mmHg, suhu: NIC Label: Vital Sign

36,5 – 37,5o C, nadi: 60-100 Monitoring

x/menit, RR: 16 – 20 1. Monitor tekanan darah, 1. Untuk mengetahui peningkatan

x/menit) nadi, suhu, dan RR. tanda-tanda vital klien agar dapat

melakukan intervensi yang tepat.

NOC label : Fatigue Level

Dengan kriteria hasil:


a. Kelelahan klien berkurang 2. Catat adanya fluktuasi 2. Agar mempermudah

b. Klien mengatakan tekanan darah. mengetahui perubahan tekanan

kelemahan ototnya berkurang darah klien.

c. Suasana hati klien tidak NIC Label : Energy

tertekan Management

d. Klien mampu menjalani 1. Tentukan persepsi klien 1. Untuk mengetahui intervensi

aktivitasnya dengan normal mengenai penyebab yang tepat bagi klien

e. Kualitas tidur klien bagus keletihan

2. Monitor pola tidur klien 2. Tidur dapat mengurangi

dan jumlah jam tidur klien keletihan klien dan

mengistirahatkan otot yang lemah

3. Membantu klien untuk 3. Meminimalkan penggunaan

memprioritaskan aktivitas energy klien


4. Pilih intervensi untuk 4. Untuk mengurangi kelelahan

mengurangi kelelahan yang disebabkan oleh peningkatan

menggunakan kombinasi tekanan darah pasien

farmakologi dan non

farmakologi bila diperlukan

5. Monitor respon 5. Dengan mengetahui respon

kardiorespiratori (takikardi, kardiorespiratori, dapat

dypsneu, respirasi rate, memberikan intervensi yang

diaphoresis) sesuai

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC label:Hemodynamic S: Klien mengatakan suhu

perfusi jaringan perifer keperawatan selama ……x24 Regulation ektremitasnya hangat

b/d hipertensi jam diharapkan perfusi 1. Kenali adanya perubahan 1. Untuk mengetahui faktor yang O: Nadi klien normal, CRT < 2

d/d perubahan jaringan perifer pada klien tekanan darah dapat mempengaruhi perfusi detik, tekanan systolic dan diastolic

karakteristik kulit efektif dengan: jaringan normal, tanda kepucatan (-)


(warna, sensasi, suhu) NOC label: Tissue 2. Monitor dan 2. Untuk mengetahui perubahan

perfusion: Peripheral dokumentasikan denyut yang dapat berpengaruh terhadap

Dengan kriteria hasil: jantung, ritme dan nadi perfusi jaringan

a. CRT normal (< 2 detik) 3. Monitor nadi di 3. Untuk mengetahui apabila

b. Tekanan systolic dan sekeliling, kapiler dan suhu terjadi perubahan perfusi pada

diastolic normal (120/80) serta warna ekstremitas jaringan

c. Suhu ekstremitas dalam

rentang normal 4. Pertahankan 4. Untuk mempertahankan

d. Tidak ada tanda kepucatan keseimbangan cairan balance cairan dan tidak

e. Nadi ektremitas normal dengan memberikan cairan memperburuk edema

IV atau diuretic dengan

tepat

3 Nyeri akut b/d agens Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Pain S: pasien mengatakan bahwa rasa
cedera d/d melaporkan keperawatan selama ……x Management nyerinya sudah berkurang setelah
nyeri secara verbal 24 jam, diharapkan nyeri 1. Mengkaji nyeri secara 1. Lokasi, karakteristik, durasi, diberikan intervensi
yang dirasakan dapat komprehensif termasuk frekuensi, kualitas dan faktor
berkurang dengan: lokasi, karakteristik, durasi, presipitasi nyeri merupakan hal
frekuensi, kualitas dan yang dijadikan ukuran untuk O: pasien sudah tidak tampak
NOC label: Pain Level faktor presipitasi. melihat kondisi klien. meringis kesakitan dan tidak
Dengan kriteria hasil: memegang lokasi nyeri
a. Skala nyeri pasien 2. Mengobservasi aspek 2. Untuk menilai skala nyeri
berkurang dari 4menjadi 2 nonverbal terhadap nyeri yang dirasakan klien.
dari rentangan 1-10. yang dirasakan.
b. Pasien melaporkan bahwa
nyeri berkurang 3. Mengajarkan teknik non 3. Dapat meminimalisir
c. Menyatakan rasa nyaman farmakologi: napas dalam, penggunaan teknik farmakologi
setelah nyeri berkurang relaksasi, distraksi, dan untuk mengurangi skala nyeri
kompres panas atau dingin. klien.
NOC label: Pain Control
Dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasikan 4. Untuk mengoptimalkan
a. Pasien mampu mengontrol penggunaan analgetik penanganan nyeri pada klien.
dan menangani nyeri dengan dokter.
(mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari NIC Label: Analgesic
bantuan) administration
b. Mampu mengenali nyeri 1. Mengkaji lokasi, 1. Untuk dapat menentukan
(skala, intensitas, frekuensi karakteristik, kualitas, dan medikasi yang tepat agar tujuan
dan tanda nyeri derajat nyeri sebelum tercapai maksimal.
memberikan pasien
medikasi

2. Melakukan pengecekan 2. Untuk mencegah terjadinya


terhadap riwayat alergi alergi ketika pemberian medikasi.

3. Memilih analgesic yang 3. Untuk mengoptimalkan


sesuai atau kombinasikan penggunaan analgesik dalam
analgesic saat di resepkan upaya mengurangi skala nyeri
analgesik lebih dari satu klien.

4. Memonitor tanda-tanda 4. Untuk mengetahui adanya


vital sebelum dan setelah perubahan tanda-tanda vital
diberikan analgesic dengan sebelum dan setelah diberikan
satu kali dosis atau tanda analgesic sehingga dapat
yang tidak biasa dicatat menentukan kondisi klien saat ini.
perawat

5. Mengevaluasi keefektian 5. Untuk menentukan


dari analgesic keberlanjutan pemakaian
analgesik.
4 Kelebihan volume Setelah diberikan asuhan NIC label: Fluid S: pasien mengatakan bahwa
cairan b/d kelebihan keperawatan selama … x 24 Management edemanya sudah hilang
asupan natrium d/d jam, diharapkan kelebihan 1. Pertahankan intake dan 1) Untuk mempertahankan cairan
output cairan yang adekuat
edema volume cairan pasien dapat yang masuk dan keluar O: tekanan darah 110/70 mmHg,
berkurang/hilang dengan: edema sudah berkurang
2. Memantau tanda-tanda
2) Bertujuan untuk mengetahui
vital
keadaan umum klien
NOC Label: Fluid Balance
3. Memantau indikasi
Dengan kriteria hasil: 3) Untuk mengetahui tanda dan
kelebihan cairan
a. Keseimbangan intake dan gejala kelebihan volume cairan
output dalam 24 jam stabil klien
b. Turgor kulit stabil (< 3
4.Kaji lokasi dan batas-batas
detik) 4) Untuk mengidentifikasi lokasi
edema.
c. Tekanan darah normal edema sebelum melakukan
(120/80) intervensi

5 Risiko Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Cerebral S: Klien mengatakan bahwa nyeri
Perfusi Jaringan Otak keperawatan selama …x24 Perfusion Promotion akibat pusing berkurang dan tidak
b/d hipertensi jam, diharapkan perfusi 1. Berkonsultasi dengan 1) Untuk menurunkan TIK. muntah selama perawatan.
jaringan otak pasien kembali dokter untuk menentukan
baik dengan: posisi HOB (head of Bed) O: Raut wajah klien sudah tidak
klien yang optimal. meringis akibat nyeri kepala.
NOC label: Tissue 2. Memberikan obat 2) Mengurangi hipertensi dengan
Perfussion: Cerebral penambah volume memperbesar volume darah.
Dengan kriteria hasil: intravaskuler.
a. TIK klien berkisar 0-10 3. Memonitor TIK klien dan 3) Untuk memastikan keadaan
mmHg. respon neurologis. TIK dan status neurologis klien
b. Tekanan sistolik berkisar
100-120 mmHg.
c. Tekanan diastolic berkisar
60-80.

d. Keluhan pusing klien


berkurang.
e. Muntah klien berkurang.

6 Risiko jatuh b/d Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Fall S: pasien mengatakan bahwa fungsi
kesulihatan melihat keperawatan selama …x24 Prevention penglihatannya sudah membaik
jam, diharapkan klien tidak 1. Identifikasi kebiasaan dan 1) Untuk mengetahui kebiasaan
mengalami risiko jatuh, factor yang dapat yang dapat menyebabkan terjatuh O: pasien terlihat mampu berjalan
dengan: menyebabkan resiko sehingga dapat memperkecil dengan baik
terjatuh risiko terjatuh
NOC Label: Fall Prevention 2. Identifikasi karakteristik 2) Untuk mengetahui kondisi
Behaviour lingkungan yang mungkin lingkungan yang dapat
Dengan kriteria hasil : meningkatkan potensi jatuh menyebabkan resiko terjatuh
a. Adanya penggunaan alat
pengelihatan secara tepat 3. Sediakan pencahayaan 3) Mengoptimalkan penglihatan
b. Tersedianya pencahayaan yang adekuat untuk klien untuk menghindari resiko
yang adekuat meningkatkan jarak terjatuh
penglihatan
D. EVALUASI KEPERAWATAN

Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke


arah pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur
perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau
penggunaan sumber eksternal. Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
b. Mematuhi program perawatan diri
c. Tidak mengalami komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hananta, Y dan Freitag, H. (2011). Deteksi Dini dan Pencegahan Hipertensi
danSroke.Media Pressindo. Yogyakarta
Kemenkes RI. Hipertensi, Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
2014; (Hipertensi): 1-7
Smeltzer, Suzanne C. (2011).Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
Elsanti, S. (2012). Panduan Hidup Sehat kolesterol, Stroke, Hipertensidan Serangan Jantung.
Yogyakarta : Araska
Kowalski, R. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan Tekanan Darah
Tinggi (Alih Bahasa: Rani Ekawati (ed.)). Qanita Mizan Pustaka.
Smeltzer, & Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(8th ed.). EGC.
Fitriani, N., & Nilamsari, N. (2017). Factors Associated With Blood Pressure on Shift
Workers and Non-Shift Workers in Pt. X Gresik. Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health, 2(1), 57. https://doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.1273
Perry & Potter. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek
(Keempat). EGC.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
Hidayat, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Salemba Medika.
Afif. (2018). Differences Result of Blood Pressure Measurement between Arm and Leg of
Patient in Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2012
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036, Fax. 419959 Email: binausada@yahoo.com Web:
binausadabali.ac.id
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. H
DENGAN HIPERTENSI DIRUANG CEMPAKA
RSUD BALI MANDARA
TANGGAL 10 S/D 13 OKTOBER 2021

Nama Mahasiswa : Gusti Ayu Putu Septiari


NIM : C2221115

Ruang : Cempaka
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2021
Tanggal Praktik : 10 Oktober 2021 Pukul 08.00 Wita
Paraf :

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Klien
Nama klien : NY.K
No. Rekam Medis : 213346
Tempat/ tanggal lahir : kubu tambahan, 03 Maret 1948
Umur : 73 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Banjar Dinas Kubuanyar Desa Kubu Tambahan
Buleleng
Tgl. Masuk ke RS : 03 Oktober 2021
Diagnosa medis : HIPERTENSI
b. Penanggung jawab
Nama : Tn.H
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 67 Tahun
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Banjar Dinas Kubuanyar Desa Kubu Tambahan,
Buleleng

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada kepala hingga leher.

3. GENOGRAM

Keterangan :
: Laki- laki : Meninggal ------- : Tinggal serumah

: Perempuan : Pasien : Menikah


4. RIWAYAT KESEHATAN
Pasien mengatakan nyeri pada leher belakang dan kaku kuduk, nyeri seperti ditindih
beban berat, hilang timbul terkadang menetap.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan ada anggota keluarganya yang memiliki penyakit seperti dirinya
yaitu orang tuanya.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan nyaman untuk ditinggali berdua
bersama keluarganya. Serta sanitasi limbah baik pencahayaan ruangan sangat baik
7. RIWAYAT REKREASI
Pasien mengatakan sering bertemu tetangga bila merasa jenuh dirumah atau sesekali
melakukan jalan jalan sore ke kebun belakang rumahnya.
8. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Pasien mengatakan akan ke puskesmas atau rumah sakit bila ada keluhan sakit pada
dirinya.
9. DESKRIPSI HARI KHUSUS
Pasien mengatakan jika hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan pasti
sangat senang karena dirumahnya ramai berkumpul keluarga besarnya serta sanak
sodara yang datang.
10. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit namunpasien biasanya bila sakitnya
kambuh minta diantar ke puskesmas dengan keponakannya.
11. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan umum: Baik
b. Kesadaran: Compos Mentis
c. TTV: TD = 150/90 mmHg, Respirasi = 18 x/menit, Nadi = 98 x/menit, Suhu = 36,2 C
d. IMT: 20,5 ( normal )
TB = 156 cm, BB = 50 kg
e. Integumen
S : pasien mengatakan tidak ada masalah di bagian kulitnya

O:
I : tidak ada masalah
P : Posisi lutut masih bagus, krepitasi tidak ada
f. Kepala
S : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan kepalanya tekadang merasakan
sedikit pusing dan sakit sampai ke leher belakang terasa berat
O:
I : Bentuk kepala simetris, warna kulit merata
P : Pembengkakkan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada
g. Mata
S : Pasien mengatakan penglihatannya agak kabur, Tn Ek tidak menggunakan kaca
O:
I : Kedua mata sejajar saat melihat, konjungtiva tidak anemis, warna iris hitam,
pupil isokor
P : Nyeri tekan tidak ada
h. Telinga
S : Pasien mengatakan pendengarannya baik
O:
I : Ukuran dan bentuk telinga simetris kanan dan kiri, warna kedua telinga sama,
alat bantu dengar tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada, fungsi pendengaran baik
i. Hidung dan Sinus
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada hidungnya
O:
I : Hidung simetris, kesulitan bernafas tidak ada, tarikan nafas cuping hidung tidak
ada, polip tidak ada, mimisan tidak ada
P : Nyeri tekan sinus tidak ada
j. Mulut dan tenggorokan
S : Pasien mengatakan tidak ada masalah dimulut dan tenggorokan
O:
I : Lesi tidak ada, bau mulut tida ada, perdarahan tidak ada, gigi tidak lengkap
P : Nyeri tekan pipi tidak ada, nyeri tekan mulut tidak ada
k. Leher
S : Pasien mengatakan saat ini lehernya terasa kaku dan berat
P: merasa pusing
Q:seperti di tindih beban berat
R:diareal kuduk belakang
S: skala 5 dari 10
T: sewaktu namum cenderung menetap
O:
I : Bentuk simetris, lesi tidak ada, pembengkakkan tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada, pembesaran thyroid dan lymphoid tidak ada
l. Payudara
S : Pasien mengatakan tidak ada masalah di payudaranya
O:
I : Lesi tidak ada, edema tidak ada, penonjolan tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada
m. Pernapasan
S : Pasien mengatakan pernafasannya normal dan tidak ada gangguan
O:
I : Pola nafas regular, edema tidak ada, penonjolan tidak ada
P : Peradangan tidak ada, nyeri tekan tidak ada
P : Suara sonor tidak ada
A: Bunyi nafas vesikuler dengan frekuensi teratur, sumbatan nafas tidak ada
n. Kardiovaskuler
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada jantungnya
O:
I : Bentuk dada simetris, warna kulit merata
P : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada
P : Suara perkusi sonor
A: Terdengar bunyi jantung S1 dan S2, bunyi tambahan tidak ada
o. Gastrointestinal
S : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada gastrointestinal
O:
I : Warna perut merata, lesi tidak ada, edema tidak ada, kembung tidak ada
A: Suara bising usus 20x/ menit
P : Suara perkusi timpani
P: Nyeri tekan tidak ada
p. Perkemihan
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada BAK
O:
I : Perdarahan tidak ada
P : Nyeri tekan tidak ada
q. Muskuloskeletal
S : Pasien mengatakan tidak ada gangguan gerak
O:
I : Lesi tidak ada, edema tidak ada
P : Nyeri tekan, atropi otot tidak ada

5555 5555
5555 5555

r. Sistem saraf pusat


S : Pasien mengatakan tidak gangguan pada sistem saraf pusat
O:
I : GCS 15, dapat membuka mata dengan spontan
P : Nyeri tekan tidak ada
s. Reproduksi
S : tidak adda masalah ada sistem reproduksi
O:
I:-
P:-

12. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikososial
Pasien bersosialisasi dengan baik, dan ramah dengan semua orang serta sangat
menyukai bergaul dengan anak muda di lingkungan rumahnya dan pasien selalu
enerjik dalam menghadapi hidup. Serta tidak lupa untuk bersembahyang setiap sore
di rumah.
b. Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
 Apakah klien mengalami kesulitan tidur? tidak
 Apakah klien sering merasa gelisah? ya
 Apakah klien sering merasa murung dan menangis sendiri? Tidak
 Apakah klien sering was-was dan khawatir? tidak
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Pernyataan tahap 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? ya
 Ada atau banyak pikiran? Tidak
 Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain? Tidak
 Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter? Tidak
 Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari atau sama 1 jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+) / NEGATIF (-)


Kesimpulan :
Pasien mengalami perasaan gelisah yang dirasakan lebih dari 3 bulan atau lebih
dari 1 kali dalam 1 bulan

c. Spiritual
Pasien mengatakan rajin berdoa disanggah (merajan) karena beragama hindu

13. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN

a. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS


N0 Kriteria Dengan Mandiri Ket
Bantuan
1 Makan 5 Frek: 3x sehari
Jml: 1 porsi
Jenis: nasi, lauk,
sayur
2 Minum 5 Frek: 6-9 gelas/hari
Jml: 1200-1500 cc
Jenis: air putih,
kopi
3 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10
tidur/ sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 Frek : 2 sehari
rambut, menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)
6 Mandi 5

7 Jalan di permukaan datar 0 5 Frek : < 7x sehari

8 Naik turun tangga 5

9 Menggunakan pakaian 5

10 Kontrol bowel (BAB) 5 Frek: 1x sehari


Kons: lunak bau
khas feces, darah
(-)
11 Kontrol bladder (BAK) 5 Frek: 5-6x sehari
Warna: kuning
jernih, darah (-),
bau khas urine

Keterangan :
110 : mandiri
65-105 : Ketergantungan sebagian
≤ 60 : Ketergantungan Total

Kesimpulan:
Pasien termasuk mandiri dalam melakukan aktivitas sehari hari tanpa dibantu oleh
anggota keluarganya.
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maks Klien
1 ORIENTASI 5 5 Menyebutkan dengan benar:
 Tahun 2020
 Musim Hujan
 Tanggal 10
 Hari kamis
 Bulan desember
2 ORIENTASI 5 5 Dimana kita sekarang?
 Negara Indonesia
 Provinsi Bali
 buleleng
 Desa kubutambahan
 Banjar kubuanyar
3 REGISTRASI 3 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan masing-masing objek,
kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek tadi (untuk disebutkan)
 Objek Pulpen
 Objek Kertas
 Objek Baju
4 PERHATIAN 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
DAN kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
KALKULASI  93 Benar
 86 Benar
 79 Benar
 72 Benar
 65 Benar
5 MENGINGAT 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek
pada nomer 2 (registrasi) tadi,bila benar 1
poin untuk 1 objek
6 BAHASA 9 6 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal jam
tangan atau pensil)

Minta kepada klien untuk mengulangi kata


berikut “tak ada, jika, dan, atau, tetapi” bila
benar, nilai 2 poin. Bila pernyataan benar
2-3 buah, mis : tidak ada, tetapi maka nilai
1 poin

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah : “ambil
kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh di
lantai”
 Ambil kertas
 Lipat dua
 Taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
 Tutup mata anda

Perintahkan pada klien untuk menulis satu


kalimat dan menyalin gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Nilai Total 30 24

Kesimpulan:
Pasien termasuk aspek kognitif dan fungsi mental baik
c. Status Psikologis (skala depresi pada lansia)
Pilih jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan dalam seminggu terakhir
No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Pada dasarnya puaskah anda dengan hidup 0
YA TIDAK*
anda saat ini?
2 Apakah anda membatalkan banyak dari 0
YA* TIDAK
rencana kegiatan/minat anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda ini hampa? YA* TIDAK 0
4 Seringkah anda merasa kebosanan? YA* TIDAK 0
5 Apakah anda memiliki suatu harapan dimasa 0
depan? YA TIDAK*

6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan 0


YA* TIDAK
kesulitan anda tanpa jalan keluar?
7 Apakah anda sering kali merasa bersemangat? YA TIDAK* 0
8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal 0
YA* TIDAK
buruk bakal menimpa anda?
9 Apakah anda sering kali merasa gembira? YA TIDAK* 0
10 Apakah anda sering kali merasa tak 0
YA* TIDAK
terbantukan?
11 Apakah anda sering kali merasa gelisah dan 0
YA* TIDAK
resah?
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah 0
daripada keluar rumah dan melakukan sesuatu YA* TIDAK
hal baru?
13 Apakah anda sering kali mengkhawatirkan 0
YA* TIDAK
masa depan anda?
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya 1
YA* TIDAK
ingat anda?
15 Apakah anda berpikir/ bersyukur masih hidup 0
YA TIDAK*
saat ini?
16 Apakah anda sering kali merasa sedih dan 0
YA* TIDAK
putus asa?
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? YA* TIDAK 0
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu 0
YA* TIDAK
anda?
19 Apakah menurut anda kehidupan ini penuh 0
YA TIDAK*
tantangan yang menyenangkan?
20 Apakah anda merasa kesulitan untuk 0
YA* TIDAK
mengawali suatu kegiatan tertentu
21 Apakah anda merasa diri anda penuh energi? YA TIDAK* 0
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi 0
YA* TIDAK
tanpa harapan?
23 Apakah menurut anda keadaan orang lain 0
YA* TIDAK
lebih baik dari anda?
24 Apakah anda seringkali merasa marah hanya 0
YA* TIDAK
karena alasan sepele?
25 Apakah anda sering merasakan bagaikan YA* TIDAK 0
menangis?

26 Apakah anda kesulitan berkonsentrasi? YA* TIDAK 1


27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan 0
YA TIDAK*
menyenangkan?
28 Apakah anda lebih suka menghindari 0
YA* TIDAK
acara/sosialisasi?
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil 1
YA TIDAK*
suatu keputusan?
30 Apakah anda berpikiran jernih sebagaimana 0
YA TIDAK*
biasanya?
TOTAL 3

*Tiap jawaban yang bertanda bintang dihitung 1 poin


Interpretasi hasil:
0-4 : depresi tidak terjadi
5-14 : suspek depresi
15-22 : depresi ringan
> 22 : depresi berat
Kesimpulan:
Pasien termasuk depresi tidak terjadi sesuai dengan skala yang tertera
14. Pemeriksaan Laboratorium/Lainnya

 Laboratorium Tanggal 9/10/2021

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


WBC 14,5 10^3/µL 4.00 - 11.00
RBC 4.79 10^6/µL 3.80 - 5.80
HGB 13.7 g/dl 11.5 - 16.5
HCT 40,2 % 37.0 - 47.0
MCV 83.9 fL 77.0 - 93.0
MCH 28.6 pg 27.0 – 32.0
MCHC 34.1 g/dl 31.0 – 35.0
PLT 170 10^3/µL 150 - 400
RDW-SD 40.6 fL 37.0 - 54.0
RDW-CV 13.0 % 11.0 - 14.0
PDW 11.1 fL 9.0 - 17.0
MPV 10.2 fL 9.0 - 13.0
P-LCR 27.5 % 13.0 – 43.0
PCT 0.03 % 0.17 - 0.35
NEUT# 0.6 10^3/µL 1.5 – 7.0
LYMPH# 0.8 10^3/µL 1.0 - 3.7
MONO# 0.1 10^3/µL 0.2 – 0.8
EOS# 0.0 10^3/µL 1 – 6.0
BASO# 0.0 10^3/µL 0 – 0.1
NEUT% 41.3 % 40.0 -70.0
LYMPH% 52.9 % 20.0 – 45.0
MONO % 5.2 % 2.0 - 10.0
EOS% 0.0 % 0-5
BASO% 0.7 % 0-2
IG% 1.3 % 0 - 72
IG# 0.0 10^3/µL 0–7
 Rontgen Tanggal 9/10/2021

15. Terapi Medis

Cara
No Terapi Dosis Fungsi Terapi
Pemakaian
1 Infus RL 20ts/mnt Cairan kristaloid IV
2 Ranitidine 2x 4mg Untuk lambung IV
1 x 2,5
3 Bisoprolol Beta blockers/anti hipertensi Oral
mg
4 Amlodipine 1x 10mg Antihipertensi Oral

16. Terapi Lainnya


Menggunakan minyak urut kayu putih cap lang
ANALISA DATA

Nama : Ny. H Ruang : Cempaka


Usia : 73tahun Tanggal : 10 Oktober 2021

Penyebab
No Tanggal /Jam Data Fokus Masalah
(pathway)
1 04/10/2021 DS: Pasien mengatakan Nyeri akut arteridklerosis
2020 nyeri pada leher belakang
Pukul 09.00 dan kaku kuduk
wita Q : Nyeri seperti ditindih penyempitan
beban berat pembuluh darah
R : Nyeri pada kuduk
S : Skala 5 (0-10) peningkatan
T : Hilang timbul terkadang tekanan darah
menetap
DO: Pasien tampak
menahan nyeri dan memijat Nyeri Akut
bagian leher belakang
TD:150/90mmHg,
Nadi:98x/menit
RR:18 x/menit
Suhu:36 C

2 04/10/2021 DS: Defisit arterisklerosis


Pukul 09.00 Pasien mengatakan tidak tau pengetahuan
wita tentang sakitnya dan pasrah peningkatantekanan
Pasien mengatakan ketika darah
nyeri susah untuk bangun silai Oksigen turun
karena merasa pusing ke otak
berputar.
pningkatan TIK
DO: Pasien tampak sering
memejamkan mata dan sakit kepla hebat
cenderung tidak bisa duduk kelemahan
lebih nyaman tidur..\
pasien tampak kehilangan cemas
semangat memikirkan
sakitnya deficit pengtahuan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

Nama : Ny.H Ruang : Cempaka


Usia : 73tahun Tanggal : 10 Oktober 2021
Tanggal
No Tanggal/Jam Diagona Keperawatan Paraf
Teratasi
1 04/10/2021 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada leher belakang dan
kaku kuduk, nyeri seperti ditindih beban berat
skala nyeri 5 (0-10), nyeri hilang timbul
terkadang menetap, pasien tampak menahan
nyeri dan memijat bagian leher belakang
2 04/10/2021 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mencari sumber
informasi mrngenai hipertensi ditandai
dengan pasien mengatakan tidak tau tentang
sakitnya dan pasrah, pasien mengatakan
ketika nyeri susah untuk bangun karena
merasa pusing berputar.
.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny.H Ruang : Cempaka
Usia : 73tahun Tanggal : 10 Oktober 2021
Diagnosa Nama/
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan Paraf
Nyeri akut NIC label manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui kondisi
Setelah diberikan asuhan
berhubungan dengan dan keparahan nyeri yang
keperawatan selama 3 x 5 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen cidera biologis dialami
jam diharapkan nyeri dapat komprehensif yang meliputi
ditandai dengan
P:Pasien mengatakan diatasi dengan kriteria hasil lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahu
nyeri pada leher : frekuensi, kualitas, beratnya hemodinamik pasien dalam
belakang dan kaku nyeri dan factor pencetus menentukan diagnosa
NOC label
kuduk selajutnya
Q : Nyeri tindih 2. Kaji tanda tanda vital pasien.
1. Mampu mengntrol
beban berat nyeri 3. Gali bersama pasien factor – 3. Untuk mengetahui
R : Nyeri pada factor yang dapat penyebab yang dapat
kuduk 2. Melaporkan nyeri menurunkan atau
menurunkan dan
S : Skala 5 (0-10) berkurang memperberat nyeri
1 memperberat nyeri
T : Hilang timbul
3. Mengatakan rasa 4. Untuk menangani nyeri
terkadang menetap 4. Dorong pasien untuk
nyaman setelah secara tepat dan aman
memotivasi nyeri dan
nyeri berkurang
menangani nyeri dengan 5. Untuk mengurangi nyeri
tepat tanpa obat
5. Kolaborasi dengan pasien, 6. Untuk mengetahui
orang terdekat untuk keefektifan dari tindakan
menginplementasikan pengontrol nyeri
tindakan penurunan nyeri
(relaksasi nafas dalam) 7. Panas meningkatkan
sesuai kebutuhan relaksasi otot
6. Evaluasi keefektifan
tindakan pengontrol nyeri
yang dipakai selama
pengkajian
7. Anjurkan pasien untuk
mandi air hangat
NIC label terapi aktivitas

Defisiensi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui lokasi nyeri
pengetahuan keperawatan selama 3 kali pasien mengnai penyakit dan ketidak nyamanan
berhubungan dengan pertemuan diharapkan ketika bergerak
2. Jelaskan kepada pasien dan
ketdak mampuan defisiensi pengetahuan
pasien mencari keluarga manfaat melakukan 2. Agar pasien mengetahui
teratasi :
sumber informasi tensi berkala pada pasien manfaat dan tujuan dan
mengenai NOC label hipertensi melakukan pergerakan atau
penyakitnya aktivitas
2 1. Mampu 3. Lakukan latihan ROM
mengtahuan dengan bantuan dan indikasi 3. Membantu
penyebab penyakit mempertahankan mobilitas
4. Mendukung ambulan jika
yang diderita sendi dan mencegah
memungkinkan
kontraksi
2. Mamapu
menjelaskan cara 4. Menggunakan metode
penangan hipertensi berpindah yang aman
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny.k Ruang : Cempaka
Usia : 73tahun Tanggal :10 Oktober 2021

Dx Nama/
No Tanggal/Jam Implementasi Respon Klien
Kep TTD
1 10 Oktober 2021 1 Melakukan pengkajian nyeri yang RS : Pasien mengatakan nyeri pada leher
Pukul 09.00 wita komprehensif yang meliputi lokasi, belakang dan kaku kuduk
karakteristik, frekuensi, kualitas beratnya Q : Nyeri tindih beban berat
nyeri dan factor pencetus R : Nyeri pada kuduk
S : Skala 5 (0-10)
T : Hilang timbul terkadang menetap
Pukul 09.30 wita
1 Menggali bersama pasien factor- factor RO : Pasien tampak menahan nyeri
yang dapat menurunkan dan memperberat RS : Pasien mengatakan nyeri meningkat
nyeri saat berjalan, nyeri akan menurun jika
diam
RO : Pasien antusias bercerita

Pukul. 10.35 wita 1 Berkolaborasi dengan pasien, orang RS : Pasien masih mengatakan merasakan
terdekat untuk mengimplementasikan nyeri
tindakan penurunan nyeri (tindakan RO: Pasien tampak meringis
relaksasi nafas dalam) sesuai kebutuhan RS: Pasien mengatakan bersedia
Pukul. 11.10 wita 1 Melakuan pemeriksaan TTV RO: pasien tampak menahan nyeri
TD:150/80 mmHg, RR: 19 x/menit HR: 90
x/menit

Pukul. 12.40 wita 2 Mengkaji pengetahuan tentang hipertensi -


RS : Pasien mengatakan bersedia untuk
Menanyakan pencegahan kekambuhan -
diajarkan
Mengukur tekanan darah
RO : Pasien tampak antusias
mendengarkan arahan petugas

Pukul. 14.15 wita 1 Menganjurkan pasien untuk mandi air


RS : Pasien mengatakan sering mandi
hangat
dengan air hangat
RO : Pasien mau mendengarkan anjuran

1 Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat


RS : pasien mengatakan sedikit rileks
untuk mengimplementasikan tindakan
setelah melakukan nafas dalam
penurunan nyeri (tindakan relaksasi nafas
RO : Pasien tampak tenang
dalam) sesuai kebutuhan
2 11 Oktober 2021 1 Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat RS : pasien mengatakan sedikit rileks
Pukul. 10.15 wita untuk mengimplementasikan tindakan setelah melakukan nafas dalam
penurunan nyeri (tindakan relaksasi nafas RO : Pasien tampak tenang
dalam) sesuai kebutuhan

1 Melakuan pemeriksaan TTV RS: Pasien mengatakan bersedia


RO: pasien tampak lebih rileks
TD:140/80 mmHg, RR: 20 x/menit HR: 88
x/menit

Pukul. 13.30 wita 2 Mengkaji pengetahuan hipertensi - RS : Pasien mengatakan tidak ada masalah
Mengkaji tanda dan gejala - Mengukur dan bersedia.
tekanan darah RO : Lingkungan pasien tampak
mendukung saat diberikan asuha dan
KIE

2 Menciptakan lingkungan yang aman untuk RS : Pasien mengatakan lingkungannya


dapat melakukan aktivitas dan pengukuran saat ini sudah aman dan nyaman
tensi secara berkala RO : Pasien tampak tampak tenang
didapatkan tekanan darah 140/80 mm
Hg
3 12 Oktober 2021 1 Berkolaborasi dengan pasien, orang RS : Pasien mengatakan lebih rileks, tidak
Pukul. 11.05 wita terdekat untuk mengimplementasikan nyeri lagi
tindakan penurunan nyeri dengan mandi RO : Pasien tampak tenang
air hangat
Pukul. 13.20 wita

1 Melakuan pemeriksaan TTV RS: Pasien mengatakan bersedia


RO: pasien tampak lebih rileks
TD:130/88mmHg, RR: 20 x/menit,
Nadi: 88 x/menit, Suhu:36,5C

RS : Pasien mengatakan akan


2 Membantu pasien untuk menjadwalkan
menjadwalkan latihan waktu untuk
waktu untuk melatih kembali pengetahuan
belajar
tentang hipertensi
RO : Pasien tampak mengangguk
regang
Pada
jaringan
adrenal
Perifer
sekitar
Ginjal
nsin P.D
PD)
II
otak

Ns.Claudi
Ns. Ni
aMade
Wuri
Prihandini
Shinta
Tiara
, EVALUASI
S.Kep.,M.
Dewi,
S.Kep
Kep Nama : Ny.H Ruang : Cempaka
NIK
NIP.:
201308064 Usia : 73 tahun
081201890 Tanggal : 13 Oktober 2021
14
Tanggal/ Dx Nama/
No Evaluasi
Jam Kep Paraf
Ns.Desak
Ns. Ni 1 06 1 S : -Pasien mengatakan lebih rileks, tidak nyeri lagi
Putu
Nyoman
Risna
Widiasih,
Dewi, Oktober pada leher belakang
S.Kep.,M.
S.Kep 2021 O:-Pasien tampak tenang, TD:130/88mmHg,
NIP.
Kes
19820614
NIK : Pukul. Nadi:88x/ menit, RR:20x/menit, Suhu:36,5C
18.08.0137
200501 11.05 wita A:Tujuan tercapai
2013
P:Pertahankan kondisi

Ns. I Dewa
Agung
Gde Fanji
P,
S.Kep.,M.
Kep 2 06 2 S : Pasien mengatakan tidak ada lagi keluhan sakit
NIK : Oktober ketika sudah mulai merubah pola hidupnya
18.12.0143
2021 O : -Pasien tampak tenang
Pukul. -Pasien dapat melakukan aktivitas
13.20 wita -Pasien tampak tidak merasakan kesakitan dan
kekakuan pada lehernya
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai